Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan sensus penduduk Indonesia tahun 2010, Indonesia menjadi
negara yang memiliki kepadatan penduduk, yang berada pada peringkat keempat di
dunia. Jumlah penduduk Indonesia mencapai 237.641.326 jiwa. Dalam 10 tahun
terakhir (20002010), jumlah penduduk Indonesia meningkat sebesar 32,5 juta.
Berdasarkan jenis kelamin jumlah penduduk perempuan tercatat 119.630.913 jiwa
dan laki - laki sebanyak 118.010.413 jiwa (KEMENDAGRI, 2013).
Selain itu angka kelahiran di Indonesia mengalami kenaikan dari 17,4
kelahiran per 1000 penduduk menjadi 17,9 kelahiran per 1000 penduduk, ditambah
pula dengan meningkatnya angka kematian ibu menurut SDKI 2012, rata-rata angka
kematian ibu (AKI) tercatat mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup, melonjak
dibandingkan hasil SDKI 2007 rata - rata angka kematian 228 per 100 ribu (SDKI,
2102). Pada Provinsi Jawa Barat terdapat angka kelahiran bayi sebesar 935.003 jiwa
dan angka kematian ibu sebesar 804 kasus. Hal ini menunjukan angka kelahiran bayi
dan angka kematian ibu di Jawa Barat masih tinggi, dikarenakan Jawa Barat adalah
Provinsi padat penduduk (Dinkes Prov. Jawa Barat, 2012). Menurut data statistik
kesehatan Dinas Kesehatan Kota Banjar, terdapat angka kelahiran bayi sebesar 3.558
pada tahun 2012. Jumlah penduduk yang banyak, angka kelahiran bayi dan kematian
ibu yang tinggi, akan menurunkan derajat kesejahteraan suatu bangsa atau wilayah.
Oleh karena itu, untuk menjaga dan menjamin keselamatan ibu dan kesehatan wanita
selama hamil, bersalin, nifas, wanita usia produktif atau subur, salah satunya dengan
program Keluarga Berencana (KB).
1
kontrasepsi masih tertuju pada jenis alat kontrasepsi pil dan suntik, sedangkan masih
terdapat jenis alat kontrasepsi lain yang manfaat dan efektifitasnya tidak kalah tinggi.
Untuk itu, peneliti ingin mengetahui gambaran tingkat pengetahuan pasangan usia
subur dalam pemilihan alat kontrasepsi di Desa Karyamukti Kota Banjar Provinsi
Jawa Barat Tahun 2014.
1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah
1.2.1. Idenitifikasi Masalah
Angka pemilihan dan penggunaan alat kontrasepsi jenis pil dan suntik masih
tinggi di Desa Karyamukti sampai tahun 2014. Kurangnya pengetahuan PUS
mengenai jenis alat kontrasepsi secara umum dan alat kontrasepsi jenis lainnya
secara khusus sebelum memilih jenis alat kontrasepsi yang akan digunakan, diduga
menjadi penyebab tingginya penggunaan alat kontrasepsi jenis pil dan suntik.
1.2.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka rumusan
masalahnya adalah bagaimana gambaran tingkat pengetahuan pasangan usia subur
dalam pemilihan alat kontrasepsi di Desa Karyamukti Kecamatan Pataruman Kota
Banjar Provinsi Jawa Barat Tahun 2014.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Didapatkan informasi mengenai gambaran tingkat pengetahuan pasangan usia
subur dalam pemilihan alat kontrasepsi di Desa Karyamukti Kota Banjar Provinsi
Jawa Barat tahun 2014.
1.3.2. Tujuan Khusus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA
KONSEP DAN PERTANYAAN PENELITIAN
1
Tinjauan Pustaka
1
Definisi Program Keluarga Berencana
Program Keluarga Berencana (KB) adalah salah satu usaha untuk mencapai
kesejahteraan keluarga. Program Keluarga Berencana merupakan bagian terpadu
dalam program pembangunan nasional yang bertujuan untuk mewujudkan
penduduk tumbuh seimbang agar kesejahteraan ekonomi, spiritual dan sosial
budaya penduduk Indonesia dapat tercapai dengan Total Fertility Rate (TFR).
Menurut WHO (World Health Organisation) KB adalah tindakan yang
membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif
tertentu, untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan
kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan,
mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan suami istri, menentukan
jumlah anak dalam keluarga (Hartanto,2004).
Komponen dalam pelayanan KB yang dapat diberikan adalah KIE
(Komunikasi, Informasi, dan Edukasi), konseling, pelayanan kontrasepsi (PK),
pelayanan infertilitas, pendidikan seks, konsultasi pra-perkawinan dan konsultasi
perkawinan, konsultasi genetik, tes keganasan, adopsi (Hartanto,2004).
2
Manfaat Keluarga Berencana
Setiap tahun, terdapat 500.000 perempuan meninggal akibat berbagai masalah
yang melingkupi kehamilan, persalinan, dan pengguguran kandungan (aborsi) yang
tidak aman. KB bisa mencegah sebagian besar kematian itu. Pada masa kehamilan,
KB dapat mencegah sebagian besar kematian dan bahaya-bahaya akibat keadaan lain
yaitu:
1
Kehamilan terlalu dini : perempuan yang sudah hamil ketika umurnya belum
mencapai 17 tahun sangat terancam oleh kematian sewaktu persalinan. Hal ini
dikarenakan tubuhnya belum sepenuhnya tumbuh, belum cukup matang dan siap
untuk dilewati oleh bayi dan bayinya memiliki resiko kematian sebelum usia
mencapai 1 tahun.
Kehamilan terlalu telat : perempuan yang usianya sudah terlalu tua untuk
mengandung dan melahirkan terancam banyak bahaya. Khususnya jika memiliki
problema-problema kesehatan lain atau sudah terlalu sering hamil dan
melahirkan.
Konsep Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti melawan atau mencegah dan
konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan
sel sperma. Untuk itu, maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang
aktif melakukan hubungan intim/seks dan kedua-duanya memiliki kesuburan normal
namun tidak menghendaki kehamilan. (Suratun, 2008)
4
Syarat Kontrasepsi
Menurut Wikojosastro (2007), kontrasepsi yang ideal harus memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut, yaitu dapat dipercaya, tidak menimbulkan efek yang
mengganggu kesehatan, daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan, tidak
menimbulkan gangguan sewaktu melakukan hubungan seksual, tidak memerlukan
motivasi terus menerus, mudah pelaksanaannya, murah harganya, sehingga dapat
terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, dan dapat diterima penggunaannya oleh
pasangan yang bersangkutan.
5
10
11
secara umum, tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus.
Sedangkan manfaat non kontraseptifnya adalah membantu mencegah terjadinya
kanker serviks (mengurangi iritasi bahan karsinogenik eksogen pada serviks),
dapat mencegah penularan IMS dan HIV, memberi dorongan kepada suami untuk
ikut ber-KB, mencegah ejakulasi dini serta mencegah imuno infertilitas (BKKBN
2012).
Keterbatasan kondom adalah keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh
cara penggunaannya, dapat mengurangi sentuhan langsung sehingga cukup
mengganggu hubungan seksual, kondom harus selalu tersedia setiap kali
berhubungan seksual, timbul masalah psikososial yaitu perasaan malu saat
membeli kondom di tempat umum (BKKBN,2012).
3. Coitus Interuptus
Coitus interuptus atau senggama terputus adalah menghentikan senggama
dengan mencabut penis dari vagina pada saat suami menjelang ejakulasi.
Kelebihan dari cara ini adalah tidak memerlukan alat/obat sehingga relatif sehat
untuk digunakan wanita dibandingkan dengan metode kontrasepsi lain, risiko
kegagalan dari metode ini cukup tinggi.
4. KB Alami
KB alami berdasarkan pada siklus masa subur dan tidak masa subur, dasar
utamanya yaitu saat terjadinya ovulasi. Untuk menentukan saat ovulasi ada 3
cara, yaitu : metode kalender, suhu basal, dan metode lendir serviks.
5. Diafragma
Diafragma merupakan suatu alat yang berfungsi untuk mencegah sperma
mencapai serviks sehingga sperma tidak memperoleh akses ke saluran alat
reproduksi bagian atas (uterus dan tuba fallopi). Angka kegagalan diafragma 48% kehamilan.
6. Spermicida
Spermicida adalah suatu zat atau bahan kimia yang dapat mematikan dan
menghentikan gerak atau melumpuhkan spermatozoa di dalam vagina, sehingga
11
12
tidak dapat membuahi sel telur. Spermicida dapat berbentuk tablet vagina, krim
dan jelly, aerosol (busa/foam), atau tisu KB. Cukup
12
13
wanita atau saluran mani yang mengakibatkan orang atau pasangan yang
bersangkutan tidak akan memperoleh keturunan lagi.
Dilakukan atas permohonan pasangan suami-istri yang bersangkutan,
tanpa paksaan dari pihak lain dalam bentuk apapun. Jadi untuk mencegah
keadaan yang tidak diinginkan, seperti misalnya penyesalan setelah mendapat
pelayanan kontrasepsi mantap, maka perlu ditetapkan persaratan bagi mereka
yang akan memperoleh pelayanan kontrasepsi mantap. Secara umum yang
hasrus dipenuhi calon peserta kontrasepsi mantap yaitu:
1
Sukarela
Calon peserta kontrasepsi mantap harus secara sukarela menerima
13
14
Tubektomi
Tubekotomi merupakan metode operasi wanita (MOW), yaitu metode
kontrasepsi mantap yang bersifat sukarela bagi seorang wanita bila tidak ingin
hamil lagi dengan cara mengoklusi tuba falopi (mengikat dan memotong atau
memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum. Waktu
yang tepat untuk melakukan prosedur tubektomi adalah dalam 48 jam
pascapersalinan (BKKBN, 2012).
Manfaat kontraseptif dari tubektomi adalah efektivitasnya yang tinggi
yaitu 99,5% pada 0,5 kehamilan per 100 orang perempuan, tidak
mempengaruhi preoses menyusui, tidak bergantung pada faktor hubungan
seksual, tidak ada efek samping dalam jangka panjang dan tidak ada
perubahan dalam fungsi seksual. Sedangkan manfaat non kontraseptifnya
adalah berkurangnya risiko kanker ovarium (BKKBN, 2012).
Namun keterbatasan metode ini adalah harus dipertimbangkan sifat
permanen dari kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan kembali, kecuali dengan
operasi rekanalisasi), dan harus dilakukan oleh dokter yang terlatih (BKKBN,
2012).
b Vasektomi
Vasektomi merupakan metode operasi pria (MOP) yaitu prosedur
klinik yang dilakukan untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan
cara mengoklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat
dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum tidak terjadi).
Keuntungan dari vasektomi adalah efektivitas yang tinggi yaitu 99,699,8%, sangat aman dan hampir tidak ditemukan efek samping jangka
panjang, morbiditas san mortalitas jarang, hanya sekali aplikasi dan efektif
14
15
dalam jangka panjang, tingkat rasio efisiensi biaya dan lamanya penggunaan
kontrasepsi tinggi. Sedangkan keterbatasannya, tidak efektif segera, karena itu
WHO menyarankan kontrasepsi tambahan selama 3 bulan setelah prosedur
(kurang lebih 20 kali ejakulasi), dan teknik tanpa pisau merupakan pilihan
mengurangi perdarahan dan nyeri dibandingkan teknik insisi (BKKBN,2012).
b. Hormonal
Merupakan salah satu metode kontrasepsi yang paling efektif dan
reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi. Jenis hormon yang terkandung
adalah estrogen dan progesteron (Baziad, 2002).
1.6.1.1.
Progestin
a) Pil Progestin
Suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil atau tablet yang berisi
gabungan hormon progesteron. Cara kerja pil ini adalah dengan menekan ovulasi
untuk mencegah lepasnya sel telur wanita dari indung telur, mengentalkan lendir
mulut rahim sehingga sperma sukar untuk masuk kedalam rahim, dan menipiskan
lapisan endometrium. Mini pil dapat dikonsumsi saat menyusui. Efektifitas pil sangat
tinggi, angka kegagalannya berkisar 1-8% untuk pil kombinasi, dan 3-10% untuk
mini pil.
Keuntungan dari konsumsi pil progestin adalah sangat efektif jika diminum
setiap hari di waktu yang sama, tidak memerlukan pemeriksaan panggul, tidak
mempengaruhi ASI, tidak mengganggu hubungan seksual, serta efek samping yang
minimal (BKKBN, 2012).
Keterbatasan penggunaan pil progestin, harus digunakan setiap hari dan pada
waktu yang sama, berisiko munculnya kehamilan ektopik, efektifitas menjadi lebih
rendah bila digunakan bersamaan dengan obat tuberkulosis atau obat epilepsi, serta
tidak mencegah IMS (BKKBN, 2012).
15
16
b) Injeksi Progestin
Injeksi progestin sangat efektif mencegah kehamilan jangka panjang, yang
tidak memengaruhi hubungan seksual, ia juga tidak mengandung estrogen sehingga
tidak akan berdampak serius terhdap penyakit jantung dan gangguan pembekuan
darah, tidak memengaruhi ASI, dapat dikonsumsi oleh perempuan berusia > 35
tahun sampai perimenopause, membantu mencegah kanker endometrium dan
kehamilan ektopik, menurunkan kejadian penyakit jinak payudara serta menurunkan
krisis anemia bulan sabit (BKKBN, 2012).
Namun yang menjadi keterbatasan penggunaan injeksi ini ialah akseptor
sangat bergantung kepada tempat penyedia layanan kesehatan, tidak dapat dihentikan
sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya, tidak mencegah IMS serta terlambatnya
kembalinya kesuburan setelah penghentian pemakaian.
Injeksi progestin ini dapat digunakan oleh perempuan dalam kategori usia
reproduksi, nulipara dan yang telah memiliki anak menghendaki kontrasepsi jangka
panjang menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai setelah abortus atau
keguguran telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi tidak dapat
memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen menggunakan obat untuk epilepsy
(fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberculosis (rifampisin) tekanan darah < 180/110
mmhg, dengan masalah gangguan pembekuan darah, anemia bulan sabit dan anemia
defisiensi besi. Namun tidak boleh digunakan oleh perempuan dengan keadaan hamil
atau dicurigai hamil, perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya, tidak
dapat menerima terjadinya gangguan haid terutama amenorea, menderita kanker
payudara atau riwayat kanker payudara, diabetes mellitus disertai komplikasi.
16
17
c) Implan Progestin
Merupakan alat kontrasepsi bawah kulit yang mengandung progestin yang
dibungkus dalam kapsul silastik silikon polidimetri. Keuntungan menggunakan alat
kontrasepsi implan ini ialah efektifitas dan daya gunanya cukup tinggi serta memberi
perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun), pengembalian tingkat kesuburan
setelah pencabutan sangat cepat, tidak memeplukan pemeriksaan dalam, bebas dari
pengaruh estrogen, tidak mengganggu kegiatan hubungan seksual dan tidak
mengganggu ASI.
Selain itu, secara non-kontraseptif dapat mengurangi nyeri haid, dapat
mebgurangi jumlah darah haid, dapat mengurangi atau memperbaiki anemai, dapat
melindungi terjadinya kanker endometrium, menurunkan angka kejadian kelainan
jinak payudara, melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggunl
serta menurunkan angka kejadian endometriosis.
Namun keterbatasan penggunaan alat kontrasepsi implan ini ialah
penggunaannya membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan
pencabutan, tidak mencegah infeksi menular seksualm akseptor tidak dapat
menghentikan sendiri pemakaian alat kontrasepsi, akan tetapi harus mengunjungi
klinik untuk pencabutan, serta efektivitasnya menuurun apabila menggunakan obat
tuberkulosis atau obat epilepsi (BKKBN, 2012).
c. Kombinasi Hormon
Kombinasi hormon yang dimaksud adalah kombinasi hormon estrogen dan
progesteron sebagai alat kontrasepsi berbentuk pil atau tablet.
Manfaat dari penggunaan metode kombinasi adalah efektivitas yang tinggi (1
kehamilan per 100 perempuan dalam satu tahun pertama penggunaan), risiko
terhadap kesehatan sangat kecil, tidak mengganggu hubungan seksual, mudah
dihentikan setiap saat, kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan,
17
18
dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat , dapat digunakan sejak usia remaja
hingga menopause, serta membantu mencegah kehamilan ektopik, kanker
endometrium, kista ovarium, penyakit radang panggul, kelainan jinak pada payudara
dan dismenore atau akne. Namun keterbatasannya ialah ia tidak boleh diberikan
kepada PUS yang sedang menyusui serta ia tidak mencegah IMS (BKKBN, 2012).
1. Injeksi Kombinasi
Keuntungan kontraseptif dari penggunaan injeksi kombinasi hormon ialah
efektivitasnya cukup tinggi, risiko terhadap kesehatan sangat kecil, tidak
memengaruhi aktivitas hubungan seksual, tidak memerlukan pemeriksaan dalam
serta efek samping yang sangat kecil. Sedangkan keuntungan non kontraseptifnya
adalah dapat mengurangi jumlah perdarahan, dapat mengurangi nyeri saat
menstruasi, dapat mencegah anemia, membantu mencegah terjdinay kanker ovarium
dan kanker endometrium, dapat mengurangi penyakit payudara jinak dan kista
ovarium, mencegah kehamilan ektopik, melindungi akseptor dari penyakit radang
panggul serta pada keadaan tertentu dapat diberikan pada perempuan usia
perimenopause (BKKBN, 2012).
Namun kerugian dari penggunaan injeksi kombinasi hormon adalah ia dapat
mengakibatkan pola haid menjadi tidak teratur, menimbulkan perdarahan bercak
sampai 10 hari, kemudian dapat menimbulkan perasaan mual, sakit kepala, nyeri
kepala ringan namun akan menghilang setelah suntikan kedua atau ketiga, dapat
menimbulkan ketergantungan akseptor terhadap pelayanan kesehatan, dan akseptor
harus kembali setiap 30 hari untuk mendapatkan suntikan, efektivitas dapat
berkurang apabila digunakan bersamaan dengan obat-obat epilepsi (Fenitoin dan
Barbiturat) atau obat Tuberkulosis (Rifampisin), dapat menimbulkan kenaikan berat
badan, tidak menjamin perlindungan terhadap penularan IMS, Hepatitis B atau
18
19
mau
melakukan
tindakan-tindakan
praktik
untuk
memelihara
kesehatannya. Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti di
dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan
kearah yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada diri individu,
kelompok, atau masyarakat (Noor, 2008). Sehingga dapat disimpulkan, semakin
tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang
maupun masyarakat mengenai isu kesehatan dan alat kontrasepsi khususnya.
19
20
c. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan sesuatu yang dikeluarkan oleh seseorang sebagai
profesi, sengaja dilakukan untuk mendapatkan penghasilan.Pengeluaran energi untuk
kegiatan yang dibutuhkan oleh seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Jenis
pekerjaan sangat berkaitan dengan tingkat sosial ekonomi baik secara individu
maupun secara sosial. Dengan adanya pekerjaaan dapat mempengaruhi pemilihan
alat kontrasepsi pada PUS, khususnya pada ibu yang bekerja informasi yang didapat
lebih mudah dalam memilih metode alat kontrasepsi, karena ibu akan memilih alat
kontrasepsi yang rasional dan tidak mengganggu pekerjaannya dan murunkan risiko
kegagalan alat kontrasepsi karena bekerja (Dasuki, et.al, 2011).
d. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi
melalui panca indera manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu indra penglihatan,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ever behavior).
Pada dasarnya pengetahuan terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang
memungkinkan seseorang
21
Kerangka Teori
Gambar 2.1 [Kerangka Teori Penelitian]
Karakteristik demografi
Pengetahuan Dalam Memilih Alat Kontrasepi
Karakteristik demografi:
Keterangan:
Usia
Pendidikan responden & pasangan
Pekerjaan responden & pasangan
: Variabel yang diteliti
MEMILIH ALAT
21
KONTRASEPSI
22
kontrasepsi di Desa Karyamukti, Kota Banjar Provinsi Jawa Barat tahun 2014?
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan merupakan studi desktiptif dengan menggunakan
desain cross sectional dimana data diolah secara univariat mengenai tingkat
pengetahuan pasangan usia subur dalam pemilihan alat kontrasepsi.
22
23
3.2.
Jumlah sampel
Perhitungan sampel ini menggunakan rumus Lemeshow,et. Al, 1997) sebagai
berikut :
Z
1 /2 P (1 P ) N
n=
d ( N -1 ) +Z1- /2 P (1- P)
1,96 . 0,5 (1 0,5 ) 931
n=
0.1 ( 931 -1 ) +1,96 . 0,5 (1- 0,5)
=
894, 1324
10,2604
23
24
87,144
keterangan :
n
= Jumlah sampel
Z 2 1-
/2
( 95%=1,96)
P
d2
= Jumlah populasi
25
Dalam pengambilan sampel penelitian ini digunakan cara atau teknik teknik
tertentu, sehingga sampel tersebut sedapat mungkin mewakili populasinya. Teknik
ini biasanya disebut teknik sampling.
Sampel penelitian ini diambil secara simple random sampling yaitu
pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama kepada setiap anggota
yang ada dalam suatu populasi untuk dijadikan sampel. (Siregar,2010)
Penelitian melakukan beberapa tahapan dalam pengambilan sampel,
diantaranya :
1
RW:
Diketahui : jumlah pasangan usia subur = 931
Jumlah sampel
= 96
931
Untuk RW 1 diketahui jumlah PUS sebanyak 149 dan di jadikan sampel
sebanyak 15 responden , untuk RW 2 jumlah PUS sebanyak 159 dan dijadikan
25
26
N
o
1
.
Variabel
Tingkat
pengetahuan
Pengetahuan
yang dimaksud
dalam penelitian
adalah
segala
sesuatu
yang
diketahui
Variabel
Kuesioner
Hasil
Skala
Angket Pengetahuan
Ordinal
baik > 70
Pengetahuan
cukup 50
70
Pengetahuan
26
27
2
.
Usia
3
.
Tingkat
pendidikan
4
.
Jenis
pekerjaan
3.5.
responden
mengenai alat
kontrasepsi
dalam
rahim
pascapersalinan
Usia responden
pada
saat
dilakukan
penelitian
Pendidikan
responden
adalah
pendidikan
formal
terahir
yang
dicapai
responden
sampai
mendapat ijazah
atau surat tanda
lulus
Pekerjaaan
responden
adalah
mata
pencaharian
utama
dari
responden yang
dilakukan untuk
mendukung
finansial
keluarga.
kuran < 50
Kuesioner
Pertanyaan
kuesioner
Angket
Pertanyaan
kuesioner
Ratio
1.Tidak
Ordinal
Sekolah
2. Tidak tamat
SD
3. Tamat SD
4. Tamat SMP
5. Tamat SMA
6.Perguruan
tinggi
(D1,D2,D3,D4
,S1,S2,S3)
Angket 1.Buruh
Ordinal
2. Militer
3.Pegawai
swasta
4. PNS
5.Tidak bekerja
6. lain lain
dilakukan oleh karena peneliti menggunakan kuesioner yang sudah yang telah
dilakukan oleh peneliti terdahulu yaitu.Ratnaningtyas tahun 2009 dengan judul
Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Metode Kontrasepsi Dengan Pemakaian
Kontrasepsi Hormonal dan Non Hormonal.
27
28
3.6.
pendidikan, jenis pekerjaan, tidak diberikan skor karena sudah langsung dapat
dikategorikan.
Untuk variabel pengetahuan terdapat 20 pertanyaan yaitu dimulai dari nomor
P1 P20. Masing masing nomor diberi nilai 1 jika responden menjawab benar, dan
0 jika responden menjawab salah. Penilaian apakah responden berpengetahuan baik,
cukup, dan kurang dilakukan dengan menjumlahkan total skor yang diperoleh,
kemudian dibandingkan dengan cut off point median yaitu dikategorikan baik bila
>70% dari median, sedang 50 % 70% dari median, dan kurang <50% dari median.
3.7.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara, tergantung dari jenis
Data primer
Pengumpulan data dari responden dengan menggunakan kuesioner dengan
cara memakai angket.
Data sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini dapat diperoleh dari jumlah pasangan
usia subur dan dokumen profil tentang gambaran umum puskesmas Pataruman 2.
28
29
3.8.
Pengolahan Data
Pengolahan data dalam penelitian ini adalah
bentuk code ( angka atau huruf ) dimasukan ke dalam program atau software
komputer.
3.8.4.
mudah dibaca dan diinterpretasikan serta untuk menguji seacara statistik kebenaran
29
30
hipotesis yang telah ditetapkan. Pada tahap analisis ini lebih banyak mengunakan
perangkat komputer. Analisis data dilakukan dalam satu tahap, yaitu analisis
univariat yang merupakan suatu cara melakukan olah hasil untuk mendistribusikan
frekuensi dari masing masing variabel yang terdiri dari , umur, tingkat pendidikan,
jenis pekerjaan dan tingkat pengetahuan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
30
31
: Binangun
- Utara
: Hegarsari
- Timur
: Mulyasari
DESA / KELURAHAN
RT
RW
JARAK
DESA KE
PUSKESMA
S (meter)
WAKTU
TEMPUH KE
PUSKESMAS
(menit)
Desa Karyamukti
34
100
Desa Batulawang
27
2000
10
Desa Sukamukti
29
10
3000
15
90
24
Jumlah
32
Desa Karyamukti
39
39
33
Desa Batulawang
44
15
15
Desa Sukamukti
39
21
21
122
69
69
13
JUMLAH
JENIS TENAGA
JUMLAH
PNS
NON PNS
S1 KEDOKTERAN
S1 KEDOKTERAN GIGI
S1 KESMAS
D3 KEBIDANAN
D3 KEPERAWATAN
KETERANGAN
32
33
D3 KEPERAWATAN GIGI
D3 GIZI
D3 ANALIS KESEHATAN
D1 KEBIDANAN
10
D1 SPPH
11
SPK
12
SMA
13
SMEA
14
PKC
15
SMP
16
SD
17
LAIN-LAIN
JUMLAH
Sumber
12
b. Sarana Kesehatan
Berikut adalah beberapa sarana kesehatan yang ada di UPTD Puskesmas
Pataruman 2 pada Tahun 2013 :
Tabel 4.4 [Jumlah Sarana Puskesmas Pataruman 2 Tahun 2013]
NO
1
JENIS SARANA
BANGUNAN KANTOR
Bangunan Kantor
Puskesmas Pembantu
POLINDES
POSKESDES
Rumah Dinas
KENDARAAN DINAS
Mobil Ambulans
Motor Invenjtaris
KOMPUTER DAN
JARINGANNYA
Laptop
Unit Komputer
Printer
JUMLAH
KETERANGAN
1 Unit
1 Unit
6 Unit
2 Unit
1 Unit
8 Unit
2 buah
5 buah
4 buah
33
34
1 paket
1 buah
1 paket
4 buah
2 buah
1 buah
1 buah
1 buah
2 unit
ALAT KESEHATAN
Partus Set
Dental Unit
Hecting Set
Laboratory Set
3 SET
1 SET
2 SET
1 SET
LAINNYA
Mesin Fogging
1 UNIT
PKM dan
AMBULANCE
PKM dan PUSTU
Sumber: Arsip Data SIMDA BMKD UPTD Puskesmas Pataruman , Tahun 2013
4.3.
Baik
Frekuensi
Persentase
Valid Percent
%
Cumulative
Percent
Cukup
51
53.1
53.1
53.1
Kurang
45
46.9
46.9
100.0
Total
96
100.0
100.0
Berdasarkan tabel 4.5 diatas, dari 96 PUS di Desa Karya Mukti, sebagian
besar memiliki pengetahuan yang cukup mengenai alat kontra sepsi, yaitu sebanyak
51 orang (53,1%) dan sebanyak 45 orang (46,9%) memiliki tingkat pengetahuan
yang kurang, untuk pengetahuan yang baik sebanyak 0 responden (0).
34
35
b. Usia Responden
Gambaran usia responden di Desa Karyamukti disajikan dalam bentuk tabel
4.6 berikut ini.
Tabel 4.6 [Distribusi Responden Berdasarkan Usia]
Frekuensi
Persentase
%
20 - 30 tahun
49
51.0
51.0
51.0
31 - 40 tahun
37
38.5
38.5
89.6
> 41tahun
10
10.5
10.5
100.0
Total
96
100.0
100.0
Usia
Valid
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Frekurensi
Cumulative
Percent
Tidak sekolah
SD
0
40
0
41.7
0
41.7
0
41.7
SMP
42
43.8
43.8
85.4
SMA
13
13.5
13.5
99.0
AKADEMI / PT
1.0
1.0
100.0
Total
96
100.0
100.0
35
36
Persentase
Valid Percent Cumulative Percent
%
1.0
1.0
1.0
SD
50
52.1
52.1
53.1
SMP
29
30.2
30.2
83.3
SMA
14
14.6
14.6
97.9
AKADEMI/ PT
2.1
2.1
100.0
Total
96
100.0
100.0
Berdasarkan tabel 4.8 tersebut diatas didapatkan jumlah suami yang memiliki
tingkat pendidikan terakhir tidak taman SD sebanyak 1 orang (1%), pendidikan
suami terakhir Akademik/PT sebanyak 2 orang (2,1%), pendidikan suami terakhir
SMA sebanyak 14 orang (14,6%), pendidikan suami terakhir SMP sebanyak 29
orang (30,2%), pendidikan suami terakhir SD sebanyak 50 orang (52,1%).
d. Pekerjaan
1) Istri
Distribusi jenis pekerjaan suami disajikan dalam bentuk tabel 4.10 berikut ini,
36
37
Persentase
Valid Percent
%
Cumulative
Percent
7
0
7.3
0
7.3
0
7.3
7.3
Pegawai swasta
3.1
3.1
10.4
PNS
3.1
3.1
13.5
Tidak bekerja
83
86.5
86.5
100.0
Total
96
100.0
100.0
Frekuensi
Persentase
Valid Percent
%
Cumulative
Percent
60
0
62.5
0
62.5
0
62.5
62.5
Pegawai Swasta
35
36.5
36.5
99.0
PNS
Tidak bekerja
1
0
1.0
0
1.0
0
100.0
100.0
Total
96
100.0
100.0
37
38
BAB V
PEMBAHASAN
5.1.
Kecamatan Pataruman ini lebih banyak berada pada kelompok umur 20-30 tahun
sebanyak 49 orang (51%). Temuan sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Syamsiah pada tahun 2002 bahwa usia sangat mempengaruhi seseorang untuk
lebih memerhatikan kesehhatannya termasuk kesehatan reproduksi, maka secara
tidak langsung dapat mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi. Kemudian pada
penelitian yang dilakukan Anggraeni pada tahun 2004 yang mengatakan bahwa
terdapat pengaruh antara usia dengan pemilihan alat kontrasepsi.
Faktor umur sangat berpengaruh terhadap aspek reproduksi manusia
terutama dalam pengaturan jumlah anak yang dilahirkan dan waktu persalinan, yang
kelak berhubungan juga dengan kesehatan ibu, umur juga berpengaruh terhadap
pemilihan alat kotrasepsi , makin tua umur istri maka pemilihan alat kontrasepsi ke
arah alat yang mempunyai efektivitas yang lebih tinggi yakni metode kontrasepsi
jangka panjang. Kontrasepsi rasional harus mempertimbangkan akseptor, bila usia
lebih 35 tahun, maka lebih efektif menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang.
Jika ibu berada dalam usia risiko rendah yang masih aman untuk hamil dan
melahirkan, jika msaih ingin mempuyai anak lagi dianjurkan menggunakan alat
kontrasepsi yang kesuburan setelah alat kontrasepsi dihentikan akan segera kembali
seperti alat kontrasepsi pil (Pinem, 2009).
38
39
5.2.
Pataruman ini paling banyak adalah SMP sebanyak 42 orang (43,8%) untuk istri, dan
SD sebanyak 50 orang (52,1%) untuk suami. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Bernadus tahun 2013 yang menyebutkan bahwa tingkat pendidikan
tidak saja mempengaruhi kerelaan menggunakan KB tetapi juga menentukan
pemilihan suatu alat kontrasepsi.
Menurut Suhariati (2012), tingkat pengetahuan dapat dipengaruhi oleh
pendidikan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin baik
pengetahuan seseorang sehingga diharapkan pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kemantapan akseptor KB dalam memilih alat kontrasepsi.
5.3.
orang istri tidak bekerja dengan persentase 86,5% dan sebanyak 60 orang suami
memiliki jenis pekerjaan buruh dengan persentase 62,5%. Hal ini sesuai dengan
pernyataan di dalam Bernadus (2013), bahwa sebagian besar ibu tidak bekerja dan
lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah. Menurut Endang (2007) seorang
ibu bekerja atau tidak bekerja tidak mempengaruhi seseorang dalam pemilihan alat
kontrasepsi.
Sedangkan jenis pekerjaan suami dapat mempengaruhi tingkat ekonomi.
Menurut Bernadus (2013), jenis pekerjaan erat dengan keadaan ekonomi keluarga
yang akan memajukan program KB terkait dengan daya beli masyarakat terhadap
alat kontrasepsi.
39
40
5.4.
yang dimiliki PUS di Desa Karyamukti adalah tingkat pengetahuan cukup yaitu
sebanyak 51 orang (53,1%) dari 96 PUS. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Ratnaningtyas (2012), bahwa dari 88 responden, yang memiliki tingkat
pengetahuan baik sebanyak 37 orang (42%), pengetahuan cukup sebanyak 40 orang
(45,5%) dan yang memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 11 orang (12,5%).
Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi, kultur (budaya dan
agama), pendidikan, pengalaman dan informasi (Notoatmodjo, 1993). Pengetahuan
mengenai kontrasepsi dapat diperoleh PUS dari tenaga kesehatan melalui konseling,
buku, maupun informasi dari media massa (radio, televisi, majalah dan surat kabar).
Tingkat pengetahuan yang paling rendah dimulai dari tahu yaitu mengingat suatu
materi yang telah dipelajari atau diterima sebelumnya. Pada tingkat pengetahuan
yang lebih tinggi, PUS dapat memahami, mengaplikasikan, mengalisis, sintesis dan
pada tingkat yang paling tinggi, PUS mampu melakukan penilaian terhadap metode
kontrasepsi. Sehingga diharapkan PUS secara sadar memilih dan memakai
kontrasepsi yang sesuai dengan kondisinya (Ratnaningtyas, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa tingkat
pengetahuan PUS yang cukup berkaitan dengan cukupnya sumber informasi
mengenai alat kontrasepsi sehingga, tingkatan pengetahuan yang dapat tercapai
hanya memahami.
40
41
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai gambaran tingkat
Sar
an
41
42
kesehatan tentang metode kontrasepsi, yaitu tentang ragam metode kontrasepsi yang
tersedia, keamanan dan cara pemakaian metode tersebut, termasuk pengetahuan
tentang kemungkinan efek samping dan komplikasinya, dengan cara mengadakan
program seminar mengenai alat kontrasepsi dan memberikan pelatihan kepada
petugas kesehatan mengenai pelatihan penyampaian informasi mengenai alat
kontrasepsi.
6.2.2. Bagi Puskesmas Pataruman 2
Tenaga kesehatan khususnya bidan diharapkan lebih meningkatkan
pemberian informasi kesehatan tentang metode kontrasepsi, yaitu tentang ragam
metode kontrasepsi yang tersedia, keamanan dan cara pemakaian metode tersebut,
termasuk pengetahuan tentang kemungkinan
43
DAFTAR PUSTAKA
44
Hasil SDKI 2012 diunduh pada tanggal 12 April 2014 dari alamat web:
http://bkkbn.go.id/.../HasilPenelitian.aspx?...%2Flitbang%2Fpusdu%2FH...
Kemenkes RI. 2011. Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan.
Diunduh pada tanggal 30 April 2014 dari alamat web:
http://www.depkes.go.id/downloads/Buku%20PSPK%202011%20%202014.pdf
Kontrasepsi Mantap. diunduh pada tanggal 20 April 2014 dari alamat web:
http://www.bkkbn-jatim.go.id/bkkbn-jatim/html/kontap.htm
Lemeshow, Stanley. 1997. Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press
Manuaba, I.G.B. 2002. Konsep Obstetri dan Ginekologi Sosial Indonesia. Jakarta:
EGC
Martaadisoebrata, D, et al. 2005. Bunga Rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Notoatmodjo, Soekijo. 1993. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta
Pinem,S. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta: TIM
Ratnaningtyas, Intan.A. 2009. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Metode
Kontrasepsi dengan Pemakaian Kontrasepsi Hormonal dan Non Hormonal
di RW III Desa Karangasri-Ngawi. Karya Tulis Ilmiah: Program D-4
Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Sabri, Luknis. 2010. Statistik Kesehatan. Jakarta: PT. Grafindo Persada
Saifudin, BA. 2006. Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:Yayasan Bina
Pustaka
Siregar, Syofian. 2010. Statistika Deskriptif Untuk Penelitian. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Suhariati. 2012. Pengetahuan Akseptor KB dengan Kemantapan dalam Pemilihan
Alat Kontrasepsi.Kediri. Skripsi: Akademi Kebidanan Pare
Suratun,SKM.2008.Pelayanan KB dan Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta
44
45
Syamsiah. 2002. Peran Dukungan Suami Dalam Pemilihan Alat Kontrasepsi Pada
Peserta KB di Kelurahan Serasan Jaya, Soak Baru dan Balai Agung,
Kecamatan Sekayu Kecamatan Musi Banyuasin, Sumatra Selatan. Tesis:
Unversitas Indonesia
Wikojosastro, H. 2007. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
LAMPIRAN
Usia
Alamat
No. Telepon
Telah mengetahui dengan jelas tujuan dan panduan pengisian kuesioner penelitian ini.
Seluruh informasi yang saya berikan adalah jujur dan bersifat rahasia. Demikian pernyataan
ini saya buat agar dipergunakan dengan sebaik-baiknya.
Banjar ,
2014
45
46
LEMBAR KUESIONER
TINGKAT PENGETAHUAN PUS DALAM PEMILIHAN ALAT
KONTRASEPSI
DATA UMUM RESPONDEN
1. Nama
2. Usia
3. Pendidikan responden:
(1) Tidak sekolah
(2) Tidak tamat SD
(3) Tamat SD
: ____________________
: ___________ tahun
(4) Tamat SMP
(5) Tamat SMA
46
47
Pertanyaan
1.
2.
47
48
48