Вы находитесь на странице: 1из 10

HUBUNGAN ANTARA STRES, AKTIVITAS FISIK,

DAN ASUPAN ENERGI PADA AKTIVIS ORGANISASI


IKATAN SELURUH MAHASISWA KESEHATAN JAWA BARAT
(ISMAKES JABAR)
ASSOCIATION BETWEEN STRESS, PHYSICAL ACTIVITY,
AND ENERGY INTAKE IN ORGANIZATION ACTIVISTS
IKATAN SELURUH MAHASISWA KESEHATAN JAWA BARAT
(ISMAKES JABAR)
Anggie Lidya Pratiwi, Widartika, Dadang Rosmana, MF. Aryani Sudja
Gizi Masyarakat, Jurusan Gizi, Politeknik Kementerian Kesehatan RI Bandung
ABSTRAK
Mahasiswa sebagai periode usia remaja yang masih mengalami perubahan
secara biologis, kognitif, dan sosial-emosional mempunyai aktivitas fisik yang cukup
tinggi. Selain mengikuti perkuliahan, tidak sedikit mahasiswa yang mengikuti kegiatan
pengembangan diri melalui ektrakulikuler atau organisasi sebagai upaya pencarian jati
diri. Kegiatan tambahan tersebut dapat memicu aktivitas fisik menjadi lebih tinggi serta
dapat mengakibatkan stres. Apabila keadaan tersebut berlangsung dengan asupan
energi yang inadekuat maka akan dapat mengakibatkan kekurangan energi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara stres, aktivitas fisik,
dan asupan energi pada aktivis organisasi Ismakes Jabar. Penelitian ini dilaksanakan
pada tanggal 27 Februari 1 Maret 2015. Desain penelitian yang digunakan adalah
Cross Sectional dengan jumlah sampel 48 orang yang diambil secara Accidental
Sampling. Data yang dikumpulkan adalah kejadian stres dengan menggunakan
Kuesioner Depression Anxiety and Stres Scale (DASS), aktivitas fisik dengan
menggunakan International Physical Activity Questionnaire (IPAQ), dan asupan energi
menggunakan Recall 2x24 hour yang dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi
(AKG) 2013.
Hasil penelitian dengan uji Fisher Exact menunjukkan bahwa semakin tinggi
tingkat stres maka semakin rendah asupan energi pada aktivis organsiasi Ismakes
Jabar dengan nilai p = 0,033 (p<) serta semakin tinggi tingkat aktivitas fisik maka
semakin rendah asupan energi pada aktivis organisasi Ismakes Jabar nilai p = 0,020
(p<). Untuk mencegah adanya gangguan asupan energi pada mahasiswa kesehatan,
khususnya pada aktivis organisasi Ismakes Jabar, maka perlunya penyelenggaan
progam edukasi terkait gizi mengenai keseimbangan kebutuhan dan asupan energi.
Kata Kunci: Stres, Aktivitas Fisik, Asupan Energi

ABSTRACT
Students of College as the period of adolescence is still changing biological,
cognitive, social-emotional and have a high enough physical activity. In addition to
following the lecture, not a few students who participated in the self-development
through extra-curricular or organization as the search for identity. Additional activities
can trigger physical activity becomes higher and can lead to stress. If the situation
occurs with inadequate intake of energy it will be able to lead to energy shortages
This study aims to determine the relationship between stress, physical activity,
and energy intake on Ismakes organization activists Jabar. This study was conducted
on 27 February to 1 March 2015. The study design used is cross sectional with a
sample of 48 people taken by accidental sampling. Data were collected using a
questionnaire stressful events Depression Anxiety and Stress Scale (DASS), physical
activity using the International Physical Activity Questionnaire (IPAQ), and energy intake
using Recall 2x24 hourl that in comparison with the figure Dietary Allowance (RDA)
2013
Results of research by Fisher Exact Test showed that the higher the level of
stress, the lower energy intake in organsiasi Ismakes activists Jabar with p = 0.033 (p
<) as well as higher levels of physical activity, the lower the energy intake at Ismakes
organization activists Jabar value of p = 0,020 (p <). To prevent any interruption of
energy intake on the health of students, especially at organization activists Ismakes
Jabar, then the need for educational programs related to nutrition penyelenggaan the
balance needs and energy intake.
Keywords: Stress, Physical Activity, Energy Intake
PENDAHULUAN
Dalam upaya pencapaian Millenium Development Goals (MDGs), penduduk
Indonesia saat ini masih mempunyai hambatan karena masih adanya masalah gizi,
yaitu asupan makan yang tidak seimbang.
Rentang usia terjadinya permasalahan gizi tersebut dapat dikategorikan sebagai
remaja. Remaja merupakan masa perkembangan transisi antara masa kanak-kanak
dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.
(Santrock, 2003: 26). Pertumbuhan fisik dan psikis menyebabkan remaja membutuhkan
asupan energi yang lebih besar dari pada masa anak-anak (Nadeak, 2013). Apabila
tidak terjadi keseimbangan antara asupan energi dan energi yang dikeluarkan, maka
akan menyebabkan penurunan berat badan dan kerusakan jaringan tubuh sehingga
pertumbuhan kurang optimal (Almatsier, 2009).
Remaja usia 18 21 tahun disebut masa remaja akhir. Pada remaja akhir,
biasanya seseorang telah duduk di bangku kuliah sebagai mahasiswa (Deswita, 2006).
Pola hidup yang kompleks pada mahasiswa seringkali menjadi beban tambahan selain
beban akademis yang harus dijalaninya. Tuntutan tersebut dapat menjadi gangguan
perilaku makan pada remaja yang dapat mengakibatkan asupan energi kurang atau
berlebih dari kecukupan energi yang seharusnya. Asupan energi kurang dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantanya adalah jenis kelamin, usia, tempat tinggal,
stres, dan aktivitas fisik (Megawindah, 2012).
Menurut Edward (dalam Willenbring M.D, 2006), pada orang yang menderita
stres terdapat dua kecenderungan umum mengenai pola makan yang secara nyata
mempengaruhi berat tubuh yaitu tidak selera makan dan keinginan makan makanan
yang manis bertambah.
Hal tersebut diperkuat oleh hasil penelitian dari Ninna Rohmawati (2013) yang
menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna secara statistik antara stres
dengan asupan energi. Pada penelitian ini menunjukkan subyek yang mengalami stres
cenderung mempunyai asupan makan berlebih. Stres diketahui juga dapat
menyebabkan gangguan makan, baik berupa nafsu makan berkurang atau meningkat.
Begitu pula berdasarkan hasil penelitian pendahuluan yang dilaksanakan oleh
peneliti terhadap 10 orang mahasiswa kesehatan yang tergabung dalam Ikatan Seluruh
Mahasiswa Kesehatan Jawa Barat (Ismakes Jabar), ditemukan bahwa sekitar 40%
asupan energi cukup, 40% mempunyai asupan energi kurang, dan 20% mempunyai
asupan energi berlebih dari kecukupan energi pada AKG 2013. Artinya pada organisasi
Ismakes Jabar masih terdapat mahasiswa dengan asupan yang tidak seimbang.
Dari hasil penelitian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di
organisasi Ikatan Seluruh Mahasiswa Kesehatan Jawa Barat (Ismakes Jabar) karena
organisasi ini termasuk organisasi ekstra kampus yang mempunyai roda organisasi
cukup ideal dan mandiri. Selama ini, peneliti belum menemukan adanya penelitian yang
menjadikan organisasi ekstra kampus sebagai objek penelitian, khususnya Ismakes
Jabar.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis bermaksud untuk melihat hubungan
stres, aktivitas fisik, dan asupan energi pada aktivis organisasi Ismakes Jabar.
METODOLOGI
Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional karena data variabel
dependen (asupan energi) dan variabel independen (stres dan aktivitas fisik) diambil
pada waktu bersamaan.
Populasi dan Sampel
Populasi adalah aktivis organisasi Ikatan Seluruh Mahasiswa Kesehatan Jawa
Barat (Ismakes Jabar). Sampel dipilih dengan cara Accidental Sampling sebanyak 48
orang dengan kriteria kader aktif Ismakes Jabar tingkat 1 perkuliahan yang berusia 1821 tahun.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data


Data Primer
Data stres dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner Depression Anxiety and
Stres Scale (DASS) dengan 42 pertanyaan mengenai fisik, psikologis, dan perilaku
responden. Data aktivitas fisik dikumpulkan dengan menggunakan International
Physical Activity Questionnaire (IPAQ) Short Form. Sedangkan, data asupan energi
dikumpulkan dengan wawancara menggunakan formulir Recall 2x24 jam dalam waktu
yang tidak berturut-turut.
Data Sekunder
Data jenis kelamin, usia, asal korwil, dan data tempat tinggal didapatkan dari
pengisian data umum responden Ismakes Jabar.
Pengolahan dan Analisis Data
Setelah dilakukan pengolahan data, selanjutnya data dianalisis dengan
menggunakan software SPSS versi 15. dengan analisa univariat dan analisa bivariat.
Analisis univariat dilakukan untuk menyajikan data secara deskriptif dengan
menggunakan tabel distribusi frekuensi. Analisis ini dilakukan terhadap data
karakteristik sampel (meliputi usia, jenis kelamin, asal korwil, dan tempat tinggal).
Analisis Bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen
yaitu stres dan aktivitas fisik dengan variabel dependen yaitu asupan energi. Data
tersebut dianalisis menggunakan Fisher Exact Test karena terdapat nilai expected (E) <
5 ada pada 20% jumlah sel.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristtik Sampel
Tabel 1. Distribusi Frekuensi BerdasarkanKarakteristik Sampel
No.

Variabel

1.

Jenis kelamin

2.

Usia

3.

Koordinator
Wilayah

4.

Tempat Tinggal

Kategori
Laki-laki
Perempuan
18 tahun
19 tahun
Korwil 1
Korwil 2
Korwil 3
Korwil 4
Korwil 5
Kost
Rumah

n
17
31
40
8
3
10
26
0
9
24
24

%
35,4
64,6
83,3
16,7
6,3
20,8
54,2
0,0
18,8
50,0
50,0

Total
n
48

%
100,0

48

100,0

48

100,0

48

100,0

Jenis Kelamin
Berdasarkan tabel 1 diatas diketahui jenis kelamin sampel mayoritas adalah
perempuan yaitu 31 orang (64,6%). Sedangkan jenis kelamin sampel laki-laki yaitu 17
orang atau (35,4%).
Jenis kelamin mempengaruhi kecukupan dan jumlah asupan energi seseorang.
Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) tahun 2013, kecukupan energi rata-rata
untuk perempuan adalah 2187,5 kkal dan laki-laki 2700 kkal. Sedangkan berdasarkan
hasil penelitian asupan energi rata-rata perempuan adalah 857,2 kkal dan laki-laki
1595,65 kkal. Hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata kecukupan dan asupan energi
pada laki-laki lebih besar dari rata-rata kecukupan dan asupan energi pada perempuan.
Usia
Berdasarkan tabel 1 diatas diketahui usia sampel mayoritas adalah 18 tahun,
yaitu sebanyak 40 orang (83,3%). Adapun sampel dengan usia 19 tahun berjumlah 8
orang (16,7%).
Berdasarkan jenjang pendidikan, mahasiswa di tahun pertama perkuliahan
mempunyai rata-rata usia 18-19 tahun. Pada mahasiswa berusia 19 tahun seharusnya
mempunyai mekanisme koping atau pertahanan stres yang lebih baik terkait
kematangan fisik, emosi, dan perilaku. Berdasarkan hasil penelitian, dari 40 orang
sampel 12 orang yang berusia 18 tahun (30%) mengalami stres dan 28 orang yang
berusia 18 tahun (70%) tidak mengalami stres. Sedangkan, dari 8 orang sampel 4
orang sampel yang berusia 19 tahun (50%) mengalami stres dan 4 orang sampel yang
berusia 19 tahun (50%) tidak mengalami stres.
Selain itu, perbedaan usia dapat mengakibatkan kecukupan energi yang
berbeda. Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) tahun 2013, rata-rata kecukupan
energi pada usia 16-18 tahun adalah 2400 kkal dan rata-rata kecukupan energi pada
usia 19-29 tahun adalah 2487,5 kkal. Namun, berdasarkan penelitian ini tidak ada
perbedaan yang signifikan antara asupan energi pada usia 18 tahun dan usia 19 tahun,
rata-rata jumlah sampel yang mempunyai asupan kurang pada usia 18 tahun dan 19
tahun adalah 75%.
Koordinator Wilayah (Korwil)
Berdasarkan tabel 1 diatas diketahui paling banyak berasal dari Koordinator
Wilayah III yaitu 26 orang (54,2%). Sampel yang berada di Koordinator Wilayah I yaitu
sebanyak 3 orang (6,3%), di Koordinator Wilayah II yaitu sebanyak 10 orang (20,8%), di
Koordinator Wilayah V yaitu sebanyak 9 orang (18,8%).
Perbedaan koordinator wilayah dapat mengakibatkan perbedaan aktivitas fisik.
Menurut Almatsier (2009) banyaknya energi yang dikeluarkan dalam melakukan
aktivitas fisik bergantung pada berapa banyak otot yang bergerak, berapa lama, dan
berapa berat pekerjaan yang dilakukan. Melakukan persiapan acara dan melakukan

perjalanan merupakan salah satu aktivitas fisik yang dilakukan oleh aktivis organisasi
Ismakes Jabar.
Tempat Tinggal
Berdasarkan tabel 1 diatas diketahui jumlah sampel dengan tempat tinggal kost
sama dengan jumlah sampel dengan tempat tinggal di rumah bersama dengan
orangtuanya, yaitu masing-masing 24 orang (50%).
Menurut Budiyanto (2004), tempat tinggal dapat mempengaruhi ketersediaan
makanan dan tingkat aktivitas fisik. Mahasiswa yang tinggal di rumah, ketersediaan
makanan dan pekerjaan rumah tangga kebanyakan dilakukan oleh orangtua sedangkan
pada mahasiswa yang kost hal tersebut dilakukan oleh dirinya sendiri. Namun, dari 24
orang yang kost, 17 orang (70,8%) mempunyai asupan energi yang kurang dan 13
orang (54,2%) mempunyai aktivitas berat. Sedangkan dari 24 orang yang tinggal di
rumah bersama orangtuanya, 19 orang (79,2%) mempunyai asupan energi yang kurang
dan 17 orang (70,8%) mempunyai aktivitas fisik yang berat. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa sampel yang tinggal di rumah mempunyai asupan energi lebih
rendah dan aktivitas fisik lebih berat dari sampel yang tinggal kost. Perbedaan teori
dengan kenyataan tersebut dapat dikarenakan oleh adanya faktor lain, seperti aktivitas
fisik lainnya, jenis kelamin, tingkat stres, dan lain-lain.
Variabel Penelitian
Asupan Energi
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Asupan Energi
Asupan Energi

Baik
Kurang Baik
Jumlah

12
36
48

25,0
75,0
100,0

Berdasarkan tabel 5.5 diatas, sampel yang mempunyai asupan energi baik
adalah 12 orang (25%), sedangkan sampel yang mempunyai asupan energi kurang
baik adalah 36 orang (75%).
Faktor yang dapat mempengaruhi asupan energi diantaranya adalah jenis
kelamin, usia, dan tempat tinggal. Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG),
perbedaan jenis kelamin perempuan dan laki-laki serta usia perempuan dan laki-laki
dapat mengakibatkan perbedaan kecukupan energi dipengaruhi oleh tingkat
kematangan emosional dan fisik masing-masing. Berdasarkan hasil penelitian, 28 orang
dari 31 orang sampel perempuan (90,3%) dan 8 orang dari 17 orang sampel laki-laki
mempunyai asupan kurang (47,1%). Hal tersebut menunjukkan jenis kelamin
mempengaruhi asupan energi.
Pada penelitian ini rata-rata asupan energi yang kost dan tinggal di rumah
hampir sama. Jumlah sampel dengan tempat tinggal kost yang mempunyai asupan

kurang adalah 17 orang dari 24 orang sampel yang kost (70,8%). Sedangkan, jumlah
sampel dengan tempat tinggal di rumah yang mempunyai asupan kurang adalah 19
orang dari 24 orang sampel yang kost (79,2%). Hal tersebut menunjukkan bahwa
tempat tinggal tidak terlalu mempengaruhi secara signifikan terhadap asupan energi
pada penelitian ini.
Seseorang dengan asupan energi kurang akan lemah baik daya kegiatan,
pekerjaan fisik atau daya pemikirannya karena kurangnya zat-zat makanan yang
diterima tubuhnya. Kebiasaan menggunakan cadangan energi akan dapat
mengakibatkan keadaan kekurangan gizi khususnya energi (Suhardjo, 2003).
Stres
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kategori Stres
Kategori Stres

Stres
Tidak Stres
Jumlah

16
32
48

33,3
66,7
100,0

Berdasarkan tabel 5.6 diatas, mayoritas sampel tidak mengalami stres. Jumlah
sampel yang tidak stres berjumlah 32 orang (66,7%) dan sampel yang stres berjumlah
16 orang (33,3%). Sampel yang tidak stres mempunyai skor 0-29 (stres normal), dan
sampe yang stres mempunyai skor 30 dengan kategori 30-59 (stres ringan, dan 60-89
(stres sedang). Skor stres rata-rata pada penelitian ini adalah 25, skor stres terendah
adalah 4, dan skor stres tertinggi adalah 60.
Menurut Smeltzer dan Bare (dalam Susi Purwati, 2012), manifestasi stres
diantaranya adalah pengeluaran keringat, perubahan suasana hati, keluhan sakit
kepala, kurang tidur, peningkatan denyut nadi yang dapat terjadi pada mahasiswa
akibat adanya aktivitas fisik yang padat dalam melaksanakan tugas akademik dan
organisasi. Berdasarkan hasil penelitian dari 16 orang yang mengalami stres 13 orang
(81,25%) mempunyai aktivitas fisik kurang baik (berat). Hal tersebut menunjukkan
bahwa stres dapat dipengaruhi salah satunya oleh aktivitas fisik.
Aktivitas Fisik
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Aktivitas Fisik
Aktifitas Fisik

Baik
Kurang Baik
Jumlah

18
30
48

37,5
62.5
100,0

Berdasarkan tabel 5.7 diatas, aktivitas fisik sampel yang baik yaitu sebanyak 18
orang (37,5%) sedangkan aktivitas fisik sampel yang kurang baik yaitu sebanyak 30
orang (62,5%). Aktivitas fisik kurang baik pada penelitian ini adalah aktivitas fisik berat,
sedangkan aktivitas fisik baik adalah aktivitas fisik sedang.
Hubungan antara Stres
Ismakes Jabar Tahun 2015

dan

Asupan

Energi

pada

Aktivis

Organisasi

Tabel 5. Hubungan antara Stres dan Asupan Energi


pada Aktivis Organisasi Ismakes Jabar Tahun 2015
Kategori
Stres
Stres
Tidak Stres
Total

Asupan Energi
Baik
Kurang Baik
n
%
n
%
1
6,3
15
93,8
11
34,4
21
65,6
12
25
36
75

Total
N
16
32
48

%
100,0
100,0
100,0

Berdasarkan tabel 5 diatas, dapat dilihat bahwa dari 16 orang sampel yang
mengalami stres, 1 orang (6,3%) mempunyai asupan energi baik dan 15 orang (93,8%)
mempunyai asupan kurang baik. Sedangkan, dari 32 orang sampel yang tidak stres, 11
orang (34,4%) mempunyai asupan baik dan 21 orang (65,6%) mempunyai asupan yang
kurang baik.
Pada orang yang mengalami stres terdapat dua kecenderungan umum
mengenai pola makan yang secara nyata mempengaruhi berat tubuh yaitu tidak selera
makan dan keinginan makan-makanan yang manis bertambah. Selain nafsu makan
bertambah, stres juga dapat mengakibatkan nafsu makan berkurang karena suasana
hati tidak mendukung untuk memberikan asupan makan pada tubuh. (Edward, 2005).
Pada penelitian ini asupan energi sampel yang kurang baik adalah 70% dari
AKG atau kurang dari kecukupan energi. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil
penelitian Nishitani dan Sakakibara (dalam Tienne A. U dkk., 2013) yang menyatakan
bahwa kondisi kehidupan penuh stres akan mempengaruhi perilaku makan, yaitu lebih
pada konsumsi berlebih. Begitu juga dengan penelitian Oconnor (dalam Tienne A. U
dkk., 2013) yang menyatakan bahwa orang-orang karakteristik tertentu pada saat
berada dalam kondisi stres mengkonsumsi kudapan lebih banyak dan mengalami
peningkatan total konsumsi makan.
Analisa hubungan stres dan asupan energi pada aktivis organisasi Ismakes
Jabar menggunakan uji Fisher Exact karena terdapat nilai <5 pada salah satu kolom
dengan proporsi 25% dari jumlah kolom. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah
95%. Hasil uji Fisher Exact nilai p = 0,033 atau p < . Hal tersebut menunjukkan bahwa
Ho ditolak atau semakin tinggi tingkat stres maka semakin rendah asupan energi pada
aktivis organisasi Ismakes Jabar.

Hasil uji statistik tersebut mendapatkan kecenderungan yang berbeda dengan


penelitian Tienne Nadeak (2013). Pada penelitian tersebut stres dapat mengakibatkan
asupan energi berlebih. Perbedaan hasil penelitian tersebut dapat dikarenakan oleh
faktor lainnya yang dapat mempengaruhi seperti perbedaan populasi sampel yang
diambil, aktivitas fisik, serta waktu pengumpulan data.
Hubungan antara Aktivitas Fisik dan Asupan Energi pada Aktivis Organisasi
Ismakes Jabar Tahun 2015
Tabel 6. Hubungan antara Aktivitas Fisik dan Asupan Energi
pada Aktivis Organisasi Ismakes Jabar Tahun 2015
Asupan Energi
Baik
Kurang Baik

Aktivitas
Fisik

Total

Baik

44,4

10

55,6

18

100,0

Kurang Baik

13,3

26

86,7

30

100,0

Total

12

25

36

75

48

100,0

Berdasarkan tabel 5.9 diatas, dapat dilihat bahwa dari 18 orang sampel dengan
aktivitas fisik baik, 8 orang (66,7%) mempunyai asupan energi baik dan 10 orang
lainnya (55,6%) mempunyai asupan energi kurang baik. Sedangkan, dari 30 orang
sampel dengan aktivitas fisik kurang baik (aktivitas berat), 4 orang (13,3%) mempunyai
asupan energi baik dan 26 orang (86,7%) mempunyai asupan energi kurang baik.
Pada sampel dengan aktivitas fisik yang baik mempunyai asupan energi kurang
baik sebanyak 55,6%. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh adanya faktor lain seperti
status gizi sampel dan adanya stres sehingga menimbulkan nafsu makan yang
menurun.
Analisa hubungan aktivitas fisik dan asupan energi pada aktivis organisasi
Ismakes Jabar menggunakan uji Fisher Exact karena terdapat nilai <5 pada salah satu
kolom dengan proporsi 25% dari jumlah kolom. Tingkat kepercayaan yang digunakan
adalah 95%. Hasil uji Fisher Exact nilai p = 0,020 atau p < . Hal tersebut menunjukkan
bahwa Ho ditolak yaitu semakin tinggi tingkat aktivitas fisik maka semakin rendah
asupan energi pada aktivis organisasi Ismakes Jabar.
KESIMPULAN
Hasil uji statistik menggunakan uji Fisher Exact dengan tingkat kepercayaan 95%
menunjukkan semakin tinggi tingkat stres maka semakin rendah asupan energi pada
aktivis organisasi Ismakes Jabar dengan nilai p = 0,033 dan semakin tinggi tingkat
aktivitas fisik maka semakin rendah asupan energi pada aktivis organisasi Ismakes
Jabar dengan nilai p = 0,020.

DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S, 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Megawindah, Nadya. 2012. Skripsi: Hubungan Stres dan Faktor Lainnya dengan
Konsumsi Makanan Mahasiswa Departemen Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Indonesia Tahun 2012. Depok: Progam Studi Gizi Departemen Gizi
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Nadeak, Tienne A. U dkk. 2013. Skripsi: Hubungan Status Stres Psikososial Dengan
Konsumsi Makanan Dan Status Gizi Siswa Smu Methodist-8 Medan. Program
Sarjana FKM USU Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, Departemen Gizi
Kesehatan Masyarakat FKM USU: Medan

Rohmawati, Nina. 2013. Prosiding Seminar Kependudukan: Status Depresi Dan


Asupan Makan Berhubungan dengan Status Gizi. Jember: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Jember
Santrock. 2003. Adolescence. Jakarta: Erlangga
Suhardjo. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara Sinar Grafika
Offset.
Willenbring M.D, Mark dkk. 2006. Artikel: Stress induced eating and food preference in
humans:
A
pilot
study.
Diakses
tanggal
10
September
2014
http://www.researchgate.net/publication/230162583_Stress_induced_eating_and_foo
d_preference_in_humans_A_pilot_study
Purwati, Susi. 2012. Skripsi: Tingkat Stres Akademik pada Mahasiswa Reguler
Angkatan 2010 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Depok:
Fakultas Ilmu Keperawatan Progam Studi Sarjana Strata-1.
Budiyanto, A. K. 2004. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Malang: UMM Press.

Вам также может понравиться