Вы находитесь на странице: 1из 20

BAB III

ILUSTRASI KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama
Jenis kelamin
Umur
TTL
Status
Agama
Suku Bangsa
Pekerjaan
Alamat
Periksa Puskesmas

: Tn. W
: Laki-laki
: 69tahun
: 26Juli 1945
: Menikah
: Islam
: Jawa
: Pensiunan swasta
:Jl. Gedung 3 RT 1 RW 17 Beji No. 28, Kecamatan Beji. Kota
Depok
: Senin, 8 Juni 2015

3.2 Anamnesis
Autoanamnesa pada tanggal 8 Juni 2015
Keluhan utama : Kesemutan di kedua telapak kaki.
Riwayat penyakit sekarang :
2 hari yang lalu pasien mengaku kedua kakinya sering kesemutan. Kesemutan
terasa pada bagian pergelangan kaki hingga ke telapak kaki. Telapak kaki pasien
semakin sering kesemutan sehingga mengganggu pasien saat berjalan. Pasien juga
merasakan sering gatal-gatal di badannya. Keluhan ini muncul sekitar 1 bulan yang
lalu. Pasien hanya membubuhkanbedak anti gatal ditubuhnya setelah mandi. Selain itu,
mata pasien mengalami gangguan penglihatan. Gangguan penglihatan ini dirasakan
sejak 6 bulan yang lalu, tetapi pasien belum memeriksakan matanya ke dokter mata.
Nyeri saat berjalan yang hilang saat istirahat disangkal.
Pasien mengetahui sakit DM dari tahun 2013, karena mengeluhkan sering buang
air kecil serta nafsu makan yang meningkat tetapi badan terasa lemas, tidak
bersemangat untuk aktivitas. Gula darah pasien saat pertama periksa lebih dari 250an.
Pasien mendapatkan obat glibenklamid sejak tahun 2013. Gula darah pasien biasa
diatas 200-300an. Pasien kontrol ke puskesmas jika ada keluhan, dan tidak rutin
meminum obat.Pasien menyangkal pernah pingsan setelah meminum obat gula. Pasien
menyangkal adanya luka yang sulit sembuh. Tidak ada riwayat sesak saat berjalan,
pendengaran yang kurang, bengkak pada tangan dan kaki. Tidak ada alergi obat.
Pasien memiliki riwayat hipertensi. Pasien mengetahui hipertensi setelah
mengetahui ia sakit DM, yaitu sekitar tahun 2013. Pasien biasa meminum obat

Amlodipin 10 mg 1x1 sejak saat itu. Tensi pasien biasanya 140 atau 150 per 90-110.
Pasien terkadang sering pusing, tetapi hilang dengan beristirahat. Pasien tidak rutin
meminum obat hipertensinya. Pasien mengaku jika tensinya sedang tinggi dan kepala
terasa pusing, pasien meminum obat, tetapi jika tidak, pasien tidak meminum obat
hipertensinya. Nyeri disekitar dada disangkal. Riwayat stroke disangkal.
Riwayat penyakit dahulu :
Riwayat penyakit gula sejak tahun 2013.Pasien mulai mengkonsumsi obat gula
yaitu glibenklamid namun pasien tidak rutin minum obat, hanya kontrol ke puskesmas
jika ada keluhan. Riwayat penyakit ginjal disangkal. Riwayat penyakit jantung
disangkal.
Riwayat penyakit keluarga :
Ibu, adik kandung dan keponakan pasien mempunyai riwayat Diabetes Melitus.
Anak-anak pasien belum ada yang memeriksa gula, jadi belum tahu apakah sakit gula
atau tidak.
Habitus :
Pasien tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol. Pola makan serta takaran
makan pasien tidak terkontrol. Pasien sering mengkonsumsi makanan berlebihan,
terutama saat pagi hari. Pasien sering makan di luar rumah, seperti membeli lontong
pada pagi hari dan membeli soto siang hari, padahal pasien masih makan lagi di
rumahnya.
Tabel 3.1Food Recall Pasien dalam 24 Jam
Nama Makanan

Bahan Makanan

Pagi
Lontong 3 buah
Teh manis
Nasi
Sayur Kangkung
Tempe Goreng
Siang
Nasi
Tempe Goreng
Sayur Bayam
Pepaya
Sore
Soto Ayam + Nasi

Nasi
Teh dan Gula
Nasi
Kangkung
Tempe + Minyak goreng
Nasi
Tempe + Minyak goreng
bayam
Pepaya
Bihun
Ayam
Nasi

Santan
Malam
Nasi
Telur
Sayur Oyong Wortel
Susu

Nasi
Telur ayam
Minyak goreng
Oyong
Wortel
Tepung susu skim

3.3 Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum
Kesadaran
Keadaan gizi
TB/BB
IMT
Tanda vital

: Tampak sakit sedang


: Compos mentis
: Baik
:169 cm / 60 kg,
:20.76 kg/m2(Normoweight)
: Tekanan darah = 140/95 mmHg
Nadi = 88 x/menit, equal, isi cukup, reguler
Suhu = 36.6 CLaju Pernafasan (RR) = 18 x/menit, tipe normal,

Kulit
Kepala

jenis abdominothorakal
: kuning langsat, ikterik (-), lembab
: Normocephal, rambut hitam dan sedikit rambut putih,

Wajah
Mata

distribusi merata, tidak mudah dicabut.


: Simetris, ekspresi baik.
: Pupil bulat isokor +/+, edema palpebra -/-, conjungtiva anemis
+/+, sklera ikterik -/-, gerakan bola mata kesegala arah,

Telinga

gangguan penglihatan +/: Normotia, normosepta, gangguan pendengaran (-/-) bentuk

Hidung
Mulut

telinga normalsimetris kanan dan kiri, lubang lapang, serumen+/+


: Bentuk normal, tidak ada septum deviasi, sekret -/-purulen -/: Bibir lembab, faring tidak hiperemis, tonsil tidak membesar

Leher

(T1/T1).
: Simetris,tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada

deviasi trakea, tidak teraba pembesaran KGB.


Thoraks
:
Paru:
I= Normochest, retraksi -/-, sela iga tidak melebar
P= Fremitus taktil dan fremitus vokal sama kanan dan kiri
P=Sonor pada kedua lapangan paru. Batas paru hati pada linea midclvavicula dextra
ICS VI
A = Suara nafas utama vesikuler, Ronkhi -/- Whezzing -/Jantung :
I= Iktus cordis tidak tampak
P= Iktus cordis teraba, tidak kuat angkat
P=Batas atas ICS III linea parasternal sinistra
Batas kiri ICS V linea axila anterior sinistra

Batas kanan ICS IV linea parastemal dextra


A=BJ I dan II reguler, Gallop -/-, Murmur -/Abdomen:
I=Datar, sikatrik tidak ada
P=Dinding perut supel, turgor kulitbaik
Hepar dan lien tidak teraba membesar. Nyeri tekan epigastrium (-)
P=Timpani pada seluruh lapang abdomen.
A=Bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, edema tungkai tidak ada, refleks fisiologi normal, refleks
patologis tidak ada, CRT < 2 detik.
Pemeriksaan penunjang : Hasil pemeriksaan GDS di Puskesmas Beji 540 mg/dL.
3.4 Usulan pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang diusulkan untuk pasien ini :
a. ABI Score. ABI Score berguna untuk menilai Peripheral Artery Disease (PAD),
karena keluhan kesemutan pada pasien.
b. Pemeriksaan HbA1c
c. Pemeriksaan profil lipid : LDL, Trigliserid, HDL, karena berkaitan dengan
hipertensi pasien aterosklerosis.
d. Pemeriksaan Ureum Kreatinin, berkaitan dengan komplikasi DM (mikrovaskular)
yaitu nefropati.
e. Pemeriksaan Oftalmoskopi, karena keluhan gangguan penglihatan pada mata
pasienyang berkaitan dengan komplikasi DM (mikrovaskular) yaitu retinopati.
f. Foto Rontgen. Pada pemeriksaan fisik, batas jantung kiri pasien melebar, harusnya
di linea midclavicula sinistra menjadi linea axila anterior sinistra.
3.5 Penilaian keluarga
3.5.1.
Nilai APGAR keluarga
Fungsi fisiologis keluarga diukur dengan APGAR score. APGAR score adalah
skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut pandang
setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota keluarga yang lain
(Prasetyawati, 2010).Total APGAR scoreTn. W = 7 yang artinya fungsi fisiologis
keluarga dalam keadaan cukup.Penilaian APGAR scoremeliputi :
1.Adaptasi
Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota keluarga yang
lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari anggota keluarga yang lain.
2.Partnership
Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara anggota
keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga tersebut.

3.Growth
Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan anggota
keluarga tersebut.
4.Affection
Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota keluarga.
5.Resolve
Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan waktu yang
dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain (Prasetyawati, 2010).
Terdapat tiga kategori penilaian yaitu: nilai rata-rata 5 kurang, 6-7 cukup dan
8-10 adalah baik. Di mana score untuk masing-masing kategori adalah:
2

sering/selalu

kadang-kadang

jarang/tidak sama sekali

Tabel 3.2 APGAR score Tn. W terhadap pasien


APGAR score Tn. W
A

R
Total

Sering/
selalu

Saya puas bahwa saya dapat


kembali ke keluarga saya bila
saya menghadapi masalah
Saya puas dengan cara
keluarga saya membahas dan
membagi masalah dengan
saya
Saya puas dengan cara
keluarga saya menerima dan
mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan
baru atau arah hidup yang
baru
Saya puas dengan cara
keluarga
saya
mengekspresikan
kasih
sayangnya dan merespon
emosi
saya
seperti
kemarahan, perhatian dll
Saya puas dengan cara
keluarga saya dan saya
membagi waktu bersamasama

Kadang
kadang

Jarang /
tidak

3.5.2.

Family SCREEM
Fungsi patologis keluarga dinilai dengan menggunakan SCREEM score

dengan rincian sebagai berikut :


1. Social
Score social untuk melihat bagaimana interaksi dengan tetangga sekitar.
2. Culture
Score culturemelihat bagaimana kepuasan keluarga terhadap budaya, tata krama,
dan perhatian terhadap sopan santun.
3. Religious
Score religius melihat ketaatan anggota keluarga dalam menjalankan ibadah
sesuai dengan ajaran agamanya.
4. Economic
Score economic untuk melihat status ekonomi anggota keluarga.
5. Educational
Score educational untuk melihat tingkat pendidikan anggota keluarga.
6. Medical
Score medical untuk melihat apakah anggota keluarga ini mampu mendapatkan
pelayanan kesehatan yang memadai(Prasetyawati, 2010).
Fungsi patologis dari keluarga Tn. W dinilai dengan menggunakan SCREEM
score adalah sebagai berikut :
Tabel 3.3 SCREEM score
SUMBER
Social

Culture

PATOLOGIS
Ikut berpartisipasi dalam kegiatan di lingkungannya
Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik,
dapat dilihat dari sikap pasien dan keluarga yang
menghargai adat istiadat Jawa dalam kehidupan

KET
-

sehari-hari.
Religious

Pemahaman terhadap ajaran agama cukup, demikian


juga dalam ketaatannya dalam beribadah.

Ekonomi keluarga ini termasuk kurang cukup.


Economic

Educational

Medical

Kesimpulan :

Pendapatan dari gaji anak dan menantunya terkadang

kurang mencukupi untuk hidup sehari-hari.


Tingkat pendidikan dan pengetahuan keluarga ini

cukup baik.
Keluarga ini menganggap pemeriksaan rutin
kesehatan sebagai kebutuhan,.

Dalam keluarga pasien Tn. W ditemukan hanya satu fungsi patologis yaitu
Economic. Sumber penghasilan keluarga Tn. W berasal dari anak perempuan pasien
(Ny. D) dan menantunya.
3.5.3.

Genogram
Keluarga terdiri dari 3 generasi. Bentuk keluarga adalah keluarga majemuk.

Dari pernikahan ini pasien memiliki 5 orang anak dan 7orang cucu.

Bagan 3.1 Genogram Keluarga Pasien Tn. W


3.5.4.

FamilyMapping

Bagan 3.2Family Maping Keluarga Pasien Tn. W


Pasien merupakan pensiunan swasta. Pasien sehari-hari di rumah bersama
keluarganya, namun lebih sering ditemani oleh istrinya. Istri pasien merupakan
pelaku rawat. Pasien dekat dengan istrinya, anak kedua Ny. D (43 tahun) serta
cucunya keduanya, W (18 tahun). Sebenarnya pasien dekat dengan anak terakhir Tn.
W (35 tahun), namun anaknya tersebut telah meninggal dunia. Pasien memiliki
kedekatan yang kurang dekat dengan menantunya. Keputusan keluarga biasanya
diputuskan secara musyawarah antara istri pasien dan anak kedua Ny. D (43 tahun).
Keluarga pasien masuk dalam siklus kehidupan keluarga ke-8 yaitu keluarga dengan
usia lanjut.

Bagan 3.3 Siklus Keluarga


3.5.5.

Karakteristik Demografi Keluarga

Tabel 3.4Anggota keluarga yang tinggal serumah


No

Nama

Kedudukan
dalam
keluarga

Gender
L/P

Umur

Pendidikan

Pekerjaan

Tn. W

Ayah (KK)

69 thn

SMP

Ny. S

Istri

72 thn

SMP

Ny. D

Anak ke-2

43 thn

SMA

4
5
6

Tn. T
An. W
An. P

Menantu
Cucu ke-2
Cucu ke-3

L
L
P

44 thn
18 thn
16 thn

SMA
SMA
SMA

Pensiunan
swasta
Ibu Rumah
Tangga
Ibu Rumah
Tangga
Swasta
Farmasi
Pelajar

Keterangan : KK = Kepala Keluarga


3.6 Identifikasi Fungsi Keluarga
3.6.1.
Fungsi Biologis
Pasien mengalami kesemutan pada kedua kakinya dan menderita Diabetes
Melitus tipe II. Riwayat DM tipe II terdapat pada ibunya, adik perempuan pasien
dan keponakannya. Pasien juga merasa menjadi lebih sering buang air kecil,
terutama pada malam hari. Selain itu, pasien juga memiliki riwayat Hipertensi Grade
I. Pasien terkadang mengeluhkan pusing,namun dapat berkurang jika pasien
beristirahat.
3.6.2.
Fungsi Psikologis
Pasien sedih dengan meninggalnya anak terakhir, Tn. W. Pasien memiliki
hubungan yang sangat erat.Tetapi dengan berjalannya waktu, pasien tidak terlalu
sedih seperti sebelumnya.Hubungan pasien dengan keluarganya harmonis. Pasien
lebih dekat kepada cucunya (W, 18 tahun), tetapi tidak terlalu dekat dengan
menantunya.
3.6.3.
Fungsi Sosial
Pasien sering berinteraksi dengan para tetangganya, terutama pagi hari saat
pasien sedang berjalan pagi disekitar rumahnya. Pasien juga aktif pada beberapa
kegiatan di masjid dekat rumahnya, walaupun sekarang sudah dikurangi aktifitasnya.
Saat pasien sakit, beberapa tetangga menjenguk pasien ke rumahnya. Pasien dan
keluarganya menghargai adat istiadat Jawa, pasien juga sesekali berbahasa Jawa saat
berbicara dengan keluarganya.
3.6.4.
Fungsi Ekonomi
Untuk memenuhi kebutuhan ekonomi sehari-hari keluarga pasien masih
kurang cukup. Kebutuhan keluarga hanya berasal dari gaji anak kedua (Ny. Dwi)
sebagai

pembantu

rumah

tangga

di

beberapa

rumah

tetangganya

dan

menantunyaTerkadang, keluarga pasien menerima uang dari anak-anaknya yang lain.


3.6.5.
Fungsi Adaptif
Pasien baru saja kehilangan anak terakhirnya yaitu Tn. W. Pasien sangat
merasa sedih, karena pasien dekat dengan anaknya tersebut. Tn. W meninggal akibat

sakit ginjal, keluarga mengetahui pasien sakit ginjal karena pasien harus melakukan
cuci darah.
3.7 Identifikasi Perilaku Kesehatan
Data Risiko Internal Keluarga
a. Kebersihan Pribadi dan Lingkungan
Pasien masih dapat membersihkan dirinya sendiri.Pasien mandi 3 kali
sehari.Setiap sehabis mandi, dibantu oleh istrinya, pasien membubuhi bedak di
badannya.Pasien rajin membersihkan diri, seperti saat sebelum makan, pasien
mencuci tangannya terlebih dahulu.Jika pasien keluar rumah, pasien selalu
memakai alas kaki.
Kebersihan rumah selalu terjaga oleh istri dan anak keduanya.Pasien jarang
ikut jika sedang membersihkan rumah, karena alasan lelah.Rumah disapu dan dipel
setiap hari.Pasien hanya membersihkan sarang burung di teras rumahnya.Sarang
burung rajin dirawat oleh pasien dan cucunya.Kamar tidur pasien dan istri rapih,
tidak ada tumpukan baju-baju, obat-obat pasien disatukan dalam satu plastik dan
diberi tempat tersendiri.
b. Pencegahan Spesifik
Pola makan serta takaran makan pasien tidak terkontrol. Pasien sering
mengkonsumsi makanan berlebihan, terutama saat pagi hari.Pada pagi hari, pasien
makan di rumah, lalu pasien keluar rumah untuk membeli lontong.Pasien sangat
suka memakan lontong yang diisi oncom, pasien dapat memakan 3-4 lontong.
Lalu, siang hari pasien sering memakan soto mie dengan nasi. Malam hari, pasien
memakan buah serta nasi dan lauk.Pasien mengakui bahwa kebiasaan makan
dengan takaran banyak sudah sejak dahulu, sejak pasien bekerja.Akibat dari lelah
bekerja, pasien mengimbanginya dengan makan yang banyak.
Selain itu, pasien juga menjelaskan bahwa makanan di rumah pasien sering
tidak sesuai dengan selera pasien.Sehingga pasien masih sering jajan di luar rumah,
untuk mencari makanan tambahan.
Sejak pasien mengetahui dirinya terkena DM dan Hipertensi, pasien ke
puskesmas untuk berobat dan mendapat edukasi mengenai penyakitnya.Pasien juga
sering mengajak cucunya saat pasien diperiksa, untuk mendengarkan edukasi yang
diberikan oleh dokter.Pasien sudah diajarkan mengenai gaya hidup dan makanan
yang ideal untuk para diabetesi oleh ahli gizi di puskesmas, pasien sudah memulai
mengikuti saran yang diberikan oleh ahli gizi tersebut dengan mengurangi makanmakanan yang manis, tetapi pasien tidak dalam waktu lama mengikuti saran ahli

gizi tersebut, karena menurut keluarga pasien masih sering makan-makanan yang
manis dan jajan di luar.
c. Gizi Pasien
Makanan pasien di rumah, biasanya dimasak oleh istri atau anak
keduanya.Istri pasien yang menentukan jenis makanan di rumah pasien.Istri pasien
selalu membuat makanan yang seimbang dengan adanya sayuran, lauk pauk, dan
buah.Pasien suka memakan sayur seperti wortel dan oyong.Takaran makan pasien
biasanya lebih banyak nasi dibandingkan sayur dan lauk pauk.Kebiasaan ini
menunjukkan bahwa pengetahuan pasien terhadap gizi diabetesi masih kurang,
sehingga perlu diberikan edukasi tentang gizi diabetesi.
Selain makanan pokok, pasien juga suka meminum susu, namun pasien hanya
bisa membeli susu jika ada uang berlebih dari anak-anaknya atau dari cucunya.
d. Latihan Jasmani
Pasien sudah melakukan aktivitas olahraga, walaupun tidak setiap hari, yaitu
berjalan kaki pada pagi hari.Namun, keluarga pasien kurang merutinkan kegiatan
tersebut. Istri pasien tidak menemani pasien saat jalan pagi hari, begitupula
keluarga yang lainnya
e. Penggunaan pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan yang biasa didatangi oleh pasien adalah puskesmas dan
praktik dokter.Pasien memiliki jaminan kesehatan yang dapat digunakan di
puskesmas.
f. Kebiasaan/perilaku lainnya yang buruk untuk kesehatan
Pasien tidak merokok dan sudah berhenti meminum kopi.Hanya saja, kegiatan
rutin olahraga belum dijalankan pada anggota keluarga lainnya.
3.8 Keadaan rumah dan lingkungan sekitar
Pasien tinggal bersama keluarganya di rumah dengan luas 9x5 m 2, luas halaman
rumah 2x2m2.Rumah pasien terletak di lingkungan padat penduduk, tembok rumah
pasien saling berdempetan dengan tetangganya. Di depan rumah pasien terdapat gang
kecil, hanya dapat dilalui oleh motor. Di halaman rumah pasien terdapat beberapa
tanaman dan tempat sampah. Pasien juga memelihara 2 burung, dengan sarang yang
bersih terawat..Atap rumah pasien dari genteng.Akses masuk ke rumah pasien dapat
dilalui melewati pintu utama, dan pintu yang berjarak 2 m dari pintu utama.Terdapat
dua jendela di samping pintu utama, dan terdapat ventilasi di atas pintu utama dan
jendela.Dinding rumah pasien permanen dan dicat.Pencahayaan pada siang hari cukup
melalui pintu rumah dan jendela.Sumber pencahayaan pada malam hari dengan
menggunakan lampu (listrik).

Di dalam rumah pasien terdapat 1 ruang tamu, 3 kamar tidur, 1 dapur yang
menyatu dengan ruang makan, dan 2 kamar mandi. Terdapat kipas angin, tv, kursi tamu,
meja, dan kabinet di ruang tamu. Air dalam kehidupan sehari-hari didapatkan dari
pompa air listrik. Kamar mandi pasien bersih, lantai tidak licin, air jenih, namun
penempatan beberapa barang seperti sabun, sikat gigi, dan pasta gigi tidak teratur.Dapur
pasien dalam keadaan bersih, tetapi peralatan dapur dan beberapa barang di meja
makan tidak teratur. Pencahayaan di beagian belakang rumah cukup, karena ada jendela
di depan kamar mandi.
3.9 Diagnosis Holistik
Dilakukan pada kunjungan pertama tanggal 13 Juni 2015.
a. Aspek Personal
: - Pasien merasa sering kesemutan di kedua
telapak kakinya.
- Pasien khawatir karena mengganggu kegiatan sehari-

harinya terutamasaat sedang berjalan.


Pasien berharap mengetahui penyebab kesemutannya dan
rasa kesemutan di kakinya dapat sembuh serta mendapat

b. Aspek Klinis

pengobatan.
: - Diabetes Melitus tipe II (ICD10 E.14 ; ICPCII
T.90)

c. Aspek Individual

d. Aspek Psikososial

:-

Hipertensi grade I (ICD10 I.10 ; ICPCII K.86)


Pasien laki-laki berusia 69 tahun
Memiliki kebiasaan jarang kontrol untuk penyakit DM dan

Hipertensi
Tidak rajin meminum obat Hipertensi
Pola makan serta takaran makan pasien tidak terkontrol
Tidak melakukan diet bagi penderita DM dan hipertensi
Pasien terkadang berolahraga dengan berjalan kaki pada

:-

pagi hari
Hubungan dengan istri, anak kedua dan cucu
dekat, tetapi

e. Aspek Fungsional

:-

tidak terlalu dekat dengan menantu.


Pelaku rawat adalah istri pasien
Menu makanan keluarga tidak sesuai dengan keinginan
pasien, sehingga pasien sering makan di luar rumah.
Skala 2, pasien mampu melakukan pekerjaan
Ringan sehari-hari di dalam dan luar rumah dengan
beberapa kesulitan.

3.10 Daftar Masalah dan Intervensi


a. Daftar Masalah

GAYA HIDUP
Pemenuhan kebutuhan primer, prioritas u
Tidak ada dana alokasi khusus untuk kese

PASIEN
Kesemutan di kedua telapak kakiny

LINGKUNGAN PSIKO-SOSIO-EKONOMI :
PEMERIKSAAN FISIK
Pasien sedih akibat anak terakhir meninggal
Pendapatan keluarga kurang cukup, dan tidak tetap
St. Generalis :
PERILAKU
Pasien berkomunikasi
dengan KESEHATAN
keluarga dan tetanggaTD
sekitar,
pasien memiliki
: 140/95
Pola makan serta takaran makan pasien tidak terkontrol. Pasien sering mengkonsumsi makanan berl
IMT : 20.76 kg/m2
Pasien berobat jika hanya ada keluhan
Mata
:
gangguan
penglihatan (+/-)
Tidak rutin meminum obat

Thorax : Kardiomegali
P. Penunjang :
GDS 540 mg/dL.

FAKTOR BIOLOGI
Pasien merupakan anak ketiga. Ibu pasien, adik kandung dan keponakan pasien memiliki riwayat DM
Pasien memiliki riwayat Hipertensi.

Penataan barang di beberapa ruan

Bagan 3.4 Mandala of Health

b. Intervensi
Penatalaksanaan permasalahan kesehatan pasien yaitu secara nonfarmakologis
dan farmakologis terhadap pasien, keluarga dan lingkungan sekitarnya.
Intervensi pada Pasien
-

Penatalaksanaan Non Farmakologis


Penatalaksanaan terhadap pasien sesuai dengan pilar penatalaksanaan DM antara

lain edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani, serta intervensi farmakologis. Pasien
juga memerlukan penatalaksanaan untuk hipertensinya.
Pembinaan untuk pasien adalah memberikan motivasi kepada pasien untuk tetap
mengontrol kadar gula darah dan tekanan darah serta pengetahuan tentang penyakit
yang dialami, menjaga pola makan yang teratur dan gaya hidup yang sehat, serta terus
menjaga kebugaran diri dengan tetap berolahraga.
Pasien diberikan motivasi untuk rajin mengontrol kadar gula darah dan tekanan
darah ke fasilitas pelayanan kesehatan. Jika pasien rajin kontrol, maka pasien
mengetahui kondisi kesehatannya dengan baik. Selain itu, pasien juga diberikan
pengetahuan tentang penyakit DM dan hipertensi, sehingga terjadi peningkatan
pengetahuan dan kesadaran pasien terhadap penyakitnya.
Pasien juga diberikan edukasi mengenai gizi.Pola makan pada penderita DM
dimaksudkan untuk mengatur jumlah kalori dan karbohidrat yang dikonsumsi setiap
hari.Gizi pasien DM harus seimbang sesuai prinsip 3J yaitu berdasarkan jumlah, jenis
dan jenis makanan. Prinsip 3J dimaksud adalah jumlah kalori yang diberikan harus
habis, jangan dikurangi atau ditambah sesuai dengan kebutuhan, jadwal diit harus
sesuai dengan intervalnya yang dibagi menjadi 6 waktu makan, yaitu 3 kali makanan
utama dan 3 kali makanan selingan, jenis makanan yang manis harus dihindari karena
dapat meningkatkanjumlah kadar gula darah. Pola makan 3J yang harus dipahami dan
diingat oleh para penderita diabetes dalam mengatur pola makan sehari-hari yaitu:
1. Jadwal
Pengaturan jadwal bagi penderita diabetes biasanya adalah 6 kali makan. 3 kali
makan besar dan 3 kali selingan. Adapun jadwal waktunya adalah sebagai berikut :
a. Makan Pagi (jam 07.00)
b. Snack I (jam 10.00)

c. Makan siang (13.00)


d. Snack II (jam 16.00)
e. Makan malam (jam 19.00)
f. Snack III (jam 21.00)
Usahakan makan tepat pada waktunya, karena apabila telat makan, akan terjadi
hipoglikemia (rendahnya kadar gula darah) dengan gejala seperti pusing, mual, dan
pingsan. Apabila hal ini terjadi segera minum air gula (Info Diabetes, 2012).
2. Jumlah
Perhatikan jumlah/porsi makanan yang anda konsumsi. Prinsip jumlah makanan
yang dianjurkan untuk penderita diabetes adalah porsi kecil dan sering, artinya makan
dalam jumlah sedikit tetapi sering. Adapun pembagian kalori untuk setiap kali makan
dengan pola menu 6 kali makan adalah sebagai berikut :
a. Makan Pagi (20%) maksudnya 20% dari total kebutuhan kalori sehari
b. Snack I (10%)
c. Makan siang (25%)
d. Snack II (10%)
e. Makan malam (25%)
f. Snack III (10%) (Info Diabetes, 2012).
3. Jenis
Jenis makanan menentukan kecepatan naiknya kadar gula darah. Kecepatan suatu
makanan dalam menaikkan kadar gula darah disebut juga indeks glikemik. Semakin
cepat menaikkan kadar gula darah sehabis makan tersebut dikonsumsi, maka semakin
tinggi indeks glikemik makanan tersebut. Jadi, hindari makanan yang berindeks
glikemik tinggi seperti sumber karbohidrat sederhana, gula, madu, sirup, roti, mie dan

lain-lain.Makanan yang berindeks glikemik lebih rendah adalah makanan yang kaya
dengan serat. Contohnya sayuran dan buah-buahan (Info Diabetes, 2012).
-

Penatalaksanaan Farmakologis
Penatalaksanaan secara farmakologis sesuai dengan apa yang diberikan saat

pengobatan di puskesmas yaitu diberikan Amlodipine 10mg 1x1. Glibenklamid 5mg


2x1 dan Metformin 500mg 2x1.
Intervensi pada Keluarga Pasien
Keikutsertaan seluruh anggota keluarga dalam mengatasi masalah yang dihadapi
oleh pasien sangat diperlukan. Pertama, memberi tahu masalah yang dialami oleh
pasien. Keluarga dikumpulkan dalam satu kesempatan untuk berdiskusi tentang
masalah kesehatan yang dialami pasien dan pentingnya partisipasi serta perhatian
keluarga terhadap kepentingan keluarga terutama pasien. Penjelasan mengenai penyakit
pasien, penyebab, gejala dan komplikasi, nutrisi serta pengobatan pada pasien.
Keluarga juga harus mendapatkan edukasi yang jelas bahwa peran keluarga penting
dalam mencegah semakin buruknya penyakit pasien karena penyakit tersebut tidak
hanya diobati melalui pengobatan tetapi juga terhadap pola hidup sehat. Pola hidup
sehat terutama pola makan pasien perlu ditekankan kepada pasien dan keluarga, karena
sangat mempengaruhi kondisi kesehatan pasien. Langkah selanjutnya adalah pembina
mengingatkan pasien dan keluarga, bahwa penyakit pasien harus dikontrol secara
berkala dan berkesinambungan serta memberitahu kepada keluarga pasien untuk saling
mengingatkan serta mendukung pasien dalam mengontrol penyakitnya. Keluarga pasien
juga diberikan edukasi bahwa penyakit pasien merupakan penyakit keturunan, sehingga
tidak menutup kemungkinan anggota keluarga dapat mengidap penyakit yang sama.
Oleh karena itu, keluarga diberikan motivasi untuk memeriksakan kesehatannya terkait
DM dan Hipertensi secara berkala sehingga penyakit dapat diketahui lebih awal.
3.11 Indikator Keberhasilan
Pasien dapat memperbaiki kualitas hidupnya dengan menjaga pola makan teratur
sehingga GDS dan tekanan darah terkontrol serta kontrol kondisi kesehatan yang
teratur. Indikator keberhasilan pada pasien adalah :
1. Kadar gula darah sewaktu kurang dari atau sama dengan 140mg/dL dan tekanan
darah kurang dari 140/90 mmHg.
2. Pola makan teratur sesuai diet DM yaitu 3J, memakan makanan tidak berlebihan.

3. Tetap melakukan latihan jasmani seperti olahraga pada pagi hari.


4. Pasien rutin meminum obat DM dan hipertensi serta rutin kontrol penyakitnya.
5. Pasien tidak sedih lagi akibat meninggalnya anak terakhir pasien.
Indikator keberhasilan pada keluarga antara lain :
1. Setiap anggota keluarga memahami permasalahan penyakit pasien serta ikut serta
dalam menjaga gaya hidup sehat pasien dan keluarga.
2. Pendapatan keluarga bertambah untuk kelangsungan hidup bersama.
3. Hubungan semakin baik antara menantu pasien dengan pasien, yang menjadi
salah satu faktor pada peningkatan kualitas hidup baik bagi pasien dan keluarga.
3.12 Koping Score
Dilakukan penilaian terhadap penguasaan masalah dan kemampuan beradaptasi,
penilaian kemampuan mengatasi masalah secara keseluruhan dan kemampuan adaptasi
dengan skala :
5 : dapat diselesaikan sepenuhnya oleh pasien dan keluarganya
4 : penyelesaian hampir seluruhnya oleh keluarga dengan sedikit petunjuk dari
orang lain/dokter/pelayanan kesehatan
3 : penyelesaian hanya sedikit atas partisipasi keluarga
2 : partisipasi keluarga hanya berupa keinginan saja karena tidak mampu,
penyelesaian oleh orang lain/dokter/pelayanan kesehatan
1 : tidak ada partisipasi, tidak ada penyelesaian walaupun sarana ada
99 : tidak dapat dinilai.
Tabel 3.5Koping Score
No
1

Masalah

Intervensi

Kopin
g Awal
2

Kopin
Hasil Intervensi

- Awal : TD dan GDS

Akhir
4

Penyakit DM Tipe

Pemberian obat :

II dan Hipertensi

Glibenklamid 5 mg

(8 Juni 2015) =

Grade I

2x1, Metformin

140/95 mmHg dan

500mg 2x1, dan

540 mg/dL.

Amlodipine 10mg

- Akhir : TD dan

1x1

GDS (19 Juni 2015)


adalah 130/90mmHg
dan 280 mg/dL. TD
dan GDS (saat puasa)
(3 Juli 2015) adalah
130/85 mmHg dan
147 mg/dL.

Pasien tidak rutin

Memberikan

meminum obat

edukasi bahwa obat

meminum obat

diminum harus

karena pasien

rutin tidak hanya

menjadi mengerti

saat terdapat

bahwa obat menjadi

keluhan atau GDS

salah satu faktor

dan TD dalam

untuk

keadaan tinggi

mempertahankan
2

Pasien menjadi rutin

kadar GDS dan TD


Pasien sudah

Pola makan yang

Edukasi mengenai

tidak terkontroldan

3J dan mengurangi

mengurangi makan

berlebih

makan yang

lontong 3 buah

engandung garam

menjadi 1 buah. Porsi

makan pasien
sebelumnya 1
piring, sekarang
piring dengan sayur
yang lebih dominan.
Jadwal makan pasien
lebih teratur
dibandingkan
sebelumnya. Pasien
sekarang lebih sering
memakan sayur
bening tidak
4

menggunakan garam.
Pasien setiap pagi

Pasien masih jarang

Edukasi mengenai

berolahraga

olahraga untuk

ditemani oleh istrinya

membugarkan

untuk jalan pagi

Masalah psikososial

badan
Memberikan

pada pasien yaitu

edukasi bahwa

sudah mulai ikhlas

sedih karena anak

komunikasi dengan

dengan keadaan yang

terakhir meninggal

pasien semakin

sekarang tanpa anak

ditingkatkan karena

bungsunya.

disekitar rumahnya.
- Pasien sekarang

dapat mengurangi
rasa sedih akan
kehilangan anak
6

Pengetahuan yang

bungsunya.
Edukasi mengenai

kurang terhadap

penyakit pasien

-pasien dan keluarga


mengerti tentang

penyakit pasien

(definisi, penyebab,

penyakitnya,

dengan DM tipe II

gejala dan

sehingga mau

dan Hipertensi

komplikasi,

mengontrol

Grade I

pengobatan) DM

penyakitnya dan mau

dan Hipertensi

berobat secara teratur.

Hubungan pasien

Grade I
Memberi tahu

dengan menantu

keluarga bahwa

sudah diberikan

kurang dekat

hubungan harmonis

edukasi mengenai

antar anggota

permasalahan

keluarga dapat

kesehatan pasien, dan

meningkatkan

sekarang menjadi

kualitas hidup, baik

lebih dekat dengan

pada pasien

pasien

maupun keluarga.

menantunya pernah

-Menantu pasien

mengantarkan pasien
ke klinik dokter
8

terdekat.
- Keuangan keluarga

Masalah ekonomi

Memberikan

pada keluarga

edukasi bahwa

sudah dapat dibantu

pendapatan

oleh cucu kedua,

keluarga dapat

dengan bekerja di

ditambahkan lagi

bagian farmasi.

dengan memotivasi

Selain itu, karena

keluarga untuk

edukasi yang telah

mencari pendapatan

diterima keluarga

lebih.

inti, anak-anak lain

pasien juga menjadi


lebih sering
memberikan bantuan
berupa materi untuk
menunjang kesehatan
pasien.
RATA-RATA

16/8 =

32/8 =

Kesan dari kemampuan penyelesaian masalah awal dalam keluarga adalah 2 yaitu
keluarga cukup mampu menyelesaikan hampir seluruhnya oleh kelurga dengan sedikit
petunjuk dari orang lain/ dokter/ pelayanan kesehatan. Pada akhir pembinaan dilakukan
penilaian kembali kemampuan keluarga menyelesaikan masalahnya. Nilai akhir koping

keluarga yang didapat adalah 4yaitu penyelesaian hampir seluruhnya oleh keluarga dengan
sedikit petunjuk dari orang lain/dokter/pelayanan kesehatan.

Вам также может понравиться