Вы находитесь на странице: 1из 47

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendahuluan
Pada bab berikut ini penulis akan menjelaskan tinjauan pustaka
untuk memberikan penjelasan tentang teori-teori yang terdiri dari
poros, spline, roda gigi, pelumasan,beserta jenis-jenisnya.
2.2

Pengertian Poros
Poros adalah salah satu bagian yang terpenting dari sebuah mesin, yang berfungsi

untuk meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Poros memegang peranan


paling utama dalam transmisi karena itu kita harus terlebih dahulu mengetahui bentukbentuk poros.
2.2.1

Macam-Macam Poros
Poros yang digunakan untuk meneruskan daya diklasifikasikan menurut

pembebanannya sebagai berikut :


a. Poros Transmisi
Poros macam ini mendapat beban puntir murni atau puntir dan lentur. Daya
ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, puli, sabuk atau sprocket,
rantai, dan lain-lain.
b. Spindel
Poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin perkakas, dimana
beban utamanya berupa puntiran, disebut spindel. Syarat yang harus dipenuhi poros ini
adalah deformasinya harus kecil dan bentuk serta ukurannya harus teliti.
c. Gandar

Jenis poros ini merupakan poros yang dipasang diantara roda-roda kereta barang,
dimana tidak mendapat beban puntir, bahkan kadang-kadang tidak boleh berputar, disebut
gandar. Gandar ini hanya mendapat beban lentur, kecualai jika digerakkan oleh
penggerak mula dimana akan mengalami beban puntir.
Meneurut bentuknya, poros dapat digolongkan atas poros lurus umum, poros
engkol sebagai poros utama dari mesin torak, dan lain-lain.
2.2.2

Hal-Hal Penting Dalam Perencanaan Poros


Untuk merencanakan sebuah poros, hal-hal berikut ini perlu diperhatikan :

a. Kekuatan Poros
Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau beban lentur atau
gabungan antara puntir dan lentur seperti telah diutarakan. Juga ada poros yang mendapat
beban tarik atau tekan seperti poros baling-baling kapal atau turbin. Kelelahan, tumbukan
atau pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter poros diperkecil (poros bertangga)
atau bila poros mempunyai alur dan pasak, harus diperhatikan. Sebuah poros harus
direncanakan hingga cukup kuat menahan beban-beban diatas.
c. Putaran Kritis
Bila putaran suatu mesin donaikkan maka pada harga putaran
tertentu dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini
disebut putaran kritis, hal ini dapat terjadi pada turbin, motor torak,
motor listrik, dan dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan
bagian-bagian lainnya. Jika mungkin, poros harus direncanakan
sedemikian rupa hingga putaran kerjanya lebih rendah dari putaran
kritisnya.

d.

Korosi
Bahan-bahan tahan korosi (termasuk plastis) harus dipilih untuk
poros propeler dan pompa bila terjadi kontak dangan fluida yang
korosif. Demikian pula untuk poros-poros yang terancam kavitasi,
dan poros-poros mesin yang sering terhenti lama. Sampai batasbatas tertentu dapat pula dilakukan perlindungan terhadap korosi.

e.

Bahan Poros
Poros untuk mesin biasanya mengguanakan bahan dari baja

batang yang ditarik , baja karbon konstruksi mesin (disebut bahan SC) yang dihasilkan dari ingot yang di kill (baja yang dioksidasiakn
dengan ferro silicon dan dicor , kadar karbon terjamin).. Untuk lebih
jelasnya gambar poros dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1. Poros Dengan berbagai ukuran


( Sumber : Buku Elemen Mesin, Sularso )

2.3

Pengertian Pasak (Spline)

Pasak adalah suatu elemen mesin yang dipakai untuk menetapkan


bagian-bagian mesin seperti roda gigi, sprocket, puli, kopling, dan
lain-lain, momen diteruskan dari poros ke naf atau dari naf keporos.
Fungsi yang sama dengan pasak dilakukan pula oleh spline dan
gerigi yang mempunyai gigi luar pada poros dan gigi dalam dengan
jumlah gigi yang sama pada naf dan saling terkait yang satu
dengan yang lain. Gigi pada spline adalah besar-besar, sedangkan
pada gerigi adalah kecil-kecil dengan jarak bagi kecil pula.
2.3.1 Macam-Macam Pasak
Dalam pembahasan ini hanya akan diuraikan tentang jenis-jenis
pasak dimana pasak pada umumnya dapat digolongkan beberapa
macam antara lain :
1. Pasak pelana
2. Pasak rata
3. Pasak benam
4 Pasak singgung
Adapun pasak yang umumnya berpenampang segi empat.
Dalam arah memanjang dapat berbentuk prismatis atau berbentuk
tirus. Pasak benam prismatis ada yang khusus dipakai sebagai pasak
peluncur. Disamping tersebut ada juga jenis pasak yang lain yaitu :
pasak tembereng dan pasak jarum. Gambar 2.2 menunjukan gambar
sebuah poros yang terdapat pasak.

pasak
poros
Gambar 2.2. Gambar poros dengan pasak
( Sumber : Buku Elemen Mesin, Sularso hal 10 )
2.3.2 Tata Cara Pemasangan Pasak
Pasak benam belum mempunyai bentuk penampang segi empat
dimana terdapat banyak bentuk prismatis dan tirus yang kadangkadang diberi kepala untuk memudahkan pencabutan. Adapun hal-hal
yang perlu untuk diperhatikan dalam perencanaan pasak tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Kemiringan pada pasak tirus umumnya 1\100
b

Bahan yang umum digunakan mempunyai kekuatan tarik


60 kg/mm2 lebih kuat dari poros.

b. Momen poros/momen rencana T (Kg mm)


c. Tegangan geser k (kg/mm2)
d. Gaya keliling F (kg)
e. Kedalaman alur pasak (t2)
f. Tekanan permukaan Pa (kg)

2.4

Pengertian Transmisi
Transmisi pada umumnya dimaksudkan suatu mekanisme yang

dipergunakan untuk memindahkan gerakan elemen mesin yang satu


ke gerakan elemen mesin yang kedua. Gerakan ini dapat mempunyai
berbagai sifat, seperti umpamanya pada mekanisme batang hubung
engkol, dimana gerakan putar sebuah poros dipindahkan kegerakan
lurus sebuah torak atau sebaliknya.
Transmisi dapat dibagi dua, yaitu :
1. Transmisi langsung
Dimana sebuah piringan atau roda pada poros yang satu dapat
menggerakkan roda serupa pada poros kedua melalui kontak langsung.
Dalam Kategori ini termasuk roda gesek dan roda gigi
2. Transmisi menggunakan penghubung antara, sabuk atau rantai
Perpindahan dimana suatu elemen sebagai penghubung antara,
sabuk atau rantai, menggerakkan poros kedua, bagaimanapun,
perpindahan serupa itu harus diterapkan apabila jarak antara dua buah
poros yang sejajar agak besar, sebab kalau diterapkan perpindahan
langsung, roda akan menjadi tidak praktis besarnya.
2.5

Pengertian Roda Gigi


Roda gigi termasuk dalam unit transmisi langsung yang dapat

memindahkan daya yang besar dan putaran yang tinggi dengan

melakukan kontak secara langsung antara poros penggerak dengan


poros yang digerakkan dengan menggunakan sistem roda gigi. Roda
gigi merupakan pemindah gerakan putar dari satu poros keporos yang
lain.
Keuntungan dari penggunaan roda gigi adalah dapat mengubah
tingkat kecepatan jalannya kendaraan, dapat memindahkan daya yang
besar dan putaran yang tinggi tanpa terjadi slip, dapat memundurkan
kendaraan. Walaupun demikian, jumlah putaran pada poros penggerak
dengan paras yang digerakkan tidak selamanya sama. Sedangkan
kelemahannya adalah menimbulkan getaran dan tumbukan sewaktu
beroperasi, Tingkat kebisingan yang lebih tinggi, dan memerlukan
ketelitian yang tinggi dalam pembuatan dan perawatannya.
2.6

Klasifikasi Roda Gigi


Berdasarkan letak poros, arah putaran, dan bentuk jalur gigi

maka roda gigi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :


2.6.1 Roda Gigi Lurus
Roda gigi dengan poros sejajar adalah suatu jenis roda gigi
dimana giginya berjajar pada dua bidang silinder yang saling
bersinggungan dan menggelinding dengan sumbu yang tetap sejajar,
yang terbagi atas :
a. Roda Gigi Lurus

Gambar roda gigi lurus dapat dilihat pada gambar 2.3. Roda gigi
ini mempunyai gigi yang sejajar dengan sumbu roda, sehingga roda
gigi ini merupakan roda gigi yang paling sederhana dengan jalur gigi
yang sejajar dengan poros, dimana proses pembuatannya sangat
mudah tapi memiliki gaya aksial yang besar dan tingkat kebisingan
yang cukup tinnggi.

Gambar 2.3. Roda Gigi Lurus


( Sumber : Buku Elemen Mesin, Sularso hal 213 )

b. Roda Gigi Miring


Pada gambar 2.4 menunjukkan gambar roda gigi miring
merupakan roda gigi yang mempunyai jalur gigi dan membentuk ulir
pada silinder jarak bagi. Pada roda gigi miring.
Mempunyai perbandingan kontak yang lebih besar dibandingkan
dengan roda gigi lurus sehinnga pemindahan moment dan putaran
dapat berlangsung lebih halus, sehinnga sangat cocok untuk
mentransmisikan beban besar dan putaran tinnggi. Namun hal
tersebut menyebabkan roda gigi miring tersebut memerlukan bantalan
aksial dan kotak roda gigi yang lebih besar karena jalur gigi yang
berbentuk ulir menimbulkan gaya aksial yang besar yang sejajar
dengan poros.

Gambar 2.4. Roda Gigi Miring


( Sumber : Buku Elemen Mesin, Sularso hal 213 )
c. Roda Gigi Miring Ganda
Kelemahan yang ditemukan pada roda gigi miring dapat diatasi
dengan membuat alur V seperti yang terdapat pada roda gigi miring
ganda. Gambar roda gigi miring ganda dapat dilihat pada gambar 2.5.
Akibat adanya alur gigi yang berbentuk V maka gaya aksial yang
terjadi akan saling meniadakan, sehingga pemindahan daya dan
putaran dapat lebih besar dibandingkan dengan roda gigi miring.

Gambar 2.5. Roda Gigi Miring Ganda


( Sumber : Buku Elemen Mesin, Sularso hal 213 )

d. Roda Gigi Dalam

Pada gambar 2.6 menunjukan gambar roda gigi dalam. Roda gigi
dalam sangat cocok dipakai untuk alat transmisi yang berukuran kecil
dengan perbandingan reduksi yang besar karena piniyon terletak
didalam roda gigi sehinnga cocok untuk mentransmisikan putaran
tinggi untuk direduksi menjadi putaran yang rendah.

Gambar 2.6. Roda Gigi Dalam


( Sumber : Buku Elemen Mesin, Sularso hal 213 )
e. Pinyon dan Batang Bergigi
Gambar pinyon dan batang gigi dapat dilihat dalam gambar 2.7.
Pinyon dan batang bergigi merupakan dasar profil pahat pembuat gigi.
Pasangan antara batang gigi dan pinyon digunakan untuk mengubah
gerakan putar (rotasi) menjadi gerakan lurus (linier) atau mengubah
gerakan lurus (linier) menjadi gerakan putar (rotasi).

Gambar 2.7. Pinyon dan batang bergigi.


( Sumber : Buku Elemen Mesin, Sularso hal 213 )
2.6.2 Roda Gigi Dengan Poros Berpotongan
Roda gigi dengan poros berpotongan adalah roda gigi dimana
bentuk dasar giginya menyerupai dua buah kerucut dengan puncak
gabungan yang saling menyinggung menurut dua buah garis lukis,
yang tebagi atas :
a. Roda Gigi Kerucut Lurus
Gambar 2.8 menunjukan gambar dari roda gigi kerucut lurus
yang merupakan jenis roda gigi dengan poros yang berpotongan yang
paling sederhana dan paling mudah dibuat sehinnga sering dipakai.
Tetapi mempunyai kelemahan seperti kebisingan yang cukup tinggi
karena perbandingan kontak yang kecil dan juga tidak memungkinkan
dipasang bantalan pada kedua ujung porosnya.

Gambar 2.8 Roda Gigi Kerucut Lurus


( Sumber : Buku Elemen Mesin, Sularso hal
213 )
b. Roda Gigi Kerucut Miring
Jenis desainnya dapat dilihat pada gambar 2.9. Efisiensinya lebih
tinngi dari pada kotak transmisi roda gigi cacing. Kebalikannya dengan
transmisi roda gigi lurus adalah pengukuran, pembuatan dan
perakitannya lebih sulit dikendalikan, rodanya harus disangga
penampang, harus mampu stel arah aksial., serta mahal. Kalau lebih
besar lagi, maka roda piringan makin mahal, pinyonnya kecil, poros
pinyon lentur. Untuk persyaratan yang tinnggi terhadap gaya dukung
dan putaran senyap maka giginya harus spiral dan dikeraskan, oleh
karena itu perubahan bentuk yang tidak dapat dihindari, maka giginya
membulat lebar.

Gambar 2.9. Roda Gigi Kerucut Miring


( Sumber : Buku Elemen Mesin, Sularso hal 213 )
c. Roda Gigi Kerucut Spiral
Roda gigi kerucut spiral merupakan roda gigi yang mempunyai
perbandingan kontak yang lebih besar dan putaran tinggi. Gambar
roda gigi kerucut spiral dapat dilihat pada gambar 2.10 sudut poros
roda gigi kerucut spiral biasanya dibuat 90.

Gambar 2.10. Roda Gigi Kerucut Spiral


( Sumber : Buku Elemen Mesin, Sularso hal 213 )
d. Roda Gigi Permukaan
Roda gigi permukaan merupakan roda gigi yang cocok untuk
memindahkan daya besar. Tetapi sangat berisik pada putaran yang

tinggi karena perbandingan kontaknya yang kecil. Gambar roda gigi


permukaan dapat dilihat pada gambar 2.11. selain itu roda gigi
permukaan dapat digunakan sebagai roda gigi reduksi dengan sudut
poros yang berpotongan yang tidak dapat dilakukan oleh roda gigi
dalam. Tetapi penggunaannya sangat terbatas pada aplikasi putaran
yang rendah untuk mencegah tingkat kebisingan yang terlampau
tinggi.

Gambar 2.11. Roda Gigi Permukaan


( Sumber : Buku Elemen Mesin, Sularso hal 213 )
2.6.3 Roda Gigi Dengan Poros Bersilang
Roda gigi dengan poros bersilang adalah roda gigi yang
mempunyai bentuk dasar berupa dua buah silinder atau kerucut yang
letak porosnya bersilang satu dengan yang lainnya, yang terbagi atas :
a. Roda Gigi Miring Silang
Gambar roda gigi miring silang dapat dilihat pada gambar 2.12.
Roda miring silang merupakan roda gigi yang mempunyai
perbandingan kontak yang besar sehingga sangat cocok untuk

mentransmisikan daya yang besar dan putaran tinggi. Roda gigi miring
silang digunakan untuk memindahkan daya antara batang yang tidak
paralel dan tidak tumpang tindih. Gigi miring silang ini digunakan
untuk mekanisme makan pengarah pada bagian atas mesin perkakas,
camshaft, pompa minyak pada mesin pembakaran dalam, dan unit
serupa yang memerlukan sejumlah kecil gerakan. Perpindahan roda
gigi jenis ini harus tidak digunakan untuk memindahkan daya yang
berat karena kontak yang terjadi hanya normal yang umum kepada
perpotongan permukaan gigi.

Gambar 2.12. Roda Gigi Miring Silang


( Sumber : Buku Elemen Mesin, Sularso hal 213 )
b. Roda Gigi Cacing Slindris
Gambar 2.13 menunjukkan gambar dari roda gigi cacing silindris
yang merupakan roda gigi yang berbentuk silinder yang paling umum
digunakan dan mempunyai perbandingan reduksi yang besar, tetapi

sangat berisik pada putaran yang sangat tinggi karena perbandingan


kontak yang sangat kecil.

Gambar 2.13. Roda Gigi cacing silindris


( Sumber : Buku Elemen Mesin, Sularso hal 213 )
c. Roda Gigi cacing Globoid
Roda gigi cacing globoid merupakan roda gigi yang bentuknya
hampir sama dengan roda gigi cacing slindris hanya pada roda gigi ini
mempunyai perbandingan kontak yang lebih besar sehingga dapat
mentransmisikan daya yang lebih besar dengan perbandingan reduksi
yang besar.Gambar roda gigi globoid dapat dilihat pada gambar 2.14.

Gambar 2.14. Roda Gigi Cacing Globoid


( Sumber : Buku Elemen Mesin, Sularso hal 213 )
d. Roda Gigi Hipoid

Roda gigi hipoid merupakan roda gigi yang mempunyai jalur gigi
yang berbentuk spiral pada bidang kerucutnya yang sumbu porosnya
bersilang sehinnga pemindahan daya dan putarannya terjadi secara
meluncur dan menggelinding. Gambar roda gigi hipoid dapat dilihat
pada gambar 2.15. Bentuk jalur gigi yang spiral menyebabkan
perbandingan kontaknya lumayan besar sehinnga cocok untuk
pemindahan daya dan putaran yang besar sehingga cocok untuk
pemindahan daya dan putaran yang besar dengan perbandingan
reduksi yang tertentu. Disini pinyon karena pergeseran gandar menjadi
lebih gemuk, juga sesuai untuk rasio transmisi yang lebih besar, Poros
pinion kontinu dimungkinkan. Disebabkan tambahan luncuran dalam
arah memanjang maka efisiensi berkurang, karena bahaya
penggerusan lebih besar maka diperlukan pelumas khusus, tetapi
putarannya diam (untuk gandar kendaraan bermoto, juga untuk
transmisi pabrik).

Gambar 2.15. Roda Gigi Hypoid

( Sumber : Buku Elemen Mesin, Sularso hal 213 )


2.7

Nama Nama Bagian Roda Gigi


Roda gigi terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut :

1. Lingkaran jarak bagi (pitch circle) yaitu lingkaran imajiner yang


dapat memberikan

gerakan yang sama seperti roda gigi

sebenarnya.
2. Tinggi kepala (addendum) yaitu jarak radial gigi dari lingkaran
jarak bagi / pitch circle
1. ke puncak kepala / the top of the tooth.
2. 3. Tinggi kaki (dedendum) yaitu jarak radial gigi dari lingkaran
jarak bagi / pitch

circleke dasar kaki / the bottom of the tooth.

3. Lingkaran kepala (addendum circle) yaitu gambaran lingkaran


yang melalui puncak kepala dan sepusat dengan pitch circle
4. Lingkaran kaki (dedendum circle) yaitu gambaran lingkaran
krpala yang melalui dasar kaki dan sepusat dengan pitch circle.
5. Lebar ruang (tooth space) yaitu lebar ruang / sela antara dua gigi
yang saling berdekatan.
6. Tebal gigi (tooth thickness) yaitu lebar gigi antara dua sisi gigi
yang berdekatan.
7. Sisi kepala (face of the tooth) yaitu permukaan gigi diatas pitch
circle.
8. Sisi kaki ( flank of the tooth) yaitu permukaan gigi dibawah pitch
circle.

9. Lebar gigi (face width) yaitu lebar gigi pada roda gigi secara
parallel pada sumbunya.
Gambar bagian-bagian dari roda gigi dapat dilihat pada gambar 2.16.

Gambar 2.16. Nama-nama Bagian Roda Gigi


( Sumber : Buku Elemen Mesin, Sularso hal 214 )
2.8

Cara Kerja Roda Gigi


Cara kerja dari suatu unit transmisi roda gigi akan dijelaskan

dengan menggunakan gambar transmisi dibawah ini. Pada gambar


tersebut akan terlihat berbagai posisi roda gigi yang menghasilkan
berbagai kombinasi sesuai dengan yang diinginkan. Cara pergantian
kombinasi roda gigi adalah dengan cara menggerakkan roda gigi yang
diinginkan secara aksial terhadap spline pada poros output terjadi
hubungan antar roda gigi.
A. Gigi pertama.

Pada gigi pertama ini, roda gigi 1 di sejajarkan dengan roda gigi mati A.
sehingga terjadi kontak antara roda gigi 1 dengan roda gigi A.
Maka aliran putaran dayanya adalah :
Putaran poros input di teruskan ke roda gigi P lalu di transmisikan ke roda
gigi Q (arah putaran berlawanan dengan roda gigi P) dan di teruskan ke roda gigi
A (sama sama poros II), lalu di teruskan ke roda gigi I dan terus ke poros output.
Cara kerja roda gigi pertama dapat di lihat pada gambar 2.17 :

Gambar 2.17 : Cara kerja transmisi roda gigi pada gigi pertama.

B. Gigi kedua.
Pada gigi kedua, roda gigi 2 di sejajarkan dengan roda gigi mati B sehingga
terjadi kontak antara roda gigi 2 dengan roda gigi mati B.
Maka aliran putaran dayanya adalah :
Putaran poros input di teruskan ke roda gigi P lalu di transmisikan ke roda
gigi Q (arah putaran berlawanan dengan roda gigi P) dan di teruskan ke roda gigi
B (sama sama poros II), lalu di teruskan keroda gigi 2 dan terus ke poros output,
seperti terlihat pada gambar 2.18.

Gambar 2.18 : Cara kerja transmisi roda gigi pada gigi ke dua.
C.

Gigi ketiga.
Pada gigi ketiga, roda gigi 3 di sejajarkan dengan roda gigi mati C sehingga
terjadi kontak antara roda gigi 3 dengan roda gigi mati C.

Sehingga aliran putaran dayanya :


Putaran poros input di teruskan ke roda gigi P lalu di transmisikan keroda
gigi Q (arah putaran berlawanan dengan roda gigi P) dan di teruskan ke roda gigi
C (sama sama poros II), lalu di teruskan ke roda gigi 3 dan terus ke poros
output, seperti terlihat pada gambar 2.19.

Gambar 2.19 : Cara kerja transmisi roda gigi pada gigi ketiga.
D.

Gigi keempat.

Pada gigi ini, roda gigi 4 di sejajarkan dengan roda gigi mati D sehingga
terjadi kontak gigi 4 dengan roda gigi mati D.
Dengan aliran putaran dayanya adalah :
Putaran poros input di teruskan ke roda gigi P lalu di transmisikan ke roda
gigi Q (arah putaran berlawanan dengan roda gigi P) dan di teruskan ke roda gigi
D (sama sama poros II), lalu di teruskan ke roda gigi 4 dan terus ke poros
output. Seperti terlihat pada gambar 2.20.

Gambar 2.20 : Cara kerja transmisi roda gigi pada gigi keempat.
E.

Gigi kelima
Pada gigi ini, roda gigi 5 di sejajarkan dengan roda gigi mati E sehingga
terjadi kontak gigi 5 dengan roda gigi mati E.
Dengan aliran putaran dayanya adalah :
Putaran poros input di teruskan ke roda gigi P lalu di transmisikan ke roda
gigi Q (arah putaran berlawanan dengan roda gigi P) dan di teruskan ke roda gigi
E (sama sama poros II), lalu di teruskan ke roda gigi 5 dan terus ke poros
output. Seperti terlihat pada gambar 2.21.

Gambar 2.21 : Cara kerja transmisi roda gigi pada gigi kelima.
F. Gigi mundur.
Pada roda gigi mundur ini roda gigi F di sejajarkan dengan roda gigi mati
E (roda gigi F terletak pada poros I, yang arah putarannya searah dengan poros
input) sehingga terjadi kontak antara roda gigi E dengan roda gigi F.
Maka aliran putaran dayanya :
Poros input di teruskan ke roda gigi P lalu di transmisikan ke roda gigi Q
(arah putaran berlawanan dengan roda gigi P) dan di teruskan ke roda gigi E
(sama sama poros II), lalu di teruskan ke roda gigi F (roda gigi F terletak pada
poros I yang arah putarannya searah dengan putaran poros input) dan di teruskan
pada roda gigi G dan terus ke poros output (arah putarannya berlawanan dengan
poros input), seperti pada gambar 2.22.

Gambar 2.22 : Cara kerja transmisi roda gigi pada gigi mundur.
2.9

Rumus Rumus yang di Gunakan Pada Perencanaan Roda Gigi.


1. Perencanaan poros
Dalam perencanaan poros pada transmisi roda gigi di ketahui daya dan putaran

mesin, jika daya yang akan ditransmisikan adalah daya normal maka harga faktor koreksi
(Fc) adalah 1,0 1,5 (Menurut buku Sularso, 1983, hal 7). Maka daya rencana dihitung
menurut persamaan berikut :
pd

= fc p

= Daya yang ditransmisikan (kW).

fc

= Faktor koreksi.

pd

= Daya rencana (kW).

. ( 2 . 1 )

Di mana :

Sedangkan momen puntir/ torsi yang terjadi dihitung menurut persamaan berikut:

T=
Di mana :

9,74 105

Pd
n

...............( 2 . 2 )

= Momen puntir/ torsi (kg.mm).

= Putaran poros (rpm).

Bahan poros untuk mesin biasanya dibuat dari baja batang yang ditarik dingin dan
difinis, bahan karbon konstruksi mesin (di sebut bahan S C) yang dihasilkan dari ingot
yang di kill (Baja yang di deoksidasikan dengan ferrosilikon dan di cor; kadar karbon
terjamin), meskipun demikian bahan ini kelurusannya kurang tetap dan dapat mengalami
deformasi karena tegangan yang kurang seimbang misalnya bila diberi alur pasak karena
ada tegangan sisa di dalam terasnya. Tetapi penarikan dingin membuat permukaan poros
menjadi keras dan kekuatannya bertambah besar.Standar dan macam bahan poros dapat
dilihat pada ( Tabel 2.1 ) .
Tabel 2.1 : Baja karbon untuk konstruksi mesin dan baja batang yang difinis dingin
untuk poros.
Kekuatan
Standar dan

Lamb

Perlakua
tarik

macam
Baja karbon
kontruksi mesin
(JIS G 4501)

ang

n panas
(kg/ mm2)
48

S30C

Penorma

S35C

lan

52

S40C

Penorma

55

S45C

lan

58

S50C

Penorma

62

S55C

lan

66

Penorma
lan
Penorma
lan
Penorma

Keterangan

lan
Batang

baja

yang di finis dingin

S35C
-D
S45C

53

Ditarik dingin, digerinda,

60

dibubut, atau gabungan antara

72

hal-hal tersebut

-D
S55C
-D

Sumber : Sularso dan Kiyatkatshu Saga, Dasar-dasar perencanaan dan pemeliharaan


elemen mesin (Lit 1 hal. 3)
Sedangkan faktor keamanan terbagi atas 2 macam yaitu :

Faktor keamanan 1 (Sf1) untuk baja karbon (SC) adalah :


6,0.

Faktor keamanan 2 (Sf2) untuk pembuatan spline pada poros adalah : 1,3
3,0.
Maka tegangan geser yang terjadi dihitung menurut persamaan berikut :

Ta

b
= Sf1 Sf 2

Ta

= Tegangan geser (kg/ mm2).

= Tegangan tarik bahan (kg/ mm2).

.( 2 . 3 )

Di mana :

Dengan diperolehnya tegangan geser, maka diameter poros dapat dihitung sebagai berikut
:

Ds =

5,1xKtxCbxT
Ta

............... ( 2 . 4 )

Di mana :
Ds

= Diameter poros (mm).

Kt

= Faktor koreksi momen puntir (1,0 1,5).

Cb

= Faktor koreksi akibat beban lentur (1,2 2,3).

2. Perhitungan putaran output dan perbandingan roda gigi


Dalam perhitungan ini, direncanakan batas batas kendaraan angkutan untuk tiap
kecepatan yaitu V1, V2, V3, V4 dan VR. Untuk perencanaan di ambil suatu harga standar
ukuran ban di mana :
Dv

= Ukuran velg adalah 17 inchi.

Tb

= Ukuran tebal ban adalah 7,5 inchi.

Db

= Dv 2 Tb

Db

= Diameter ban standar (m).

Maka :
.... ( 2 . 5 )

Di mana :

Perhitungan putaran ban untuk masing masing tingkat kecepatan adalah :

Nb

60 V
= Db

Nb

= Putaran ban (rpm).

= kecepatan kendaraan (m/s).

( 2 . 6 )

Di mana :

Untuk putaran output transmisi untuk tiap tingkat kecepatan dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut :
No

= Nb ig

No

= Putaran output transmisi (rpm).

ig

= Perbandingan reduksi differensial pada bagian gardan.

( 2 . 7 )

Di mana :

Dari hasil perhitungan di atas dapat ditentukan perbandingan roda gigi reduksi, dengan
rumus sebagai berikut :

ir

n
= No

.. ( 2 . 8 )

Di mana :
ir

= Perbandingan reduksi roda gigi.

3. Perhitungan pada roda gigi untuk tiap tingakat kecepatan


Sebelum melakukan perhitungan, terlebih dahulu di rencanakan jarak sumbu poros antara
roda gigi, setelah itu dapat ditentukan diameter jarak bagi dengan persamaan berikut :

D1

2 a
= 1 ir

D2

2 air
= 1 ir

D1

= Diameter jarak bagi roda gigi 1 (mm).

D2

= Diameter jarak bagi roda gigi 2 (mm).

... ( 2 . 9 )

mana :

Untuk perhitungan jumlah roda gigi pada roda gigi maka dirumuskan sebagai berikut:

Di

D
= m ... ( 2 . 10 )

= Jumlah gigi pada roda gigi (buah).

= Diameter jarak bagi (mm).

= Modul gigi (mm).

Di mana :

Harga modul diambil dari tabel harga modul standar JIS B 1701 1973 (Buku Sularso,
1983, hal 216).
Perhitungan diameter lingkaran kepala dapat menggunakan rumus berikut :
Dk

= Z 2 m .... ( 2 . 11 )

Dk

= Diameter lingkaran kepala (mm).

Di mana :

Untuk perhitungan diameter lingkaran kaki dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
Dg

= Z m cos

Dg

= Diameter lingkaran kaki (mm).

= Sudut tekan (Derajat).

( 2 . 12 )

Di mana :

Kecepatan keliling dapat di hitung dengan persamaan sebagai berikut :

Di mana :

Dn
= 60 1000

( 2 . 13 )

= Kecapatan keliling untuk tiap roda gigi (m/s).

= Diameter jarak bagi untuk tiap roda gigi (mm).

= Putaran poros (rpm).

Gaya tangensial dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Ft

102 Pd
V
=

Ft

= Gaya tangensial (kg).

Pd

= daya rencana (kW).

( 2 . 14 )

Di mana :

Setelah itu kita dapat melakukan perhitungan beban lentur, dalam perhitungan beban
lentur ini perlu diketahui faktor bentuk gigi (Y) yang diperoleh dari tabel faktor bentuk
gigi (Buku Sularso, 1983, hal 240) yang merupakan harga untuk profil gigi standar
dengan sudut 200
Bahan untuk kontruksi roda gigi dapat di lihat pada ( Tabel 2.2 ).

Tabel 2.2 : Jenis jenis bahan roda gigi.


Tegangan
Kekuatan
Kekerasan
Lamban

lentur yang di

tarik

Bahan

(Brinell)
g

izinkan

B (kg/
HB

A (kg/

mm2)
FC 15

15

140 160

mm2)
7

FC 20

20

160 180

FC 25

25

180 240

11

FC 30
SC 42

30
42

190 240
140

13
12

SC 46

46

160

19

Baja karbon

SC 49
S 25 C

49
45

190
123 183

20
21

utk

S 35 C

52

149 207

26

S 45 C
S 15 K

58
50

167 229
400

30
30

Besi cor

Baja cor

konstruksi mesin

(di celup dingin


Baja paduan

dlm

dgn

minyak)

pengerasan

SNC 21

80

600

34 40

kulit

SNC 22

100

(di celup dingin

40 55

dlm
minyak)

Sumber : Sularso dan Kiyatkatshu Saga, Dasar-dasar perencanaan dan pemeliharaan


elemen mesin (Lit 1 hal. 241)

Untuk harga beban lentur ditentukan dengan rumus berikut :


Fb

= a m Y Fv

.. ( 2 . 15 )

Di mana :
Fb

= Beban lentur (kg/mm).

= Tegangan lentur yang diizinkan (kg/mm2).

= Faktor bentuk gigi.

Fv

= Faktor dinamis.

Sedangkan harga faktor dinamis diambil dari tabel faktor dinamis (Buku Sularso, 1983,
hal 240), di mana harganya ditentukan berdasarkan tingkat kecepatan pada tiap roda gigi,
di mana untuk kecepatan rendah dapat menggunakan rumus ( Pers. 2 . 16 ) di bawah ini :
Tabel 2.3 Faktor dinamis (fv) yang digunakan yang digunakan :
Kecepatan

V (m/s)

fv

Kecepatan rendah

0,5 10

3
3v

Kecepatan sedang

5 20

6
6v

Kecepatan tinggi

20 50

5,5
5,5 v

Sumber : Sularso dan Kiyatkatshu Saga, Dasar-dasar perencanaan dan pemeliharaan


elemen mesin (Lit 1 hal. 240)
Dengan diperolehnya harga beban lentur, maka lebar gigi dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut :

Ft
= Fb

. ( 2 . 17 )

Di mana :
b

= Lebar gigi (mm).

Ft

= Gaya tangensial (kg).

Fb

= Beban lentur (kg/mm).

Dan untuk mencari diameter lingkaran jarak bagi yang sebenarnya adalah :
D

= Z m

. ( 2 . 18 )

4. Perhitungan Spline
Dalam analisa perhitungan spline, ditentukan jumlah spline yang direncanakan, ukuran
spline dihitung berdasarkan ukuran diameter poros yang terdiri dari pasak
penggerak/poros input trasmisi, poros perantara transmisi roda gigi mundur dan poros
output transmisi/poros yang digerakkan.
Gaya tangensial total yang terjadi pada poros dirumuskan sebagai berikut :

2T
= ds

( 2 . 19 )

Di mana :
F

= Gaya tangensial total pada poros (kg)

= Torsi/momen puntir (kg . mm)

ds

= Diameter poros (mm)

Sedangkan besarnya gaya tangensial yang bekerja pada tiap spline dirumuskan
sebagai berikut:

Fn

F
= n

( 2 . 20 )

Di mana :
Fn

= Gaya tangensial yang bekerja pada tiap spline (kg)

= Jumlah Spline yamg direncanakan (buah)

Berdasarkan tabel ukuran pasak dan alur pasak (Sularso, kiyokatsu suga ,Elemen mesin)
tentang ukuran standar pasak yang dapat dijadikan acuan dalam menentukan ukuran
spline karena adanya persamaan prinsip kerja pada keduanya sehingga ukuran utama

spline berdasarkan ukuran diameter poros yang diketahui dapat ditentukan yaitu lebar
spline, tinggi spline, kedalaman alur spline dan kedalaman alur spline pada roda gigi.
Maka ukuran panjang spline dari hasil perhitungan dapat dirumuskan sebagai
berikut :
Fn
pA t

.... ( 2 . 21 )

Di mana :
L

Panjang alur spline (MM)

pA

Tekanan permukaan yang diizinkan (kg/mm2)

Kedalaman alur spline (mm)

Harga pA untuk poros berdiameter besar adalah 10 kg/mm2. Perlu diperhatikan bahwa
lebar pasak sebaiknya antara 0,25 0,35 dari diameter poros dan panjang spline
sebaiknya antara 0,75 1,5 dari diameter poros
5. Perhitungan temperatur
Untuk menentukan temperatur nyala yang diizinkan untuk pelumas pada sistem
transmisi roda gigi dapat dirumuskan sebagai berikut :

TBP

= 140 Cn C R

TBP

= Temperatur nyala yang di izinkan untuk pelumas pada roda

( 2 . 22 )

Di mana :

gigi ,0c
Cn

= Koefisien viskositas pelumas.

CR

= Faktor kekerasan permukaan roda gigi.

Sedangkan untuk menentukan harga koefisien viskositas pelumas dapat dirumuskan


sebagai berikut :

Cn

1,5 E
= 2 E

= derajat engler apda pelumas pada temperatur 500C.

... ( 2 . 23 )

Di mana :

Untuk mengetahui harga E untuk setiap jenis pelumas dapat di cari pada tabel 16.1
tentang jenis jenis minyak pelumas (Buku Sularso, 1983, hal 305) dan tabel 16.5
tentang konversi harga E menurut DIN 51560 (Buku Sularso,1983, hal 310).
Dalam perencanaan transmisi roda gigi ini digunakan minyak pelumas yang
mempunyai harga viskositas temperatur 500C yaitu harga E yaitu 12,02.
Untuk menentukan harga faktor kekerasan roda gigi di rumuskan sebagai berikut :
1,9 Sm
4 Sm

CR

CR

= Harga faktor kekerasan roda gigi.

Sm

= Harga kekerasan roda gigi.

.. ( 2 . 24 )

Di mana :

Sedangkan harga kekerasan roda gigi di rumuskan sebagai berikut :

Sm

2 S1 S 2
= S1 S 2

S1

= Harga kekerasan roda gigi 1 ().

.. ( 2 . 25 )

Dimana :

S2

= Harga kekesan roda gigi 2 ().

Berdasarkan standar yang telah ditentukan bahwa roda gigi yang digerinda dan
dihaluskan dengan baik mempunyai harga S = 0,25 0,5 (). Sedangkan roda gigi yang
bermutu baik dalam perdagangan mempunyai harga S = 0,6 0,9 ().
Dalam perencanaan ini digunakan roda gigi yang bermutu baik dalam perdagangan
dengan harga S1= S2 = 0,8 ().
2.10 Pelumasan
Pelumasan mobil termasuk oli mesin untuk mesin bensin, dan oli
diesel untuk mesin diesel, oli roda gigi (gear oil), gomuk dan lain-lain.
Minyak transmisi automatik dan power steering juga sebagai pelumas
komponen-komponen sebagai minyak hidraulik, umumnya pelumas
mobil paling banyak dibuat dari minyak dasar dengan bermacammacam bahan tambahan (additive). Beberapa diantaranya dibuat dari
syntetic base.
Adapun fungsi dari minyak pelumas adalah :
1. Mengurangi

gesekan

antara

komponen

mesin

yang

bergerak/berputar.
2. Membentuk lapisan tipis oli (oil film) sehingga terhindar kontak
langsung antar bagian-bagian yang bergerak/berputar.
3. Mendinginkan

komponen

bergerak/berputar

berhubungan.
4. Menghindarkan berkaratnya bagian-bagian mesin.

yang

saling

5. Meredam suara yang ditimbulkan oleh bagian-bagian yang


bergera/berputar.
6. Sebagai zat pembersih dari bagian-bagian yang dilumas.
7. Menghindari hilangnya daya dari mesin akibat gesekan yang
terjadi sangat kecil.
Jenis minyak pelumas dapat diklasifikasikan berdasarkan
kekentalan dan kemampuan dalam menambah beban. Adapun
klasifikasi minyak pelumas dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu :
1. Klasifikasi Dalam Kekentalan.
Oli pelumas mempunyai angka dibelakang SAE seperti pada oli
mesin. 6 indek kekentalan SAE (75W, 80 W, 85W, 140W dan 250)
adalah yang ada pada saat ini transmisi dan diffrential umumnya
memakai oli dengan angka kekentalan SAE 90 atau 80W-90.
2. Klasifikasi Dalam Kualitas dan Penggunaan.
API (American Potreleum Institut) mempunyai standar klasifikasi
oli roda gigi, yang pembagiannya tergantung pada penggunaan.
Klasifikasi minyak pelumas roda gigi berdasarkan standar API terbagi
atas :
-

Kode GL1 adalah mineral oli murni untuk roda gigi jarang dipakai
pada mobil.

Kode GL 2 adalah untuk worm bear, mengandung minyak hewani


dan tumbuh- tumbuhan.

Perencanaan roda gigi P dan Q


Spesifikasi perencanaan :

F 2 R n
60 75
10 2 0,14 30
p
0, 058HP
4500

P
- Daya yang ditransmisikan

1.

- Putaran poros penggerak

n = 30 rpm

- Perbandingan reduksi

ip = 1

- Jarak sumbu poros yang direncanakan

a = 52 mm

- Sudut tekan pahat

= 20

Daya rencana.
Sebelum menghitung daya rencana, terlebih dahulu diambil faktor koreksi, fc :
1,5.
Maka :
Pd

2.

= 1, 5 (0, 058HP) = 0,088 HP ~ 0,066 kW

Diameter lingkaran jarak bagi sementara.

DQ

2a
= 1 ip

DQ

2 52 mm
11
=
= 52 mm

Dp

2 a ip
= 1 ip
2 52 mm1
11
=
= 52 mm

3.

Jumlah gigi pada roda gigi P dan Q


Dari diagram pemilihan modul roda gigi lurus, diambil m : 5 (Buku Sularso,
1983, hal 216).
ZQ

DQ
= m

52 mm
= 5mm
= 10, 4 buah~ 10buah
Zp

Dp
= m

52 mm
== 5mm
= 10, 4 buah~ 10buah
4.

Diameter lingkaran kepala.


Dk Q

( Z Q 2) m

= (10 2) 5mm
= 60mm

Dk p

( Z p 2) m

= (10 2) 5mm
= 60mm
5.

Diameter lingkaran kaki.


Dg Q

Z Q m cos 20

= 10 5mm cos20
= 46, 985mm
= Z P m cos 20

Dg P

= 10 5mm cos20
= 46, 985mm
6.

Kecepatan keliling.

VP =

VQ

x66mmx30 rpm
60 x1000
=
= 0,10367m/ s

7.

Gaya tangensial.

Ft

Pd
102
= V

Ft P = Ft Q

0, 066kW
102
= 0,10367m/ s
= 64, 936kg

8.

Faktor dinamis ( Fv ).

FV

3
= 3 Vp

FV

3
= 3 0,10367
= 0,966

9.

Beban lentur yang diizinkan.


Faktor bentuk gigi :
ZP

ZQ

= 10; YP =
= 10; YP =

0,124

0, 684
0, 0556
10

0,124

0, 684
0, 0556
10

Bahan roda gigi P dan Q adalah sama yaitu S 30 C


- Kekuatan tarik

= 48 kg/mm2

- Kekuatan lentur

= 29 kg/mm2

- Kekerasan

HB

= 400

Maka harga beban lentur dapat dihitung menggunakan pers :

FbQ

= a x m x

YQ

x FV

= 29 kg/mm2 x 5 x 0,0556 x 0,966


= 8,0297 kg/mm2
FbP

= a x m x YP x FV
= 29 kg/mm2 x 5 x 0,0556 x 0,966
= 8,0297 kg/mm2

Fb < a = Aman
10.

Lebar gigi ( b )

bp = bQ

Ft
= Fb

64, 936 kg
= 8, 0297kg/ mm
= 8,087 mm ~10 mm

Perencanaan poros input.


Dalam hal ini dipilih baja karbon JIS 4501 tipe S 35 C dengan kekuatan tarik
adalah 52 kg/ mm2
Maka tegangan geser yang terjadi dihitung dengan :

b
= Sf1 Sf 2

Faktor keamanan 1 (Sf1) untuk baja karbon (SC) adalah 6,0

52kg/ mm2
= 6, 0 1, 5
= 5,777 kg/mm2
momen puntir :
T

= 9,74 . 105 x Pd / n

9, 74 10 5 0, 066kW
30rpm
=

= 2142,8 kg.mm
di peroleh diameter poros :
3

Ds

5,1 K t C b T
a

Dari bab II di dapat Harga Kt = 1,5 dan harga Cb = 1,5


3

Ds

5,11, 5 1, 5 2142,8kg.mm
5, 777kg/ mm2

= 16,206 mm ~ 20 mm

Perencanaan Bantalan
Perhitungan beban bantalan
1. Kecepatan keliling pada poros:

D N1
( Khurmi dan Gupta ,1992)
60
20 30
60
mm
v =31,416
s
m
v =0,031416
s
2. Besarnya beban yang bekerja :
v=

Fra

= 64,936 kg

(Sularso hal 238)

a. Equivalen dinamis (Pr)


Pr = X . V . Frb .....................................................( sularso, 1997, hal 135)
Pr = 1 . 1,2 . 64,936
Pr = 77,9232 [Kg]

b. Perhitungan umur bantalan


1. untuk bantalan gelinding. Bantalan yang digunakan adalah
bantalan gelinding dengan nomor 6000zz, kapasitas nominal
dinamis = 360 kg
faktor keamanan :
fn = (33,3/n)1/3

(Sularso hal 136)

= (33,3/30)1/3 = 1,035
dimana :
n = putaran transmisi = 30 rpm

b. faktor umur :
fh = fn . C/P

(Sularso hal 135)

= (1,035).360/77,9232
= 4,7816
dimana :
C = kapasitas nominal dinamis = 360 kg
c. umur nominal bantalan :
Ln = 500 fh3

(Sularso hal 136)

= 500. (4,7816)3
= 54663,5986 jam
d. Keandalan umur bantalan, jika mengambil 99 % :
Ln = a1 . a2 . a3 . Lh
= (0,21) . 1 . 1 (54663,5986)
= 11479,3557 jam

(Sularso hal 136)

dimana :
a1 = faktor keandalan 99%
= 0,21 (tabel 4.10 Lit 1 hal 137)
a2 = faktor bahan
= 1 (baja dicairkan secara terbuka)
a3 = faktor kerja = 1 (kondisi kerja normal)
e. Jika dalam satu hari bekerja selama 24 jam, maka umur
bantalan tersebut :
Lb =

11479,3557
24 . 300

= 1,594 tahun ~ 1 tahun 178hari

BUAT HOTMA
Roda Gigi Q
No BAGIAN
1
2
3
4
4
5
6
7
8

Modul
Jumlah Gigi
Sudut Tekan
Jarak bagi lingkaran
Diameter Lingkar Jarak
Bagi
Diameter Kepala Gigi
Diameter Lingkaran Kaki
Gigi
Diameter Pelek
Tinggi Gigi

SIMBO
L
M
Z

t
D

UKURAN

DK
DF

66
51

K
H

36
13.5 mm

6 mm
9
20o
18
54

9
10
11
12

Tinggi Kepala Gigi


Tinggi Kaki Gigi
Lebar Gigi
Tebal Gigi

HK
HF
B

6 mm
7.5 mm
10 mm
9 mm

Jarak sumbu poros 54 mm


Diameter Poros 20 mm (panjang poros belum ditentukan)
Matrial :
Bahan roda gigi P dan Q adalah sama yaitu S 30 C

Bahan poros baja karbon JIS 4501 tipe S 35 C

Вам также может понравиться