Вы находитесь на странице: 1из 48

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan sensus penduduk Indonesia tahun 2010, Indonesia menjadi
negara yang memiliki kepadatan penduduk, yang berada pada peringkat keempat di
dunia. Jumlah penduduk Indonesia mencapai 237.641.326 jiwa. Dalam 10 tahun
terakhir (20002010), jumlah penduduk Indonesia meningkat sebesar 32,5 juta.
Berdasarkan jenis kelamin jumlah penduduk perempuan tercatat 119.630.913 jiwa
dan laki - laki sebanyak 118.010.413 jiwa (KEMENDAGRI, 2013).
Selain itu angka kelahiran di Indonesia mengalami kenaikan dari 17,4
kelahiran per 1000 penduduk menjadi 17,9 kelahiran per 1000 penduduk, ditambah
pula dengan meningkatnya angka kematian ibu menurut SDKI 2012, rata-rata angka
kematian ibu (AKI) tercatat mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup, melonjak
dibandingkan hasil SDKI 2007 rata - rata angka kematian 228 per 100 ribu (SDKI,
2102). Pada Provinsi Jawa Barat terdapat angka kelahiran bayi sebesar 935.003 jiwa
dan angka kematian ibu sebesar 804 kasus. Hal ini menunjukan angka kelahiran bayi
dan angka kematian ibu di Jawa Barat masih tinggi, dikarenakan Jawa Barat adalah
Provinsi padat penduduk (Dinkes Prov. Jawa Barat, 2012). Menurut data statistik
kesehatan Dinas Kesehatan Kota Banjar, terdapat angka kelahiran bayi sebesar 3.558
pada tahun 2012. Jumlah penduduk yang banyak, angka kelahiran bayi dan kematian
ibu yang tinggi, akan menurunkan derajat kesejahteraan suatu bangsa atau wilayah.
Oleh karena itu, untuk menjaga dan menjamin keselamatan ibu dan kesehatan wanita
selama hamil, bersalin, nifas, wanita usia produktif atau subur, salah satunya dengan
program Keluarga Berencana (KB).
1

Menurut World Health Organisation (WHO), KB adalah tindakan yang


membantu individu atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak
diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval
diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan suami
istri, menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hanafi Hartanto, 2004). Dapat
disimpulkan bahwa Program Keluarga Berencana merupakan bagian terpadu dalam
program pembangunan nasional yang bertujuan untuk mewujudkan penduduk tumbuh
seimbang agar kesejahteraan ekonomi, spiritual dan sosial budaya penduduk
Indonesia.
Berjalannya pelayanan Program KB dan kesehatan reproduksi sangat
dipengaruhi oleh aktivitas konseling yang baik, yang berarti petugas membantu
akseptor dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan
sesuai dengan pilihannya. Selain itu, konseling yang baik dapat membuat akseptor
merasa lebih puas. Konseling yang baik juga dapat membantu akseptor dalam
menggunakan kontrasepsinya lebih lama dan meningkatkan keberhasilan KB
(Saifuddin dkk, 2008).
Program KB sangat berkaitan dengan istilah kontrasepsi. Kontrasepsi ialah
usaha-usaha untuk mencegah kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara,
dapat juga bersifat permanen. Metode yang sekarang masih digunakan terbagi atas 3
kategori, kategori lama tanpa alat, contohnya coitus interuptus dan pemanjangan masa
laktasi. Kategori lama dengan bantuan alat, contohnya kondom dan diafragma vagina.
Kategori modern, contohnya kontrasepsi oral, suntikan, IUD atau AKDR, dan
sterilisasi (Cunningham,2005).

Di Indonesia, Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan metode


kontrasepsi terus meningkat mencapai 61,4%. Jumlah pemakaian kontrasepsi terbesar
yaitu suntik sebesar 31,6%, pil sebesar 13,2%, IUD sebesar 4,8%, implant 2,8%,
kondom sebesar 1,3%, kontap wanita sebesar 3,1%, kontap pria sebesar 0,2%,
pantang berkala 1,5%, senggama terputus 2,2,% dan metode lainnya 0,4% (Depkes
RI,2012).
Berdasarkan pola penggunaan alat kontrasepsi menurut Riset Kesehatan
Dasar tahun

2013, proporsi pengguna alat kontrasepsi di Provinsi Jawa Barat

menunjukkan angka 70%. Sedangkan cakupan proporsi pengetahuan PUS khususnya


wanita kawin tentang alat/metode kontrasepsi yang paling tinggi adalah jenis KB pil
sebesar 97,9 % dan suntik sebesar 98,9% yang keduanya berada pada kelompok usia
25-29 tahun, 30-34 tahun dan 35-39 tahun (SDKI 2012).
Di Kota Banjar, PUS pengguna alat KB aktif sampai 2014 berjumlah 7.981
orang. Cakupan pengguna alat kontrasepsi paling banyak adalah alat kontrasepsi jenis
pil dan suntik yaitu sebanyak 4.988 dan 3.156 orang.
Khusus pada Desa Karyamukti berdasarkan data statistik terakhir Puskesmas
Pataruman 2 menunjukan jumlah pemakaian alat kontrasepsi terbanyak adalah
kontrasepsi suntik sebanyak 54,56%, pil sebanyak 26,21%, implant sebanyak 10,95%,
Metode Operasi Pria/Wanita (MOP/MOW) sebanyak 3,75%, kondom sebanyak 3%,
dan Intra Uterine Device (IUD) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
sebanyak 1,5%.
Data di atas menunjukkan bahwa tingkat kesadaran penggunaan KB,
khususnya di Desa Karyamukti sudah cukup tinggi. Namun pemilihan jenis alat

kontrasepsi masih tertuju pada jenis alat kontrasepsi pil dan suntik, sedangkan masih
terdapat jenis alat kontrasepsi lain yang manfaat dan efektifitasnya tidak kalah tinggi.
Untuk itu, peneliti ingin mengetahui gambaran tingkat pengetahuan pasangan usia
subur dalam pemilihan alat kontrasepsi di Desa Karyamukti Kota Banjar Provinsi
Jawa Barat Tahun 2014.
1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah
1.2.1. Idenitifikasi Masalah
Angka pemilihan dan penggunaan alat kontrasepsi jenis pil dan suntik masih
tinggi di Desa Karyamukti sampai tahun 2014. Kurangnya pengetahuan PUS
mengenai jenis alat kontrasepsi secara umum dan alat kontrasepsi jenis lainnya
secara khusus sebelum memilih jenis alat kontrasepsi yang akan digunakan, diduga
menjadi penyebab tingginya penggunaan alat kontrasepsi jenis pil dan suntik.
1.2.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka rumusan
masalahnya adalah bagaimana gambaran tingkat pengetahuan pasangan usia subur
dalam pemilihan alat kontrasepsi di Desa Karyamukti Kecamatan Pataruman Kota
Banjar Provinsi Jawa Barat Tahun 2014.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Didapatkan informasi mengenai gambaran tingkat pengetahuan pasangan usia
subur dalam pemilihan alat kontrasepsi di Desa Karyamukti Kota Banjar Provinsi
Jawa Barat tahun 2014.
1.3.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:


1. Diketahui gambaran usia PUS pengguna alat kontrasepsi di Desa
Kaaryamukti Kota Banjar Provinsi Jawa Barat tahun 2014.
2. Diketahui gambaran tingkat pendidikan PUS pengguna alat kontrasepsi di
Desa Kaaryamukti Kota Banjar Provinsi Jawa Barat tahun 2014.
3. Diketahui gambaran pekerjaan PUS pengguna alat kontrasepsi di Desa
Kaaryamukti Kota Banjar Provinsi Jawa Barat tahun 2014.
4. Diketahui gambaran tingkat pengetahuan PUS pengguna alat kontrasepsi
di Desa Kaaryamukti Kota Banjar Provinsi Jawa Barat tahun 2014.
1.4 Ruang Lingkup
Peneilitian ini dilakukan pada PUS yang bertempat tinggal diwilayah kerja
Puskesmas Pataruman 2 ( RW 01 s.d. RW 06), Kecamatan Pataruman Kota Banajar
Jawa Barat. Pengambilan data responden dilakukan bulan April hingga Mei 2014.
Dengan total Populasi PUS diseluruh RW di Desa Karyamukti yang berjumlah 931
orang dan jumlah sampel sebanyak 96 orang.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1. Manfaat Teoritis
Sebagai masukan teoritis mengenai gambaran tingkat pengetahuan
pasangan usia subur dalam pemilihan alat kontrasepsi di Desa Karyamukti
Kecamatan Pataruman Kota Banjar Provinsi Jawa Barat.
1.5.2. Manfaat Praktis
1.5.2.1. Bagi Puskesmas
Sebagai masukan dan informasi mengenai tingkat pengetahuan PUS
dalam pemilihan alat kontrasepsi di Desa Karyamukti Kota Banjar Provinsi
Jawa Barat tahun 2014.
1.5.2.2. Bagi Peneliti
5

Penelitian ini bermanfaat sebagai sarana untuk menambah wawasan dan


mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari selama masa perkuliahan,
khususnya Ilmu Kesehatan Masyarakat.
1.5.2.3. Bagi Institusi
Sebagai informasi dan pengetahuan mengenai gambaran tingkat
pengetahuan pasangan usia subur dalam pemilihan alat kontrasepsi di Desa
Karyamukti Kota Banjar Provinsi Jawa Barat tahun 2014.
1.5.2.4. Bagi Pasangan Usia Subur
Sebagai informasi bagi PUS agar dapat memilih alat kontrasepsi yang
tepat, yang sesuai dengan kondisi PUS tersebut.
1.6. Keaslian Penelitian
Penelitian sejenis yang sudah dilakukan sebelumnya oleh Intan Agria
Ratnaningtyas dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Metode
Kontrasepsi Dengan Pemakaian Kontrasepsi Hormonal dan Non Hormonal di RW III
Desa Karangsari, Ngawi. Adapun variabel yang diteliti adalah tingkat pengetahuan
ibu, jumlah pemakaian konytrasepsi hormonal dan non hormonal, tingkat
pengetahuan. Adapun persamaan dalam penelitian ini adalah hasil penelitian
mencakup variabel tingkat pengetahuan saja, dan perbedaannya dengan peneilitian
ini adalah jumlah pemakaian kontrasepsi, pekerjaan, tingkat pendidikan PUS, dan
analisa bivariat pada penelitian sebelumnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA
KONSEP DAN PERTANYAAN PENELITIAN
1

Tinjauan Pustaka
1
Definisi Program Keluarga Berencana

Program Keluarga Berencana (KB) adalah salah satu usaha untuk mencapai
kesejahteraan keluarga. Program Keluarga Berencana merupakan bagian terpadu
dalam program pembangunan nasional yang bertujuan untuk mewujudkan
penduduk tumbuh seimbang agar kesejahteraan ekonomi, spiritual dan sosial
budaya penduduk Indonesia dapat tercapai dengan Total Fertility Rate (TFR).
Menurut WHO (World Health Organisation) KB adalah tindakan yang
membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif
tertentu, untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan
kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan,
mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan suami istri, menentukan
jumlah anak dalam keluarga (Hartanto,2004).
Komponen dalam pelayanan KB yang dapat diberikan adalah KIE
(Komunikasi, Informasi, dan Edukasi), konseling, pelayanan kontrasepsi (PK),
pelayanan infertilitas, pendidikan seks, konsultasi pra-perkawinan dan konsultasi
perkawinan, konsultasi genetik, tes keganasan, adopsi (Hartanto,2004).
2
Manfaat Keluarga Berencana
Setiap tahun, terdapat 500.000 perempuan meninggal akibat berbagai masalah
yang melingkupi kehamilan, persalinan, dan pengguguran kandungan (aborsi) yang
tidak aman. KB bisa mencegah sebagian besar kematian itu. Pada masa kehamilan,
KB dapat mencegah sebagian besar kematian dan bahaya-bahaya akibat keadaan lain
yaitu:
1

Kehamilan terlalu dini : perempuan yang sudah hamil ketika umurnya belum
mencapai 17 tahun sangat terancam oleh kematian sewaktu persalinan. Hal ini
dikarenakan tubuhnya belum sepenuhnya tumbuh, belum cukup matang dan siap
untuk dilewati oleh bayi dan bayinya memiliki resiko kematian sebelum usia
mencapai 1 tahun.

Kehamilan terlalu telat : perempuan yang usianya sudah terlalu tua untuk
mengandung dan melahirkan terancam banyak bahaya. Khususnya jika memiliki
problema-problema kesehatan lain atau sudah terlalu sering hamil dan

melahirkan.
Konsep Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti melawan atau mencegah dan

konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan
sel sperma. Untuk itu, maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang
aktif melakukan hubungan intim/seks dan kedua-duanya memiliki kesuburan normal
namun tidak menghendaki kehamilan. (Suratun, 2008)
4

Syarat Kontrasepsi
Menurut Wikojosastro (2007), kontrasepsi yang ideal harus memenuhi syarat-

syarat sebagai berikut, yaitu dapat dipercaya, tidak menimbulkan efek yang
mengganggu kesehatan, daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan, tidak
menimbulkan gangguan sewaktu melakukan hubungan seksual, tidak memerlukan
motivasi terus menerus, mudah pelaksanaannya, murah harganya, sehingga dapat
terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, dan dapat diterima penggunaannya oleh
pasangan yang bersangkutan.
5

Konsep Pemilihan Kontrasepsi


Konsep pemilihan kontrasepsi menurut Manuaba (2002) dan Hartanto (2004)

ada dalam beberapa fase, yaitu:


a. Fase Menunda Kehamilan

Untuk menunda kehamilan, sebaiknya pilihlah pil KB dan suntikan KB


untuk menghindari kemungkinan gangguan alat genitalia interna, dan
diindikasikan bagi PUS yang usia istri adalah kurang dari 20 tahun.
b. Fase Menjarangkan Kehamilan Antara 2-4 Tahun
Periode usia istri antara 20 sampai 30-35 tahun merupakan periode usia
yang paling baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara
kelahiran adalah 2-4 taun. Metode kontrasepsi yang dapat digunakan adalah
minipil, pil KB, suntikan KB, IUD dan kontrasepsi mantap (kontap).
c. Fase Mengakhiri Kehamilan
Periode usia istri di atas 30 tahun terutama diatas 35 tahun, sebaiknya
mengakhiri kesuburan setelah memiliki 2 orang anak. Metode kontrasepsi yang
dapat digunakan adalah kontap, IUD, norplant, suntikan KB dan pil KB.
6

Jenis Metode Kontrasepsi


Metode kontrasepsi menurut Hartanto (2004) dan Saifuddin (2008) adalah:
a. Non Hormonal
Merupakan kontrasepsi yang cara kerjanya tidak mengandung hormon,
baik estrogen maupun progesteron (Hartanto, 2004).
1. Metode Amenore Laktasi (MAL)
Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan
pemberian Air Susu PUS (ASI) secara eksklusif, artinya bayi hanya diberikan
ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apapun. ASI bekerja sebagai
penunda kehamilan dengan menekan ovulasi. Syarat untuk dapat menggunakan
metode ini adalah dengan melakukan kegiatan menyusui secara penuh (full
breast feeding) yang akan lebih efektif bila melakukan pemberian dengan jumlah
lebih dari delapan kali dalam sehari (BKKBN, 2012).

10

Keuntungan kontraseptif metode ini adalah memiliki efektivitas tinggi


yaitu keberhasilan yang dapat mencapai 98% pada enam bulan pascapersalinan,
tidak mengganggu aktivitas senggama, tidak menimbulkan efek samping secara
sistemik, tidak perlu pengawasan medis dan tidak memerlukan obat dan biaya.
Keuntungan non kontraseptif untuk bayi, adalah bayi akan mendapatkan
kekebalan pasif (mendapatkan antibodi melalui ASI), kemudian ASI juga menjadi
sumber asupan gisi yang paling baik untuk tumbuh kembang bayi yang optimal,
serta bayi dapat terhindar dari paparan kontaminatif dari air, susu formula dan
atau alat minum yang dipakai (Kemenkes, 2012)
Namun metode ini memiliki keterbatasan yaitu memerlukan persiapan
sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit pasca
persalinan, agak sulit dilakukan karena kondisi sosial, efektifitas hanya tinggi
sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan, serta tidak melindungi
terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/ HBV dan HIV/AIDS (Kemenkes 2011).
2. Kondom
Kondom merupakan selubung/ sarung karet sebagai salah satu metode
kontrasepsi atau alat untuk mencegah kehamilan dan atau penularan penyakit
kelamin pada saat bersenggama, dengan cara menghalangi terjadinya pertemuan
sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang
dipasang pada penis sehingga sperma tidak tercurah kedalam saluran reproduksi
perempuan dan mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HBV dan
HIV) dari satu pasangan kepada pasangan yang lain (khusus kondom yang
terbuat dari lateks dan vinil) (BKKBN, 2012).
Manfaat kontraseptif dari penggunaan kondom adalah dapat secara efektif
mencegah kehamilan bila digunakan dengan benar, tidak mengganggu produksi
ASI dan tidak memiliki pengaruh sistemik, harganya murah dan dapat dibeli
10

11

secara umum, tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus.
Sedangkan manfaat non kontraseptifnya adalah membantu mencegah terjadinya
kanker serviks (mengurangi iritasi bahan karsinogenik eksogen pada serviks),
dapat mencegah penularan IMS dan HIV, memberi dorongan kepada suami untuk
ikut ber-KB, mencegah ejakulasi dini serta mencegah imuno infertilitas (BKKBN
2012).
Keterbatasan kondom adalah keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh
cara penggunaannya, dapat mengurangi sentuhan langsung sehingga cukup
mengganggu hubungan seksual, kondom harus selalu tersedia setiap kali
berhubungan seksual, timbul masalah psikososial yaitu perasaan malu saat
membeli kondom di tempat umum (BKKBN,2012).
3. Coitus Interuptus
Coitus interuptus atau senggama terputus adalah menghentikan senggama
dengan mencabut penis dari vagina pada saat suami menjelang ejakulasi.
Kelebihan dari cara ini adalah tidak memerlukan alat/obat sehingga relatif sehat
untuk digunakan wanita dibandingkan dengan metode kontrasepsi lain, risiko
kegagalan dari metode ini cukup tinggi.
4. KB Alami
KB alami berdasarkan pada siklus masa subur dan tidak masa subur, dasar
utamanya yaitu saat terjadinya ovulasi. Untuk menentukan saat ovulasi ada 3
cara, yaitu : metode kalender, suhu basal, dan metode lendir serviks.
5. Diafragma
Diafragma merupakan suatu alat yang berfungsi untuk mencegah sperma
mencapai serviks sehingga sperma tidak memperoleh akses ke saluran alat
reproduksi bagian atas (uterus dan tuba fallopi). Angka kegagalan diafragma 48% kehamilan.
6. Spermicida
Spermicida adalah suatu zat atau bahan kimia yang dapat mematikan dan
menghentikan gerak atau melumpuhkan spermatozoa di dalam vagina, sehingga
11

12

tidak dapat membuahi sel telur. Spermicida dapat berbentuk tablet vagina, krim
dan jelly, aerosol (busa/foam), atau tisu KB. Cukup

efektif apabila dipakai

dengan kontrasepsi lain seperti kondom dan diafragma.


7. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau Intra Uterine Device (IUD)
merupakan alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim dengan menjepit kedua
saluran yang menghasilkan indung telur sehingga tidak terjadi pembuahan, terdiri
dari bahan plastik polietilena dna ada yang dililit oleh tembaga dan ada yang
tidak. Cara kerjanya adalah mencegah terjadinya fertilisasi yaitu tembaga yang
ada pada AKDR dapat menyebabkan reaksi inflamasi steril yang toksik untuk
sperma sehingga tidak mampu untuk fertilisasin (BKKBN, 2012).
Keuntungan AKDR adalah efektivitasnya yang tinggi dalam mencegah
kehamilan 99,2-99,4%, dapat efektif segera setelah pemasangan termasuk untuk
jangka panjang, tidak ada efek samping hormonal, tidak mempengaruhi kualitas
dan volume ASI, dapat digunakan sampai menopause, tidak ada interaksi dengan
obat-obat dan dapat membantu mencegah kehamilam ektopik (BKKBN, 2012).
Sedangkan keterbatasan penggunaan AKDR adalah tidak mencegah
infeksi menular seksual (IMS), tidak sesuai bila digunakan oleh perempuan
dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan, memerlukan prosdur
medis termasuk pemeriksaan pelvis, akseptor harus memeriksakan posisi benang
AKDR nya dari waktu ke waktu, yaitu dengan memasukkan jarinya sendiri ke
dalam vagina, namun sebagian perempuan tidak berkenan melakukan hal ini
(BKKBN, 2012).
8. Kontrasepsi Mantap (Kontap)
Kontrasepsi mantap ialah salah satu cara kontrasepsi dengan tindakan
pembedahan atau dengan kata lain setiap tindakan pembedahan pada saluran telur

12

13

wanita atau saluran mani yang mengakibatkan orang atau pasangan yang
bersangkutan tidak akan memperoleh keturunan lagi.
Dilakukan atas permohonan pasangan suami-istri yang bersangkutan,
tanpa paksaan dari pihak lain dalam bentuk apapun. Jadi untuk mencegah
keadaan yang tidak diinginkan, seperti misalnya penyesalan setelah mendapat
pelayanan kontrasepsi mantap, maka perlu ditetapkan persaratan bagi mereka
yang akan memperoleh pelayanan kontrasepsi mantap. Secara umum yang
hasrus dipenuhi calon peserta kontrasepsi mantap yaitu:
1

Sukarela
Calon peserta kontrasepsi mantap harus secara sukarela menerima

pelayanan kontrasepsi mantap. Artinya calon peserta KB tersebut tidak dipaksa


atau ditekan untuk menjadi peserta kontrasepsi mantap. Untuk memantapkan
syarat sukarela ini perlu dilakukan pelayanan informasi konseling.
2) Bahagia
Setiap calon peserta kontrasepsi mantap harus memenuhi syarat
kebahagiaan artinya calon peserta tersebut terikat dalam perkawinan yang sah
dan harmonis, telah dianugerahi sekurang-kurangnya 2 orang anak dengan umur
anak terkecil 2 tahun, dan dengan mempertimbangkan umur istri sekurangkurangnya 25 tahun. Syarat bahagia ini dapat diketahui pada saat dilakukan
pelayanan informasi dan konseling.
3) Kesehatan
Setiap calon peserta kontrasepsi mantap harus memenuhi syarat
kesehatan, artinya tidak ditemukan kontra indikasi kesehatan jika kepada calon

13

14

peserta tersebut diberikan pelayanan kontrasepsi mantap. Syarat kesehatan ini


dapat diketahui pada saat pemeriksaan prabedah.
Jenis dari kontrasespsi mantap adalah:
a

Tubektomi
Tubekotomi merupakan metode operasi wanita (MOW), yaitu metode
kontrasepsi mantap yang bersifat sukarela bagi seorang wanita bila tidak ingin
hamil lagi dengan cara mengoklusi tuba falopi (mengikat dan memotong atau
memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum. Waktu
yang tepat untuk melakukan prosedur tubektomi adalah dalam 48 jam
pascapersalinan (BKKBN, 2012).
Manfaat kontraseptif dari tubektomi adalah efektivitasnya yang tinggi
yaitu 99,5% pada 0,5 kehamilan per 100 orang perempuan, tidak
mempengaruhi preoses menyusui, tidak bergantung pada faktor hubungan
seksual, tidak ada efek samping dalam jangka panjang dan tidak ada
perubahan dalam fungsi seksual. Sedangkan manfaat non kontraseptifnya
adalah berkurangnya risiko kanker ovarium (BKKBN, 2012).
Namun keterbatasan metode ini adalah harus dipertimbangkan sifat
permanen dari kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan kembali, kecuali dengan
operasi rekanalisasi), dan harus dilakukan oleh dokter yang terlatih (BKKBN,
2012).
b Vasektomi
Vasektomi merupakan metode operasi pria (MOP) yaitu prosedur
klinik yang dilakukan untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan
cara mengoklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat
dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum tidak terjadi).
Keuntungan dari vasektomi adalah efektivitas yang tinggi yaitu 99,699,8%, sangat aman dan hampir tidak ditemukan efek samping jangka
panjang, morbiditas san mortalitas jarang, hanya sekali aplikasi dan efektif
14

15

dalam jangka panjang, tingkat rasio efisiensi biaya dan lamanya penggunaan
kontrasepsi tinggi. Sedangkan keterbatasannya, tidak efektif segera, karena itu
WHO menyarankan kontrasepsi tambahan selama 3 bulan setelah prosedur
(kurang lebih 20 kali ejakulasi), dan teknik tanpa pisau merupakan pilihan
mengurangi perdarahan dan nyeri dibandingkan teknik insisi (BKKBN,2012).
b. Hormonal
Merupakan salah satu metode kontrasepsi yang paling efektif dan
reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi. Jenis hormon yang terkandung
adalah estrogen dan progesteron (Baziad, 2002).
1.6.1.1.
Progestin
a) Pil Progestin
Suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil atau tablet yang berisi
gabungan hormon progesteron. Cara kerja pil ini adalah dengan menekan ovulasi
untuk mencegah lepasnya sel telur wanita dari indung telur, mengentalkan lendir
mulut rahim sehingga sperma sukar untuk masuk kedalam rahim, dan menipiskan
lapisan endometrium. Mini pil dapat dikonsumsi saat menyusui. Efektifitas pil sangat
tinggi, angka kegagalannya berkisar 1-8% untuk pil kombinasi, dan 3-10% untuk
mini pil.
Keuntungan dari konsumsi pil progestin adalah sangat efektif jika diminum
setiap hari di waktu yang sama, tidak memerlukan pemeriksaan panggul, tidak
mempengaruhi ASI, tidak mengganggu hubungan seksual, serta efek samping yang
minimal (BKKBN, 2012).
Keterbatasan penggunaan pil progestin, harus digunakan setiap hari dan pada
waktu yang sama, berisiko munculnya kehamilan ektopik, efektifitas menjadi lebih
rendah bila digunakan bersamaan dengan obat tuberkulosis atau obat epilepsi, serta
tidak mencegah IMS (BKKBN, 2012).

15

16

b) Injeksi Progestin
Injeksi progestin sangat efektif mencegah kehamilan jangka panjang, yang
tidak memengaruhi hubungan seksual, ia juga tidak mengandung estrogen sehingga
tidak akan berdampak serius terhdap penyakit jantung dan gangguan pembekuan
darah, tidak memengaruhi ASI, dapat dikonsumsi oleh perempuan berusia > 35
tahun sampai perimenopause, membantu mencegah kanker endometrium dan
kehamilan ektopik, menurunkan kejadian penyakit jinak payudara serta menurunkan
krisis anemia bulan sabit (BKKBN, 2012).
Namun yang menjadi keterbatasan penggunaan injeksi ini ialah akseptor
sangat bergantung kepada tempat penyedia layanan kesehatan, tidak dapat dihentikan
sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya, tidak mencegah IMS serta terlambatnya
kembalinya kesuburan setelah penghentian pemakaian.
Injeksi progestin ini dapat digunakan oleh perempuan dalam kategori usia
reproduksi, nulipara dan yang telah memiliki anak menghendaki kontrasepsi jangka
panjang menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai setelah abortus atau
keguguran telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi tidak dapat
memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen menggunakan obat untuk epilepsy
(fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberculosis (rifampisin) tekanan darah < 180/110
mmhg, dengan masalah gangguan pembekuan darah, anemia bulan sabit dan anemia
defisiensi besi. Namun tidak boleh digunakan oleh perempuan dengan keadaan hamil
atau dicurigai hamil, perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya, tidak
dapat menerima terjadinya gangguan haid terutama amenorea, menderita kanker
payudara atau riwayat kanker payudara, diabetes mellitus disertai komplikasi.

16

17

c) Implan Progestin
Merupakan alat kontrasepsi bawah kulit yang mengandung progestin yang
dibungkus dalam kapsul silastik silikon polidimetri. Keuntungan menggunakan alat
kontrasepsi implan ini ialah efektifitas dan daya gunanya cukup tinggi serta memberi
perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun), pengembalian tingkat kesuburan
setelah pencabutan sangat cepat, tidak memeplukan pemeriksaan dalam, bebas dari
pengaruh estrogen, tidak mengganggu kegiatan hubungan seksual dan tidak
mengganggu ASI.
Selain itu, secara non-kontraseptif dapat mengurangi nyeri haid, dapat
mebgurangi jumlah darah haid, dapat mengurangi atau memperbaiki anemai, dapat
melindungi terjadinya kanker endometrium, menurunkan angka kejadian kelainan
jinak payudara, melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggunl
serta menurunkan angka kejadian endometriosis.
Namun keterbatasan penggunaan alat kontrasepsi implan ini ialah
penggunaannya membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan
pencabutan, tidak mencegah infeksi menular seksualm akseptor tidak dapat
menghentikan sendiri pemakaian alat kontrasepsi, akan tetapi harus mengunjungi
klinik untuk pencabutan, serta efektivitasnya menuurun apabila menggunakan obat
tuberkulosis atau obat epilepsi (BKKBN, 2012).
c. Kombinasi Hormon
Kombinasi hormon yang dimaksud adalah kombinasi hormon estrogen dan
progesteron sebagai alat kontrasepsi berbentuk pil atau tablet.
Manfaat dari penggunaan metode kombinasi adalah efektivitas yang tinggi (1
kehamilan per 100 perempuan dalam satu tahun pertama penggunaan), risiko
terhadap kesehatan sangat kecil, tidak mengganggu hubungan seksual, mudah
dihentikan setiap saat, kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan,
17

18

dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat , dapat digunakan sejak usia remaja
hingga menopause, serta membantu mencegah kehamilan ektopik, kanker
endometrium, kista ovarium, penyakit radang panggul, kelainan jinak pada payudara
dan dismenore atau akne. Namun keterbatasannya ialah ia tidak boleh diberikan
kepada PUS yang sedang menyusui serta ia tidak mencegah IMS (BKKBN, 2012).
1. Injeksi Kombinasi
Keuntungan kontraseptif dari penggunaan injeksi kombinasi hormon ialah
efektivitasnya cukup tinggi, risiko terhadap kesehatan sangat kecil, tidak
memengaruhi aktivitas hubungan seksual, tidak memerlukan pemeriksaan dalam
serta efek samping yang sangat kecil. Sedangkan keuntungan non kontraseptifnya
adalah dapat mengurangi jumlah perdarahan, dapat mengurangi nyeri saat
menstruasi, dapat mencegah anemia, membantu mencegah terjdinay kanker ovarium
dan kanker endometrium, dapat mengurangi penyakit payudara jinak dan kista
ovarium, mencegah kehamilan ektopik, melindungi akseptor dari penyakit radang
panggul serta pada keadaan tertentu dapat diberikan pada perempuan usia
perimenopause (BKKBN, 2012).
Namun kerugian dari penggunaan injeksi kombinasi hormon adalah ia dapat
mengakibatkan pola haid menjadi tidak teratur, menimbulkan perdarahan bercak
sampai 10 hari, kemudian dapat menimbulkan perasaan mual, sakit kepala, nyeri
kepala ringan namun akan menghilang setelah suntikan kedua atau ketiga, dapat
menimbulkan ketergantungan akseptor terhadap pelayanan kesehatan, dan akseptor
harus kembali setiap 30 hari untuk mendapatkan suntikan, efektivitas dapat
berkurang apabila digunakan bersamaan dengan obat-obat epilepsi (Fenitoin dan
Barbiturat) atau obat Tuberkulosis (Rifampisin), dapat menimbulkan kenaikan berat
badan, tidak menjamin perlindungan terhadap penularan IMS, Hepatitis B atau

18

19

HIV/AIDS, serta muncul kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah


penghentian pemakaian (BKKBN, 2012).
2.16. Karateristik
a. Umur
Umur merupakan salah satu karakteristik yanag berhubungan dengan
ketepaparan terhadap penyakit. Beberapa penyakit menular menunjukkan bahwa
umur muda mempunyai risiko yang tinggi bukan hanya karena kerentanan
melainkan juga pengalaman terhadap penyakit tertentu yang biasanya sudah
dialamai umur yang lebih tinggi (Noor, 2008).
Debpuur dkk (2002) menemukan pengaruh umur, jumlah anak dan
pendidikan terhadap pengetahuan alat/cara KB modern, pengetahuan sumber KB,
pemakaian lata/cara KB dan pilihan fertilitas. Semakin tua umur, semakin banyak
jumlah anak dan semakin tinggi pendidikan, semakin besar peluang mengetahui
suatu alat/cara KB modern, semakin besar peluang mengetahui suatu sumber KB,
semakin besar peluang membatasi kelahiran dan semakin besar peluang memakai
alat/cara KB Namun pada penelitian kali ini dilakukan untuk semua pasangan usia
subur yaitu 15-45 tahun.
b. Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar
masyarakat

mau

melakukan

tindakan-tindakan

praktik

untuk

memelihara

kesehatannya. Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti di
dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan
kearah yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada diri individu,
kelompok, atau masyarakat (Noor, 2008). Sehingga dapat disimpulkan, semakin
tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang
maupun masyarakat mengenai isu kesehatan dan alat kontrasepsi khususnya.
19

20

c. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan sesuatu yang dikeluarkan oleh seseorang sebagai
profesi, sengaja dilakukan untuk mendapatkan penghasilan.Pengeluaran energi untuk
kegiatan yang dibutuhkan oleh seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Jenis
pekerjaan sangat berkaitan dengan tingkat sosial ekonomi baik secara individu
maupun secara sosial. Dengan adanya pekerjaaan dapat mempengaruhi pemilihan
alat kontrasepsi pada PUS, khususnya pada ibu yang bekerja informasi yang didapat
lebih mudah dalam memilih metode alat kontrasepsi, karena ibu akan memilih alat
kontrasepsi yang rasional dan tidak mengganggu pekerjaannya dan murunkan risiko
kegagalan alat kontrasepsi karena bekerja (Dasuki, et.al, 2011).
d. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi
melalui panca indera manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu indra penglihatan,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ever behavior).
Pada dasarnya pengetahuan terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang
memungkinkan seseorang

dapat memahami sesuatu gejala dan memecahkan

masalah yang dihadapi. Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung


ataupun melalui pengalaman orang lain. Pengetahuan dapat ditingkatkan melalui
penyuluhan baik secara individu maupun kelompok untuk meningkatkan
pengetahuan kesehatan yang bertujuan untuk tercapainya perubahan perilaku
individu, keluarga dan masyarakat dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan
20

21

optimal. Pengetahuan mempunyai dua tingkatan yaitu tahu, memahami, aplikasi,


analisis, sintesis dan evaluasi (Notoadmodjo, 1993).
Cara mengubah ketidaktahuan dan meningkatkan pengentahuan adalah
melalui pendidikan. Pendidikan yang dimaksudkan dalam program KB adalah
pendidikan jangka pendek atau pendidikan nonformal, karena perubahan sikap dan
perilaku yang dimaksud dalam program KB adalah memahami pentingnya ber-KB,
yang dapat dilakukan dengan metode penyampaian informasi Komunikasi,
Informasi, Edukasi (KIE) (Martaadiseobrata, 2005).
Pentingnya menyajikan informasi yang tidak bias kepada klien demi
meningkatkan pengetahuan klien dibuktikan oleh sebuah studi WHO tentang
preferensi pemakai terhadap metode-metode kontrasepsi. Studi ini menunjukkan
bahwa pola penerimaan metode bergeser secara beemakna setelah pemakai diberi
informasi yang tidak bias mengenai berbagai metode (Pendit, 2007 dalam
Ratnaningtyas, 2009).
2

Kerangka Teori
Gambar 2.1 [Kerangka Teori Penelitian]

Karakteristik demografi
Pengetahuan Dalam Memilih Alat Kontrasepi
Karakteristik demografi:

Keterangan:

Usia
Pendidikan responden & pasangan
Pekerjaan responden & pasangan
: Variabel yang diteliti

1.1. Kerangka Konsep


VARIABEL PENELITIAN:
1. USIA
2. TINGKAT
PENDIDIKAN
3. JENIS PEKERJAAN

MEMILIH ALAT
21
KONTRASEPSI

22

1.2. Pertanyaan Penelitian


Pertanyaan penelitian untuk penelitian ini adalah:
1. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan PUS dalam pemilihan jenis alat
kontrasepsi di Desa Karyamukti, Kota Banjar Provinsi Jawa Barat tahun 2014?
2. Bagaimana gambaran usia PUS dalam pemilihan jenis alat kontrasepsi di Desa
Karyamukti, Kota Banjar Provinsi Jawa Barat tahun 2014?
3. Bagaimana gambaran tingkat pendidikan PUS dalam pemilihan jenis alat
kontrasepsi di Desa Karyamukti, Kota Banjar Provinsi Jawa Barat tahun 2014?
4. Bagaimana gambaran jenis pekerjaan PUS dalam pemilihan jenis alat

kontrasepsi di Desa Karyamukti, Kota Banjar Provinsi Jawa Barat tahun 2014?

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.

Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan merupakan studi desktiptif dengan menggunakan

desain cross sectional dimana data diolah secara univariat mengenai tingkat
pengetahuan pasangan usia subur dalam pemilihan alat kontrasepsi.

22

23

3.2.

Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Desa Karyamukti Kecamatan Pataruman Kota

Banjar Provinsi Jawa Barat, sepanjang bulan April-Mei 2014.


3.3.
Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari unit di dalam pengamatan yang akan
dilakukan (Sabri, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah pasangan usia subur
di Desa Karyamukti Kecamatan Pataruman Kota Banjar Provinsi Jawa Barat. PUS
ini berjumlah 931 yang terdiri dari RW 1 149 responden, RW 2 159 responden,
RW 3 249 responden, RW 4 199 responden, RW 5 98 responden, dan RW 6 terdiri
dari 77 responden.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah suatu prosedur dimana hanya sebagian populasi saja yang
diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari
populasi (Siregar, 2010).
a.

Jumlah sampel
Perhitungan sampel ini menggunakan rumus Lemeshow,et. Al, 1997) sebagai

berikut :
Z

1 /2 P (1 P ) N

n=
d ( N -1 ) +Z1- /2 P (1- P)
1,96 . 0,5 (1 0,5 ) 931
n=
0.1 ( 931 -1 ) +1,96 . 0,5 (1- 0,5)
=

894, 1324

10,2604
23

24

87,144

keterangan :
n

= Jumlah sampel

Z 2 1-

/2

= Nilai distribusi normal (tabel Z) pada tertentu

( 95%=1,96)
P

= Harga porposi di populasi (50% =0,5)

d2

= Presisi mutlak / kesalahan (absolut ) yang ditolerir (10% =


0,1)

= Jumlah populasi

Dari hasil perhitungan diatas diperoleh 87,144 responden maka jumlah


sampel minimal yang dibutuhkan sebanyak 87 responden, namun dengan beberapa
pertimbangan bahwa dengan semakin banyak sampel yang diteliti akan semakin
mewakili populasi dan akan memberikan hasil yang akurat, selain itu juga dikhawatir
akan terjadi pengurangan dalam pengembalian kuesioner kepada peneliti, sehingga
peneliti menambah sampel sebanyak 10% jadi sebesar 96 responden dari seluruh
jumlah populasi.
b. Kriteria sampel
Pada penelitian ini, kriteria inklusi dan kriteria eksklusi nya adalah:
a. Kriteria inklusi sampel yang akan diteliti adalah :
1) Pasangan usia subur
2) Yang tercatat sebagai warga dan bertempat tinggal di Karyamukti
3) Bersedia menjadi responden dan diwawancarai
b. Kriteria ekslusi sampel adalah:
1) Tidak bersedia menjadi responden dan diwawancarai
2) Warga desa dari luar Karyamukti
c. Teknik Pengambilan Sampel
24

25

Dalam pengambilan sampel penelitian ini digunakan cara atau teknik teknik
tertentu, sehingga sampel tersebut sedapat mungkin mewakili populasinya. Teknik
ini biasanya disebut teknik sampling.
Sampel penelitian ini diambil secara simple random sampling yaitu
pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama kepada setiap anggota
yang ada dalam suatu populasi untuk dijadikan sampel. (Siregar,2010)
Penelitian melakukan beberapa tahapan dalam pengambilan sampel,
diantaranya :
1

Mendata seluruh pasangan usia subur di Desa Karyamukti Kecamatan

Pataruman Kota Banjar Provinsi Jawa Barat


Setelah jumlah sampel diketahui akhirnya dibuat pembagian penyebaran
kuesioner per RW. Karena diketahui dari seluruh PUS ada 931 tetapi hanya
diperlukan sebanyak 96 responden yang diambil dari tiap RW (1 sampai 6)
Cara pengambilan sampel, penentuan sampel secara proporsional untuk tiap

RW:
Diketahui : jumlah pasangan usia subur = 931
Jumlah sampel

= 96

Jumlah PUS setiap RW


Sehingga : jumlah PUS setiap RW X 96

931
Untuk RW 1 diketahui jumlah PUS sebanyak 149 dan di jadikan sampel
sebanyak 15 responden , untuk RW 2 jumlah PUS sebanyak 159 dan dijadikan

25

26

responden sebanyak 16 responden, untuk RW 3 jumlah PUS sebanyak 249 dan


dijadikan responden sebanyak 25 responden, untuk RW 4 jumlah PUS sebanyak 199
dan dijadikan responden sebanyak 21 responden, untuk RW 5 jumlah PUS sebanyak
98 dan dijadikan responden sebanyak 10 responden, dan untuk RW 6 jumlah PUS
sebanyak 77 dan dijadikan responden sebanyak 8 responden.
3.4.
Variabel dan Definisi Operasional
3.4.1. Variabel
Variabel adalah konstruk yang sifat sifatnya telah diberi angka (kuantitatif)
atau juga dapat diartikan variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam
macam nilai, berupa kuantitatif maupun kualitatif yang dapat berubah ubah
nilainya.( Siregar, 2010). Adapun variabel dari penelitian ini adalah tingkat
pengetahuan, umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan.

3.4.2. Definisi Operasional


Penelitian dilakukan dengan pengumpulan data mengenai beberapa variabel.
Untuk menghindari kesalahan presepsi, diperlukan batasan yang ditetapkan dari
variabel variabel yang tersebut sehingga diperlukan definisi operasional yang
meliputi definisi variabel dalam penelitian maupun alat, cara, hasil skala ukur.
Definisi operasional dari masing masing tabel tercantum pada.

N
o
1
.

Variabel

Tingkat
pengetahuan

Tabel 3.1 Definisi Operasional


Definisi
Alat ukur
Cara

Pengetahuan
yang dimaksud
dalam penelitian
adalah
segala
sesuatu
yang
diketahui

Variabel
Kuesioner

Hasil

Skala

Angket Pengetahuan
Ordinal
baik > 70
Pengetahuan
cukup 50
70
Pengetahuan
26

27

2
.

Usia

3
.

Tingkat
pendidikan

4
.

Jenis
pekerjaan

3.5.

responden
mengenai alat
kontrasepsi
dalam
rahim
pascapersalinan
Usia responden
pada
saat
dilakukan
penelitian
Pendidikan
responden
adalah
pendidikan
formal
terahir
yang
dicapai
responden
sampai
mendapat ijazah
atau surat tanda
lulus
Pekerjaaan
responden
adalah
mata
pencaharian
utama
dari
responden yang
dilakukan untuk
mendukung
finansial
keluarga.

kuran < 50

Kuesioner

Angket 20-30 tahun


31-40 tahun
>40 tahun

Pertanyaan
kuesioner

Angket

Pertanyaan
kuesioner

Ratio

1.Tidak
Ordinal
Sekolah
2. Tidak tamat
SD
3. Tamat SD
4. Tamat SMP
5. Tamat SMA
6.Perguruan
tinggi
(D1,D2,D3,D4
,S1,S2,S3)
Angket 1.Buruh
Ordinal
2. Militer
3.Pegawai
swasta
4. PNS
5.Tidak bekerja
6. lain lain

Uji Validitas dan Reabilitas


Uji validitas dan reabilitas untuk kuesioner dalam penelitian ini tidak

dilakukan oleh karena peneliti menggunakan kuesioner yang sudah yang telah
dilakukan oleh peneliti terdahulu yaitu.Ratnaningtyas tahun 2009 dengan judul
Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Metode Kontrasepsi Dengan Pemakaian
Kontrasepsi Hormonal dan Non Hormonal.

27

28

3.6.

Pengukuran dan Pengamatan Variabel Penelitian


Pengukuran dalam penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif,

yaitu melakukan identifikasi besar kecilnya variasi. Untuk mempermudah analisis


data pada variabel kontinyu seperti tingkat pengetahuan, dengan memberikan skor
(nilai)

pada setiap pernyataan atau pertanyaan. Sedangkan untuk umur, tingkat

pendidikan, jenis pekerjaan, tidak diberikan skor karena sudah langsung dapat
dikategorikan.
Untuk variabel pengetahuan terdapat 20 pertanyaan yaitu dimulai dari nomor
P1 P20. Masing masing nomor diberi nilai 1 jika responden menjawab benar, dan
0 jika responden menjawab salah. Penilaian apakah responden berpengetahuan baik,
cukup, dan kurang dilakukan dengan menjumlahkan total skor yang diperoleh,
kemudian dibandingkan dengan cut off point median yaitu dikategorikan baik bila
>70% dari median, sedang 50 % 70% dari median, dan kurang <50% dari median.
3.7.

Pengumpulan Data
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara, tergantung dari jenis

penelitian. Dalam penelitian ini pengumpulan data yang dibutuhkan, peneliti


melakukan penelitian sendiri secara langsung (data primer) dan dengan bantuan
berbagai pihak (data sekunder). Adapun data yang dikumpulkan terdiri dari data
primer dan data sekunder.
1

Data primer
Pengumpulan data dari responden dengan menggunakan kuesioner dengan
cara memakai angket.

Data sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini dapat diperoleh dari jumlah pasangan
usia subur dan dokumen profil tentang gambaran umum puskesmas Pataruman 2.
28

29

3.8.

Pengolahan Data
Pengolahan data dalam penelitian ini adalah

3.8.1. Pemeriksaan Data (editing)


Proses editing adalah memeriksa data yang telah dikumpulkan baik berupa
daftar pertanyaan, kartu atau buku register. Melakukan kegiatan memeriksa data
ialah menjumlah dan melakukan koreksi. Dalam penelitian ni dilakukan
penyuntingan data yang telah dikumpulkan dengan cara memeriksa kelengkapan
pengisian pertanyaan yang diajukan, kejelasan pengisian dan kesalahan jawaban dari
setiap kuesioner yang telah diisi.
3.8.2. Pemberian Kode (coding)
Coding data adalah pemberian kode pada tiap variabel dengan tujuan untuk
mempermudah analisis. Dalan penelitian ini pengkodean dilakukan pada semua
variabel, baik itu variabel independent maupun dependent.
3.8.3.

Memasukan Data (entery data) atau Processing


Entery data adalah jawaban dari masing masing responden yang dalam

bentuk code ( angka atau huruf ) dimasukan ke dalam program atau software
komputer.
3.8.4.

Pembersihan Data (cleaning)


Semua data dari setiap number data atau responden selesai dimasukan, perlu

dicek kembali untuk melihat kemungkinan kemungkinan adanya kesalahan kode,


ketidak lengkapan, dan sebagainya. Kemudian dilakukan koreksi.
3.9.

Teknik Analisis Data


Analisis data dilakukan untuk mengolah data ke dalam bentuk yang lebih

mudah dibaca dan diinterpretasikan serta untuk menguji seacara statistik kebenaran

29

30

hipotesis yang telah ditetapkan. Pada tahap analisis ini lebih banyak mengunakan
perangkat komputer. Analisis data dilakukan dalam satu tahap, yaitu analisis
univariat yang merupakan suatu cara melakukan olah hasil untuk mendistribusikan
frekuensi dari masing masing variabel yang terdiri dari , umur, tingkat pendidikan,
jenis pekerjaan dan tingkat pengetahuan.

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1.Gambaran Umum Desa Karyamukti


Desa Karyamukti terletak di Kecamatan Pataruman Kabupaten Banjar
Provinsi Jawa Barat. Letak wilayah berdasarkan Peta Resmi Wilayah adalah
108.581074 LS / LU -7.389825 BT/ BB dengan luas wilayah sebesar 665 Ha.
Batas wilayah Desa Karyamukti di arah utara adalah Desa Mulyasari, di
selatan berbatasan dengan Desa Kutawaringin, di barat berbatasan dengan Desa
Puloerang, dan di timur dengan Desa Batulawang dengan jumlah penduuduk 8.617
jiwa dan jumlah kepala keluarga sebanyak 1.748 KK.
4.2.
Gambaran Umum Puskesmas Pataruman 2
4.2.1. Data demografi

30

31

Wilayah Kerja Puskesmas Pataruman 2 mempunyai luas keseluruhan 16 km,


terbagi dalam 3 Desa. Daerah terdekat dengan Puskesmas adalah Desa Karyamukti
dan daerah terjauh adalah Desa Sukamukti. Adapun batas wilayah daerah yaitu :
- Selatan : Kutawaringin
- Barat

: Binangun

- Utara

: Hegarsari

- Timur

: Mulyasari

Tabel 4.1 [Situasi Geografis di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan


Pataruman 2 Tahun 2013]
JUMLAH
N
O

DESA / KELURAHAN

RT

RW

JARAK
DESA KE
PUSKESMA
S (meter)

WAKTU
TEMPUH KE
PUSKESMAS
(menit)

Desa Karyamukti

34

100

Desa Batulawang

27

2000

10

Desa Sukamukti

29

10

3000

15

90

24

Jumlah

Sumber : Data Kecamatan Pataruman Tahun 2013

Jumlah RT/RW terbanyak terdapat di Desa Karyamukti sebanyak 34 dari total


keseluruhan 90. Puskesmas Pataruman 2 merupakan salah satu Puskesmas yang ada
di wilayah Kota Banjar tepatnya di Kecamatan Pataruman, mempunyai luas
bangunan sekitar 100 m dan berada tepat di samping Kantor Desa Karyamukti.
Puskesmas Pataruman 2 resmi berdiri pada tanggal 1 Juli 2005, Puskesmas
Pataruman 2 secara bertahap memantapkan langkahnya untuk sebuah tujuan mulia
yaitu memberikan pelayanan yang optimal dalam bidang kesehatan kepada
masyarakat khususnya di wilayah kerja Puskesmas Pataruman 2.
31

32

4.2.2. Situasi Peran Serta Masyarakat


Masalah kesehatan merupakan bukan hanya tanggung jawab dari petugas
Kesehatan, akan tetapi tanggung jawab semua masyarakat. Oleh karena diperlukan
peran serta masyarakat aktif serta kerja sama dari pihak terkait lainnya. Adapun
beberapa peran masyarakat yang ada adalah :
Tabel 4.2
[Peran Serta Masyarakat Di Wilayah Puskesmas Pataruman 2 Tahun 2013]
N
DESA /
KADER
KEAGA- DUKUN
PKK
LSM
O
KELURAHAN
AKTIF
MAAN
PARAJI
1

Desa Karyamukti

39

39

33

Desa Batulawang

44

15

15

Desa Sukamukti

39

21

21

122

69

69

13

JUMLAH

Sumber : Data UPTD Puskesmas Pataruman 2, Tahun 2013

4.2.3. Sumber Daya Puskesmas


a. Ketenagaan Puskesmas
Ketenagaan Puskesmas Pataruman 2 terdiri dari sumber daya manusia yang
memiliki bidang keahlian masing-masing yang jumlahnya akan disajikan dalam
bentuk tabel.
Tabel 4.3
[Distribusi Jenis Pendidikan Karyawan Puskesmas Pataruman 2 Tahun 2011]
N
O

JENIS TENAGA

JUMLAH
PNS

NON PNS

S1 KEDOKTERAN

S1 KEDOKTERAN GIGI

S1 KESMAS

D3 KEBIDANAN

D3 KEPERAWATAN

KETERANGAN

32

33

D3 KEPERAWATAN GIGI

D3 GIZI

D3 ANALIS KESEHATAN

D1 KEBIDANAN

10

D1 SPPH

11

SPK

12

SMA

13

SMEA

14

PKC

15

SMP

16

SD

17

LAIN-LAIN

JUMLAH
Sumber

Penjaga Malam dan


Pekarya Kebersihan
11

12

: Arsip Kepegawaian UPTD Puskesmas Pataruman 2,Tahun 2013

b. Sarana Kesehatan
Berikut adalah beberapa sarana kesehatan yang ada di UPTD Puskesmas
Pataruman 2 pada Tahun 2013 :
Tabel 4.4 [Jumlah Sarana Puskesmas Pataruman 2 Tahun 2013]
NO
1

JENIS SARANA
BANGUNAN KANTOR
Bangunan Kantor
Puskesmas Pembantu
POLINDES
POSKESDES
Rumah Dinas
KENDARAAN DINAS
Mobil Ambulans
Motor Invenjtaris
KOMPUTER DAN
JARINGANNYA
Laptop
Unit Komputer
Printer

JUMLAH

KETERANGAN

1 Unit
1 Unit
6 Unit
2 Unit
1 Unit
8 Unit
2 buah
5 buah
4 buah
33

34

Server Jaringan Internet


Tower Jaringan Internet
LCD/ Infokus
UPS
ELEKTRONIK LAINNYA
TV
DVD
Radio Tape
AC
Alat Komunikasi Oral / ORARI

1 paket
1 buah
1 paket
4 buah
2 buah
1 buah
1 buah
1 buah
2 unit

ALAT KESEHATAN
Partus Set
Dental Unit
Hecting Set
Laboratory Set

3 SET
1 SET
2 SET
1 SET

LAINNYA
Mesin Fogging

1 UNIT

PKM dan
AMBULANCE
PKM dan PUSTU

Sumber: Arsip Data SIMDA BMKD UPTD Puskesmas Pataruman , Tahun 2013

4.3.

Gambaran Tingkat Pengetahuan Pasangan Usia Subur Dalam Pemilihan

Alat Kontrasepsi di Desa Karya Mukti


a. Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan responden dalam memilih alat kontrasepsi akan
disajikan dalam bentuk tabel 4.5 berikut.
Tabel 4.5 [Tingkat Pengetahuan Responden Dalam memilih Alat Kontrasepsi]
Tingkat
Pengetahuan
Valid

Baik

Frekuensi

Persentase
Valid Percent
%

Cumulative
Percent

Cukup

51

53.1

53.1

53.1

Kurang

45

46.9

46.9

100.0

Total
96
100.0
100.0
Berdasarkan tabel 4.5 diatas, dari 96 PUS di Desa Karya Mukti, sebagian
besar memiliki pengetahuan yang cukup mengenai alat kontra sepsi, yaitu sebanyak
51 orang (53,1%) dan sebanyak 45 orang (46,9%) memiliki tingkat pengetahuan
yang kurang, untuk pengetahuan yang baik sebanyak 0 responden (0).
34

35

b. Usia Responden
Gambaran usia responden di Desa Karyamukti disajikan dalam bentuk tabel
4.6 berikut ini.
Tabel 4.6 [Distribusi Responden Berdasarkan Usia]
Frekuensi

Persentase
%

20 - 30 tahun

49

51.0

51.0

51.0

31 - 40 tahun

37

38.5

38.5

89.6

> 41tahun

10

10.5

10.5

100.0

Total

96

100.0

100.0

Usia
Valid

Valid
Percent

Cumulative
Percent

Berdasarkan tabel 4.6 tersebut diatas didapatkan usia responden berumur


lebih dari 41 tahun sebanyak 10 orang (10,5%), berumur 31-40 tahun sebanyak 37
orang (38,5%), berumur 20- 30 tahun sebanyak 49 orang pasien (51%) dan berumur
66-78 tahun sebanyak 21 orang pasien (21%).
c. Tingkat Pendidikan
1) Istri
Distribusi tingkat pendidikan responden khususnya istri, akan disaijikan
dalam bentuk tabel 4.7 berikut,
Tabel 4.7 [Distribusi Tingkat Pendidikan Istri]
Tingkat
Pendidikan
Valid

Frekurensi

Persentase % Valid Percent

Cumulative
Percent

Tidak sekolah
SD

0
40

0
41.7

0
41.7

0
41.7

SMP

42

43.8

43.8

85.4

SMA

13

13.5

13.5

99.0

AKADEMI / PT

1.0

1.0

100.0

Total

96

100.0

100.0

35

36

Berdasarkan tabel 4.7 diatas didapatkan jumlah responden yang memiliki


tingkat pendidikan terakhir Akademi/PT sebanyak 1 orang (1,%), pendidikan istri
terakhir SMA sebanyak 13 orang (13,5%), pendidikan istri terakhir SD sebanyak 40
orang (41,7%), pendidikan istri terakhir SMP sebanyak 42 orang (43,8).
2) Suami
Gambaran distribusi tingkat pendidikan suami, disajikan dalam bentuk tabel
4.8 berikut ini.
Tabel 4.8 [Distribusi Tingkat Pendidikan Suami
Tingkat Pendidikan Frekuensi
Valid Tidak Tamat SD

Persentase
Valid Percent Cumulative Percent
%

1.0

1.0

1.0

SD

50

52.1

52.1

53.1

SMP

29

30.2

30.2

83.3

SMA

14

14.6

14.6

97.9

AKADEMI/ PT

2.1

2.1

100.0

Total

96

100.0

100.0

Berdasarkan tabel 4.8 tersebut diatas didapatkan jumlah suami yang memiliki
tingkat pendidikan terakhir tidak taman SD sebanyak 1 orang (1%), pendidikan
suami terakhir Akademik/PT sebanyak 2 orang (2,1%), pendidikan suami terakhir
SMA sebanyak 14 orang (14,6%), pendidikan suami terakhir SMP sebanyak 29
orang (30,2%), pendidikan suami terakhir SD sebanyak 50 orang (52,1%).
d. Pekerjaan
1) Istri
Distribusi jenis pekerjaan suami disajikan dalam bentuk tabel 4.10 berikut ini,

36

37

Tabel 4.9 [Distribusi Pekerjaan Istri]


Jenis Pekerjaan Frekuensi
Valid Buruh
militer

Persentase
Valid Percent
%

Cumulative
Percent

7
0

7.3
0

7.3
0

7.3
7.3

Pegawai swasta

3.1

3.1

10.4

PNS

3.1

3.1

13.5

Tidak bekerja

83

86.5

86.5

100.0

Total

96

100.0

100.0

Berdasarkan tabel diatas, dari 96 PUS di Desa Karyamukti, 83 orang istri


tidak bekerja dengan persentase 86,5%. Sebanyak 7 orang (7,3%) bekerja sebagai
buruh dan masing-masing 3 orang (3,1%) untuk jenis pekerjaan pegawai swasta dan
Pegawai Negri Sipil (PNS), militer 0 orang (0)
2) Suami
Distribusi jenis pekerjaan suami disajikan dalam bentuk tabel 4.10 berikut ini,
Tabel 4.10 [Distribusi Pekerjaan Suami]
Jenis Pekerjaan
Valid Buruh
Militer

Frekuensi

Persentase
Valid Percent
%

Cumulative
Percent

60
0

62.5
0

62.5
0

62.5
62.5

Pegawai Swasta

35

36.5

36.5

99.0

PNS
Tidak bekerja

1
0

1.0
0

1.0
0

100.0
100.0

Total

96

100.0

100.0

Berdasarkan tabel di atas, dari 96 PUS (100%), sebanyak 60 orang suami


memiliki jenis pekerjaan buruh dengan persentase 62,5%. Jenis pekerjaan pegawai
swasta dimiliki oleh 35 orang (36,5%), dan 1 orang (1%) bekerja sebagai PNS.

37

38

BAB V
PEMBAHASAN
5.1.

Analisa Distribusi Responden Berdasarkan Usia


Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PUS di Desa Karyamukti

Kecamatan Pataruman ini lebih banyak berada pada kelompok umur 20-30 tahun
sebanyak 49 orang (51%). Temuan sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Syamsiah pada tahun 2002 bahwa usia sangat mempengaruhi seseorang untuk
lebih memerhatikan kesehhatannya termasuk kesehatan reproduksi, maka secara
tidak langsung dapat mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi. Kemudian pada
penelitian yang dilakukan Anggraeni pada tahun 2004 yang mengatakan bahwa
terdapat pengaruh antara usia dengan pemilihan alat kontrasepsi.
Faktor umur sangat berpengaruh terhadap aspek reproduksi manusia
terutama dalam pengaturan jumlah anak yang dilahirkan dan waktu persalinan, yang
kelak berhubungan juga dengan kesehatan ibu, umur juga berpengaruh terhadap
pemilihan alat kotrasepsi , makin tua umur istri maka pemilihan alat kontrasepsi ke
arah alat yang mempunyai efektivitas yang lebih tinggi yakni metode kontrasepsi
jangka panjang. Kontrasepsi rasional harus mempertimbangkan akseptor, bila usia
lebih 35 tahun, maka lebih efektif menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang.
Jika ibu berada dalam usia risiko rendah yang masih aman untuk hamil dan
melahirkan, jika msaih ingin mempuyai anak lagi dianjurkan menggunakan alat
kontrasepsi yang kesuburan setelah alat kontrasepsi dihentikan akan segera kembali
seperti alat kontrasepsi pil (Pinem, 2009).
38

39

5.2.

Analisa Tingkat Pendidikan Responden


Penelitian ini menunjukkan bahwa PUS di Desa Karyamukti Kecamatan

Pataruman ini paling banyak adalah SMP sebanyak 42 orang (43,8%) untuk istri, dan
SD sebanyak 50 orang (52,1%) untuk suami. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Bernadus tahun 2013 yang menyebutkan bahwa tingkat pendidikan
tidak saja mempengaruhi kerelaan menggunakan KB tetapi juga menentukan
pemilihan suatu alat kontrasepsi.
Menurut Suhariati (2012), tingkat pengetahuan dapat dipengaruhi oleh
pendidikan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin baik
pengetahuan seseorang sehingga diharapkan pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kemantapan akseptor KB dalam memilih alat kontrasepsi.
5.3.

Analisa Jenis Pekerjaan Responden


Pada penelitian ini, ditemukan bahwa dari 96 PUS di Desa Karyamukti, 83

orang istri tidak bekerja dengan persentase 86,5% dan sebanyak 60 orang suami
memiliki jenis pekerjaan buruh dengan persentase 62,5%. Hal ini sesuai dengan
pernyataan di dalam Bernadus (2013), bahwa sebagian besar ibu tidak bekerja dan
lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah. Menurut Endang (2007) seorang
ibu bekerja atau tidak bekerja tidak mempengaruhi seseorang dalam pemilihan alat
kontrasepsi.
Sedangkan jenis pekerjaan suami dapat mempengaruhi tingkat ekonomi.
Menurut Bernadus (2013), jenis pekerjaan erat dengan keadaan ekonomi keluarga
yang akan memajukan program KB terkait dengan daya beli masyarakat terhadap
alat kontrasepsi.

39

40

5.4.

Analisa Tingkat Pengetahuan Responden Dalam memilih Alat


Kontrasepsi
Pada penelitian ini ditemukan bahwa tingkat pengetahuan yang paling tinggi

yang dimiliki PUS di Desa Karyamukti adalah tingkat pengetahuan cukup yaitu
sebanyak 51 orang (53,1%) dari 96 PUS. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Ratnaningtyas (2012), bahwa dari 88 responden, yang memiliki tingkat
pengetahuan baik sebanyak 37 orang (42%), pengetahuan cukup sebanyak 40 orang
(45,5%) dan yang memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 11 orang (12,5%).
Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi, kultur (budaya dan
agama), pendidikan, pengalaman dan informasi (Notoatmodjo, 1993). Pengetahuan
mengenai kontrasepsi dapat diperoleh PUS dari tenaga kesehatan melalui konseling,
buku, maupun informasi dari media massa (radio, televisi, majalah dan surat kabar).
Tingkat pengetahuan yang paling rendah dimulai dari tahu yaitu mengingat suatu
materi yang telah dipelajari atau diterima sebelumnya. Pada tingkat pengetahuan
yang lebih tinggi, PUS dapat memahami, mengaplikasikan, mengalisis, sintesis dan
pada tingkat yang paling tinggi, PUS mampu melakukan penilaian terhadap metode
kontrasepsi. Sehingga diharapkan PUS secara sadar memilih dan memakai
kontrasepsi yang sesuai dengan kondisinya (Ratnaningtyas, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa tingkat
pengetahuan PUS yang cukup berkaitan dengan cukupnya sumber informasi
mengenai alat kontrasepsi sehingga, tingkatan pengetahuan yang dapat tercapai
hanya memahami.

40

41

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai gambaran tingkat

pengetahuan pasangan usia subur dalam pemilihan alat kontrasepsi di Desa


Karyamukti Kecamatan Pataruman Kota Banjar Provinsi Jawa Barat 2014 dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
Dari hasil peneltian terhadap 96 responden didapatkan rata rata usia
pasangan usia subur 20 30 tahun 49 orang (51%) 31 40 tahun sebanyak 37
(38.5%), dan > 41 tahun sebanyak 10 responden (10.5%). Adapun responden yang
memiliki tingkat pengetahuan kurang 45 responden (46.9%) dan yang memiliki
pengetahuan yang baik 0 responden (0 %), dengan tingkat pendidikan istri paling
banyak adalah SMP 42 responden (43.8%), sedangkan yang terendah adalah tidak
sekolah 0 responden (0%). Tingkat pendidikan suami paling tinggi adalah SD
sebanyak 50 responden (52.1%), sedangkan hasil terendah tidak tamat SD 1
responden (1.0%). Tingkat pekerjaan istri paling banyak tidak bekerja sebanyak 83
responden (86.5%), terendah militer 0 responden (0%), sedangkan pekerjaan suami
terbanyak adalah buruh 60 responden (62.5%), tdan terendah 0 responden (0%).
6.2.

Sar
an
41

42

6.2.1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Banjar


Dinas Kesehatan

diharapkan lebih meningkatkan pemberian informasi

kesehatan tentang metode kontrasepsi, yaitu tentang ragam metode kontrasepsi yang
tersedia, keamanan dan cara pemakaian metode tersebut, termasuk pengetahuan
tentang kemungkinan efek samping dan komplikasinya, dengan cara mengadakan
program seminar mengenai alat kontrasepsi dan memberikan pelatihan kepada
petugas kesehatan mengenai pelatihan penyampaian informasi mengenai alat
kontrasepsi.
6.2.2. Bagi Puskesmas Pataruman 2
Tenaga kesehatan khususnya bidan diharapkan lebih meningkatkan
pemberian informasi kesehatan tentang metode kontrasepsi, yaitu tentang ragam
metode kontrasepsi yang tersedia, keamanan dan cara pemakaian metode tersebut,
termasuk pengetahuan tentang kemungkinan

efek samping dan komplikasinya,

dengan cara melakukan penyuluhan terhadap PUS.


6.2.3. Bagi PUS
Mendapatkan informasi dari berbagai media dan menggali lagi informasi
mengenai ragam metode kontrasepi, keamanan, cara pemakaian termasuk efek
samping dan komplikasinya, sehingga kesadaran dan dalam menggunakan
kontrasepsi.
6.2.4. Bagi Peneliti lain
Melakukan penelitian sejenis dengan menggunakan desain penelitian dan
pengembangan data yang berbeda agar diketahui sebab dan akibat pengaruh dari
pemilihan alat kontrasepsi dengan cara menambahkan beberapa variabel jumlah
anak, jumlah anak yang diinginkan, sikap, dan perilaku dalam memilih alat
kontrasepsi.
42

43

DAFTAR PUSTAKA

Baziad, A. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka


Cipta
Bernadus, Johana D, et. al. 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Pemilihan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Bagi Akseptor KB di
Puskesmas Jailolo.Jurnal E-NERS vol. 1 nomor 1 Maret 2013, halaman 1-10.
Fakultas Kedokteran Universitas Samratulangi Manado. Diunduh pada
tanggal 12 April 2012 dari alamat web:
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eners/article/download/1760/1401
BKKBN. 2012. Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana Pasca Persalinan di
Fasilitas Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
Cunningham, F. G. 2005. Obstetri Williams Edisi: 21. Jakarta: EGC
Depkes RI. 2012. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Diunduh pada tanggal 10
April dari alamat web: http://www.depkes.go.id/downloads/Profil2011-v3.pdf
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. 2012. Hasil Riset Kesehatan Dasar Skala
Nasional. Diunduh pada tanggal 15 April 2014 dari alamat web:
http://www.diskes.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/800
Debpuur, C. Et al. 2002. The Impact of the Navrongo Project on Contraceptive
Knowledge and Use, Reproductive Preferences, and Fertility.Journal: Studies
in Family Planning Vol. 33 Issue 2, page 141-146
Endang, S. 2007. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Akseptor KB
Dalam Memilih Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) di RSU Pandan
Arang Boyolali Tahun 2007.Skripsi: STIKES Boyolali
Hartanto, H. 2004. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC
43

44

Hasil SDKI 2012 diunduh pada tanggal 12 April 2014 dari alamat web:
http://bkkbn.go.id/.../HasilPenelitian.aspx?...%2Flitbang%2Fpusdu%2FH...
Kemenkes RI. 2011. Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan.
Diunduh pada tanggal 30 April 2014 dari alamat web:
http://www.depkes.go.id/downloads/Buku%20PSPK%202011%20%202014.pdf
Kontrasepsi Mantap. diunduh pada tanggal 20 April 2014 dari alamat web:
http://www.bkkbn-jatim.go.id/bkkbn-jatim/html/kontap.htm
Lemeshow, Stanley. 1997. Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press
Manuaba, I.G.B. 2002. Konsep Obstetri dan Ginekologi Sosial Indonesia. Jakarta:
EGC
Martaadisoebrata, D, et al. 2005. Bunga Rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Notoatmodjo, Soekijo. 1993. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta
Pinem,S. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta: TIM
Ratnaningtyas, Intan.A. 2009. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Metode
Kontrasepsi dengan Pemakaian Kontrasepsi Hormonal dan Non Hormonal
di RW III Desa Karangasri-Ngawi. Karya Tulis Ilmiah: Program D-4
Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Sabri, Luknis. 2010. Statistik Kesehatan. Jakarta: PT. Grafindo Persada
Saifudin, BA. 2006. Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:Yayasan Bina
Pustaka
Siregar, Syofian. 2010. Statistika Deskriptif Untuk Penelitian. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Suhariati. 2012. Pengetahuan Akseptor KB dengan Kemantapan dalam Pemilihan
Alat Kontrasepsi.Kediri. Skripsi: Akademi Kebidanan Pare
Suratun,SKM.2008.Pelayanan KB dan Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta
44

45

Syamsiah. 2002. Peran Dukungan Suami Dalam Pemilihan Alat Kontrasepsi Pada
Peserta KB di Kelurahan Serasan Jaya, Soak Baru dan Balai Agung,
Kecamatan Sekayu Kecamatan Musi Banyuasin, Sumatra Selatan. Tesis:
Unversitas Indonesia
Wikojosastro, H. 2007. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo

LAMPIRAN

Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Kesehatan


Universitas Muhammadiyah Jakarta
Kuisioner Penelitian
Tahun 2014
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama

Usia

Alamat

No. Telepon

Telah mengetahui dengan jelas tujuan dan panduan pengisian kuesioner penelitian ini.
Seluruh informasi yang saya berikan adalah jujur dan bersifat rahasia. Demikian pernyataan
ini saya buat agar dipergunakan dengan sebaik-baiknya.
Banjar ,

2014

45

46

LEMBAR KUESIONER
TINGKAT PENGETAHUAN PUS DALAM PEMILIHAN ALAT
KONTRASEPSI
DATA UMUM RESPONDEN
1. Nama
2. Usia
3. Pendidikan responden:
(1) Tidak sekolah
(2) Tidak tamat SD
(3) Tamat SD

: ____________________
: ___________ tahun
(4) Tamat SMP
(5) Tamat SMA

(6) Akademi /Perguruan tinggi


(D1/D2/D3/D4/S1/S2/S3)*

10. Pekerjaan responden:


(1) Buruh
(5) Tidak bekerja
(2) Militer
(3) Pegawai swasta
(4) PNS
(6) Lain-lain ________________
11. Pendidikan pasangan responden:
(1) Tidak sekolah
(4) Tamat SMP
(2) Tidak tamat SD (5) Tamat SMA
(3) Tamat SD

(6) Akademi /Perguruan tinggi


(D1/D2/D3/D4/S1/S2/S3)*

12. Pekerjaan pasangan responden:


(1) Buruh
(5) Tidak bekerja
(2) Militer
(3) Pegawai swasta
(4) PNS
(6) Lain-lain ________________

46

47

KUESIONER TINGKAT PENGETAHUAN DALAM PEMILIHAN ALAT


KONTRASEPSI
No

Pertanyaan

1.
2.

Usia melahirkan yang terbaik bagi wanita adalah 20-40 tahun


Penggunaan pil KB dapat menyebabkan kenaikan tekanna darah
(darah tinggi)
3.
Pil KB mengganggu hubungan seksual
4.
Pil KB mencegah penyakit menular seksual
5.
Kondom bisa mengganggu kenikmatan seksual
6.
Kondom bisa melindungi dari penyakit menular seksual
7.
Suntik KB pada wanita bisa mempengaruhi siklus menstruasi/ haid/
datang bulan
8.
Suntik KB bisa menyebabkan kenaikan berat badan
9.
Suntuk KB disuntikan setiap bulan saja
10. KB susuk atau implant dipasang didalam rahim
11. KB susuk sering juga disebut KB steril
12. KB susuk bisa menyebabkan gangguan siklus menstruasi/ haid/
datang bulan
13. Pada pemasangan KB spiral atau IUD harus dilakukan bius total
14. KB spiral/IUD dipasang didalam rahim
15. Setelah pemasangan KB spiral/IUD dapat terjadi nyeri perut bagian
bawah
16. KB spiral/IUD bisa menyebabkan kenaikan berat badan
17. Operasi steril pada wanita/MOW, sebaiknya dilakukan pada wanita
dengan jumlah anak 2 atau lebih dengan usia diatas 35 tahun
18. KB steril pada wanita bisa menyebabkan penambahan berat badan
19. KB steril pada wanita bisa meningkatkan tekanan darah
20. Metode KB steril pada pria dapat mengurangi nafsu sex/ gairah pria
Sumber: [Ratnaningtyas,2009]

47

48

48

Вам также может понравиться