Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
mereka dalam bentuk istilah mutu, artinya dari hanya mementingkan kuantitas
atau cakupan pekerjaan saja, berubah menjadi orientasi kepada mutu.
d) Petugas organisasi pelayanan kesehatan akan merasa puas kalau mampu
memecahkan masalah mutu yang sulit dan kemudian selanjutnya tingkat
kepuasan akan meningkat kalau masalah mutu yang dipecahkan semakin sulit.
l. Dimensi Mutu
b. Komptensi Teknik: kemampuan dan ketrampilan petugas sesuai dengan
standar keprofesian
c. Efektivitas: pelayanan yang dilakukan menunjukkan manfaat dan hasil yang
diinginkan.
d. Efisiensi: memberikan hasil yang paling besar dalam keterbatasan sumber
daya.
e. Akses (keterjangkauan): bahasa, dana, geografi, adat istiadat
f. Hubungan Antar Manusia: interaksi antara Pemberi Pelayanan Kesehatan
dengan pasien/klien, supervisor kabupaten dengan petugas Puskesmas, Kepala
Puskesmas dengan petugas Puskesmas, dengan memperhatikan komunikasi,
rasa hormat, perhatian dan empati yang baik. Hubungan antar manusia yang
baik akan menimbulkan kemitraan, saling percaya, saling menghormati dan
keterbukaan.
g. Kesinambungan pelayanan: pasien selalu mendapatkan pelayanan yang
dibutuhkannya tanpa terputus termasuk rujukannya. Misalnya pelayanan K1 ibu
hamil, tindaklanjut pasca-perawatan di RS.
h. Keamanan: meminimalkan resiko-resiko trauma, infeksi dan efek yang
membahayakan lainnya yang diberikan.
i. Kenyamanan; sarana pelayanan kesehatan dapat memberikan kenyamanan
kepada pasien, termasuk kebersihan, waktu tunggu.
j. Informasi: mampu menjelaskan segala sesuatu yang berhubungan dengan
pelayanan kesehatan.
k. Ketepatan waktu: diselenggarakan dalam waktu yang tepat, misalnya jam
buka dan jam tutup Puskesmas harus tepat waktu,.
m Indikator
Indikator adalah tolok ukur yang menunjukkan tercapai atau tidaknya suatu
standar pelayanan kesehatan.
Dibedakan atas 2 (dua) macam indikator:
1. Indikator Persyaratan Minimal, untuk mengukur faktor-faktor yang
mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan (penyebab), terdiri atas:
c. Indikator masukan: tenaga, dana, pedoman, sarana dan prasarana
d. Indikator lingkungan: kebijakan, UU, organisasi dan manajemen fasilitas
pelayanan kesehatan
e. Indikator proses: tindakan medis dan non medis yang dikerjakan dalam
memberikan pelayanan (alur kerja, praktek, perilaku pelayanaan).
ditingkatkan oleh petugas Puskjesm,as secara mandiri, tanpa bantuan dari luar
dan dengan menggunakan cara yang sederhana hingga ke cara yang lebih
kompleks.
Untuk mempermudah proses pemecahan masalah, beberapa instrumen mutu
sederhana dapat digunakan, misalnya:
i. Curah pendapat (brain storming), untuk menggali berbagai alternatif
pemecahan masalah dan solusinya;
ii. Muliple Criteria Utility Assessment (MCUA), untuk pengambilan keputusan
bersama;
iii. Check List
iv. Diagram alur (flowchart) untuk menjelaskan komponen yang terlibat dalam
proses;
v. Diagram Ishikawa (diagram tulang ikan) untukn menggali kemingkinan
penyebab.
vi. Data matrik.
8. Pemantauan dan Supervisi
Kunjungan penyelia (supervisor) kabupaten/kota untuk berkunjung secara
berkala (1-3 bulan sekali) ke Puskesmas untuk memantau status kegiatan
jaminan mutu di suatu Puskesmas.
Beberapa masalah yang ditemui dapat diatasi dengan perbaikan proses
pelaksanaan, akan tetapi dapat pula terjadi masalah yang ditemui hanya bisa
diatasi dengan bantuan sarana-prasarana dari kabupaten/kota, bahkan mungkin
diperlukan bantuan teknis dari propinsi atau arah kebijakan dari pemerintah
pusat.
Keberhasilan kegiatan pemantauan dan supervisi sangat tergantung pada
konsistensi kegiatan (teratur, taat azas serta berkesinambungan), kapasitas
(pengetahuan dan ketrampilan) penyelia untuk memberikan bantuan teknis,
daftar tilik pemantauan, data status kegiatan dan adanya dukungan kepala unit
organisasi dan Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/kota untuk mengatasi
masalah/hambatan yang muncul.
9. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada akhir siklus kerja tim jaminan mutu (3-6 bulan).
Pada akhir tahun, Tim Jaminan Mutu Puskesmas melakukan Penilaian Kinerja
Jaminan Mutu yang telah dilakukan bertempat di aula Dinas Kesehatan
Kabupaten/kota. Bahan presentasi mencakup pencapaian program terhadap
indikator keberhasilan yang telah ditetapkan dan penyampaian identifikasi proses
pembelajaran atas pelaksanaan kegiatan selama ini serta rekomendasi/saran
tindaklanjut. Keberhasilan suatu organisasi pelayanan menjalankan suatu
kegiatan dapat menumbuhkan inspirasi dan bahkan menjadi tolok banding
(benchmarking) oleh organisasi pelayanan lainnya untuk meniru/mencontoh
dengan melakukan kunjungan lapangan ke organisasi pelayananyang telah
berhasil tersebut.
E. TAHAP-TAHAP PELAKSANAAN JAMINAN MUTU
1. Tahap Pelaksanaan Analisis Sistem dan Supervisi
a) Cara pelaksanaan analisis sistem/supervisi dengan cara Peer Review
(ulasbalik kesejawatan).dengamn mengikuti cara perputaran Robin.
Pengamatan tingkat kepatuhan dilakukan oleh sejawat yang sama dari
Puskesmas lain menggunakan instrumen berupa Daftar Tilik (checklist).
Daftar Tilik berisi item-item yang harus dilaksanakan oleh petugas kesehatan
dalam memberikan pelayanan kesehatan. Analisis Sistem merupakan suatu
audit atau penilaian terhadap mutu pelayanan kesehatan, adapun penilaian
meliputi beberapa aspek:
1) Kepatuhan terhadap standar
Pengamatan dilakukan untuk menilai kepatuhan petugas terhadap standar yang
ada dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Cara supervisor memeriksa kepatuhan terhadap standar:
Ambil secara acak masing-masing 3 Catatan Medik pasien yang relevan dan
telah dilaksanakan pengukuran terhadap standar.
Periksa Catatan Medik tersebut dan catat hasil temuan pada kolom yang
tersedia.
Kecenderungan dari beberapa petugas kesehatan yang mematuhi Daftar Tilik
artinya melakukan semua yang terdapat di dalam Daftar Tilik, akan tetapi tidak
mematuhi Standar. Contohnya: poetugas kesehatan mungkin telah menanyakan
semua pertanyaan yang menyangkut anamnesis dan melakukan pemeriksaan
terhadap geejala klinik, tetapi salah melaakukan klasifikasi/diagnosis atau salah
memberikan pengobatan. Sebagai akibnatnya dapat terjadi persepsi/anggapan
yang keliru tentang Jaminan Mutu, yaitu petufgas Puskesmas menganggap
Jaminan Mutu adalah Daftar Tilik.
2) Pengetahuan Petugas Puskesmas
Selain pengamatan, juga akanm dilakukan wawancara oleh pengamat tentang
pengetahuan petugas yang diamati, menggunakan alat bantu berupa Daftar Tilik.
3) Pengetahuan Pasien
Wawancara juga dilakukan terhadap pasien/pengantar untuk mengetahui
pengetahuan mereka tentang penyakit atau pelayanan yang diberikan
berhubungan dengan kunjungannya ke Puskesmas. Wawancara dilakukan
setelah pasien selesai mendapatkan pelayanan sewaktu akan meninggalkan
Puskesmas (exit interview) menggunakan instrumen Daftar Tilik.
dihitung
sarana
tingkat
dengan
dengan
ulasbalik
kesejawatan
yang
pertama.
Tingkat
kepatuhan/pengetahuan/ketersediaan sarana yang diperoleh pada peer review
pertama (25 kasus) dibandingkan dengan hasil peer review kedua (12 kasus)
dan diharapkan terjadi peningkatan tingkat kepatuhannya.
2 .Tahap Pelaksanaan Pendekatan Tim dalam Pemecahan Masalah
Pendekatan Tim sudah dimulai sejak saat Jaminan Mutu mulai dilaksanakan.
Pendekatan Tim dalam Pemecahan Masalah adalah suatu pendekatan untuk
memecahkan masalah, dalam hal ini adalah masalah mutu pelayanan (masalah
kompleks), yang terjadi di dalam organisasi pelayanan secara tim dengan
mengikuti langkah-langkah dalam siklus pemecahan masalah (Problem Solving
Cycle) dan mempergunakan alat-alat pemecahan masdalah (Quality
Improvement Tool) serta berdasarkan data. Istilah masalah kompleks yang
ditujukan terhadap masalah Keluaran yaitu outcome dan output pelayanan
kesehatan. Kepuasan pasien adalah keluaran, maka masalah tentang kepuasan
pasien akan dilihat sebagai mutu pelayanan. Kompleksitas masalah itu dapat
terjadi dalam berbagai bentuk, antara lain sebagai berikut:
a. Besaran atau magnitude suatu masalah yang kompleks lebih sulit ditentukan;
b. Penyebab masalah yang kompleks lebih sulit diketahui atau dimengerti;
c. Pengumpulan data harus dilakukan untuk mengidentifikasi penyebabn suatu
masalah yang kompleks;
d. Suatu intervensi khusus diperlukan untuk menghilangkan penyebab
masalahnya;
e. Diperlukan suatu pemantauan khusus terhadap kemajuan pelaksanaan
pemecahan masalah untukm menentukan apakah masalah kompleks tersebut
telah dapat dipecahkan.
Diharapkan organisasi pelayanan dapat memecahkan masalah mutu dua atau
tiga dalam setahun. Proses pemecahan masalah dilaksanakan dalam waktu
kurang lebih 3 bulan. Dimana pemecahan masalah tersebut, apabila menurut
hasil evaluasi dinilai berhasil, akan menjadi SOP organisasi pelayanan untuk
kegiatan yang bersangkutan. Sehingga dengan ini diharapkan organisasi dapat
memberikan pelayanan berdasarkan SOP dengan mutu yang terjamin serta hasil
sesuai dengan yang diharapkan, baik oleh pengguna, pelaksana maupun
pimpinan. Yang penting adalah nahwa Puskesmas selalu bekerja dalam
menemukan dan memecahkan masalah yang kompleks tanpa henti-hentinya.
Cara menjaga kelansungan Jaminan Mutu di Puskesmas adalah:
b) Mempertahankan tingkat kepatuhan terhadap standar, dalam arti
profesionalisme petugas dalam memberikan pelayanan tetap memegang best
practice, antara lain dengan upaya:
c) Mengintegrasikan Jaminan mutu ke dalam sistem manajemen Puskesmas
yang telah ada yaitu Perencanaan Tingkat Puskesmas, Lokakarya Mini
Puskesmas dan Penilaian Kinerja Puskersmas dengan cara: