Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ILUSTRASI KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama
Jenis kelamin
Umur
TTL
Status
Agama
Suku Bangsa
Pekerjaan
Alamat
Periksa Puskesmas
: Tn. W
: Laki-laki
: 69tahun
: 26Juli 1945
: Menikah
: Islam
: Jawa
: Pensiunan swasta
:Jl. Gedung 3 RT 1 RW 17 Beji No. 28, Kecamatan Beji. Kota
Depok
: Senin, 8 Juni 2015
3.2 Anamnesis
Autoanamnesa pada tanggal 8 Juni 2015
Keluhan utama : Kesemutan di kedua telapak kaki.
Riwayat penyakit sekarang :
2 hari yang lalu pasien mengaku kedua kakinya sering kesemutan. Kesemutan
terasa pada bagian pergelangan kaki hingga ke telapak kaki. Telapak kaki pasien
semakin sering kesemutan sehingga mengganggu pasien saat berjalan. Pasien juga
merasakan sering gatal-gatal di badannya. Keluhan ini muncul sekitar 1 bulan yang
lalu. Pasien hanya membubuhkanbedak anti gatal ditubuhnya setelah mandi. Selain itu,
mata pasien mengalami gangguan penglihatan. Gangguan penglihatan ini dirasakan
sejak 6 bulan yang lalu, tetapi pasien belum memeriksakan matanya ke dokter mata.
Nyeri saat berjalan yang hilang saat istirahat disangkal.
Pasien mengetahui sakit DM dari tahun 2013, karena mengeluhkan sering buang
air kecil serta nafsu makan yang meningkat tetapi badan terasa lemas, tidak
bersemangat untuk aktivitas. Gula darah pasien saat pertama periksa lebih dari 250an.
Pasien mendapatkan obat glibenklamid sejak tahun 2013. Gula darah pasien biasa
diatas 200-300an. Pasien kontrol ke puskesmas jika ada keluhan, dan tidak rutin
meminum obat.Pasien menyangkal pernah pingsan setelah meminum obat gula. Pasien
menyangkal adanya luka yang sulit sembuh. Tidak ada riwayat sesak saat berjalan,
pendengaran yang kurang, bengkak pada tangan dan kaki. Tidak ada alergi obat.
Pasien memiliki riwayat hipertensi. Pasien mengetahui hipertensi setelah
mengetahui ia sakit DM, yaitu sekitar tahun 2013. Pasien biasa meminum obat
Amlodipin 10 mg 1x1 sejak saat itu. Tensi pasien biasanya 140 atau 150 per 90-110.
Pasien terkadang sering pusing, tetapi hilang dengan beristirahat. Pasien tidak rutin
meminum obat hipertensinya. Pasien mengaku jika tensinya sedang tinggi dan kepala
terasa pusing, pasien meminum obat, tetapi jika tidak, pasien tidak meminum obat
hipertensinya. Nyeri disekitar dada disangkal. Riwayat stroke disangkal.
Riwayat penyakit dahulu :
Riwayat penyakit gula sejak tahun 2013.Pasien mulai mengkonsumsi obat gula
yaitu glibenklamid namun pasien tidak rutin minum obat, hanya kontrol ke puskesmas
jika ada keluhan. Riwayat penyakit ginjal disangkal. Riwayat penyakit jantung
disangkal.
Riwayat penyakit keluarga :
Ibu, adik kandung dan keponakan pasien mempunyai riwayat Diabetes Melitus.
Anak-anak pasien belum ada yang memeriksa gula, jadi belum tahu apakah sakit gula
atau tidak.
Habitus :
Pasien tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol. Pola makan serta takaran
makan pasien tidak terkontrol. Pasien sering mengkonsumsi makanan berlebihan,
terutama saat pagi hari. Pasien sering makan di luar rumah, seperti membeli lontong
pada pagi hari dan membeli soto siang hari, padahal pasien masih makan lagi di
rumahnya.
Tabel 3.1Food Recall Pasien dalam 24 Jam
Nama Makanan
Bahan Makanan
Pagi
Lontong 3 buah
Teh manis
Nasi
Sayur Kangkung
Tempe Goreng
Siang
Nasi
Tempe Goreng
Sayur Bayam
Pepaya
Sore
Soto Ayam + Nasi
Nasi
Teh dan Gula
Nasi
Kangkung
Tempe + Minyak goreng
Nasi
Tempe + Minyak goreng
bayam
Pepaya
Bihun
Ayam
Nasi
Santan
Malam
Nasi
Telur
Sayur Oyong Wortel
Susu
Nasi
Telur ayam
Minyak goreng
Oyong
Wortel
Tepung susu skim
Kulit
Kepala
jenis abdominothorakal
: kuning langsat, ikterik (-), lembab
: Normocephal, rambut hitam dan sedikit rambut putih,
Wajah
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Leher
(T1/T1).
: Simetris,tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
3.Growth
Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan anggota
keluarga tersebut.
4.Affection
Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota keluarga.
5.Resolve
Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan waktu yang
dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain (Prasetyawati, 2010).
Terdapat tiga kategori penilaian yaitu: nilai rata-rata 5 kurang, 6-7 cukup dan
8-10 adalah baik. Di mana score untuk masing-masing kategori adalah:
2
sering/selalu
kadang-kadang
R
Total
Sering/
selalu
Kadang
kadang
Jarang /
tidak
3.5.2.
Family SCREEM
Fungsi patologis keluarga dinilai dengan menggunakan SCREEM score
Culture
PATOLOGIS
Ikut berpartisipasi dalam kegiatan di lingkungannya
Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik,
dapat dilihat dari sikap pasien dan keluarga yang
menghargai adat istiadat Jawa dalam kehidupan
KET
-
sehari-hari.
Religious
Educational
Medical
Kesimpulan :
cukup baik.
Keluarga ini menganggap pemeriksaan rutin
kesehatan sebagai kebutuhan,.
Dalam keluarga pasien Tn. W ditemukan hanya satu fungsi patologis yaitu
Economic. Sumber penghasilan keluarga Tn. W berasal dari anak perempuan pasien
(Ny. D) dan menantunya.
3.5.3.
Genogram
Keluarga terdiri dari 3 generasi. Bentuk keluarga adalah keluarga majemuk.
Dari pernikahan ini pasien memiliki 5 orang anak dan 7orang cucu.
FamilyMapping
Nama
Kedudukan
dalam
keluarga
Gender
L/P
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Tn. W
Ayah (KK)
69 thn
SMP
Ny. S
Istri
72 thn
SMP
Ny. D
Anak ke-2
43 thn
SMA
4
5
6
Tn. T
An. W
An. P
Menantu
Cucu ke-2
Cucu ke-3
L
L
P
44 thn
18 thn
16 thn
SMA
SMA
SMA
Pensiunan
swasta
Ibu Rumah
Tangga
Ibu Rumah
Tangga
Swasta
Farmasi
Pelajar
pembantu
rumah
tangga
di
beberapa
rumah
tetangganya
dan
sakit ginjal, keluarga mengetahui pasien sakit ginjal karena pasien harus melakukan
cuci darah.
3.7 Identifikasi Perilaku Kesehatan
Data Risiko Internal Keluarga
a. Kebersihan Pribadi dan Lingkungan
Pasien masih dapat membersihkan dirinya sendiri.Pasien mandi 3 kali
sehari.Setiap sehabis mandi, dibantu oleh istrinya, pasien membubuhi bedak di
badannya.Pasien rajin membersihkan diri, seperti saat sebelum makan, pasien
mencuci tangannya terlebih dahulu.Jika pasien keluar rumah, pasien selalu
memakai alas kaki.
Kebersihan rumah selalu terjaga oleh istri dan anak keduanya.Pasien jarang
ikut jika sedang membersihkan rumah, karena alasan lelah.Rumah disapu dan dipel
setiap hari.Pasien hanya membersihkan sarang burung di teras rumahnya.Sarang
burung rajin dirawat oleh pasien dan cucunya.Kamar tidur pasien dan istri rapih,
tidak ada tumpukan baju-baju, obat-obat pasien disatukan dalam satu plastik dan
diberi tempat tersendiri.
b. Pencegahan Spesifik
Pola makan serta takaran makan pasien tidak terkontrol. Pasien sering
mengkonsumsi makanan berlebihan, terutama saat pagi hari.Pada pagi hari, pasien
makan di rumah, lalu pasien keluar rumah untuk membeli lontong.Pasien sangat
suka memakan lontong yang diisi oncom, pasien dapat memakan 3-4 lontong.
Lalu, siang hari pasien sering memakan soto mie dengan nasi. Malam hari, pasien
memakan buah serta nasi dan lauk.Pasien mengakui bahwa kebiasaan makan
dengan takaran banyak sudah sejak dahulu, sejak pasien bekerja.Akibat dari lelah
bekerja, pasien mengimbanginya dengan makan yang banyak.
Selain itu, pasien juga menjelaskan bahwa makanan di rumah pasien sering
tidak sesuai dengan selera pasien.Sehingga pasien masih sering jajan di luar rumah,
untuk mencari makanan tambahan.
Sejak pasien mengetahui dirinya terkena DM dan Hipertensi, pasien ke
puskesmas untuk berobat dan mendapat edukasi mengenai penyakitnya.Pasien juga
sering mengajak cucunya saat pasien diperiksa, untuk mendengarkan edukasi yang
diberikan oleh dokter.Pasien sudah diajarkan mengenai gaya hidup dan makanan
yang ideal untuk para diabetesi oleh ahli gizi di puskesmas, pasien sudah memulai
mengikuti saran yang diberikan oleh ahli gizi tersebut dengan mengurangi makanmakanan yang manis, tetapi pasien tidak dalam waktu lama mengikuti saran ahli
gizi tersebut, karena menurut keluarga pasien masih sering makan-makanan yang
manis dan jajan di luar.
c. Gizi Pasien
Makanan pasien di rumah, biasanya dimasak oleh istri atau anak
keduanya.Istri pasien yang menentukan jenis makanan di rumah pasien.Istri pasien
selalu membuat makanan yang seimbang dengan adanya sayuran, lauk pauk, dan
buah.Pasien suka memakan sayur seperti wortel dan oyong.Takaran makan pasien
biasanya lebih banyak nasi dibandingkan sayur dan lauk pauk.Kebiasaan ini
menunjukkan bahwa pengetahuan pasien terhadap gizi diabetesi masih kurang,
sehingga perlu diberikan edukasi tentang gizi diabetesi.
Selain makanan pokok, pasien juga suka meminum susu, namun pasien hanya
bisa membeli susu jika ada uang berlebih dari anak-anaknya atau dari cucunya.
d. Latihan Jasmani
Pasien sudah melakukan aktivitas olahraga, walaupun tidak setiap hari, yaitu
berjalan kaki pada pagi hari.Namun, keluarga pasien kurang merutinkan kegiatan
tersebut. Istri pasien tidak menemani pasien saat jalan pagi hari, begitupula
keluarga yang lainnya
e. Penggunaan pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan yang biasa didatangi oleh pasien adalah puskesmas dan
praktik dokter.Pasien memiliki jaminan kesehatan yang dapat digunakan di
puskesmas.
f. Kebiasaan/perilaku lainnya yang buruk untuk kesehatan
Pasien tidak merokok dan sudah berhenti meminum kopi.Hanya saja, kegiatan
rutin olahraga belum dijalankan pada anggota keluarga lainnya.
3.8 Keadaan rumah dan lingkungan sekitar
Pasien tinggal bersama keluarganya di rumah dengan luas 9x5 m 2, luas halaman
rumah 2x2m2.Rumah pasien terletak di lingkungan padat penduduk, tembok rumah
pasien saling berdempetan dengan tetangganya. Di depan rumah pasien terdapat gang
kecil, hanya dapat dilalui oleh motor. Di halaman rumah pasien terdapat beberapa
tanaman dan tempat sampah. Pasien juga memelihara 2 burung, dengan sarang yang
bersih terawat..Atap rumah pasien dari genteng.Akses masuk ke rumah pasien dapat
dilalui melewati pintu utama, dan pintu yang berjarak 2 m dari pintu utama.Terdapat
dua jendela di samping pintu utama, dan terdapat ventilasi di atas pintu utama dan
jendela.Dinding rumah pasien permanen dan dicat.Pencahayaan pada siang hari cukup
melalui pintu rumah dan jendela.Sumber pencahayaan pada malam hari dengan
menggunakan lampu (listrik).
Di dalam rumah pasien terdapat 1 ruang tamu, 3 kamar tidur, 1 dapur yang
menyatu dengan ruang makan, dan 2 kamar mandi. Terdapat kipas angin, tv, kursi tamu,
meja, dan kabinet di ruang tamu. Air dalam kehidupan sehari-hari didapatkan dari
pompa air listrik. Kamar mandi pasien bersih, lantai tidak licin, air jenih, namun
penempatan beberapa barang seperti sabun, sikat gigi, dan pasta gigi tidak teratur.Dapur
pasien dalam keadaan bersih, tetapi peralatan dapur dan beberapa barang di meja
makan tidak teratur. Pencahayaan di beagian belakang rumah cukup, karena ada jendela
di depan kamar mandi.
3.9 Diagnosis Holistik
Dilakukan pada kunjungan pertama tanggal 13 Juni 2015.
a. Aspek Personal
: - Pasien merasa sering kesemutan di kedua
telapak kakinya.
- Pasien khawatir karena mengganggu kegiatan sehari-
b. Aspek Klinis
pengobatan.
: - Diabetes Melitus tipe II (ICD10 E.14 ; ICPCII
T.90)
c. Aspek Individual
d. Aspek Psikososial
:-
Hipertensi
Tidak rajin meminum obat Hipertensi
Pola makan serta takaran makan pasien tidak terkontrol
Tidak melakukan diet bagi penderita DM dan hipertensi
Pasien terkadang berolahraga dengan berjalan kaki pada
:-
pagi hari
Hubungan dengan istri, anak kedua dan cucu
dekat, tetapi
e. Aspek Fungsional
:-
GAYA HIDUP
Pemenuhan kebutuhan primer, prioritas u
Tidak ada dana alokasi khusus untuk kese
PASIEN
Kesemutan di kedua telapak kakiny
LINGKUNGAN PSIKO-SOSIO-EKONOMI :
PEMERIKSAAN FISIK
Pasien sedih akibat anak terakhir meninggal
Pendapatan keluarga kurang cukup, dan tidak tetap
St. Generalis :
PERILAKU
Pasien berkomunikasi
dengan KESEHATAN
keluarga dan tetanggaTD
sekitar,
pasien memiliki
: 140/95
Pola makan serta takaran makan pasien tidak terkontrol. Pasien sering mengkonsumsi makanan berl
IMT : 20.76 kg/m2
Pasien berobat jika hanya ada keluhan
Mata
:
gangguan
penglihatan (+/-)
Tidak rutin meminum obat
Thorax : Kardiomegali
P. Penunjang :
GDS 540 mg/dL.
FAKTOR BIOLOGI
Pasien merupakan anak ketiga. Ibu pasien, adik kandung dan keponakan pasien memiliki riwayat DM
Pasien memiliki riwayat Hipertensi.
b. Intervensi
Penatalaksanaan permasalahan kesehatan pasien yaitu secara nonfarmakologis
dan farmakologis terhadap pasien, keluarga dan lingkungan sekitarnya.
Intervensi pada Pasien
-
lain edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani, serta intervensi farmakologis. Pasien
juga memerlukan penatalaksanaan untuk hipertensinya.
Pembinaan untuk pasien adalah memberikan motivasi kepada pasien untuk tetap
mengontrol kadar gula darah dan tekanan darah serta pengetahuan tentang penyakit
yang dialami, menjaga pola makan yang teratur dan gaya hidup yang sehat, serta terus
menjaga kebugaran diri dengan tetap berolahraga.
Pasien diberikan motivasi untuk rajin mengontrol kadar gula darah dan tekanan
darah ke fasilitas pelayanan kesehatan. Jika pasien rajin kontrol, maka pasien
mengetahui kondisi kesehatannya dengan baik. Selain itu, pasien juga diberikan
pengetahuan tentang penyakit DM dan hipertensi, sehingga terjadi peningkatan
pengetahuan dan kesadaran pasien terhadap penyakitnya.
Pasien juga diberikan edukasi mengenai gizi.Pola makan pada penderita DM
dimaksudkan untuk mengatur jumlah kalori dan karbohidrat yang dikonsumsi setiap
hari.Gizi pasien DM harus seimbang sesuai prinsip 3J yaitu berdasarkan jumlah, jenis
dan jenis makanan. Prinsip 3J dimaksud adalah jumlah kalori yang diberikan harus
habis, jangan dikurangi atau ditambah sesuai dengan kebutuhan, jadwal diit harus
sesuai dengan intervalnya yang dibagi menjadi 6 waktu makan, yaitu 3 kali makanan
utama dan 3 kali makanan selingan, jenis makanan yang manis harus dihindari karena
dapat meningkatkanjumlah kadar gula darah. Pola makan 3J yang harus dipahami dan
diingat oleh para penderita diabetes dalam mengatur pola makan sehari-hari yaitu:
1. Jadwal
Pengaturan jadwal bagi penderita diabetes biasanya adalah 6 kali makan. 3 kali
makan besar dan 3 kali selingan. Adapun jadwal waktunya adalah sebagai berikut :
a. Makan Pagi (jam 07.00)
b. Snack I (jam 10.00)
lain-lain.Makanan yang berindeks glikemik lebih rendah adalah makanan yang kaya
dengan serat. Contohnya sayuran dan buah-buahan (Info Diabetes, 2012).
-
Penatalaksanaan Farmakologis
Penatalaksanaan secara farmakologis sesuai dengan apa yang diberikan saat
Masalah
Intervensi
Kopin
g Awal
2
Kopin
Hasil Intervensi
Akhir
4
Penyakit DM Tipe
Pemberian obat :
II dan Hipertensi
Glibenklamid 5 mg
(8 Juni 2015) =
Grade I
2x1, Metformin
540 mg/dL.
Amlodipine 10mg
- Akhir : TD dan
1x1
Memberikan
meminum obat
meminum obat
diminum harus
karena pasien
menjadi mengerti
saat terdapat
dan TD dalam
untuk
keadaan tinggi
mempertahankan
2
Edukasi mengenai
tidak terkontroldan
3J dan mengurangi
mengurangi makan
berlebih
makan yang
lontong 3 buah
engandung garam
makan pasien
sebelumnya 1
piring, sekarang
piring dengan sayur
yang lebih dominan.
Jadwal makan pasien
lebih teratur
dibandingkan
sebelumnya. Pasien
sekarang lebih sering
memakan sayur
bening tidak
4
menggunakan garam.
Pasien setiap pagi
Edukasi mengenai
berolahraga
olahraga untuk
membugarkan
Masalah psikososial
badan
Memberikan
edukasi bahwa
komunikasi dengan
terakhir meninggal
pasien semakin
ditingkatkan karena
bungsunya.
disekitar rumahnya.
- Pasien sekarang
dapat mengurangi
rasa sedih akan
kehilangan anak
6
Pengetahuan yang
bungsunya.
Edukasi mengenai
kurang terhadap
penyakit pasien
penyakit pasien
(definisi, penyebab,
penyakitnya,
dengan DM tipe II
gejala dan
sehingga mau
dan Hipertensi
komplikasi,
mengontrol
Grade I
pengobatan) DM
dan Hipertensi
Hubungan pasien
Grade I
Memberi tahu
dengan menantu
keluarga bahwa
sudah diberikan
kurang dekat
hubungan harmonis
edukasi mengenai
antar anggota
permasalahan
keluarga dapat
meningkatkan
sekarang menjadi
pada pasien
pasien
maupun keluarga.
menantunya pernah
-Menantu pasien
mengantarkan pasien
ke klinik dokter
8
terdekat.
- Keuangan keluarga
Masalah ekonomi
Memberikan
pada keluarga
edukasi bahwa
pendapatan
keluarga dapat
dengan bekerja di
ditambahkan lagi
bagian farmasi.
dengan memotivasi
keluarga untuk
mencari pendapatan
diterima keluarga
lebih.
16/8 =
32/8 =
Kesan dari kemampuan penyelesaian masalah awal dalam keluarga adalah 2 yaitu
keluarga cukup mampu menyelesaikan hampir seluruhnya oleh kelurga dengan sedikit
petunjuk dari orang lain/ dokter/ pelayanan kesehatan. Pada akhir pembinaan dilakukan
penilaian kembali kemampuan keluarga menyelesaikan masalahnya. Nilai akhir koping
keluarga yang didapat adalah 4yaitu penyelesaian hampir seluruhnya oleh keluarga dengan
sedikit petunjuk dari orang lain/dokter/pelayanan kesehatan.