Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan BP Statistical Review of World
Energy, Juni 2014. Indonesia sekarang hanya
memiliki cadangan sumber daya batubara sebesar
28.017 milyar ton yang mana sebagian besar
merupakan batubara peringkat rendah. Kalimantan
Timur (Kaltim) merupakan salah satu provinsi dengan
sumber produksi batubara terbesar di Indonesia.
menurut BPS Kaltim 2014, pada tahun 2011 produksi
batubara di Kaltim sebanyak 208.066,479 ton, pada
tahun 2012 naik menjadi 216.669,424 ton, dan pada
tahun 2013 produksinya telah mencapai 229.109,603
ton. Walaupun produksi batubara meningkat, tidak
semua batubara tersebut berkualitas tinggi melainkan
sebagian besar merupakan batubara berkualitas rendah
(batubara lignit).
Batubara peringkat rendah memiliki nilai
kalor pembakaran yang rendah, kadar sulfur serta air
yang tergolong tinggi, sehingga ketika dibakar,
banyak energi yang terbuang untuk menguapkan air
dan mengakibatkan nilai kalor yang diperoleh relatif
rendah.(patmawati Y. dkk ,2013). Selain itu batubara
ini juga umumnya mudah terbakar pada saat
pengangkutan maupun di stock-pile, sehingga tidak
mudah menanganinya. Akibatnya batubara jenis
lignite ini tidak dapat dijual atau harus dijual dengan
harga yang sangat rendah (Aswati, 2011). Berdasarkan
ditjen mineral dan batubara bulan sepember 2013
harga batubara dengan merk jual prima coal dengan
kandungan nilai kalor 6.700 Kcal/Kg memiliki harga
79,45 US$/ton dan untuk batubara dengan merk jual
Borneo BIB dengan kandungan nilai kalor 3.800
Kcal/Kg memiliki harga jual sebesar 27,53 US$/ton.
Oleh karena itu diperlukan teknolgi khusus
untuk memanfaatkan batubara peringkat rendah
tersebut agar dapat digunakan sebagaimana batubara
peringkat tinggi yang cadangannya mulai menipis
(Heriyadi, 2013). Upaya pemanfaatan batubara
peringkat rendah secara efektif telah dipecahkan
dengan ditemukannya teknologi baru dari Jepang yang
disebut dengan Upgrading Brown Coal (UBC)
(Deguchi dkk., 1999). UBC adalah teknik
memanaskan dan membuang air (dewatering) pada
batubara di dalam media minyak ringan (light oil), dan
bersamaan dengan itu mengabsorpsikan minyak berat
(heavy oil) seperti aspal secara selektif ke dalam poripori batubara sehingga dapat menutupi permukaan
batubara. Minyak berat tadi sebelumnya ditambahkan
Batubara
Pirolisis
Preparasi
Produk Cair
Destilasi
Residu
Analisis Residu
Minyak
Jelantah
Pencampuran
Pengeringan
Tidak
Analisis Produk
Nilai kalor optimum
ya
Selesai
Ash (%)
Volatile
Matter (%)
Fixed
Carbon (%)
Nilai Kalor
(kkal/kg)
6,04
38,93
35,84
4.810
70
50 : 25
50 : 37,5
50 : 50
50 : 60
3.66
3.39
3.2
1.75
54.10
57.44
62.91
65.33
6.97
6.31
5.56
5.44
35.27
32.86
28.33
27.48
Nilai
Kalor
(kkal/kg)
6154
6442
6633
6866
6980
6162
6324
6537
6884
6963
6170
6406
6745
6926
KESIMPULAN
Dari penelitian yang dilakukan dapat
disimpulkan bahwa peningkatan nilai kalor batubara
lignit menggunakan zat aditif dari campuran residu
asap cair gambut dan minyak jelantah memperoleh
ukuran partikel yang terbaik pada ukuran partikel 50
mesh dengan perbandingan massa batubara dan
volume aditif yaitu 50 gram : 60 mL, yang
menghasilkan nilai kalor sebesar 7030 kkal/kg dengan
kadar moisture 0,93 % ; VM 65,48% ; kadar ash 4,39
% dan fixed carbon 29,20 %.
Daftar Pustaka
Aswati, Nani, 2011, Peningkatan Mutu Batubara
Peringkat Rendah Indonesia Melalui Teknik
Slurry Dewatering. Skripsi, Fakultas
Teknik Universitas Indonesia.
Billah, Mutasim, 2010, Peningkatan Nilai Kalor
Batubara Peringkat Rendah Dengan
Menggunaka Minyak Tanah dan Minyak
Residu. Surabaya Press.
BPS Kaltim, (2014), Statistik Daerah Provinsi
Kalimantan
Timur
2014,
(http://kaltim.bps.go.id/web/publikasi%20lai