Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka menjelaskan tentang konsep dasar skizofrenia dengan
isolasi sosial, TAK stimulasi sensori, kemampuan komunikasi dan pengaruh TAK
stimulasi sensori terhadap kemampuan komunikasi. Selengkapnya seperti pada
uraian berikut:
2.1 Konsep Dasar Skizofrenia
Konsep dasar skizofrenia menjabarkan tentang pengertian skizofrenia,
penyebab skizofrenia, gejala-gejala skizofrenia, dan terapi skizofrenia, seperti
pada uraian berikut:
2.1.1 Pengertian Skizofrenia
Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan
menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, perilaku yang aneh dan
terganggu (Videbeck, 2008). Menurut Hawari (2009), skizofrenia berasal dari dua
kata Skizo yang artinya retak atau pecah (spilt), dan frenia yang artinya jiwa.
Dengan demikian skizofrenia adalah orang yang mengalami keretakan jiwa atau
keretakan kepribadian (splitting of personality). Bleuer meyakini bahwa gangguan
ini melibatkan terpisahnya fungsi psikis yakni asosiasi mental, pemikiran, dan
emosi yang seharusnya terintegrasi. Skizofrenia adalah suatu penyakit yang
mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi,
gerakan dan perilaku yang aneh dan terganggu.Skizofrenia tidak dapat
didefinisikan sebagai penyakit tersendiri,melainkan diduga sebagai suatu sindrom
atau proses penyakit yang mencakup banyak jenis dengan berbagai gejala
(Videbeck, 2008). Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten dan serius
yang mengakibatkan perilaku psikotik,pemikiran konkret,dan kesulitan dalam
memproses informasi,hubungan interpersonal serta memecahkan masalah
(Stuart,2006).
Skizofrenia
adalah
suatu
sindrom
klinis
dengan
variasi
10
anak dengan salah satu anggota keluarga yang menderita skizofrenia 7-16%, bila
kedua orang tua menderita skizofrenia 40-68%, bagi kembar dua telur
(heterozigot) 2-15%, bagi kembar satu telur (monozigot) 61-86%.
2. Endokrin
Teori ini berhubungan dengan sering timbulnya skizofrenia pada waktu
pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu klimakterium, tetapi hal ini
tidak dapat dibuktikan.
3. Metabolisme
Ada yang menyangka bahwa skizofrenia disebabkan oleh suatu
gangguan metabolisme, karena klien dengan skizofrenia tampak pucat dan tidak
sehat.
4. Susunan Saraf Pusat
Penyebab skizofrenia ke arah kelainan susunan saraf pusat, yaitu pada
diensefalon atau kortex otak.
5. Teori Adolf Meyer
Menurut Meyes skizofrenia merupakan suatu reaksi yang salah, suatu
maladaptasi, oleh karena itu timbul suatu disorganisasi kepribadian dan lama
kelamaan orang itu menjauhkan diri dari kenyataan.
6. Teori Sigmund Freud
Pada skizofrenia terdapat kelemahan ego, yang dapat timbul karena
penyebab psikogenik ataupun somatik. Superego dikesampingkan sehingga tidak
bertenaga lagi dan Id yang berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase narsisme.
11
12
2) Gangguan afek dan emosi, gangguan ini pada skizofrenia berupa parathimi
yaitu apa yang seharusnya menimbulkan rasa senang dan gembira, pada
penderita malah menimbulkan rasa sedih atau marah. Paramini yaitu
penderita merasa senang tetapi menangis.
3) Gangguan kemauan yaitu gangguan di mana banyak penderita skizofrenia
memiliki kelemahan kemauan. Mereka tidak dapat bertindak dalam situasi
menekan. Gangguan yang timbul antara lain negativisme, ambivalensi dan
otomatisme.
4) Gejala psikomotor disebut juga dengan gejala-gejala katatonik. Sebetulnya
gejala katatonik sering mencerminkan gangguan kemauan. Bila gangguan
hanya ringan saja, maka dapat dilihat gerakan-gerakan yang kurang luwes
atau agak kaku.
2. Gejala sekunder yang meliputi: waham dan halusinasi.
Indikator
premorbid
(pra-sakit)
pre-skizofrenia
antara
lain
13
14
15
menarik diri adalah suatu keadaan klien yang mengalami ketidakmampuan untuk
mengadakan hubungan dengan orang lain atau dengan lingkungan disekitarnya
secara wajar dan hidup dalam khayalan sendiri yang tidak realistik.
1. Tingkah Laku Isolasi Sosial
Menurut Nasution (2009), adapun tingkah laku klien Isolasi sosial yaitu:
1. Kurang sopan
2. Apatis
3. Ekspresi wajah kurang berseri
4. Afek tumpul
5. Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri
6. Komunikasi verbal menurun atau tidak ada
7. Mengisolasi diri
8. Kurang sadar dengan lingkungan sekitar.
9. Pemasukan makanan dan minuman berkurang.
10. Aktivitas menurun.
11. Kurang energik (tenaga).
12. Menolak hubungan dengan orang lain.
16
(otak) yaitu pelepasan zat dopamine dan serotonin yang mengakibatkan gangguan
pada alam pikir, alam perasaan dan perilaku. Oleh karena itu obat psikofarmaka
yang diberikan ditujukan pada gangguan neurotransmitter sehingga gejala-gejela
klinis dapat dihilangkan atau dengan kata lain klien skizofrenia dapat diobati.
2. Psikoterapi
Terapi kejiwaan atau psikoterapi pada klien skizofrenia, baru dapat
diberikan apabila klien dengan terapi psikofarmaka sudah mencapai tahapan
dimana kemampuan menilai realitas (Reality Testing Ability/RTA) sudah kembali
pulih dan pemahaman diri sudah baik. Psikoterapi diberikan dengan catatan
bahwa klien masih tetap mendapat terapi psikofarmaka.
Menurut Hawari (2009) psikoterapi banyak ragamnya tergantung dari
kebutuhan dan latar belakang klien sebelum sakit, yaitu sebagai berikut :
1) Psikoterapi Suportif, untuk memberikan dorongan, semangat dan motivasi
agar klien tidak merasa putus asa dan semangat dalam menghadapi hidup ini
tidak menurun.
2) Psikoterapi Re-konstruktif, untuk memperbaiki kembali (re-konstruksi)
kepribadian yang telah mengalami keretakan menjadi kepribadian utuh.
3) Psikoterapi Kognitif, untuk memulihkan kembali fungsi kognitif (daya pikir
dan daya ingat) rasional sehingga klien mampu membedakan nilai-nilai moral
etika, mana yang baik dan buruk.
4) Psikoterapi Psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan seseorang jatuh sakit dan upaya
untuk mencari jalan keluarnya.
5) Psikoterapi Perilaku, untuk memulihkan gangguan perilaku yang terganggu
(maladaptif) menjadi perilaku yang adaptif (mampu menyesuaikan diri).
17
6) Psikoterapi
Keluarga,
untuk
memulihkan
hubungan
klien
dengan
keluarganya.
3. Terapi Psikososial
Terapi psikososial dimaksudkan agar klien mampu kembali beradaptasi
dengan lingkungan sosial sekitarnya dan mampu merawat diri, mampu mandiri
tidak tergantung pada orang lain sehingga tidak menjadi beban bagi keluarga dan
masyarakat.
4. Terapi Psikoreligius
Terapi keagamaan (psikoreligius) terhadap klien skizofrenia ternyata
mempunyai manfaat, dari penelitian yang dilakukan oleh Larson, dkk (1982,
dalam Hawari, 2009) secara umum memang menunjukkan bahwa komitmen
agama berhubungan dengan manfaatnya dibidang klinik.
Menurut Hawari (2009), klien gangguan jiwa skizofrenia yang berulang
kali kambuh, selain program terapi diperlukan juga program rehabilitasi sebagai
persiapan penempatan kembali ke keluarga dan masyarakat. Adapun program
rehabilitasi sebagai persiapan kembali ke keluarga dan masyarakat meliputi
berbagai macam kegiatan, antara lain:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
18
19
20
kelompok
menjelaskan
batasan
komunikasi,
proses
21
22
maintenance roles, task roles, dan individual role. Maintence role, yaitu peran
serta aktif dalam proses kelompok dan fungsi kelompok. Task roles, yaitu fokus
pada penyelesaian tugas. Individual roles adalah self-centered dan distraksi pada
kelompok.
6. Kekuatan Kelompok
Kekuatan (power) adalah kemampuan anggota kelompok dalam
mempengaruhi berjalannya kegiatan kelompok. Untuk menetapkan kekuatan
anggota kelompok yang bervariasi diperlukan kajian siapa yang paling banyak
mendengar dan siapa yang membuat keputusan dalam kelompok.
7. Norma Kelompok
Norma adalah standar perilaku yang ada dalam kelompok. Pengharapan
terhadap perilaku kelompok pada masa yang akan datang berdasarkan pengalaman
masa lalu dan saat ini. Pemahaman tentang norma kelompok berguna untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap komunikasi dan interaksi dalam kelompok.
Kesesuaian perilaku anggota kelompok dengan normal kelompok, penting dalam
menerima anggota kelompok. Anggota kelompok yang tidak mengikuti norma
dianggap pemberontak dan ditolak anggota kelompok lain.
8. Kekohesifan
Kekohesifan adalah kekuatan anggota kelompok bekerja sama dalam
mencapai tujuan. Hal ini mempengaruhi anggota kelompok untuk tetap betah
dalam kelompok. Apa yang membuat anggota kelompok tertarik dan puas
23
24
2.Setting
1) Terapis dan klien duduk bersama dalam bentuk setengah lingkaran
2) Ruangan nyaman dan tenang
3.Alat
1) Tape recorder
2) Kaset musik
4.Metode
1) Diskusi
2) Sharing persepsi
2. Langkah Kegiatan
1) Persiapan
a. Membuat kontrak dengan klien yang sesuai indikasi: menarik diri, harga diri
b.
2)
a.
b.
c.
1)
2)
a)
terapis
b) Lama kegiatan 45 menit
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3) Tahap Kerja
a. Terapis mengajak klien untuk saling memperkenalkan diri (nama dan nama
panggilan) dimulai dari terapis secara berurutan searah jarum jam.
b. Setiap kali seorang klien selesai memperkenalkan diri, terapis mengajak semua
klien untuk bertepuk tangan.
c. Terapis dan klien memakai papan nama.
25
d. Terapis menjelaskan bahwa akan diputar lagu, klien boleh tepuk tangan atau
berjoget sesuai dengan irama lagu. Setelah lagu selesai, klien akan diminta
menceritakan isi dari lagu tersebut dan perasaan klien setelah mendengar lagu.
e. Terapis memutar lagu, klien mendengar, boleh berjoget atau tepuk tangan (kirakira 15 menit). Musik diputar boleh diulang beberapa kali. Terapis
mengobservasi respons klien terhadap musik.
f. Secara bergiliran, klien diminta menceritakan isi lagu dan perasaannya. Sampai
semua klien mendapat giliran.
g. Terapis memberikan pujian, setiap klien selesai menceritakan perasaannya, dan
4)
a.
1)
2)
b.
26
27
b)
c)
3)
a.
28
29
terapis
Lama kegiatan 45 menit
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
Tahap Kerja
Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu menonton
kesempatan
30
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk stimulasi sensoris menonton, kemampuan klien yang diharapkan adalah
mengikuti kegiatan, berespons terhadap tontonan, menceritakan isi tontonan dan
mengungkapkan perasaan saat menonton.
2) Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti sesi 3, TAK stimulasi
sensoris menonton. Klien mengikuti kegiatan sampai selesai, ekspresi datar, dan
tanpa respons, klien tidak dapat menceritakan isi tontonan dan perasaannya.
Tingkatkan stimulus di ruangan, ulang kembali dengan stimulus yang berbeda.
2.3 Konsep Dasar Kemampuan Komunikasi
Konsep dasar kemampuan komunikasi menjabarkan tentang pengertian
kemampuan komunikasi, jenis komunikasi, komponen komunikasi, tujuan
komunikasi, faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi pada klien skizofrenia.
2.3.1 Pengertian Kemampuan Komunikasi
Kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk melakukan
beragam tugas dalam suatu pekerjaan (Wikipedia, 2010). Sedangkan pengertian
yang lain menurut Wikipedia (2010) kemampuan adalah sebuah penilaian terkini
atas apa yang dapat dilakukan seseorang.
Komunikasi adalah proses yang digunakan individu untuk bertukar
informasi (Balzer-Riley, 1996, dalam Videbeck, 2008). Sedangkan menurut Taylor
31
32
Menurut Ellis dan Nowlis (1994, dalam Musliha dan Fatmawati, 2009),
menyatakan beberapa hal yang penting dalam berkomunikasi verbal, yaitu:
1) Pengunaan Bahasa
Penggunaan bahasa perlu mempertimbangkan pendidikan klien, tingkat
pengalaman dan kemahiran dalam berbahasa.
2) Kecepatan
Kecepatan akan mempengaruhi komunikasi verbal. Seseorang yang dalam
keadaan cemas atau sibuk biasanya akan lupa untuk berhenti berbicara dan
pembicaraan dilakukan sangat cepat sehingga hal ini menyebabkan pendengar
tidak dapat memproses pesan dan menyusun respon yang akan diberikan.
Komunikasi verbal dengan kecepatan yang sesuai akan memberikan kesempatan
untuk berpikir jernih tentang apa yang diucapkan dan juga akan menyebabkan
seseorang dapat menjadi pendengar yang efektif.
3) Intonasi Suara
Menunjukkan gaya dari ekspresi yang digunakan dalam bicara dan dapat
merubah arti dari kata. Pengaruh dari bicara dengan suara keras akan berbeda
dengan suara lembut atau lemah.
2. Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah perilaku yang menyertai isi verbal, seperti gerak
tubuh, ekspresi wajah dan mata, nada suara, kecepatan dan keengganan bicara,
suara mendengkur dan suara merintih serta jarak dari pendengar. Komunikasi
nonverbal dapat menunjukkan pikiran, perasaan, kebutuhan dan nilai pembicara
yang kebanyakan ditunjukkan secara tidak sadar.
33
Adapun tujuan dari komunikasi nonverbal (Stuart dan Sundeen, 1995, dalam
Musliha dan Fatmawati, 2009), adalah:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Mengekspresikan emosi.
Mengekspresikan tingkah laku interpersonal.
Membangun, mengembangkan dan memelihara interaksi sosial
Menunjukkan diri.
Terlibat dalam ritual.
Mendukung komunikasi verbal.
Menurut Musliha dan Fatmawati (2009), secara umum komunikasi nonverbal
terdiri dari:
1) Kinesics
Kinesics merupakan komunikasi verbal yang dilakukan melalui pergerakan
tubuh, terdiri dari: ekspresi muka, gesture (gerak, isyarat, sikap), gerakan tubuh
dan postur, gerak mata atau kontak mata.
2) Paralanguage
Paralanguage
menunjukkan
pada
bahasa
itu
sendiri.
Vocal
dapat
lain
yang
jarak
dalam
berkomunikasi
dengan
orang
menggambarkan keintiman.
4) Sentuhan
Setuhan merupakan alat komunikasi yang sangat kuat, dapat menimbulkan
reaksi positif dan negatif tergantung dari orang yang terlibat dan lingkungan
disekeliling interaksi tersebut.
2.3.3 Komponen Komunikasi
34
Unit dasar komunikasi terdiri dari seorang pengirim, seorang penerima dan
sebuah pesan dalam konteks tertentu. Menurut Musliha dan Fatmawati (2009),
komunikasi mempunyai enam komponen, yaitu:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
2.3.5 Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi
Komunikasi
Pada
Klien
Skizofrenia
Menurut Pasaribu (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi pada
klien skizofrenia adalah ditinjau dari komunikator (perawat) dan ditinjau dari
komunikan (klien skizofrenia). Selengkapnya seperti pada uraian berikut:
1. Ditinjau dari komunikator (perawat)
Ditinjau dari komunikator (perawat), faktor-faktor yang mempengaruhi
komunikasi pada klien skizofreniaantara lain:
35
Kecakapan.
Sifat.
Pengetahuan.
Sistem sosial.
Saluran (pendengaran, penglihatan) dari komunikan.
36
menari. Jika hobi klien diketahui sebelumnya, dapat dipakai sebagai stimulus
(Keliat dan Akemat, 2005).
Menurut Purwaningsih dan Karlina (2009) pada TAK stimulasi sensori, aktivitas
yang digunakan untuk memberikan stimulasi pada sensasi klien, kemudian
diobservasi reaksi sensori klien berupa ekspresi emosi atau perasaan melalui
gerakan tubuh, ekspresi muka dan ucapan. TAK untuk menstimulasi sensori
menggunakan teknik yang digunakan meliputi fasilitas penggunaan panca indera
dan kemampuan mengekspresikan stimulus baik dari internal maupun eksternal.
2.5 Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap
konsep yang lainya dari masalah yang ingin diteliti (Setiadi, 2007). Adapun
kerangka konseppada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Terapi:
1. Psikofarmaka
Faktor Penyebab
(Keturunan, Endokrin,
Metabolisme, SSP, Teori
Adolf Meyer, Teori
Sigmund Freud)
2. Psikoterapi
3. Psikososial
Skizofrenia
4. Psikoreligius
5. Rehabilitasi:
TAK
stimulasisensori
Gejala Skizofrenia
1. Gejala Positif
(waham, kekacauan
alam pikiran, gaduh,
gelisah)
2. Gejala Negatif
- Menarik diri
37
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi:
1. Komunikator
(perawat)
2. Komunikan (klien
skizofrenia)
Kemampuan
Komunikasi
1. Belum Mampu
2. Mampu
Keterangan :
: variabel diteliti
: variabel tidak diteliti
Gambar 2.5
Kerangka Konsep Pengaruh TAK Stimulasi Sensori Terhadap Kemampuan Komunikasi Klien
Skizofrenia Di RSJ Provinsi Bali
2.6 Hipotesis
Hipotesis adalah suatu pernyataan asumsi tentang hubungan antara dua
atau lebih variabel yang diharapkan akan bisa menjawab suatu pertanyaan dalam
penelitian (Nursalam, 2008).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan hipotesa penelitian yaitu ada
pengaruh TAK stimulai sensori terhadap komunikasi klien skizofrenia dengan
isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali
38