Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ilustrasi
Pendapatanpegawai negeri sipil (PNS) dan anggota DPRD di Provinsi Kepri tahun 2015
mendatang, dipastikan akan berkurang dari tahun sebelumnya. Pengurangan ini karena
ada pemangkasan anggaran sesuai peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri)
Nomor 37 Tahun 2014 tentang pendoman penyusan Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah (APBD) 2015 mendatang.
Karena ada peraturan itu, akan terjadi banyak perubahan tentang penyusunan
anggaran. Sehingga, berdampak menurunnya pendapatan PNS dan dewan, papar
anggota Komisi II DPRD Kepri, Rudy Chua, Kamis (21/8).
Sebelum ada peraturan ini, daerah diberi kewenangan menetapkan standar harga
sesuai kemampuan daerah. Seiring dengan keluarnya Peratuan Menteri Keuangan
(PMK) Nomor 53 tahun 2014 tentang standar biaya masukan yang menjadi pedoman
penyusunan biaya perjalanan dinas PNS dan dewan di APBD Kepri 2015 nanti, biaya
perjalanan dinas mengacu pada PMK 53 tersebut.
Sebelumnya daerah diberikan keleluasaan penyusunan anggaran. Dengan adanya
Permendagri dan PMK, harus mengikuti standar yang telah ditentukan, jelasnya.
Politisi Partai Hanura tersebut lebih lanjut mengatakan, pada dua peraturan baru itu,
semua lini akan mengalami penurunan. Seperi anggaran perjalanan dinas yang
sebelumnya dianggap pendapatan, tetapi dengan keluarnya dua peraturan tersebut,
tidak lagi dianggap sebagai pendapatan. Penurunan standar harganya melebihi 66
persen dari standar harga sebelumnya.
Seperti dewan setara dengan eselon II, uang surat perintah perjalanan dinas (SPPD)nya Rp1,2-1,5 juta per hari. Dengan ketentuan peraturan baru, hanya Rp 530 ribu per
hari keluar kota, jelasnya.
Dalam Permendagri dan PMK tersebut, masih Rudy, tidak ada lagi asuransi bagi kepala
daerah, pimpinan dewan maupun anggota dewan. Karena pada tahun anggaran 2015
nanti, sudah disetarakan dengan penggunaan BPJS Kesehatan. Sehingga, tidak lagi
mendapatkan fasilitas medical chek up seperti tahun-tahun sebelumnya.
Menurut Rudy, penyesuaian itu untuk menekan anggaran pemerintah. Meski begitu,
keputusan itu tetap ada sisi positif dan negatifnya. Tentu akan terjadi efisiensi
anggaran. Akan tetapi, peraturan ini akan menibulkan tindakan yang tidak dilegalkan
untuk mendapatkan pendapatan lebih, bebernya.
Ditambahkannya, di dalam PMK 53 menyebutkan tentang pengaturan honorarium baik
itu untuk kuasa penggunaan anggaran (KPA). Dengan skala yang telah ditentukan,
menurut Rudy, peraturan ini akan mempengaruhi kinerja PNS. Tentu ini bukan kabar
menggembirakan. Karena perubahannya sangat drastis dan mengejutkan, ujar Rudy.
Sejak berlakunya/ diundangkannya Permendagri Nomor 37 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan
APBDTahun Anggaran 2015 pada tanggal 21 Mei 2014, pimpinan pemerintahan daerah, para pejabat, staf atau
para pegawai negeri sipil daerah sampai dengan honorer benar-benar dibuat panik, termasuk para pimpinan
dan anggota DPRD. Kepanikan ini lebih disebabkan oleh salah satu ketentuan atau frasa yang dimuat di
dalam Permendagri Nomor 37 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2015.
Ketentuan atau frasa ini sebagaimana diatur pada Lampiran angka III. Kebijakan Penyusunan APBD; 2.
Belanja Daerah; b. Belanja Langsung; 3). Belanja Barang dan Jasa; i) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
37 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2015, Dalam rangka memenuhi kaidahkaidah pengelolaan keuangan daerah, penganggaran belanja perjalanan dinas harus memperhatikan aspek
pertanggungjawaban sesuai biaya riil atau lumpsum, khususnya untuk hal-hal sebagai berikut: 1) Sewa
kendaraan dalam kota dibayarkan sesuai dengan biaya riil. Komponen sewa kendaraan hanya diberikan untuk
Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, Walikota/Wakil Walikota dan Pimpinan DPRD Provinsi; 2) Biaya
transportasi dibayarkan sesuai dengan biaya riil; 3) Biaya penginapan dibayarkan sesuai dengan biaya riil.
Dalam hal pelaksana perjalanan dinas tidak menggunakan fasilitas hotel atau tempat penginapan lainnya,
kepada yang bersangkutan diberikan biaya penginapan sebesar 30% (tiga puluh persen) dari tarif hotel di kota
tempat tujuan sesuai dengan tingkatan pelaksana perjalanan dinas dan dibayarkan secara lumpsum; 4) Uang
harian dan uang representasi dibayarkan secara lumpsum. Standar satuan harga perjalanan dinas ditetapkan
dengan Keputusan Kepala Daerah, dengan mempedomani besaran satuan biaya yang berlaku dalam APBN
sebagaimana diatur dengan peraturan perundang-undangan.
Dari ketentuan atau frasa ini, maka perjalanan dinas untuk pemerintah daerah (pejabat/PNSD/pimpinan dan
anggota DPRD) baik atas pertanggungjawaban dan standar satuan harga/satuan biaya perjalanan dinas
benar-benar berpedoman pada besaran dan biaya yang berlaku dalam APBN. Artinya bahwa standar satuan
harga/satuan
biaya
dimaksud
adalah
perpedoman
pada
Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor
Tahuh 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD sebagaimana diubah
terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahuh 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004. Perubahan atas Peraturan Pemerintah ini berarti, Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahuh 2004 ini telah mengalami perubahan mulai perubahan pertama dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 37 Tahuh 2005, perubahan kedua dengan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahuh 2006, dan
perubahan ketiga dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahuh 2007.
Pada penjelasan pasal 25 ayat (3) huruf c PP Nomor 24 Tahun 2004, PP Nomor 37 Tahun 2005, PP Nomor 37
Tahun 2006, telah diatur, Belanja perjalanan dinas yaitu belanja perjalanan pimpinan dan anggota DPRD
dalam rangka melaksanakan tugasnya atas nama lembaga perwakilan rakyat daerah baik di dalam daerah
maupun di luar daerah yang besarnya disesuaikan dengan standar perjalanan dinas Pegawai Negeri Sipil
Tingkat A yang ditetapkan oleh Kepala Daerah. Sampai dengan ketentuan ini, maka sangat jelas perjalanan
dinas bagi pimpinan dan anggota DPRD adalah setara dengan standar perjalanan dinas PNS Tingkat A.
Selanjutnya, kita akan telusuri lagi bagaimana pengaturan mengenai penggolongan tingkat perjalanan
dinas sebagaimana yang diatur di dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 113/PMK.05/2012 tentang
Perjalanan Dinas Dalam Negeri bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai Tidak tetap, pasal 10 ayat
(1), Biaya perjalanan dinas jabatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (1), digolongkan dalam 3 (tiga)
tingkat, yaitu: a. Tingkat A untuk Ketua/Wakil Ketua dan Anggota pada MPR, DPR, DPD, BPK, MA, MK, dan
Menteri, Wakil Menteri, Pejabat setingkat Menteri, Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati. Wakil Bupati, Walikota,
Wakil Walikota, Ketua/Wakil Ketua/Anggota Komisi, Pejabat Eselon I, serta Pejabat lainnya yang setara; b.
Tingkat B untuk pejabat Negara lainnya, pejabat eselon II, dan pejabat lainnya yang setara; dan c. Tingkat C
untuk Pejabat Eselon III/PNS Golongan IV, Pejabat Eselon IV/PNS Golongan III, PNS Golongan II dan I.
Dari ketentuan pasal 10 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 113/PMK.05/2012, dikaitkan dengan
penjelasan pasal 25 ayat (3) huruf c PP Nomor 24 Tahun 2004, PP Nomor 37 Tahun 2005, PP Nomor 37 Tahun
2006, maka tingkat perjalanan dinas pimpinan DPRD dan anggota DPRD termasuk dan setara dengan standar
perjalanan dinas PNS Tingkat A, hal ini disebabkan oleh karena Pegawai Negeri Sipil Tingkat A adalah Pejabat
Eselon I, serta Pejabat lainnya yang setara, dalam arti bahwa perjalanan dinas pimpinan dan anggota DPRD
untuk lingkungan Pemerintah Daerah sama dengan perjalanan dinas Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati. Wakil
Bupati, Walikota, Wakil Walikota.
Sampai dengan pembahasan ini dan berdasarkan interpretasi/penafsiran atas Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 53/PMK.02/2014 tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2015, dan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 113/PMK.05/2012 tentang Perjalanan Dinas Dalam Negeri bagi Pejabat Negara, Pegawai
Negeri, dan Pegawai Tidak Tetap dan PP Nomor 24 Tahun 2004, PP Nomor 37 Tahuh 2005, PP Nomor 37
Tahun 2006, maka perjalanan dinas pimpinan dan anggota DPRD baik di dalam daerah maupun di luar daerah
besarannya disesuaikan dengan standar perjalanan dinas Pegawai Negeri Sipil Tingkat A yang nantinya
ditetapkan oleh Kepala Daerah dengan Peraturan Kepala Daerah.
Namun jika, hal ini diperhadapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007 tentang Perubahan
Ketiga atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahuh 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan
Pimpinan dan Anggota DPRD, maka saya dalam menginterpretasi/menafsirkan ketentuan pasal 25 ayat (3)
mengalami kebuntuan dan keraguan atas tafsir belanja perjalanan dinas yaitu belanja perjalanan pimpinan
dan anggota DPRD dalam rangka melaksanakan tugasnya atas nama lembaga perwakilan rakyat daerah baik
di dalam daerah maupun di luar daerah yang besarnya disesuaikan dengan standar perjalanan dinas Pegawai
Negeri Sipil Tingkat A. Mengapa tidak, hal ini lebih diakibatkan bahwa berdasarkan PP Nomor 21 Tahun 2007
tentang Perubahan Ketiga atas PP Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan
Pimpinan dan Anggota DPRD, maka pasal 25 ayat (3) tidak diberi penjelasan lagi dan dianggap sudah cukup
jelas, atau penjelasan pasal terdahulu pasal 25 ayat (3) sudah hilang. Dengan demikian, maka
interpretasi/tafsir atas penjelasan pasal 25 ayat (3) PP Nomor 24 Tahuh 2004, PP Nomor 37 Tahun 2005, PP
Nomor 37 Tahun 2006 atas perjalanan dinas pimpinan dan anggota DPRD besarnya disesuaikan dengan
standar perjalanan dinas Pegawai Negeri Sipil Tingkat A tidak berlaku lagi.
Maka atas nama kebuntuan dan keraguan ini, dan untuk memperjelas atas penafsiran/interpretasi ini perlu
dilakukan konsultasi dan diskusi atas keberadaan hilangnya penjelasan pasal 25 ayat (3) PP Nomor 21 Tahun
2007 ke pihak-pihak terkait dalam hal ini ke Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Keuangan, Kementerian
Hukum dan HAM, maupun ke Sekretariat Negara selaku penyusun/perumus atas PP Nomor 21 Tahun 2007.
kota dibayarkan sesuai dengan biaya riil. Komponen sewa kendaraan hanya diberikan
untuk Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, Walikota/Wakil Walikota dan
Pimpinan DPRD Provinsi; 2) Biaya transportasi dibayarkan sesuai dengan biaya riil; 3)
Biaya penginapan dibayarkan sesuai dengan biaya riil. Dalam hal pelaksana perjalanan
dinas tidak menggunakan fasilitas hotel atau tempat penginapan lainnya, kepada yang
bersangkutan diberikan biaya penginapan sebesar 30% (tiga puluh persen) dari tarif
hotel di kota tempat tujuan sesuai dengan tingkatan pelaksana perjalanan dinas dan
dibayarkan secara lumpsum; 4) Uang harian dan uang representasi dibayarkan
secara lumpsum. Standar satuan harga perjalanan dinas ditetapkan dengan Keputusan
Kepala Daerah, dengan mempedomani besaran satuan biaya yang berlaku dalam APBN
sebagaimana diatur dengan peraturan perundang-undangan.
Dari ketentuan/frasa ini, perjalanan dinas di lingkungan pemerintah daerah
(pejabat/PNSD/pegawai tidak tetap/pimpinan dan anggota DPRD) baik atas
pertanggungjawaban dan standar satuan harga/satuan biaya perjalanan dinas benarbenar berpedoman pada besaran dan biaya yang berlaku dalam APBN. Dalam arti
bahwa standar satuan harga/satuan biaya dimaksud adalah berpedoman pada
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 53/PMK.02/2014 tentang Standar Biaya Masukan
Tahun Anggaran 2015, dan pertanggungjawabannya berpedoman pada Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 113/PMK.05/2012 tentang Perjalanan Dinas Dalam Negeri
bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai Tidak Tetap. Regulasi inilah yang
membuat panik dan galau para pejabat/PNSD/pegawai tidak tetap/pimpinan dan
anggota DPRD. Mengapa tidak, jika sebelumnya besaran uang perjalanan
dinas (standar biaya/satuan biaya) diserahkan kepada pemerintah daerah, maka untuk
kali ini standar satuan harga/satuan biaya harus berpedoman pada Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 53/PMK.02/2014 tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran
2015. Implikasinya adalah jika kita hitung-hitungan maka selisih penderitaan/selisih
pendapatan dari perjalanan dinas berkurang/menurun secara drastis dibandingkan
dengan tahun 2014.
Bagaimana dengan pengaturan perjalanan dinas tahun 2014? Pengaturan perjalanan
dinas tahun 2014 berpedoman pada Permendagri Nomor 27 Tahun 2013 tentang
Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2014. Ketentuan atau frasa ini
sebagaimana diatur pada Lampiran angka V. Hal-hal Khusus Lainnya; angka 26. Dalam
rangka memenuhi kaidah-kaidah pengelolaan keuangan daerah, pertanggungjawaban
atas komponen perjalanan dinas khusus untuk hal-hal sebagai berikut dilakukan sesuai
DPRD dalam rangka melaksanakan tugasnya atas nama lembaga perwakilan rakyat
daerah baik di dalam daerah maupun di luar daerah yang besarnya disesuaikan dengan
standar perjalanan dinas Pegawai Negeri Sipil Tingkat A yang ditetapkan oleh Kepala
Daerah. Atas materi konsultasi ini, pihak Kementerian Dalam Negeri pada Ditjend.
Keuangan Daerah tepatnya pada Direktorat Anggaran Daerah meminta agar Pemerintah
Kabupaten Gorontalo menyurati dengan mempertanyakan persoalan ini kepada Ditjend.
Keuangan Daerah dan dijanjikan untuk segera dibalas. Berdasarkan permintaan
tersebut, Pemerintah Kabupaten Gorontalo telah menyampaikan Surat Bupati Gorontalo
Nomor:900/DPPKAD/735/2014 tanggal 19 Desember 2014 perihal permohonan
penjelasan atas kedudukan perjalanan dinas DPRD Tahun 2015.
Sepekan sudah Surat Bupati Gorontalo dan surat jawaban yang ditunggu belum juga
disampaikan ke Pemerintah Kabupaten Gorontalo. Sehingga tepatnya tanggal 29
Desember 2014, dilakukan lagi konsultasi tentang tingkatan perjalanan dinas pimpinan
dan anggota DPRD sekaligus melakukan pengecekan atas jawaban Surat Bupati
Gorontalo tersebut, namun jawabannya adalah atas Surat jawaban untuk Pemerintah
Kabupaten Gorontalo sementara diproses, dan pada saat bersamaan diberikanlah salah
satu contoh surat yang mempertanyakan hal yang sama yang berasaal dari Ketua DPRD
Sumatera Provinsi Barat dan surat ini telah dijawab oleh Kementerian Dalam Negeri
melalui Dirjend. Keuangan Daerah. Surat Menteri Dalam Negeri, ditandatangani oleh
Dirjend. Keuangan Daerah, DR. Drs. Reydonnyzar Moenek, M. Devt. M. dengan
Nomor:163.1/1327/KEUDA tanggal 12 Desember 2014 hal pelaksanaan kedudukan
protokoler dan keuangan pimpinan dan anggota DPRD.
Substansi surat jawaban Kementerian Dalam Negeri kepada Ketua DPRD Provinsi
Sumatera Barat kaitannya dengan tingkatan perjalanan dinas pimpinan dan anggota
DPRD dijawab dan termuat pada angka 7 yang berbunyi, berkenaan dengan ketentuan
tersebut (Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahuh 2004 tentang Kedudukan Protokoler
dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007), maka dalam rangka
efisiensi, efektivitas dan penghematan penggunaan anggaran yang bersumber dari
APBD serta memperhatikan asas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat
sebagaimana tersebut pada angka 5 (Pasal 4 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 58
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah menegaskan bahwa keuangan
daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien,
ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas
keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat), standar biaya perjalanan dinas
bagi anggota DPRD disetarakan dengan standar biaya perjalanan dinas bagi pejabat
struktural eselon A, mengingat standar perjalanan dinas PNS tingkat A tersebut pada
angka 6 secara prinsip hanya digunakan untuk pejabat negara atau pejabat lain yang
setara, sedangkan anggota DPRD tidak termasuk pejabat negara atau pejabat lain yang
setara dan selanjutnya ditetapkan dengan Peraturan Gubernur Sumatera Barat.
Berdasarkan Surat Menteri Dalam Negeri yang ditandatangani ini oleh Dirjend.
Keuangan Daerah, DR. Drs. Reydonnyzar Moenek, M. Devt. M. dengan
Nomor:163.1/1327/KEUDA tanggal 12 Desember 2014, maka jelas bahwa kedudukan
dan tingkatan perjalanan dinas pimpinan dan anggota DPRD adalah pada tingkat B
(Tidak tetap. pejabat Negara lainnya, pejabat eselon II, dan pejabat lainnya yang
setara) sebagaimana yang diatur di dalam pasal 10 ayat (1) Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 113/PMK.05/2012 tentang Perjalanan Dinas Dalam Negeri bagi
Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai Tidak Tetap. Dengan berpedoman pada
berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai perjalanan dinas
sebagaimana yang diamanatkan oleh Permendagri Nomor 37 Tahun 2014 tentang
Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2015, Pemerintah Kabupaten Gorontalo
setelah melalui penelaahan, pengkajian, dan perumusan telah menerbitkan Peraturan
Bupati Gorontalo Nomor 48 Tahun 2014 tanggal 31 Desember 2014 tentang Perjalanan
Dinas bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri dan Pegawai Tidak Tetap, dan Keputusan
Bupati Gorontalo Nomor: 858/25/XII/2014 tanggal 31 Desember 2014 tentang Standar
Biaya Perjalanan Dinas bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri dan Pegawai Tidak Tetap
Tahun Anggaran 2015. Kedua produk hukum daerah ini masing-masing Peraturan
Bupati Gorontalo Nomor 48 Tahun 2014, dan Keputusan Bupati Gorontalo
Nomor:858/25/XII/2014 telah disosialisasikan pada tanggal 2 Januari 2015 kepada
pimpinan SKPD, para bendahara pengeluaran/bendahara pengeluaran pembantu, PPK
(Pejabat Penatausahaan Keuangan) dan PPTK (Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan) pada
SKPD.
PERJALANAN DINAS PIMPINAN DAN ANGGOTA DPRD (4)
Catatan mengenai Perjalanan Dinas Pimpinan dan Anggota DPRD, sebenarnya saya
sudah akhiri pada catatan, Perjalanan Dinas Pimpinan dan Anggota DPRD Bagian 3,
namun terbitnya Surat Direktur Jenderal Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri
Nomor: 163.1/1327/KEUDA tanggal 12 Desember 2014 hal pelaksanaan kedudukan
protokoler dan keuangan pimpinan dan anggota DPRD, bagi saya hal ini menimbulkan
banyak tafsir atas beberapa pertimbangan yang mendasari terbitnya surat ini, dan
dalam pelaksanaannya.
Pertama, pada angka 6 Surat Nomor:163.1/1327/KEUDA, Dalam penjelasan pasal 25
huruf b PP Nomor 24 Tahuh 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan
Pimpinan dan Anggota DPRD sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan PP Nomor 21 Tahun 2007, dinyatakan bahwa belanja perjalanan dinas yaitu
belanja perjalanan pimpinan dan anggota DPRD dalam rangka melaksanakan tugasnya
atas nama lembaga perwakilan rakyat daerah, baik di dalam daerah maupun keluar
daerah yang besarnya disesuaikan dengan standar perjalanan dinas PNS tingkat A yang
ditetapkan oleh Kepala Daerah. Demikian pula pada angka 7 Surat
Nomor:163.1/1327/KEUDA, pernyataan standar perjalanan dinas pimpinan dan anggota
DPRD setara standar perjalanan dinas PNS tingkat A pun diulangi sebagai bagian frasa
dari Surat Nomor:163.1/1327/KEUDA, .. mengingat standar perjalanan dinas PNS
tingkat A tersebut pada angka 6 secara prinsip hanya digunakan untuk pejabat Negara
atau pejabat lain yang setara.
Frasa-frasa ini secara nyata masih mengakui bahwa perjalanan dinas pimpinan &
anggota DPRD setara dengan perjalanan dinas PNS Tingkat A. Perjalanan dinas tingkat
A PNS sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 113/PMK.05/2012, adalah untuk
pejabat Negara termasuk Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati. Wakil Bupati, Walikota,
Wakil Walikota, Pejabat Eselon I (PNS), serta Pejabat lainnya yang setara. Kementerian
Dalam Negeri Cq. Direktorat Jenderal Keuangan Daerah, di dalam merumuskan frasa ini
tidak secara utuh membaca keseluruhan perubahan yang terjadi atas pasal 25 ayat (3)
PP Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan
Anggota DPRD, PP Nomor 37 Tahun 2005 tentang Perubahan Pertama atas PP Nomor
24 Tahuh 2004, PP Nomor 37 Tahun 2006 tentang Perubahan Kedua atas PP Nomor 24
Tahuh 2004, termasuk PP Nomor 21 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas PP
Nomor 24 Tahun 2004. Di dalam PP Nomor 21 Tahun 2007, pasal 25 ayat (3) tidak
memberi penjelasan lagi tentang tingkat perjalanan pimpinan dan anggota DPRD. Pada
penjelasan pasal 25 ayat (3) PP Nomor 21 Tahun 2007 dijelaskan bahwa pasal 25 ayat
(3) adalah cukup jelas. Artinya, penjelasan pasal 25 ayat (3) mengenai tingkat
perjalanan pimpinan dan anggota DPRD tidak berlaku lagi sebagaimana yang diatur di
dalam PP Nomor 24 Tahuh 2004, PP Nomor 37 Tahun 2005, PP Nomor 37 Tahun 2006.
24 Tahuh 2004, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan PP Nomor 21
Tahun 2007, namun dengan lebih mempertimbangkan pasal 4 ayat (1) PP Nomor 58
tahun 2005 tentang pengelolan Keuangan Daerah, keuangan daerah dikelola secara
tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan,
dan bertanggungjawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, dan manfaat
untuk masyarakat, serta dalam upaya penghematan anggaran yang bersumber dari
APBD. Pemerintah Daerah saat ini lebih membutuhkan selembar surat dari Kemendagri
untuk memberi penjelasan secara komprehensif atas penetapan tingkat perjalanan
dinas pimpinan dan anggota DPRD, daripada penjelasan secara lisan yang disampaikan
oleh pejabat di lingkup Kemendagri yang dikemudian hari tidak dapat dijadikan sebagai
dasar hukum pada saat pemeriksaan (internal/eksternal).
PERJALANAN DINAS: SATUAN HARGA/BIAYA DAN 30% BIAYA PENGINAPAN
(BAGIAN 1)
Sesuai amanat Permendagri Nomor 37 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan
APBDTahun Anggaran 2015, Kaidah-kaidah pengelolaan keuangan daerah dalam hal
penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan dan pelaporan atas belanja perjalanan
dinas agar mempedomani besaran satuan biaya yang berlaku dalam APBN sebagaimana
diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 53/PMK.02/2014 tentang Standar
Biaya Masukan Tahun Anggaran 2015, dan pertanggungjawabannya berpedoman pada
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 113/PMK.05/2012 tentang Perjalanan Dinas Dalam
Negeri bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai Tidak Tetap jo. Peraturan
Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-22/PB/2013 tentang Ketentuan Lebih
Lanjut Pelaksanaan Perjalanan Dinas Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pegawai
Negeri, dan Pegawai Tidak Tetap.
Adapun komponen satuan harga/biaya perjalanan dinas, sebagaimana yang diatur
dalam pasal 8 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 113/PMK.05/2012 tentang
Perjalanan Dinas Dalam Negeri bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai Tidak
Tetap jo. Pasal 9, pasal 10, pasal 11, pasal 12, dan pasal 13 Peraturan Direktur Jenderal
Perbendaharaan Nomor PER-22/PB/2013 tentang Ketentuan Lebih Lanjut Pelaksanaan
Perjalanan Dinas Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai
Tidak Tetap, terdiri atas komponen: (1). uang harian, yang terdiri atas uang makan,
uang transportasi lokal, dan uang saku); (2) biaya transportasi, yaitu a. tiket
pesawat/kereta api/kapal laut/bus/mobil termasuk biaya transportasi dari ke
yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 53/PMK.02/2014; (b) Biaya
penginapan sebesar 30% (tiga puluh persen) dibayarkan secara lumpsum.
Pasal 13 Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-22/PB/2013 tentang
Ketentuan Lebih Lanjut Pelaksanaan Perjalanan Dinas Dalam Negeri Bagi Pejabat
Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai Tidak Tetap, telah mengatur: (1). biaya
penginapan merupakan biaya yang diperlukan untuk menginap di hotel atau di tempat
menginap lainnya; (2). Pelaksana SPD yang tidak menggunakan biaya penginapan
(hotel atau di tempat menginap lainnya) diberikan biaya penginapan sebesar 30% (tiga
puluh persen) dari tarif hotel di Kota Tempat Tujuan sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan mengenai Standar Biaya, dengan ketentuan: a. tidak
terdapat hotel atau tempat menginap lainnya, sehingga Pelaksana SPD menginap di
tempat menginap yang tidak menyediakan kuitansi/bukti biaya penginapan; atau b.
terdapat hotel atau tempat menginap lainnya, namun Pelaksana SPD (surat perjalanan
dinas) tidak menginap di hotel atau tempat menginap lainnya tersebut.
PERJALANAN DINAS DAN PENGATURANNYA DALAM PRODUK HUKUM DAERAH
Dua aspek di dalam penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan dan pelaporan atas
belanja perjalanan dinasyaitu: (1) aspek pertanggungjawaban pelaksanaan perjalanan
dinas; dan (2) aspek standar satuan harga perjalanan dinas atau biaya perjalanan
dinas.
Sebagaimana amanat dari Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2014
tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2015, satuan harga/biaya
perjalanan dinas ditetapkan oleh Kepala Daerah dengan Keputusan Kepala Daerah
(Keputusan Gubernur/Walikota/Bupati). Artinya, aspek standar satuan harga perjalanan
dinas atau biaya perjalanan dinas ditetapkan dengan produk hukum daerah dalam
bentuk penetapan (beschikking) atau Keputusan Kepala Daerah (Keputusan
Gubernur/Walikota/Bupati) dengan nomenklatur kurang lebih Keputusan
Gubernur/Walikota/Bupati tentang Standar Satuan Harga atau Biaya Perjalanan Dinas
Tahun Anggaran 2015, sedangkan untuk aspek pertanggungjawaban pelaksanaan
perjalanan dinas ditetapkan dengan produk hukum daerah dalam bentuk pengaturan
(regeling) Peraturan Kepala Daerah (Peraturan Gubernur/Walikota/Bupati) dengan
nomenklatur kurang lebih Peraturan Gubernur/Walikota/Bupati tentang Pedoman
Pelaksanaan Perjalanan Dinas Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai Tidak
Tetap.
Bentuk produk hukum daerah, Peraturan Kepala Daerah (Peraturan
Gubernur/Walikota/Bupati) dengan nomenklatur kurang lebih Peraturan
Gubernur/Walikota/Bupati tentang Pedoman Pelaksanaan Perjalanan Dinas Bagi Pejabat
Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai Tidak Tetap, dan Keputusan Kepala Daerah
(Keputusan Gubernur/Walikota/Bupati) dengan nomeklatur kurang lebih Keputusan
Gubernur/Walikota/Bupati tentang Standar Satuan Harga atau Biaya Perjalanan Dinas
Tahun Anggaran 2015, sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 1
Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah.
Di dalam pembentukannya, aspek pertanggungjawaban pelaksanaan perjalanan dinas
berpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 113/PMK.05/2012 tentang
Perjalanan Dinas Dalam Negeri bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai Tidak
Tetap, dan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-22/PB/2013
tentang Ketentuan Lebih Lanjut Pelaksanaan Perjalanan Dinas Dalam Negeri Bagi
Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai Tidak Tetap. Mengapa Peraturan Direktur
Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-22/PB/2013 tentang Ketentuan Lebih Lanjut
Pelakasanaan Perjalanan Dinas Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan
Pegawai Tidak Tetap menjadi pedoman dalam pembentukan Peraturan
Gubernur/Walikota/Bupati tentang Pedoman Pelaksanaan Perjalanan Dinas Bagi Pejabat
Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai Tidak Tetap? Hal ini merupakan amanat dari Pasal
39 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 113/PMK.05/2012 tentang Perjalanan Dinas
Dalam Negeri bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai Tidak Tetap,
Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan dalam pelaksanaan Peraturan Menteri ini
ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan. Demikian pula di dalam
pembentukannya aspek standar satuan harga perjalanan dinas atau biaya perjalanan
dinas berpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 53/PMK.02/2014 tentang
Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2015.
Tentunya, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 113/PMK.05/2012 tentang Perjalanan
Dinas Dalam Negeri bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai Tidak Tetap, dan
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-22/PB/2013 tentang Ketentuan
Lebih Lanjut Pelaksanaan Perjalanan Dinas Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pegawai
Negeri, dan Pegawai Tidak Tetap, serta Peraturan Menteri Keuangan Nomor
yang tidak menyediakan kuitansi/bukti biaya penginapan; atau b. terdapat hotel atau
tempat menginap lainnya, namun pelaksana SPD tidak menginap di hotel atau tempat
menginap lainnya tersebut; (3) biaya penginapan sebesar 30% (tiga puluh persen)
tidak diberikan untuk: a. perjalanan dinas dalam Kota lebih dari 8 (delapan) jam yang
dilaksanakan pergi dan pulang dalam hari yang sama; b. perjalanan dinas untuk
mengikuti rapat, seminar, dan sejenisnya yang dilaksanakan dengan paket meeting
fullboard; c. perjalanan dinas untuk mengikuti diklat; (4) bagi pelaksana SPD yang
melakukan perjalanan dinas untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan diberikan biaya
penginapan 1 (satu) hari pada saat kedatangan dan 1 (satu) hari pada saat
kepulangan; (5) biaya penginapan selama mengikuti diklat dapat diberikan kepada
pelaksana SPD yang melakukan perjalanan dinas untuk mengikuti diklat dalam hal tidak
disediakan penginapan; (6) biaya penginapan diberikan sesuai bukti riil.
Dari ketentuan dan penjelasan sebagaimana yang diatur di dalam Permendagri Nomor
37 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2015, Pasal 8 ayat
(4) dan ayat (5) PMK Nomor 113/PMK.05/2012, serta Pasal 13 Perdirjenben Nomor
PER-22/PB/2013, dipahami bahwa biaya penginapan sebesar 30% (tiga puluh persen)
dari tarif hotel di Kota tempat tujuan, diberikan dan tidak diberikan dalam hal: (1) tidak
terdapat hotel atau tempat menginap lainnya, sehingga pelaksana SPD menginap di
tempat menginap yang tidak menyediakan kuitansi/bukti biaya penginapan; atau (2)
terdapat hotel atau tempat menginap lainnya, namun pelaksana SPD tidak menginap di
hotel atau tempat menginap lainnya tersebut; (3) biaya penginapan sebesar 30% (tiga
puluh persen) tidak diberikan untuk: a. perjalanan dinas dalam kota lebih dari 8
(delapan) jam yang dilaksanakan pergi dan pulang dalam hari yang sama; b.
perjalanan dinas untuk mengikuti rapat, seminar, dan sejenisnya yang dilaksanakan
dengan paket meeting fullboard; c. perjalanan dinas untuk mengikuti diklat.
Dari ketentuan dan penjelasan tersebut di atas, maka disimpulkan bahwa jika
pelaksana SPD adalah pejabat Negara (Kepala Daerah)/PNS eselon I (tingkat A)
melaksanakan perjalanan dinas ke kota tempat tujuan Jakarta, maka hak yang
bersangkutan untuk satuan biaya/harga penginapan sebesar Rp. 8.720.000/hari.
dengan ketentuan: (a). jika pelaksana SPD menggunakan hotel/penginapan dengan
pembayaran berdasarkan bill sebesar Rp. 1.200.000, dan bill hotel diajukan sebagai
bagian/bukti dari pertanggungjawaban, maka pelaksana SPD, tidak mendapatkan
selisih dari biaya penginapan sebesar 30%; (b). jika pelaksana SPD menggunakan
hotel/penginapan dengan pembayaran berdasarkan billsebesar Rp. 1.200.000,
dan bill hotel tersebut tidak diajukan sebagai bagian/bukti dari pertanggungjawaban,
maka pelaksana SPD berhak mendapatkan biaya penginapan sebesar 30% (30%
dikalikan dengan besarnya satuan biaya/harga di kota tempat tujuan vide satuan biaya
penginapan PMK Nomor 53/PMK.02/2014, contoh Jakarta sebesar 30% x Rp. 8.720.000
= Rp. 2.616.000/hari). Dari Rp. 2.616.000 dikurangi Rp. 1.200.000, maka selisih
pendapatan/penderitaan yang didapat oleh pelaksana SPD sebesar Rp. 1.416.000/hari.
Adapun persyaratan yang dilakukan adalah pelaksana SPD mengisi/menandatangani
Daftar Penggunaan Riil sebagaimana format yang menjadi lampiran dari PMK Nomor
113/PMK.05/2012. (c) jika pelaksana SPD tidak menggunakan hotel/penginapan di kota
tempat tujuan Jakarta atau menginap di hotel family atau sebutan lainnya, maka
pelaksana SPD berhak mendapatkan biaya penginapan sebesar 30% (30% dikalikan
dengan besarnya satuan biaya/harga di kota tempat tujuan vide satuan biaya
penginapan PMK Nomor 53/PMK.02/2014, contoh Jakarta sebesar 30% x Rp. 8.720.000
= Rp. 2.616.000). Biaya penginapan 30% sebesar Rp. 2.616.000/hari itulah selisih
pendapatan/penderitaan yang diperoleh pelaksana SPD. Adapun persyaratan yang
dilakukan adalah pelaksana SPD mengisi dan menandatangani Daftar Penggunaan Riil
sebagaimana format yang menjadi lampiran dari PMK Nomor 113/PMK.05/2012.
Selisih pendapatan/penderitaan yang diperoleh oleh pelaksana SPD sebesar 30% dari
nilaibiaya penginapan pada kota/tempat tujuan adalah sah dan dijamin oleh peraturan
perundang-undangan yang mengaturnya.
Selesai
Mei pagi dilanjutkan pemateri s.d pukul 12.00 WIB full sampai penutupan sekaligus
checkout, dan sorenya kembali pulang ke semarang. pertanyaannya:
1. Apakah saya hanya berhak mendapatkan Uang Harian Fullboard (Rp.180.000 x 2
hari) apa Uang harian biasa (Rp. 530.000 x 2 hari). dan pengganti uang transpot
et cost.
2. Apakah uang taxi hanya diberikan 1 x dan bukan 4 x : dari tempat tinggal ke
Bandara Kota asal dan dari Bandara kota tujuan ke Tempat Pertemuan untuk
pergi dan pulang? Terima kasih atas jawaban yang sangat membantu kami pak.
Jawaban :
1. Sesuai PMK 113/PMK.05/2012, peserta dari luar kota yang mengikuti
rapat di luar kantor penyelenggara mendapatkan uang saku paket
fullboard dan uang transpor
2. 2. Biaya taksi perjalanan dinas diberikan dari tempat kedudukan ke
bandara keberangkatan (pp) dan dari bandara kedatangan menuju
tempat tujuan (pp)
terdapat kegiatan dengan kode 1815, 1816 dan 1817. pertanyaan saya, bolehkan
saya (non pns/ staf pengelola keuangan) melakukan perjalanan dinas dan
dibayarkan dengan kegiatan 1815 dan 1816, misalnya dalam rangka monev. Terima
kasih
Jawaban :
Sesuai PMK 113/PMK.05/2012 tentang Perjalanan Dinas Dalam Negeri
pada pasal 38 ayat (1) Pejabat Penerbit Surat Tugas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) dapat memerintahkan pihak lain di luar
pejabat negara/Pegawai Negeri/Pegawai Tidak tetap untuk melakukan
perjalanan Dinas. Pada ayat (2) Pihak lain tersebut melakukan perjalanan
dinas untuk kepentingan negara dan digolongkan dalam tingkat
sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (1). Pada ayat (3) diatur
penggolongan terhadap Pihak Lain tersebut ditentukan oleh PPK dengan
mempertimbangkan tingkat kependidikan/kepatutan/tugas yang
bersangkutan. Berdasarkan pasal tersebut, sesorang yang bukan PNS
termasuk pihak lain, sepanjang ditunjuk oleh PPK untuk melaksanakan
perjalanan dinas untuk kepentingan negara melakukan tugas tertentu
yang tentunya didasarkan atas surat tugas dari pejabat yang berwenang.
Penginapan Untuk Rombongan
Pertanyaan :
Yth. Tim Helpdesk, bagaimana cara perlakuan untuk biaya penginapan, apabila
kami akan melaksanakan tugas secara bersama-sama dengan peserta dari eselon III
sampai dengan Staf Golongan II, yang terdiri dari 7 laki-laki dan 5 perempuan.
Apakah dapat dilaksanakan menginap dalam satu hotel yang sama dengan kamar
masing-masing sesuai dengan Golongan ?
Jawaban :
Biaya Perjalanan Dinas Jabatan sesuai Pasal 10 ayat 1 PMK Nomor
113/PMK.05/2012 digolongkan dalam 3 (tiga) tingkat, yaitu:
a.Tingkat A untuk Ketua/Wakil Ketua dan Anggota pada Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, Badan Pemeriksa Keuangan, Mahkamah Agung, Mahkamah
Konstitusi, dan Menteri, Wakil Menteri, Pejabat setingkat Menteri,
Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati, Wakil Bupati, Walikota, Wakil Walikota,
Ketua/Wakil Ketua/ Anggota Komisi, Pejabat Eselon I, serta Pejabat lainnya
yang setara;
b.Tingkat B untuk Pejabat Negara Lainnya, Pejabat Eselon II, dan Pejabat
Lainnya yang setara; dan
c.Tingkat C untuk Pejabat Eselon III/PNS Golongan IV, Pejabat Eselon
IV/PNS Golongan III, PNS Golongan II dan I.
Selanjutnya sesuai Pasal 10 ayat (5) huruf c, biaya penginapan dibayarkan
berdasarkan tingkat biaya perjalanan dinas sebagaimana dimaksud ayat
(1) dan sesuai dengan biaya riil dan berpedoman pada PMK mengenai
standar biaya.
beberapa undangan dari instansi lain yang harus dibiayai sendiri dari kami. Dan
perjalanan tersebut semuianya ke luar daerah dengan komponen, transport, tiket
pesawat, hotel, dan uang harian. Atas bantuannya kami ucapkan terima kasih.
Jawaban :
Akun 524119 (Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota) penjelasannya
yaitu Pengeluaran untuk perjalanan dinas dalam rangka kegiatan rapat, seminar,
dan sejenisnya yang dilaksanakan di luar kota satker penyelenggara dan dibiayai
seluruhnya oleh satker penyelenggara, serta yang dilaksanakan di luar kota satker
peserta dengan biaya perjalanan dinas yang ditanggung oleh satker peserta.
Dari uraian di atas apabila pimpinan dalam pelaksanaan perjalanan dinas dalam
rangka meeting dan sejenisnya yang biaya ditanggung oleh satker peserta maka
dapat dibebankan pada akun 524119. Namun demikian, apabila perjalanan dinas
tersebut dalam rangka tugas pokok dan fungsi maka tidak boleh menggunakan
dana pada akun 524119.
Assalamualaikum wr. wb. Unit kerja kami mengadakan kegiatan di luar kota dan
guna menunjang kegiatan tersebut, kami menyewa bus untuk transportasi panitia
dan peserta. Apakah kami wajib memungut pajak dari biaya sewa kendaraan/bus
tersebut meskipun domisili perusahaan bus tersebut di luar Prov. DKI Jakarta? Kalau
wajib dipungut pajak, maka pajak apa saja yang dipungut. Terima kasih atas
bantuannya
Jawaban :
Sesuai dengan PMK No. 113/PMK.05/2012 Pasal 8 ayat (7), sewa
kendaraan dalam Kota dapat diberikan kepada Pejabat Negara untuk
keperluan pelaksanaan tugas di Tempat Tujuan. Untuk selain Pejabat
Negara, apabila dalam pelaksanaan perjalanan dinas menggunakan sewa
kendaraan untuk keperluan transportasi dari tempat kedudukan sampai
tujuan dan/atau transportasi lokal di tempat tujuan, sewa kendaraan
tersebut dibiayai dari komponen biaya perjalanan dinas yaitu biaya
transpor dan uang transpor lokal yang merupakan bagian dari uang
harian. Sewa kendaraan tersebut tidak dipertanggungjawabkan sebagai
sewa kendaraan dinas, namun sebagai biaya transpor dan dicantumkan
dalam daftar pengeluaran rill tanpa melampirkan bukti pengeluaran. PPK
melakukan penilaian kewajaran sebelum dibayarkan kepada Pelaksana
SPD. Kewajiban pajak bagi penyedia jasa sewa kendaraan mengikuti
ketentuan mengenai perpajakan.
Jawaban :
Sesuai dengan PMK No. 113/PMK.05/2012 tentang Perjalanan Dinas Dalam
Negeri bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri dan Pegawai Tidak Tetap, jika
PNS yang bersangkutan mendapatkan surat tugas dan merupakan
pelaksana SPD maka PNS tersebut berhak mendapatkan komponen biaya
perjalanan dinas sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Jawaban :
Berdasarkan PMK No. 72/PMK.02/2013 hal Standar Biaya Umum TA 2014
penjelasaan no. 1 tentang Satuan Biaya Uang Transpor Kegiatan dalam
Kabupaten/Kota yang menyatakan uang transpor dapat diberikan kepada
pegawai negeri atau non pegawai negeri yang melakukan kegiatan
/pekerjaan di luar kantor yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas
kantor/instansi yang bersifat insidentil dengan ketentuan masih dalam
batas wilayah suatu kabupaten/kota. Selanjutnya berdasarkan PMK No.
113/PMK.05/2012 pasal 4 dan Perdirjen No. 22/PB/2013 dalam pasal 11
menjelaskan bahwa biaya transpor diberikan untuk kegiatan perjalanan
dinas jabatan dalam kota sampai dengan 8 jam, dalam kota lebih dari 8
jam, dan kegiatan melewati batas kota. Peraturan tersebut tidak
mengatur tentang jarak dalam satu kota/kabupaten melainkan hanya
mengatur waktu kegiatan perjalanan dinas jabatan dan melewati batas
kota. Oleh karena itu, kegiatan perjalanan tersebut dalam satu kabupaten
meskipun jaraknya 200 km, maka masih menggunakan MAK 524113
(Belanja
Perjalanan Dinas Dalam Kota) sesuai dengan Surat Dirjen
Perbendaharaan No. S-4599/PB/2013 hal Penjelasan Lebih Lanjut
Penggunaan Akun Perjanlanan Dinas berdasarkan Surat Menkeu No. S2056/MK.05/2013.
Pelaksana SPD dimaksud memerlukan waktu 1 (satu) hari untuk tiba ke tempat
tujuan dan 1 (satu) hari untuk kembali ke tempat kedudukan semula. Dalam hal ini
kepada Pelaksana SPD dimaksud dibayarkan uang harian untuk tanggal 6 dan
tanggal 10, yang dibebankan pada DIPA satuan kerja penyelenggara. Selama rapat
koordinasi (tanggal 7, 8, dan 9) diberikan uang harian sebesar uang saku paket
fullboard.
Untuk itu agar tercapai efisiensi belanja negara, penerbit Surat Tugas harus
memperhitungkan apakah keberangkatan 1 (satu) hari sebelum dan/atau 1 (satu)
hari sesudah pelaksanaan rapat koordinasi tersebut dapat dipertanggungjawabkan.