Вы находитесь на странице: 1из 16

Pemeriksaan Forensik pada Kasus Pembunuhan Anak Sendiri

Ivan Laurentius S
102011265 / A1
Mahasiswa FK UKRIDA Semester 7
FK UKRIDA 2011
Jalan Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510
E-mail: archgear@gmail.com
Pendahuluan
Yang dimaksud dengan pembunuhan anak sendiri menurut undang-undang
diIndonesia adalah pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya pada ketika
dilahirkan atau tidak berapa lama setelah dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa ia
melahirkan anak
Berdasarkan KUHP maka yang dapat dikenakan hukuman karena melakukan
pembunuhan anak adalah ibu dari anak itu sendiri, demikian pula dengan tindak pidana yang
dimaksudkan dalam pasal 308 dan pasal 306 ayat 2.1
Dokter harus memberikan kejelasan pada penyidik di dalam hal apakah anak yang
dilahirkan itu cukup bulan dalam kandungan dan bukan anak yang dilahirkan sebelum
waktunya, apakah anak yang dilahirkan itu dapat hidup tanpa memerlukan perawatan yang
khusus.
Aspek Hukum

Pasal 341 KUHP


Seorang ibu yang dengan sengaja menghilangkan jiwa anaknya pada ketika dilahirkan

atau tidak berapa lama sesudah dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa ia sudah melahirkan
anak, dihukum, karena makar mati terhadap anak, dengan hukuman penjara selama-lamanya
7 tahun.

Pasal 342 KUHP


Seorang ibu yang dengan sengaja akan menjalankan keputusan yang diambilnya sebab

takut ketahuan bahwa ia tidak lama lagi akan melahirkan anak, menghilangkan jiwa anaknya
itu pada ketika dilahirkan atau tidak lama kemudian daripada itu, dihukum karena
pembunuhan anak yang direncanakan dengan hukuman penjara selama-lamanya 9 tahun.
1

Pasal 343 KUHP


Bagi orang lain yang turut campur dalam kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341

dan 342 dianggap kejahatan itu sebagai makat mati atau pembunuhan.

Pasal 181 KUHP


Barang siapa mengubur, menyembunyikan, mengangkut, atau menghilangkan mayat

dengan maksud hendak menyembunyikan kematian atau kelahiran orang itu, dihukum
penjara selama-lamanya 9 bulan atau denda sebanyak-banyaknya 4500 rupiah.

Pasal 304 KUHP


Barang siapa dengan sengaja menyebabkan atau membiarkan orang dalam

kesengsaraan, sedang ia wajib memberi kehidupan perawatan atau pemeliharaan pada orang
itu karena hukum yang berlaku atasnya atau karena menurut perjanjian, dihukum penjara
selama 2 tahun 8 bulan atau denda sebanyak-banyaknya empat ribu lima ratus rupiah.

Pasal 305 KUHP


Barang siapa menaruhkan anak yang dibawah umur 7 tahun di suatu tempat supaya

dipungut oleh orang lain, atau dengan maksud akan terbebas dari pada pemeliharaan anak itu,
meninggalkannya, dihukum penjara sebanyak-banyaknya 5 tahun 6 bulan.

Pasal 306 KUHP


Kalau salah satu perbuatan yang diterangkan dalam pasal 304 dan 305 itu

menyebabkan luka berat, maka di tersalah dihukum penjara selama-lamanya 7 tahun 6 bulan
Kalau salah satu perbuatan ini menyebabkan orang lain mati, si tersalah itu dihukum penjara
selama-lamanya 9 tahun.

Pasal 307 KUHP


Kalau si tersalah karena kejahatan yang diterangkan dalam pasal 305 adalah bapak

atau ibu dari anak itu, maka baginya hukuman yang ditentukan dalam pasal 305 dan 306
dapat ditambah dengan sepertiganya

Pasal 308 KUHP


2

Kalau ibu menaruh anaknya di suatu tempat supaya dipungut oleh orang lain tidak
lama sesudah anak itu dilahirkan oleh karena takut akan diketahui orang ia melahirkan anak
atau dengan maksud akan terbebas dari pemeliharaan anak itu, meninggalkannya, maka
hukuman maksimum yang tersebut dalam pasal 305 dan 306 dikurangi seperduanya.3
Prosedur Medikolegal
Kewajiban dokter dalam membantu peradilan tercantum dalam Pasal 133 KUHAP3:
(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik
luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak
pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter atau ahli lainnya.
(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
(3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehamikan atau dokter pada rumah sakit
harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut
dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang
diletakkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.3
Pemeriksaan Forensik Pada Bayi
Untuk memenuhi kriteria pembunuhan anak sendiri, dengan sendirinya bayi atau
anak tersebut harus dilahirkan hidup setelah seluruh tubuhnya keluar dari tubuh ibu
(separate existence). Bila bayi lahir mati kemudian dilakukan tindakan membunuh, maka
hal ini bukanlah pembunuhan anak sendiri ataupun pembunuhan. Juga tidak dipersoalkan
apakah bayi yang dilahirkan merupakan bayi yang cukup bulan atau belum cukup bulan,
maupun viable atau nonviable.1
Dokter memeriksa mayat bayi, bila diminta bantuannya oleh penyidik, diharapkan
dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dibawah ini:
1.
2.
3.
4.

Apakah bayi tersebut dilahirkan mati atau hidup?


Berapakah umur bayi tersebut (intra dan ekstrauterin)?
Apakah bayi tersebut sudah dirawat?
Apakah sebab kematiannya?.1

Lahir Mati atau Lahir Hidup


3

Pada pemeriksaan mayat bayi baru lahir, harus dibedakan apakah ia lahir mati atau
lahir hidup. Bila bayi lahir mati maka kasus tersebut bukan merupakan kasus pembunuhan
atau penelantaran anak hingga menimbulkan kematian. Pada kasus seperti ini, si ibu hanya
dapat dikenakan tuntutan menyembunyikan kelahiran dan kematian orang.1

Lahir mati adalah kematian hasil konsepsi sebelum keluar atau dikeluarkan dari
ibunya tanpa mempersoalkan usia kehamilan (baik sebelum ataupun setelah
kehamilan berumur 28 minggu dalam kandungan). Kematian ditandai oleh janin yang
tidak bernafas atau tidak menunjukkan tanda kehidupan lain, seperti denyut jantung,
denyut nadi, denyut nadi tali pusat atau gerakan otot rangka.

Lahir hidup adalah keluar atau dikeluarkannya hasil konsepsi yang lengkap,
yang setelah pemisahan, bernafas atau menunjukkan tanda kehidupan lain, tanpa
mempersoalkan usia gestasi, sudah atau belumnya tali pusat dipotong dan uri
dilahirkan. Pada pemeriksaan ditemukan dada sudah mengembang dan diafragma
sudah turun sampai sela iga 4-5, terutama pada bayi yang telah lama hidup

.
Autopsi pada mayat bayi baru lahir
Pada pemeriksaan mayat bayi yang baru dilahirkan, perlu pertama-tama ditentukan
apakah bayi lahir hidup atau lahir mati. Seorang bayi dinyatakan lahir hidup apabila
pada

pemeriksaan mayatnya dapat dibuktikan bahwa bayi telah bernafas. Bayi yang telah

bernafas akan memberikan ciri di bawah ini:


1. Rongga dada yang telah mengembang
Pada pemeriksaan didapati diafragma yang letaknya rendah, setinggi iga ke 5 atau 6.
2. Paru telah mengembang
Pada bayi yang belum bernafas, kedua paru masih menguncup dan terletak tinggi
dalam rongga dada. Pada bayi yang telah bernafas, paru tampak mengembang dan telah
mengisi sebagian besar rongga dada. Pada permukaan paru dapat ditemukan
gambaran mozaic dan gambaran marmer.
3. Uji apung paru memberikan hasil positif
Uji apung paru dilakukan untuk membuktikan telah terdapat udara dalam alveoli paru.
Setelah alat leher diangkat, lakukanlah pengikatan setinggi trachea. Hindari sebanyak
mungkin manipulasi terhadap jaringan paru. Alat rongga dada kemudian dikeluarkan
seluruhnya untuk selanjutnya dimasukkan ke dalam air. Perhatikan apakah kedua paru
terapung. Pemeriksaan kemudian dilanjutkan dengan mengapungkan paru kanan dan
kiri secara tersendiri. Lakukanlah pemisahkan lobus paru, apungkan kembali dalam air.
Selanjutnya buatlah 5 potongan kecil (5mm x 10mm x 10mm) dari masing-masing
4

lobus dan apungkan kembali. Pada paru yang telah mengalami pembusukan, potongan
kecil dari paru dapat mengapung sekalipun paru tersebut belum pernah bernafas.
Mengapungnya potongan kecil paru yang telah mengalami pembusukan ini disebabkan
oleh pengumpulan gas pembusukan pada jaringan interstitial paru, yang dengan
menekan potongan paru yang bersangkutan antara 2 karton, gas pembusukan tersebut
dapat didesak keluar.
Potongan kecil paru yang telah bernafas, terapung karena adanya udara dalam
alveoli, yang dengan penekanan antara 2 karton tidak akan terdesak keluar. Uji apung
paru dinyatakan positif bila setelah dilakukan pemeriksaan pengapungan, potongan
paru yang telah ditekan antara dua karton sebagian terbesar masih tetap mengapung.
4. Pemeriksaan mikroskopik memberikan gambaran paru yang telah bernafas
Pada pemeriksaan mikroskopis akan tampak jaringan paru dengan alveoli yang telah
terbuka dengan dinding alveoli yang tipis. 1,4

Pemeriksaan luar
Kulit

Mulut
Tali pusat

Tanda
Sudah dibersihkan atau belum
Keadaan verniks kaseosa
Warna
Berkeriput atau tidak
Kehadiran benda asing
Sudah terputus atau masih melekat pada uri
Potongan rata atau tidak
Tanda sudah diberi antiseptic atau belum
Tanda-tanda kekerasan pada tali pusat
hematoma tau Wharton s Jelly berpindah

Kepala

tempat.
Apakah terdapat kaput suksedaneum atau

Tanda-tanda

molase tulang-tulang tengkorak.


Ada atau tidak tanda pembekapan di sekitar

mulut dan hidung.


Tanda memar pada mukosa bibir dan pipi.
Tanda pencekikan atau jerat pada leher
Memar atau lecet pada tengkuk
Apakah terdapat benda asing
Perhatikan palatum mole tedapat robekan atau

Tanda asfiksia

tidak
Tardieus Spot pada permukaan paru, jantung,

Tulang belakang

thymus dan epiglottis


Apakah terdapat kelainan kongenital dan tanda-

Kekerasan

Mulut

Kepala

tanda kekerasan.
Perhatikan apakah

subdural atau subaraknoid.


Perhatikan keadaan falks serebri dan tentorium

terdapat

perdarahan

cerebri.
Tabel 1. Pemeriksaan Luar Pada Bayi.1,4

Umur bayi Intra dan Ekstra Uterin


Penentuan umur janin/ embrio dalam kandungan rumus De Haas adalah untuk 5
bulan pertama, panjang kepala-tumit (cm) = kuadrat umur gestasi (bulan) dan selanjutnya
= umur gestasi (bulan) x 5. Perhatikan tabel 2.1
Umur
1 bulan
2 bulan
3 bulan
4 bulan
5 bulan
6 bulan
7 bulan
8 bulan
9 bulan

Panjang Badan (kepala-tumit)


1 x 1 = 1 (cm)
2 x 2 = 4 (cm)
3 x 3 = 9 (cm)
4 x 4 = 16 (cm)
5 x 5 = 25 (cm)
6 x 5 = 30 (cm)
7 x 5 = 35 (cm)
8 x 5 = 40 (cm)
9 x 5 = 45 (cm)

Tabel 2. Penentuan Umur Janin dengan Rumus De Haas

Perkiraan umur janin dapat pula dilakukan dengan melihat pusat penulangan
(ossification centers) lihat tabel 2.2

Pusat penulangan pada


Klavikula
Tulang panjang
Iskium
Pubis
Kalkaneum
Manubrium sterni
Talus
Sternum bawah
Distal femur
Proksimal tibia

Umur (bulan)
1,5
2
3
4
5-6
6
Akhir 7
Akhir 8
Akhir 9/ setelah lahir
Akhir 9/ setelah lahir

Kuboid

Akhir 9 / setelah lahir


(bayi wanita lebih

cepat)
Tabel 3. Perkiraan umur janin dengan melihat
proses penulangan
Penentuan sudah atau belum dirawat
1. Tali pusat
a. Telah terikat, diputuskan dengan gunting atau pisau lebih kurang 5cm dari pusat bayi
dan diberi obat antiseptik.
b. Pada kasus pembunuhan tali pusat terputus dekat perlekatannya pada uri atau pusat
bayi dengan ujung yang tidak rata.
2. Verniks Kaseosa (Lemak Bayi)
a. Pada yang telah dirawat, maka telah dibersihkan demikian pula bekas-bekas darah.
b. Pada bayi yang dibuang ke dalam air, verniks tidak akan hilang seluruhnya dan dapat
ditemukan di daerah lipatan kulit, ketiak, belakang telinga, lipat paha dan lipat leher.
3. Pakaian
Pada bayi yang telah dirawat bayi akan dipakaikan baju atau penutup seluruh tubuh pada
bayi.1,4

Penyebab dan Mekanisme Kematian


Sebab kematian tersering pada pembunuhan anak sendiri adalah asfiksi, atau dengan
pembekapan atau dengan mencekik bayi tersebut sehingga bayi mati lemas. Cara membunuh
yang paling jarang ditemukan adalah dengan benda tumpul atau tajam. Cara pembunuhan
ditentukan dengan ada atau tidaknya trauma pada bayi, dan dengan benda apakah bayi
tersebut dikenai trauma. Namun trauma akibat kekerasan ibu perlu dibedakan dengan trauma
karena persalinan, yang ditandai dengan:

Sefal hematom: Perdarahan setempat di antara periosteum dan permukaan luar tulang
atap tengkorak dan tidak melampaui sutura tulang tengkorak akibat molase yang

hebat.
kaput suksedaneum: Kaput suksedaneum dapat memberikan gambaran mengenai
lamanya persalinan. Makin lama persalinan berlangsung, timbul kaput suksadaneum

yang makin hebat.


fraktur tulang tengkorak: Patah tulang tengkorak jarang terjadi pada trauma lahir,
biasanya hanya berupa cekungan tulang saja pada tulang ubun-ubun.

perdarahan intra-kranial: yang sering terjadi adalah perdarahan subdural akibat


laserasi tentorium serebeli dan falks serebri; robekan vena galena di dekat
pertemuannya dengan sinus rektus; sobekan sinus sagitalis superior dan sinus

transversus dan robekan bridging veins dekat sinus sagitalis superior.


perdarahan subarachnoid: jarang terjado. Umumnya terjadi pada bayi-bayi premature

akibat belum sempurna berkembangnya jaringan-jaringan otak


perdarahan epidural, dan sebagianya: sangat jarang terjadi karena duramater melekat
erat pada tulang tengkorak bayi.
Jika sudah ditentukan empat aspek pada yang dapat ditemukan pada bayi, maka perlu

dibuat visum et repertum sebagai laporan hasil pemeriksaan yang akan diserahkan kepada
penyidik.
Pada kasus pembunuhan, harus diingat bahwa ibu berada dalam keadaan panik
sehingga ia akan melakukan tindakan kekerasan yang berlebihan walaupun sebenarnya bayi
tersebut berada dalam keadaan tidak berdaya dan lemah sekali. Cara tersering dilakukan
adalah menimbulkan asfiksia dengan jalan pembekapan, penyumbatan jalan napas. Kadangkadang bayi dimasukkan ke dalam lemari, koper dan sebagainya. Pembunuhan dengan
melakukan kekerasan tumpul pada kepala jarang dijumpai. Bila digunakan cara ini, biasanya
dilakukan dengan berulang-lang, meliputi daerah yang luas hingga menyebabkan patah atau
retak tulang tengkorak dan memar jaringan otak. Sebaliknya pada trauma lahir, biasanya
hanya dijumpai kelainan yang terbatas, jarang sekali ditemukan fraktur tengkorak dan memar
jaringan otak.3
Asfiksia
Asfiksia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran
udara pernapasan, mengakibatkan oksigen darah berkurang (hipoksia) disertai dengan
peningkatan karbon dioksida (hiperkapnea). Dengan demikian organ tubuh mengalami
kekurangan oksigen (hipoksia hipoksik) dan terjadi kematian. Secara etiologi, asfiksia dapat
disebabkan oleh penyebab alamiah seperti penyakit yang menyumbat saluran pernafasan,
trauma mekanik dan keracunan bahan/zat yang menimbulkan depresi pusat pernapasan.
Asfiksia mekanik adalah mati lemas yang terjadi bila udara pernafasan terhalang
memasuki saluran pernafasan oleh berbagai peristiwa yang bersifat mekanik, meliputi
penutupan lubang pernapasan bagian atas seperti contohnya pembekapan dan penyumbatan;
penekanan dinding saluran napas sperti penjeratan, pencekikan dan gantung; penekanan

dinding dada dari luar (asfiksia traumatik) serta pengisian air dalam saluran pernapasan pada
kasus tenggelam.

Mati akibat pembekapan


Ciri tanda kekerasan disekitar lubang hidung dan mulut, terutama pada bagian muka

yang menonjol. Tanda kekerasan sering berupa luka memar, atau luka lecet jenis tekan. Tanda
kekerasan terdapat pula pada permukaan belakang bibir akibat tertekannya bibir ke arah gigi
atau gusi pada pada saat terjadinya pembekapan. Terkadang dapat pula ditemukan tanda
kekerasan pada daerah belakang kepala atau tengkuk sebagai akibat tertekannya kepala ke
arah belakang.

Mati akibat penyumbatan


Pada pemeriksaan biasanya benda asing masih terdapat dalam rongga mulut. Bila

benda asing tersebut dikeluarkan, kadang dapat ditemukan sisa benda asing tersebut atau
tanda bekas penekanan benda asing pada dinding rongga mulut.

Mati akibat pencekikan


Pada korban pencekikan, kulit daerah leher menunjukkan tanda-tanda kekerasan

berupa luka memar dan luka lecet jenis tekan akibat ujung jari atau kuku tersangka. Pada
pembedahan ditemukan resapan darah bawah kulit daerah leher serta otot atau alat leher.
Tulang lidah kadang ditemukan patah unilateral.

Mati akibat penjeratan


Pada kasus penjeratan terkadang masih ditemukan jerat pada leher korban. Jerat

adalah barang bukti dan harus dilepaskan dari leher korban dengan cara menggunting secara
miring di tempat yang paling jauh dengan simpul. Pada kasus penjeratan, jerat biasanya
berjalan horisontal atau mendatar dan letaknya rendah. Jerat ini meninggalkan jejas berupa
luka lecet jenis tekan dan pencekungan kulit korban. Pada umumnya dikatakan simpul mati
ditemukan pada kasus pembunuhan, sedangkan simpul hidup diemukan pada kasus bunuh
diri. Namun perkecualian dapat selalu terjadi.

Kelainan yang umum ditemukan pada korban mati akibat asfiksia dalam pembedahan
jenazah :
1. Darah lebih gelap dan lebih encer karena fibrinolisin darah yang meningkat pasca
mati
2. Busa halus di dalam saluran pernapasan karena akibat peningkatan aktifitas
pernapasan yang disertai sekresi selaput lendir saluran napas bagian atas. Keluar
9

masuk udara yang cepat dalam saluran udara yang sempit akan menimbulkan busa
yang terkadang bercampur darah akibat pecahnya kapiler.
3. Perbendungan sirkulasi pada seluruh organ dalam tubuh sehingga menjadi lebih
berat berwarna lebih gelap dan pada pengirisan banyak mengeluarkan darah
4. Petekie dapat ditemukan pada mukosa usus halus, epicardium pada bagian
belakang jantung (auriculo ventricular), sub pleura viseralis paru terutama di lobus
bawah pars diafragmatica dan fisura interlobaris, kulit kepala sebelah dalam
terutama daerah otot temporal, mukosa epiglottis dan daerah sub glottis.
5. Edema paru
6. Kelainan-kelainan yang berhubungan dengan kekerasan.2,5
Pemeriksaan Terhadap Perempuan yang Dicurigai
Pemeriksaan dilakukan menyeluruh melalui pemeriksaan luar dan dalam (autopsi).
Pemeriksaan ditujukan untuk:

Menentukan perempuan tersebut dalam keadaan hamil atau tidak. Untuk ini diperiksa:
o Payudara secara makroskpis maupun mikroskopis.
o Ovarium, mencari adanya corpus luteum persisten secara mikroskopik.
o Uterus, lihat besarnya uterus, kemungkinan sisa janin dan secara mikroskopik
adanya sel-sel trofoblast dan sel-sel deciduas.
Adanya bekas-bekas kehamilan
Adanya garis-garis pada perut bekas peregangan kehamilan (striae gravidarum)
Dinding perut kendur
Rahim dapat diraba di atas symphisis (tulang di dekat alat kencing)
Payudara besar
Adanya bekas persalinan
Adanya robekan pada perineum (daerah panggul)
Keluaran cairan di pintu lahir
Pemeriksaan tes kehamilan masih bisa dilakukan beberapa hari sesudah bayi

dikeluarkan dari kandungan, dijumpai adanya colostrum pada peremasan payudara, nyeri
tekan di daerah perut, kongesti pada labia mayora, labia minora dan serviks. Tanda-tanda
tersebut biasanya tidak mudah dijumpai karena kehamilan masih muda. Bila segera sesudah
melahirkan mungkin masih didapati sisa plasenta yang pemastiannya perlu pemeriksaan
secara histopatologi (patologi anatomi), luka, peradangan, bahan-bahan yang tidak lazim
dalam liang senggama, sisa bahan abortivum.1,5
Pemeriksaan Hubungan Antara Ibu dan Bayi

10

Sejak ditemukannya penerapan teknologi DNA dalam bidang kedokteran forensik,


pemakaian analisis DNA untuk penyelesaian kasus-kasus forensik juga semakin meningkat.
Penerimaan bukti DNA dalam persidangan di berbagai belahan dunia semakin memperkokoh
peranan analisis DNA dalam sistem peradilan.
Secara umum teknologi DNA dimanfaatkan untuk identifikasi personal, pelacakan
hubungan genetik (disputed parentage atau kasus ragu orang tua) dan pelacakan sumber
bahan biologis.
Kasus paternitas sesungguhnya merupakan sebagian saja dari kasus sengketa sal-usul.
Sengketa asal usul berdasarkan objek sengketanya dapat digolongkan menjadi beberapa jenis
kasus, yaitu:
1.

kasus ragu orangtua; yaitu kasus yang mencari pembuktian siapa orangtua (ayah
dan ibu) dari seorang anak. Yang termasuk dalam kategori ini adalah kasus imigrasi,
kasus pencarian orang tua pada kasus penculikan, bayi tertukar, kasus terpisahnya
keluarga pada masa perang atau bencana dan kasus identifikasi korban tidak dikenal.

2.

Kasus ragu ayah; yaitu kasus yang mencari pembuktian siapa ayah kandung dari
seorang anak. Yang termasuk dalam kategori ini adalah kasus imigrasi, kasus klaim
keayahan oleh seorang wanita, kasus perselingkuhan dan kasus incest.

3.

Kasus ragu ibu; kasus yang mencari pembuktian siapa ibu kandung dari seorang
anak. Yang termasuk dalam kategori ini dalah kasus bayi tertukar, kasus pembunuhan
anak sendiri, dan kasus aborsi.

4.

Kasus ragu kerabat; yaitu kasus yang mencari pembuktian apakah dua orang atau
lebih punya hubungan darah (kekerabatan) tertentu. Yang termasuk dalam kategori ini
adalah pelacakan silsilah keluarga, kasus pencarian keluarga setelah bencana alam.
Polimorfisme adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan adanya suatu bentuk
yang berbeda dari suatu struktur dasara yang sama. Jika terdapat variasi/ modifikasi pada
suatu lokus yang spesifik (pada DNA) dalam suatu populasi, maka lokus tersebut dikatakan
bersifat polimorfik. Sifar polimorfik ini di samping menunjukkan variasi individu, juga
memberikan keuntungan karena dapat digunakan untuk membedakan satu orang dari yang
lain.
Dikenal polimorfisme protein dan polimorfisme DNA. Polimorfisme protein antara
lain ialah sistem golongan darah, golongan darah protein serum, sistem golongan enzim
eritrosit dan sistem HLA

11

Dibandingkan dengan pemeriksaan polimorfisme protein, pemeriksaan polimorfisme


DNA menunjukkan beberapa kelebihan. Pertama, polimorfisme DNA menunjukkan tingka
polimorfisme yang jauh lebih tinggi, sehingga tidak diperlukan pemeriksaan terhadap banyak
sistem. Kedua, DNA jauh lebih stabil dibandingkan protein, membuat pemeriksaan DNA
masih dimungkinkan pada bahan yang sudah membusuk, mengalami mumifikasi atau bahkan
pada jenazah yang tinggal kerangka saja. Ketiga, distribusi DNA sangat luas, meliputi seluruh
sel tubuh sehingga berbagai bahan mungkin untuk digunakan sebagai bahan pemeriksaan.
Keempat, dengan ditemukannya metode PCR, bahan DNA yang kurang segar dan sedikit
jumlahnya masih mungkin untuk dianalisis.1,2
Interpretasi Umum
Pada kasus ditemukan sesosok mayat bayi lahir ditemukan di suatu tempat sampah.
Masyarakat melaporkannya kepada polisi. Mereka juga melaporkan bahwa semalam melihat
seorang perempuan yang menghentikan mobilnya didekat sampah tersebut dan berada disana
cukup lama. Dari pemeriksaan didapati anak tersebut dalam keadaan aksfiksia dengan lebam
di daerah wajah. Bayi tersebut dibekap dengan menggunakan bantal dengan penekanan yang
kuat sehingga menimbulkan lebam didaerah wajah. Bayi ini lahir hidup dan dirawat karena
didapati bahwa bayi tersebut berpakaian baik serta tidak adanya sisa-sisa darah, dadanya juga
mengemabng serta pada pemeriksaan uji apung paru menunjukkan hasil positif. Serta
berdasarkan keterangan saksi, mereka tidak mendengar suara tangisan bayi saat wanita
tersebut berada di dekat tempat sampah yang menandakan bayi tersebut telah dibunuh di
tempat yang lain. Perkiraan kematiannya adalah 12 jam yang lalu karena belum terjadi
pembusukan.
Visum et Repertum.
Visum et repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter atas permintaan
penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia, baik hidup
atau mati ataupun bagian atau diduga bagian tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di
bawah sumpah, untuk kepentingan peradilan.
Visum et repertum terdiri dari 5 bagian yang tetap, yaitu :
1. Kata Pro justitia yang diletakkan di bagian atas. Kata ini menjelaskan bahwa visum et

repertum khusus dibuat untuk tujuan peradilan. Visum et repertum tidak membutuhkan
materai untuk dapat dijadikan sebagai alat bukti di depan sidang pengadilan yang
mempunyai kekuatan hukum.
12

2. Bagian Pendahuluan. Kata Pendahuluan sendiri tidak ditulis di dalam visum et

repertum, melainkan langsung dituliskan berupa kalimat-kalimat di bawah judul. Bagian


ini menerangkan nama dokter pembuat visum et repertum dan institusi kesehatannya,
instansi penyidikpemintanya berikut nomor dan tanggal surat permintaannya, tempat dan
waktu pemeriksaan, serta identitas korban yang diperiksa.
3. Bagian Pemberitaan, Bagian ini berjudul Hasil pemeriksaan: dan berisi hasil

pemeriksaan medik tentang keadaan kesehatan atau sakit atau luka korban yang berkaitan
dengan perkaranya, tindakan medik yang dilakukan serta keadaannya selesai
pengobatan/perawatan. Bila korban meninggal dan dilakukan autopsi, maka diuraikan
keadaan seluruh alat-dalam yang berkaitan dengan perkara dan matinya orang tersebut.
4. Bagian Kesimpulan. Bagian ini berjudul Kesimpulan dan berisi pendapat dokter
berdasarkan keilmuannya, mengenai jenis perlukaan/cedera yang ditemukan dan jenis
kekerasan atau zat penyebabnya, serta derajat perlukaan atau sebab kematiannya.
5. Bagian Penutup. Bagian ini tidak berjudul dan berisikan kalimat baku Demikianlah

visum et repertum ini saya buat dengan sesungguhnya berdasarkan keilmuan saya dan
dengan mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana. 1
Kesimpulan
Dari pembahasan dan interpretasi temuan diatas, diduga bayi terebut merupakan bayi
yang lahir hidup yang dibunuh oleh ibu kandungnya sendiri dengan cara membekap daerah
mulut dan hidung bayi tersebut sehingga terjadi asfiksia yang menyebabkan kematian pada
bayi terebut. Setelah bayi mati, pelaku yang adalah ibu kandung dari korban membuang
korban ke tempat sampah.

Daftar Pustaka
1. Budyanto A, Wibisana W, Sudiono S dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Cetakan
pertama dan edisi kesatu dan kedua. Identifikasi Forensik. Jakarta: Bagian ilmu
kedokteran forensik FKUI. 1997.h. 5-16,25-54,197-202.
2. Idries AM, Tjiptomartono AL. Penerapan ilmu kedokteran forensik dalam proses
penyidikan. Jakarta: Sangung Seto; 2008.
3. Peraturan Perundang- undangan bidang kedokteran.Edisi I Cetakan kedua.Bagian
Kedokteran Forensik FKUI. 1994.h.11-19.
4. Staf Pengajar Bagian Forensik FKUI. Teknik autopsi foresik. Jakarta: Penerbit FKUI;
2000.h.7, 52-5
13

5. Staf Pengajar Bagian Forensik FKUI. Teknik autopsi forensik. Jakarta: Penerbit
FKUI; 2000.h.1-20,56-63.
6. Chadha PV. Catatan kuliah ilmu forensik dan toksologi. Edisi ke-5. Jakarta: Widya
Medika; 1995.h.146-52.

Visum et Repertum Kasus


Bagian Ilmu Kedokteran Forensik
Fakultas Kedokeran Universitas Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara no.6 Jakarta Barat Telp 021 56942061
Nomor : 3456-SK III/2345/16/10
Jakarta, 08 Desember 2014
Lamp. : Satu sampul tersegel----------------------------------------------------------------------Perihal : Hasil Pemeriksaan Pembedahan---------------------------------------------------------atas bayi X---------------------------------------------------------------------------------PROJUSTITIA
Visum Et Repertum
Yang bertanda tangan di bawah ini, dokter ahli kedokteran forensik pada Bagian Ilmu
Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana

Jakarta Barat,

menerangkan bahwa atas permintaan tertulis dari Kepolisian Resort Polisi Jakarta No.Pol :
B/789/VR/IX/08/Serse tertanggal 8 Desember 2014, maka pada tanggal satu desember dua
ribu tiga belas, pukul sebelas pagi Waktu Indonesia bagian Barat, bertempat di ruang bedah
jenazah Bagian Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana telah melakukan
pemeriksaan atas jenazah yang menurut surat permintaan tersebut adalah:
Nama
: bayi X---------------------------------------------------------------------------Jenis kelamin : Laki-laki------------------------------------------------------------------------Umur
: -----------------------------------------------------------------------------------Kebangsaan : -----------------------------------------------------------------------------------Agama
:-----------------------------------------------------------------------------------Alamat
:------------------------------------------------------------------------------------14

Mayat telah diidentifikasi dengan sehelai label berwarna merah muda, dengan materai
lak merah, terikat pada ibu jari kaki kanan.------------------------------------------------------------Hasil

Pemeriksaan

---------------------------------------------------------------------------------------I. Pemeriksaan Luar------------------------------------------------------------------------------1. Mayat di dalam kardus ditutupi dengan sehelai kain panjang berwarna coklat dalam

keadaan meninggal, tidak berpakaian, adanya meconium yang keluar dan tali pusat
masih terhubung dengan ariari bayi----------------------------------------------------------2. Pemeriksaan antropometrik mayat didapatkan panjang bayi adalah lima puluh satu
sentimeter, berat badan bayi adalah dua ribu delapan ratus gram, panjang kepala
sampai tumit adalah empat puluh Sembilan sentimeter, dan lingkar kepala adalah tiga
puluh tiga sentimeter-----------------------------------------------------------------------------3. Pemeriksaan luar ditemukan batas rambut depan dan belakang sudah terbentuk, rawan
telinga sudah terbentuk sempurna, puting susu sudah berbatas tegas dengan diameter
tujuh milimeter, kuku jari tangan sudah melewati ujung jari, garis tapak tangan dan
kaki sudah melebihi dua pertiga bagian, buah zakar sudah turun sempurna, rambut
kepala masingmasing helai terpisah satu sama lain dan tampak mengkilat, jaringan
lemak bawah kulit cukup tebal dengan ketebalan dua sentimeter, taju pedang
membengkok ke dalam, alis mata sudah lengkap, bagian ujungnya sudah jelas---------4. Ditemukan bibir yang berwarna biru, ujungujung jari dan kuku yang berwarna biru-5. Terdapat memar pada mukosa bibir dan pipi-------------------------------------------------II. Pemeriksaan Dalam-----------------------------------------------------------------------------

Pada pemeriksaan dalam, ditemukan dada sudah mengembang dan diafragma sudah
turun sampai sela iga lima, paru sudah mengisi rongga dada dan menutupi sebagian
kandung jantung, terdapat bintikbintik perdarahan di kantong paru terutama di
bagian bawah paru dekat diafragma, uji apung paru memberikan hasil positif,
pemeriksaan mikroskopik paru menunjukkan alveoli paru yang mengembang
sempurna, terdapat udara di dalam usus halus------------------------------------------------III. Pemeriksaan Laboratorium--------------------------------------------------------------------

Golongan darah mayat bayi adalah B---------------------------------------------------------Pemeriksaan DNA menunjukkan kecocokan pada salah satu pita DNA antara ibu dan
bayi laki-laki tersebut.---------------------------------------------------------------------------Kesimpulan

15

Pada pemeriksaan mayat bayi lakilaki ini didapatkan bergolongan darah B, cukup
bulan dalam kandungan, hidup pada saat dilahirkan, dan tidak ditemukan tanda-tanda
perawatan setelah dilahirkan-----------------------------------------------------------------------------Berdasarkan pemeriksaan luar, pemeriksaan dalam, pemeriksaan laboratorium dan
penunjang yang dilakukan pada mayat bayi bahwa penyebab kematian adalah pembekapan
yang mengakibatkan asfiksia-----------------------------------------------------------------------------Demikianlah saya uraikan dengan sebenar-benarnya berdasarkan keilmuan saya yang
sebaik-baiknya mengingat sumpah sesuai dengan KUHAP-----------------------------------------Dokter yang memeriksa,
dr. Donny

16

Вам также может понравиться