Вы находитесь на странице: 1из 58

Seputar Dunia Teknik Sipil

Obrolan ringan seputar dunia struktur sipil

home

download

juragan

kritik & saran

welcome

subscribe

ANALISA STRUKTUR

ARTIKEL

DASAR-DASAR GEOMETRI

FONDASI DAN MEKANIKA TANAH

FREEWARE DAN DOWNLOAD

KONSTRUKSI TAHAN GEMPA

PERISTIWA DAN PENGALAMAN

STRUKTUR BAJA

STRUKTUR BETON

TIPS-TRIK
search our

Desain Balok Beton Sesuai SNI 03-2847-2002


( bag 1)
Posted by juragan on 01-Jun-2009 under Struktur Beton |

23 Comments to Read

balok beton

Balok dikenal sebagai elemen lentur, yaitu elemen struktur yang dominan
memikul gaya dalam berupa momen lentur dan juga geser. Mendesain
balok beton itu gampang-gampang susah. Lebih banyak gampangnya
daripada susahnya. Atau lebih banyak digampangkan dari pada
dipersulit. :)
Untuk mendesain balok beton bertulang kami pikir nggak perlu lah pake
software-software canggih dan mutakhir jaman sekarang. Cukup dengan
selembar kertas dan alat tulis plus alat hitung, kita sudah bisa mendesain
balok beton yang kokoh dan stabil. Sebagai catatan, kalo bisa alat
hitungnya berupa kalkulator saja.. nggak usah pake sempoa..
Modal awal, hitung gaya dalam
Nah, juragan pikir bukan di sini tempatnya membahas cara memperoleh
gaya dalam. Gaya dalam bisa dihitung manual untuk balok sederhana,
dan bisa juga menggunakan bantuan software. Juragan sarankan sih
gunakan software ringan khusus balok, seperti Atlas, Beamboy, dll. Tapi
kalo sudah mahir menggunakan software yang lebih kompleks hanya
untuk memodelkan sebuah balok, itu sah-sah saja.. Itu urusan selera. Kalo
ditanya, juragan sendiri sering pake software apa? Wah, kalo juragan sih
pake software bikinan kompeni (company), ada lisensi dan tidak untuk

umum mohon maaf. Kalo ketahuan bisa dikasih api (get fired) nanti.
Ah.. kepanjangan intronya.. <

serieus mode : on >

Bahan Yang Diperlukan

Momen lentur ultimate

Parameter material :

dan gaya geser ultimate


,

Prosedur
1. Hitung

, sesuai SNI-Beton, pasal 10.2.7.3.

tegangan tekan ekivalen

adalah rasio tinggi blok

terhadap tinggi tegangan tekan

aktual .Persamaannya sebagai berikut :

diagram tegangan balok beton

2. Tentukan ukuran penampang. Ini pake metoda trial-error.


Sebenarnya SNI Beton sudah ngasih petunjuk tentang ukuran balok.
Di pasal 9.5 ada tabel tinggi minimum balok terhadap panjang
bentang.
Jika

telah diketahui, kita dapat memperkirakan tinggi balok

yang akan didesain, biasanya dengan menambahkan 100 sampai


200 mm dari

. Sementara lebar balok , normalnya dapat

diambil sekitar0.4 0.6

3. Setelah itu tentukan nilai , yaitu

. SNI

juga sudah mengatur tebal selimut beton minimum (pasal 7.7).


Tujuan dari selimut beton adalah melindungi tulangan dari
serangan korosi akibat uap air yang dapat masuk melalui celahcelah beton yang retak. Untuk daerah ekstrim, misalnya daerah
dekat laut yang kadar garam uap airnya tinggi, tebal selimut beton
harus ditambah.
4. Hitung

, dengan persamaan :

adalah jarak antara resultan gaya tarik


dengan resultan gaya tekan
Seharusnya,

pada beton.

, tapi kita belum bisa menghitung nilai ,

sehingga untuk perkiraan awal


dengan

pada tulangan tarik

. Nilai

, dianggap kira-kira sama

ini nanti akan dikoreksi jika

telah diketahui.

5. Berikutnya, hitung luas tulangan perlu:


,
dan juga luas tulangan minimum yang disyaratkan oleh SNI-Beton:

Jangan lupa konsistensi penggunaan unit/satuan. Nilai

untuk kuat

lentur balok adalah 0.8.


6. Tentukan diameter dan jumlah tulangan yang memenuhi kedua
kondisi di atas (no #5). Dan.. hitung

yang baru. Misalnya,

tulangan 4D16,
7. Jika ternyata tulangan yang dibutuhkan lebih dari satu lapis, perlu
dikoreksi nilai yang baru. Jika tulangannya lebih dari satu lapis,
posisi resultan gaya tariknya akan berubah.

tulangan dua lapis

8. Hitung nilai :

Catatan : 0.85 pada persamaan di atas bukan nilai , juga bukan


. 0.85 itu adalah mmm.. reduksi kuat tekan beton aktual terhadap
kuat tekan beton silinder. Jadi, jika dikatakan beton mutu tekan fc
30 MPa, maka beton itu akan mulai hancur pada tekanan 0.8530 =
25.5 MPa. Angka

juga digunakan pada perhitungan desain

kolom beton (terhadap beban aksial tekan).


9. Cek nilai

yang baru, dan cek juga

sesuai

baru tersebut.

Jika tulangan yang kita pilih sebelumnya sudah memenuhi

yang

baru, berarti tulangannya cukup.


10.

Hitung rasio tulangan

dan rasio tulangan kondisi balance

SNI membatasi tulangan maksimum

. Namun, dalam

pelaksanaannya biasanya diambil sekitar 0.4 0.5

. Hal ini

biasanya menyangkut masalah segi ekonomis dan kepraktisan


pelaksaaan di lapangan.

11.

adalah rasio luas tulangan tarik terhadap luas penampang

beton di mana batas keruntuhannya adalah beton hancur pada


saat tulangan mulai leleh (mencapai

). Gampangnya gini, pada

saat memikul momen lentur, ada bagian beton yang mengalami


tekan, sementara tegangan tarik dipikul oleh tulangan baja,
sehingga ada tiga skenario keruntuhan yang bisa terjadi :
1) beton hancur, tulangan belum leleh,
2) beton hancur bersamaan dengan tulangan mulai leleh,
3) tulangan leleh (dan mungkin putus) sebelum beton hancur.
Kondisi 1) disebut over-reinforced (kebanyakan tulangan), kondisi 2)
adalah kondisi seimbang, dan kondisi 3) adalah underreinforced (kekurangan tulangan).
12.

Terakhir, cek lagi kekuatan lentur penampang berdasarkan

dimensi dan tulangan yang sudah diperoleh.

Untuk sementara itu saja dulu yang bisa juragan tulis di bagian pertama
ini. Berikutnya akan dibahas desain terhadap geser, juga kontrol lendutan
balok, hitung-hitungan balok T, balok retak, dll.

Category Archives: perhitungan


balok
T beam Design
JAN 28
Posted by sanggapramana

5 Votes

T beam atau dalam bahasa Indonesianya adalah balok T, adalah balok yang
pengecorannya dilaksanakan bersamaan dengan pengecoran pelat lantai atau
sering disebut (monolit). Sehingga plat beton diperhitungkan sebagai sayap dari
balok, dengan lebar sayap tertentu. Secara umum balok T dibagi menjadi 2
yaitu balok pinggir (exterior) dan balok tengah (interior) .

ya gambar di atas saya ambil dari salah satu website teknik sipil di Indonesia,
dan kita akan menentukan jumlah tulangan untuk balok T tersebut dapat
menahan beban yang bekerja padanya. sebelumnya perilaku balok T apabila
terkena momen yang bekerja padanya adalah sebagai berikut :

LEBAR EFEKTIF SAYAP


Pada saat balok menahan beban, tidak semua bagian pelat yang berada
diatasnya berdeformasi. Semakin jauh pelat dari sumbu balok semakin kecil
konstruksi pelat itu mempengaruhi deformasi balok yang dihasilkan. SNI 2002
pasal 10, 10 mengatur besaran bagian pelat yang dapat diambil sebagai bagian
dari balok (atau lebih dikenal dengan lebar efektiv pelat), yaitu :
1. Lebar efektiv pelat lantai adalah 1/4 bentang balok
2. Lebar efektiv pelat yang diukur dari masing-masing tepi badan balok tidak boleh
melebihi nilai terkecil dari :

8 kali tebal pelat

1/2 jarak bersih antara badan badan yang bersebelahan

Untuk balok dengan pelat hanya pada satu sisinya saja (balok eksterior), lebar
sayap efektiv diukur dari sisi balok tidak boleh melebihi dari :

1/12 panjang batang balok

6 kali tebal pelat

1/2 jarak bersih antara badan-badan balok yang berdekatan

ANALISIS BALOK T
Pada umumnya, zona tekan balok T berbentuk persegi seperti terlihat pada
gambar 4.2b (diatas). Untuk kasus seperti ini, balok T tersebut dapat
dianalisa sebagai balok persegi dengan lebar b. Untk kasus dimana zona
tekan berbentuk T seperti pada gambar 4.2d (diatas) analisis dapat dilakukan
dengan memperhitungkan secara terpisah kontribusi sayap dan badan
penampang dalam menahan momen. (gambar dibawah)

Analisis dilakukan secara terpisah sebagai berikut :


BALOK SAYAP

Luas zona tekan = (b bw) hf


Gaya tekan Cf = 0,85. fc. (b bw) hf
Syarat keseimbangan , Tf = Cf
Sehingga dengan asumsi fs = fy maka :
Asf. fy = 0,85. fc. (b-bw) hf
sehingga Asf dapat dicari dari persamaan di atas
Lengan momen = (d-hf/2)
Mnf = 0,85. fc. (b-bw) hf (d-hf/2)
atau, Mnf = Asf. fy (d-hf/2)
BALOK BADAN
Luas tulangan tarik badan > Asw = As Asf
Gaya tekan , Cw = 0,85. fc. bw. a
Syarat keseimbangan > Cw = Tw = Asw . fy
sehingga, a = Asw.fy / 0,85. fc. bw
Lengan momennya adalah (d-a/2), sehingga :
Mnw = 0,85. fc. bw. a (d-a/2), atau
Mnw = Asw. fy (d-a/2)
Maka Momen pada balok T adalah = Momen pada balok sayap + Momen pada
balok badan
Momen balok T = Mnf + Mnw
PERHITUNGAN APAKAH fs=fy

Pada langkah analisis di depan, fs diasumsikan = fy (tulangan leleh). Asusmsi ini


harus dicek, seperti yang pernah dijelaskan pada bab sebelumnya, dengan
membandingkan nilai (a/d) hasil perhitungan terhadap nilai(ab/d) yaitu
ab/d = 1. (600/600+fy)
Jika a/d ab/d , , , maka fs = fy
BATASAN TULANGAN MAXIMUM UNTUK BALOK T
Untuk menjamin perilaku yang daktail, SNI 2002 pasal 12.3 butir 3
mensyaratkan :
0,75 b
Untuk balok T yang berperilaku seperti balok persegi, perhitungan b dapat
dihitung menggunakan rumus yang diberikan pada bab sebelumnya. Jika zona
kompresi pada balok T berbentuk T maka perlu dihitung luas tarik yang
berhubungan dengan keruntuhan seimbang (balanced), yaitu :
Asb = Cb/fy > Cb = 0,85.fc. [(b-bw)hf+bw.a]
sehingga, A max Asb
TULANGAN MINIMUM BALOK T
SNI 2002 pasal 12.5 butir 2 mensyaratkan batasan tulangan minimum untuk
balok T yaitu
Asmin = (fc / 2.fy) bw.d
atau
Asmin = (fc / 4.fy) bf.d
Rujukan : Bahan Ajar Struktur berton Dr.Ir Antonius, MT (Dosen Unissula
Semarang)
Ditulis dalam perhitungan balok

2 Komentar

Design balok beton bertulang


OKT 6
Posted by sanggapramana

8 Votes

Alhamdulillah, saya ucapkan kepada Allah SWT dan junjungan nabi besarnya
Muhammad saw, saya telah mendapatkan ilmu ini, dari dosen saya Ir. H.
Sumirin MS, dan kandidat doktor, terima kasih banyak saya haturkan pada
beliau melalui blog saya ini, karena beliau menurut saya adalah salah satu
dosen yang cerdas dan juga cerdas dalam transfer ilmu kepada mahasiswanya.
matur nuwun pak dosen, sip kita mulai design balok beton bertulangnya. ,

b = lebar balok (cm)


h = tinggi balok (cm)
d = tinggi efektif balok (dari atas sampai titik berat tulangan bawah)
notasi d atau tinggi efektif umumnya adalah 0,9 h
As = luas tulangan tarik (cm2)
T = gaya tarik tulangan = As . fy
Cc = Gaya tekan beton = 0,85 . fc . b.d
a = tinggi blok tegangan beton
Rumus perhitungannya ada dibawah,

kalo yang baru lihat pertama rumus di atas pasti membingungkan, tapi yang
sudah pernah lihat dan mendesign pasti sudah nggak asing lagi, memang saya
tidak sepandai dosen saya dalam menyampaikan, mungkin kita bisa langsung
dalam contoh soalnya saja ya . . :)

Pertama-tama Cari Momen maksimal dulu la ditengah bentangnya ., q = 1000


kgcm dikalikan bentang 40 cm. = 40000 kgcm . jadi Q = 40000 kg.
Reaksi A dan B adalah 20000 kg atau 20 ton. jadi Mmax = 20000.20 20000.10 =
20000 kgcm.
atau bila langsung dengan rumus, 1/8*q*L^2 = 200000 kgcm
ini adalah luas tampang besi dari bermacam2 diameter, dari rumus
1/4*3,14*D^2 , yang sudah dihitung dengan menggunakan excel.,

lalu perhitungan dengan menggunakan rumus diatas saya gunakan excel hingga
bertemu dengan jumlah tulangan yang diperlukan, pada bagian terakhir luas
tulangan tarik (As) dibagi dengan luas tampang besi yang akan digunakan,
sehingga kebutuhan untuk besi tulangan 8,10,12 dan 16 akan berbeda2.,
silahkan mencoba :)

NB = rumus omega () itu sebenarnya = 1- (1-2Rn)^0.5

Ditulis dalam perhitungan balok

14 Komentar

Perhitungan Balok Portal Sederhana


AGU 6
Posted by sanggapramana

1 Vote

Langsung saja, masih dari materi lanjutan dari Perhitungan pelat lantai
sedehana (Part 1) dan(Part 2) , dapat dilihat pertama-tama gambar di bawah :

Keterangan :
Arah panah menunjukkan arah beban pada pelat yang dipikul oleh balok
melintang dan balok memanjang.
Arah Melintang Pot. 1 1

a) Perhitungan beban
Untuk potongan 1 1 perlu dihitung pemindahan beban pelat pada balok
pemikul. Pada gambar tampak bahwa beban memusat pada P. P adalah
penjumlahan antara beban pelat dan beban balok. Beban pelat terdiri dari
beban trapesium dan beban segitiga.Adapun nilai beban-beban tersebut adalah
:

Beban Pelat Trapesium = 0,5 * 0,5 * (ly/lx 0,5) *q * lx2

Beban Pelat Segitiga = 0,25 * q * lx2

Beban Balok = 0,2 * (0,3 0,1) (2 + 0,8) * 2,4

Beban balok di atas diperoleh sebagai berikut :


***Bentar baru ditulis****
wkwkwkwkwkwk
Ditulis dalam perhitungan balok
1 Komentar

Balok persegi panjang dengan


tulangan rangkap
AGU 3
Posted by sanggapramana

5 Votes

Pengertian balok tulangan rangkap


Yang dimaksud dengan balok tulangan rangkap ialah balok beton yang diberi
tulangan pada penampang beton daerah tarik dan daerah tekan. Dengan
dipasangnya tulangan pada daerah tarik dan tekan, maka balok lebih kuat
dalam hal menerima beban yang berupa momen lentur.

Pada praktik di lapangan, (hampir) semua balok selalu dipasang tulangan


rangkap. Jadi balok dengan tulangan tunggal secara praktis tidak ada (jarang
sekali dijumpai). Meskipun penampang beton pada balok dapat dihitung dengan
tulangan tunggal (yang memberikan hasil tulangan longitudinal saja), tetapi
pada kenyatannya selalu ditambahkan tulangan tekan minimal 2 batang, dan
dipasang pada bagian sudut penampang balok beton yang menahan tekan.
Tambahan tulangan longitudinal tekan ini selain menambah kekuatan balok
dalam hal menerima beban lentur, juga berfungsi untuk memperkuat
kedudukan begel balok (antara tulangan longitudinal dan begel diikat dengan
kawat lunak yang disebut binddraad), serta sebagai tulangan pembentuk balok
agar mudah dalam pelaksanaan pekerjaan beton.

PERENCANAAN BALOK TULANGAN RANGKAP


1.Pemasangan tulangan balok

Tulangan longitudinal tarik maupun tekan pada balok dipasang dengan arah
sejajar sumbu balok. Biasanya tulangan tarik dipasang lebih banyak daripada
tulangan tekan, kecuali pada balok yang menahan momen lentur kecil. Untuk
balok yang menahan momen lentur kecil (misalnya balok praktis, cukup
memasang tulangan tarik dan tulangan tekan masing-masing 2 batang (sehingga
berjumlah 4 batang), dan diletakkan pada 4 sudut penampang balok.
Untuk balok yang menahan momen lentur besar, tulangan tarik dipasang lebih
banyak daripada tulangan tekan. Keadaan ini disebabkan oleh kekuatan beton
pada daerah tarik yang diabaikan, sehingga praktis semua beban tarik ditahan
oleh tulangan longitudinal tarik (jadi jumlahnya banyak). Sedangkan pada
daerah beton tekan, beban tekan tersebut sebagian besar ditahan oleh beton,
dan sisa beban tekan yang masih ada ditahan oleh tulangan, sehingga jumlah
tulangan tekan hanya sedikit.
Pada portal bangunan gedung, biasanya balok yang menahan momen lentur
besar terjadi di daerah lapangan (bentang tengah) dan ujung balok (tumpuan
jepit balok), seperti dilukiskan
(a) Bidang momen (BMD) akibat kombinasi beban pada balok.

Keterangan Gambar =
BMD oleh kombinasi beban:
(1) : D, L dan E(+)/ke kanan.
(2) : D,L.
(3) : D,L dan E(+)/ke kiri
(b) Pemasangan tulangan longitudinal balok

Tampak pada gambar (a) bahwa di lapangan (bentang tengah balok) terjadi
momen positif (M(+)), berarti penampang beton daerah tarik berada di bagian
bawah, sedangkan di ujung (dekat kolom) terjadi sebaliknya, yaitu terjadi
momen negatif (M(-)),berarti penampang beton daerah tarik berada dibagian
atas. Oleh karena itu pada gambar (b) di daerah lapangan dipasang tulangan
bawah 8D22 yang lebih banyak daripada tulangan atas 4D22, sedangkan di
ujung terjadi sebaliknya yaitu dipasang tulangan atas 6D22 yang lebih banyak
daripada tulangan bawah 4D22.
Distribusi regangan dan tegangan
Regangan dan tegangan yang terjadi pada balok dengan penampang beton
bertulang rangkap dilukiskan seperti gambar (1), (2), dan (3). Pada gambar ini
dilengkapi dengan notasi yang akan dipakai pada perhitungan selanjutnya.

Ditulis dalam perhitungan balok


2 Komentar

Pengenalan torsi pada balok (for basic)


AGU 1

Posted by sanggapramana

3 Votes

Wedew, setelah tadi pengenalan tulangan geser kini kita masuk ke tulangan
torsi, langsung saja. . . .
check this out . . . .
Pengenalan torsi
Torsi (twist) atau momen puntir adalah momen yang bekerja terhadap sumbu
longitudinal balok/elemen struktur.Torsi dapat terjadi karena adanya beban
eksentrik yang bekerja pada balok tersebut.Selain itu,pada umumnya torsi
dijumpai pada balok lengkung atau elemen struktur portal
pada ruang.Lihat gambar di bawah . .. . .

Pada
kasus-kasus tertentu, pengaruh torsi lebih menentukan dalam perencanaan
elemen struktur jika dibandingkan dengan pengaruh beban-beban yang lain,
misalnya : torsi pada kantilever (gambar(b)) atau torsi pada kanopi
(gambar(d)).
Jenis beban torsi
Beban torsi dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu

Torsi keseimbangan = momen torsi yang timbul karena dibutuhkan untuk


keseimbangan struktur, seperti terlihat pada gambar diatas,dari gambar (a) sampai
gambar (d).

Torsi kompatibilitas = Momen torsi yang timbul karena komptabilitas deformasi antara
elemen-elemen struktur yang bertemu pada sambungan, seperti gambar dibawah. .

Ditulis dalam perhitungan balok


1 Komentar

Mengatasi retak geser pada balok


AGU 1
Posted by sanggapramana

1 Vote

Setelah membahas Retakan pada balok akibat gaya geser , sekarang kita lanjut
untuk penelesaian solusinya, ,
1. Unsur penahan geser
Meskipun elemen beton dapat menahan gaya geser/gaya lintang yang bekerja
pada balok, tetapi jika gaya geser tersebut cukup besar(terutama pada daerah
ujung balok), maka elemen beton yang arahnya miring (menyudut).Untuk
mengatasi retak miring akibat gaya geser maka pada lokasi yang gaya gesernya
cukup besar ini diperlukan tulangan khusus, yang disebut tulangan geser.
Sebetulnya retak miring pada balok dapat ditahan dengan 4 unsur, yaitu :
1) Bentuk dan kekasaran permukaan agregat beton (pasir dan kerikil). Bentuk
agregat yang tajam/menyudut dan permukaannya kasar sangat kuat menahan
geser, karena agregat akan saling mengunci, sehingga mempersulit terjadinya
slip (tidak mudah retak) seperti terlihat pada gambar (a). Tetapi jika agregat
berbentuk bulat dan permukaannya halus tidak kuat menahangaya geser karena
mudah terjadi slip (mudah retak), seperti terlihat pada gambar (b).

2) Retak geser ditahan oleh gaya tarik dan gaya potong ( dowel action ) dari
tulangan longitudinal, seperti terlihat pada gambar (c) dan gambar (d).

3) Retak geser ditahan oleh struktur beton

4) Retak geser ditahan oleh gaya tarik tulangan geser, baik berupa tulangan
miring maupun tulangan begel, seperti terlihat pada gambar (e) dan (f)

Pemasangan begel balok dilaksanakan dengan melingkupi tulangan longitudinal,


dan kedua tulangan tersebut saling diikat dengan kawat binddrad. Dengan

demikian, begel tersebut selain berfungsi untuk menahan gaya geser, juga
berfungsi mencegah pergeseran tulangan longitudinal akibat gaya potong,
sehingga kedudukan longitudinal lebih kuat.
Menurut pasal 13.1.1 SNI 03-2847-2002, pada perencanaan penampang yang
menahan gaya geser harus didasarkan pada kuat geser nominal (Vn), yang
ditahan oleh 2 macam kekuatan, yaitu : kuat geser nominal yang disumbangkan
oleh tulangan geser (Vs). Dengan demikian pengaruh kekasaran agregat, gaya
tarik dan gaya potong tulangan longitudinal tidak diperhitungkan, sehingga
keamanan pada perencanaan.
Ditulis dalam perhitungan balok
Tinggalkan komentar

Retakan pada balok akibat gaya geser


JUL 31
Posted by sanggapramana

1 Vote

sebenarnya saya ingin menulis tentang struktur balok dengan tulangan rangkap,
tapi banyak sekali yang harus ditulis.hehe. yasudah nulis retakan pada balok
dulu saja. . .ingat ya tulisan ini saya ambil dari buku balok dan pelat beton
bertulang karangan Ir.H Ali Kasroni,MT ,penerbit graha ilmu
let start. . . .

Retakan pada balok


Jika ada sebuah balok yang ditumpu secara sederhana (yaitu dengan tumpuan
sendi-rol), kemudian di atas balok diberi beban cukup berat, balok tersebut
dapat terjadi 2 jenis retakan, yaitu retak yang arahnya vertikal dan retakan
yang arahnya miring.

Retak vertikal terjadi akibat kegagalan balok dalam menahan beban lentur,
sehingga biasanya terjadi pada daerah lapangan (benteng tengah) balok,
karena pada daerah ini timbul momen lentur paling besar. Retak miring terjadi
akibat kegagalan balok dalam menahan gaya geser, sehingga biasanya terjadi
pada daerah ujung (dekat tumpuan) balok, karena pada daerah ini timbul gaya
geser/gaya lintang paling besar.
Retak balok akibat gaya geser
Untuk memberikan gambaran cukup jelas tentang bekerjanya gaya geser/gaya
lintang pada balok, diambil sebuah elemen kecil dari beton yang berada di
dekat ujung balok, kemudian elemen tersebut diperbesar sehingga dapat
dilukiskan gaya-gaya geser di sekitar elemen beton seperti gambar di bawah.

Pada gambar (a), akibat berat sendiri dan beban-beban di atas balok, maka
pada tumpuan kiri maupun kanan timbul reaksi (RA dan RB) yang arahnya ke
atas, sehingga pada tumpuan kiri terjadi gaya lintang/geser sebesar RA ke atas.

Gaya lintang RA ini


berakibat pada elemen beton (yang diperbesar) pada gambar (b) sebagai
berikut :
1. Arah reaksi RA ke atas, sehingga pada permukaan bidang elemen sebelah kiri terjadi
gaya geser dengan arah ke atas pula.
2. Karena elemen beton berada pada keadaan stabil, berarti terjadi keseimbangan gaya
vertikal pada elemen beton, sehingga pada permukaan bidang elemen sebelah kanan
timbul gaya geser ke bawah. Kedua gaya geser pada kedua permukaan bidang (bidang
kiri dan kanan) ini besarnya sama.
3. Akibat gaya geser ke atas pada kedua permukaan bidang kiri dan gaya geser ke bawah
pada permukaan bidang kanan, maka pada elemen beton timbul momen yang arahnya
sesuai dengan arah putaran jarum jam.
4. Karena elemen beton berada pada keadaan stabil, berarti terjadi keseimbangan momen
pda elemen beton, sehingga momen yang ada harus dilawan oleh momen lain yang
besarnya sama tetapi arahnya berlawanan dengan arah putaran jarum jam.
5. Momen lawan yang arahnya berlawanan dengan arah jarum putaran jam pada item 4)
dapat terjadi, jika ada permukaan bidang elemen sebelah atas ada gaya geser dengan
arah kiri, dan pada permukaan bidang elemen sebelah bawah ada gaya geser dengan
arah ke kanan.Kedua gaya geser terakhir ini besarnya juga sama.

Pada gambar
(c), terjadi keadaan berikut :
1. Gaya geser ke atas pada permukaan bidang kiri dan gaya geser ke kiri pada permukaan
bidang atas, membentuk resultante R yang arahnya miring ke kiri-atas.
2. Gaya geser ke bawah pada permukaan bidang kanan dan gaya geser ke kanan pada
permukaan bidang bawah, juga membentuk resultante R yang arahnya miring ke kananbawah.
3. Kedua resultant yang terjadi dari item 1 dan item 2 tersebut sama besarnya, tetapi
berlawanan arah dan saling tarik-menarik.
4. Jika elemen beton tidak mampu menahan gaya tarik dari kedua resultant R, maka
elemen beton akan retak dengan arah miring, membentuk sudut 45 derajat.

Semoga bermanfaat
Salam . .sipil Indonesia
Ditulis dalam perhitungan balok
1 Komentar

Contoh hitungan balok sederhana


JUL 31
Posted by sanggapramana

9 Votes

Balok beton bertulang berukuran 300 mm x 500 mm terletak di atas tumpuan


sederhana seperti tampak pada gambar diatas .Di atas balok tersebut bekerja
beban mati plat (q_dpelat) = 2 kN/m dan beban hidup (qL) = 2 kN/m. Jika
berat beton diperhitungkan sebesar 25 kN/m3 , hitunglah momen perlu dan
momen nominal untuk perencanaan balok tersebut!
Penyelesaian!!
(a) Menghitung momen perlu balok (Mu balok)
Berat balok = 0,3 x 0,5 x 25 = 3,75 kN/m
Beban mati :

Beban mati = Berat balok, (q_Dbalok) + Berat plat (q_Dpelat)


=

3,75 kN/m

5,75 kN/m

+ 2,00 kN/m

Momen akibat beban mati


MD (Momen Dead) = 1/8 * qD * L2 = 1/8 * 5,75 * 82 = 46 kN- m
Momen akibat beban hidup
ML (Momen Life) = 1/8 * qL * L2 = 1/8 * 2 * 82 = 16 kN- m
Momen perlu balok (Mu)
Mu = 1,2 MD + 1,6 ML
= 1,2 (46) + 1,6 (16)
= 80,8 kN-m
Menghitung Mu dengan cara lain :
Beban perlu (qu) = 1,2*qD + 1,6*qL
= 1,2*5,75 + 1,6* 2
= 10,1 kN/m
Momen perlu (Mu) = 1/8* qu*L2
= 1/8* qu* L2
= 80,8 kN-m
(b)Menghitung momen nominal Mn balok
di dalam Belajar tentang balok dan pelat beton bertulang (
untuk pemula) sudah dijelaskan bahwa kuat rencana minimal sama dengan kuat
perlu balok. Kuat perlu ini sudah dihitung yaitu Mu sebesar 80,8 kN-m
Nilai kuat rencana = faktor reduksi kekutan * kuat tekan nominal
Jadi, momen rencana (Mr) = faktor reduksi kekutan * Momen nominal (Mn)
Menurut persamaan diperoleh : Mr > atau = Mu

Jika diambil Mr = Mu = 80,8 kNm, dan faktor reduksi kekuatan untuk (struktur
menahan lentur) = 0,80 maka diperoleh
Mn = Mr/ faktor reduksi kekuatan
= 80,8/0,8
= 101 kNm
Jadi, Mn = 101 kNm
Salam sipil Indonesia
Ditulis dalam perhitungan balok
3 Komentar

Pemasangan tulangan pada balok


(untuk pemula)
JUL 31
Posted by sanggapramana

3 Votes

tulisan Ini, adalah lanjutan dari Belajar tentang balok dan pelat beton
bertulang ( untuk pemula),
langsung aja ya. . . .
1. Pemasangan tulangan longitudinal / memanjang

Fungsi utama baja tulangan pada struktur beton bertulang yaitu untuk menahan
gaya tarik. Oleh karena itu pada struktur balok, pelat, fondasi, ataupun
struktur lainnya dari bahan beton bertulang, selalu diupayakan agar tulangan
longitudinal (memanjang) dipasang pada serat-serat beton yang mengalami
tegangan tarik. Keadaan ini terjadi terutama pada daerah yang menahan
momen lentur besar (umumnya di daerah lapangan/tengah bentang, atau di
atas tumpuan), sehingga sering mengakibatkan terjadinya retakan beton akibat
tegangan lentur tersebut.
Tulangan longitudinal ini dipasang searah sumbu batang .Berikut ini diberikan
beberapa contoh pemasangan tulangan memanjang pada balok maupun pelat.

2.
Pemasangan tulangan geser
Retakan beton pada balok juga dapat terjadi di daerah ujung balok yang dekat
dengan tumpuan. Retakan ini disebabkan oleh bekerjanya gaya geser atau gaya
lintang balok yang cukup besar, sehingga tidak mampu ditahan oleh material

beton dari balok yang bersangkutan. Retakan balok akibat gaya geser dan cara
mengatasi retakan geser ini akan dijelaskan lebih lanjut . . .
Agar balok dapat menahan gaya geser tersebut, maka diperlukan tulangan
geser yang dapat berupa tulangan miring/tulangan-serong atau berupa
sengkang/begel. Jika sebagai penahan gaya geser hanya digunakan begel saja,
maka pada daerah yang gaya gesernya besar (mislnya pada ujung balok yang
dekat tumpuan) dipasang begel dengan jarak yang kecil/rapat, sedangkan pada
daerah dengan gaya geser kecil (daerah lapangan/tengah bentang) dapat
dipasang begel dengan jarak yang lebih besar/renggang.

3. Jarak tulangan pada balok


Tulangan longitudinal maupun begel balok diatur pemasangannya dengan jarak
tertentu, seperti terlihat pada gambar berikut :

Keterangan gambar :

Sb = tebal penutup beton minimal (9.7-1 SNI 03-2847-2002).Jika berhubungan dengan


tanah/cuaca : Untuk D >atau =16 mm, tebal Sb = 50 mm. ; Untuk D< 16 mm, tebal Sb =
40 mm ; Jika tak berhubungan tanah dan cuaca tebal Sb = 40 mm.

b = Jarak maksimum (as-as) tulangan samping (3.3.6-7 SK SNI T-15-1991-03), diambil <
atau = 300 mm dan < atau = balok (1/6) kali tinggi efektif balok.Tinggi efektif = tinggi
balok ds atau d = h ds

S av = Jarak bersih tulangan pada arah vertikal (9.6-2 SNI 03-2847-2002) diambil > atau
= 25 mm, dan > atau = D.

Sn = Jarak bersih tulangan pada arah mendatar (9.6-1 SNI 03-2847-2002) diambil > atau
= 25 mm, dan > atau = D. Disarankan d > atau = 40 mm, untuk tulangan balok.

D = diameter tulangan longitudinal (mm)

ds = Jarak titik berat tulangan tarik sampai serat tepi beton bagian tarik, sebaiknya
diambil > atau = 60 mm.

4. Jumlah tulangan maksimum dalam 1 baris


Dimensi struktur biasanya diberi notasi b dan h, dengan b adalah ukuran lebar
dan h adalah ukuran tinggi total dari penampang struktur.Sebagai contoh
dimensi balok ditulis dengan b/h atau 300/500, berarti penampang dari balok
tersebut berukuran lebar balok, b = 300 mm dan tinggi balok h = 500 mm.

Keterangan gambar :

As = luas turangan tarik (mm2)

As = luas tulangan tekan (mm2)

b = lebar penampang balok (mm)

c = jarak antara garis netral dan tepi serat beton tertekan (mm)

d = tinggi efektif penampang balok (mm)

ds1= Jarak antara titik berat tulangan tarik baris pertama dan tepi serat beton tarik
(mm)

ds2= jarak antara titik berat tulangan tarik baris kedua dengan tulangan tarik baris
pertama (mm)

ds = jarak antara titik berat tulangan tekan dan tepi serat beton tekan (mm)

h = tinggi penampang balok (mm)

Karena lebar balok terbatas pada nilai b, maka jumlah tulangan yang dapat
dipasang pada 1 baris (m) juga terbatas. Jika dari hasil hitungan tulangan balok
diperoleh jumlah total (n) yang ternyata lebih besar daripada nilai m, maka
terpaksa tulangan tersebut harus dipasang pada baris berikutnya. Jumlah
tulangan maksimal pada baris (m) tersebut ditentukan dengan persamaan
berikut :

keterangan :

m = jumlah tulangan maksimal yang dapat dipasang pada 1 baris. Nilai m dibulatkan ke
bawah, tetapi jika angka desimal lebih besar daripada 0,86 maka dapat dibulatkan ke
atas.

b = lebar penampang balok (mm)

ds1 = jarak antara titik berat tulangan tarik baris pertama dan tepi serat beton tarik
(mm)

D = diameter tulangan longitudinal balok (mm)

Sn = jarak bersih antar tulangan pada arah mendatar, dengan syarat lebih besar dari D
dan lebih besar dari 40 mm (dipilih nilai yang besar)

Pada persamaan di atas, jika ternyata jumlah tulangan balok (n) > jumlah
tulangan per baris (m), maka kelebihan tulangan (n-m) tersebut harus dipasang
di baris berikutnya.

Gak mudeng ya ??????


wkwkwkwkwkwkwkwk
langsung ke contoh soal aja
ayuxxxxxxxxxxxxx
Ditulis dalam perhitungan balok
9 Komentar

Belajar tentang balok dan pelat beton


bertulang ( untuk pemula)
JUL 30
Posted by sanggapramana

13 Votes

Yah, kita ketemu lagi, sekarang saya akan membahas tentang Balok beton
bertulang, ni tulisan saya bersumber dari buku Balok dan pelat beton bertulang
oleh Ali Asroni penerbit graha ilmubagi yang mau beli bukunya silahkan, bagi
yang mau belajar dari sini juga bisa.maaf untuk simbol2 ada yang tidak dapat
dimasukkan karena keterbatasan fitur ini. Lets start . . . . .
Balok tanpa tulangan

Kita tau sifat beton yaitu kuat terhadap gaya tekan tetapi lemah terhadap
gaya tarik.Olehkarena itu, beton dapat mengalami retak jika beban yang
dipikulnya menimbulkan tegangan tarik yang melebihi kuat tariknya.
Jika sebuah balok beton (tanpa tulangan) ditumpu oleh tumpuan sederhana
(sendi dan rol), dan di atas balok tersebut bekerja beban terpusat P serta
beban merata q, maka akan timbul momen luar sehingga balok akan
melengkung ke bawah.

Pada balok
yang melengkung ke bawah akibat beban luar ini pada dasarnya ditahan oleh
kopel gaya-gaya dalam yang berupa tegangan tekan dan tarik. Jadi pada seratserat balok bagian tepi atas akan menahan tegangan tekan, dan semakin ke
bawah tegangan tersebut akan semakin kecil. Sebaliknya, pada serat-serat
bagian tepi bawah akan menahan tegangan tarik, dan semakin ke atas tegangan
tariknya akan semakin kecil pula.
Pada tengah bentang (garis netral) , serat-serat beton tidak mengalami
tegangan sama sekali (tegangan tekan dan tarik = 0).
Jika beban diatas balok terlalu besar maka garis netral bagian bawah akan
mengalami tegangan tarik cukup besar yang dapat mengakibatkan retak pada
beton pada bagian bawah.Keadaan ini terjadi terutama pada daerah beton
yang momennya besar, yaitu pada lapangan/tengah bentang.
Balok Beton dengan tulangan
Untuk menahan gaya tarik yang cukup besar pada serat-serat balok bagian tepi
bawah, maka perlu diberi baja tulangan sehingga disebut dengan beton

bertulang. Pada balok beton bertulang ini, tulangan ditanam sedemikian rupa,
sehingga gaya tarik yang dibutuhkan untuk menahan momen pada penampang
retak dapat ditahan oleh baja tulangan.

Karena sifat beton yang tidak kuat tehadap tarik, maka pada gambar di atas,
tampak bahwa balok yang menahan tarik (di bawah garis netral) akan ditahan
tulangan, sedangkan bagian menahan tekan (di bagian atas garis netral) tetap
ditahan oleh beton.
Fungsi utama beton dan tulangan
Dari uraian di atas dapat dipahami, bahwa baik beton maupun baja-tulangan
pada struktur beton bertulang tersebut mempunyai fungsi atau tugas pokok
yang berbeda sesuai dengan sifat bahan yang bersangkutan.Fungsi utama beton
yaitu untuk
Fungsi utama beton

Menahan beban/gaya tekan

Menutup baja tulangan agar tidak berkarat

Fungsi utama baja tulangan

Menahan gaya tarik (meskipun kuat juga terhadap gaya tekan)

Mencegah retak beton agar tidak melebar

Faktor keamanan
Agar dapat terjamin bahwa suatu struktur yang direncankan mampu menahan
beban yang bekerja, maka pada perencanaan struktur digunakan faktor
keamanan tertentu.Faktor keamanan ini tersdiri dari 2 jenis , yaitu :
1. Faktor keamanan yang bekerja pada beban luar yang bekerja pada struktur, disebut
faktor beban.
2. Faktor keamanan yang berkaitan dengan kekuatan struktur (gaya dalam), disebut faktor
reduksi kekuatan.

Faktor beban luar/faktor beban


Besar faktor beban yang diberikan untuk masing-masing beban yang bekerja
pada suatu penampang struktur akan berbeda-beda tergantung dari kombinasi
beban yang bersangkutan. Menurut pasal 11.2 SNI 03-2847-2002, agar supaya
struktur dan komponen struktur memenuhi syarat dan layak pakai terhadap
bermacam-macam kombinasi beban, maka harus dipenuhi ketentuan
kombinasi-kombinasi beban berfaktor sbb :
1. Jika struktur atau komponen hanya menahan beban mati D (dead) saja maka
dirumuskan : U = 1,4*D
2. Jika berupa kombinasi beban mati D dan beban hidup L (live), maka dirumuskan : U =
1,2*D + 1,6*L + 0,5 ( A atau R )
3. Jika berupa kombinasi beban mati D,beban hidup L, dan beban angin W, maka diambil
pengaruh yang besar dari 2 macam rumus berikut : U = 1,2*D + 1,0*L + 1,6*W + 0,5 ( A
atau R ) dan rumus satunya : U = 0,9*D + 1,6*W
4. Jika pengaruh beban gempa E diperhitungkan, maka diambil yang besar dari dua macam
rumus berikut : U = 0,9*D + 1*E

Keterangan :
U = Kombinasi beban terfaktor, kN, kN/m atau kNm
D = Beban mati (Dead load), kN, kN/m atau kNm
L = Beban hidup (Life load), kN, kN/m atau kNm

A = Beban hidup atap kN, kN/m atau kNm


R = Beban air hujan, kN, kN/m atau kNm
W = Beban angin (Wind load) ,kN, kN/m atau kNm
E = Beban gempa (Earth quake load), kN, kN/m atau kNm, ditetapkan
berdasarkan ketentuan SNI 03-1726-1989-F, Tatacara Perencanaan Ketahanan
Gempa untuk Rumah dan Gedung, atau penggantinya.
Untuk kombinasi beban terfaktor lainnya pada pasal berikut :
1. Pasal 11.2.4 SNI 03-2847-2002, untuk kombinasi dengan tanah lateral
2. Pasal 11.2.5 SNI 03-2847-2002, untuk kombinasi dengan tekanan hidraulik
3. Pasal 11.2.6 SNI 03-2847-2002, untuk pengaruh beban kejut
4. Pasal 11.2.7 SNI 03-2847-2002, untuk pengaruh suhu (Delta T), rangkak, susut,
settlement.

Faktor reduksi kekuatan


Ketidakpastian kekuatan bahan terhadap pembebanan pada komponen struktur
dianggap sebagai faktor reduksi kekuatan, yang nilainya ditentukan menurut
pasal 11.3 SNI 03-2847-2002 sebagai berikut :
1. Struktur lentur tanpa beban aksial (misalnya : balok), faktor reduksi = 0,8
2. Beban aksial dan beban aksial lentur

aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur : 0,8

aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur


1. komponen struktur dengan tulangan spiral atau sengkang ikat : 0,7
2. Komponen struktur dengan tulangan sengkang biasa : 0,65

3. Geser dan torsi : 0,75


4. Tumpuan pada beton, : 0,65
akhirnya selesai juga, males betul nulis yang begituan tapi aku gak papa untuk
kaliansemua.ntar malah gak tau dasarnya malah repot. . .wkwkwkwk. Lanjut . .
...

Kekuatan beton bertulang


1. Jenis kekuatan

Menurut SNI 03-2847-2002, pada perhitungan struktur beton bertulang, ada


beberapa istilah untuk menyatakan kekuatan suatu penampang sebagai berikut
1. Kuat nominal (pasal 3.28)
2. Kuat rencana (pasal 3.30)
3. Kuat perlu

(pasal 3.29)

Kuat nominal (Rn) diartikan sebagai kekuatan suatu komponen struktur


penampang yang dihitung berdasarkan ketentuan dan asumsi metode
perencanaan sebelum dikalikan dengan nilai faktor reduksi kekuatan
yang sesuai.Pada penampang beton bertulang , nilai kuat nominal bergantung
pada:

dimensi penampang,

jumlah dan letak tulangan

letak tulangan

mutu beton dan baja tulangan

Jadi pada dasarnya kuat nominal ini adalah hasil hitungan kekuatan yang
sebenarnya dari keadaan struktur beton bertulang pada
keadaan normal.Kuat nominal ini biasanya ditulis dengan simbol-simbol Mn, Vn,
Tn, dan Pn dengan subscript n menunjukkan bahwa nilai-nilai
M = Momen
V = Gaya geser
T = Torsi (momen puntir)
P = Gaya aksial (diperoleh dari beban nominal suatu struktur atau komponen
struktur)
Kuat rencana (Rr), diartikan sebagai kekuatan suatu komponen struktur atau
penampang yang diperoleh dari hasil perkalian antara kuat nominal Rn dan
faktor reduksi kekuatan.Kuat rencana ini juga dapat ditulis dengan simbol Mr,

Vr, Tr, dan Pr( keterangan sama seperti diatas kecuali P = diperoleh dari beban
rencana yang boleh bekerja pada suatu struktur atau komponen struktur.
Kuat perlu (Ru), diartikan sebagai kekuatan suatu komponen struktur atau
penampang yang diperlukan untuk menahan beban terfaktor atau momen dan
gaya dalam yang berkaitan dengan beban tersebut dalam kombinasi beban
U.Kuat perlu juga bisa ditulis dengan simbol-simbol Mu, Vu, Tu, dan Pu.
Karena pada dasarnya kuat rencana Rr, merupakan kekuatan gaya dalam
(berada di dalam struktur), sedangkan kuat perlu Ru merupakan kekuatan gaya
luar (di luar struktur) yang bekerja pada struktur, maka agar perencanaan
struktur dapat dijamin keamanannya harus dipenuhi syarat berikut :
Kuat rencanaRr harus > kuat perlu Ru
Prinsip hitungan beton bertulang
Hitungan struktur beton bertulang pada dasarnya meliputi 2 buah hitungan,
yaitu hitungan yang berkaitan dengan gaya luar dan hitungan yang berkaitan
dengan gaya dalam.
Pada hitungan dari gaya luar, maka harus disertai dengan faktor keamanan
yang disebut faktor beban sehingga diperoleh kuat perlu Ru.Sedangkan pada
hitungan dari gaya dalam, maka disertai dengan faktor aman yang disebut
faktor reduksi kekuatan sehingga diperoleh kuat rencana Rr = Rn * faktor
reduksi, selanjutnya agar struktur dapat memikul beban dari luar yang bekerja
pada struktur tersebut, maka harus dipenuhi syarat bahwa kuat rencana Rr
minimal harus sama dengan kuat perlu Ru.
Prinsip hitungan struktur beton bertulang yang menyangkut gaya luar dan gaya
dalam tersebut secara jelas dapat dilukiskan dalam bentuk skematis, seperti

gambar berikut :

Ditulis dalam pelat lantai, perhitungan balok

Вам также может понравиться