Вы находитесь на странице: 1из 1

Kejadian Cita Citata, Penjelasan Pandangan Masyarakat

Indonesia Terhadap Papua?


"Cantik masih tetap... harus dicantikin mukanya... Nggak kayak Papua, kendi? ". Ini adalah kalimat
yang dikeluarkan seorang pedangdut Nusantara, Cita Citata dengan saat ini banyak dibicarakan
teman-teman saya, sesama mahasiswa Papua. Entah apa yang dipikirkan pedangdut itu, datang bisa
mengeluarkan ujaran yang sangat memojokan rakyat Indonesia dalam Papua itu. Terencana atau
tidak, bermaksud baik atau leta, perkataan itu sudah biasa keluar. Tidak menyerupai Microsoft Word
dengan punya Ctrl + Z perkataan Daya pikir Citata yang berucap SARA tersebut gak bisa diCtrl+Z-kan. Masyarakat Papua dan rakyat Indonesia yang hirau terhadap Papua sungguh
mendengar ucapan memojokan tersebut, walaupun Pikiran Citata sudah mengacungkan permintaan
maaf.
Cacatan terhadap Foto Cita Citata pun mengalir deras. Penyanyi asal Papua, Peter Saparuane
menganggap perkataan Cita Citata sebagai penghinaan lawan tanah kelahirannya, Papua. Ia
mengatakan, kalau warga Papua tangkap (suara) omongan itu jelas mereka marah. Olehkarena
itu siapa pun tersebut kalau dihina jelas tidak terima. Sekiranya bisa saja dia (Cita Citata) ditolak
warga Papua guna manggung di sini.
Lebih daripada sekadar mengecam, terkait penyataan kontroversi Cita Citata, Ketua tim kuasa
hukum kepala suku Papua Selatan, Deddy J. Syamsudin, mendatangi ropak-rapik Komisi Nasional
Sidik Asasi Manusia (Komnas HAM) terkait ucapan Cita Citata ini. Cita dianggap mengenai UU
nomor 40 2008 pasal 4, 15, 16 tentang ras dan etnis. Selain itu, Daya pikir juga akan dilaporkan ke
Polda Metro Jaya dan Uang rokok X Dewan Agen Rakyat (DPR).

Berlebihankah?
Berbagai kecaman dan pelaporan terhadap sidang Cita Citata, barangkali dianggap berlebihan sama
sebagian orang. Ivan Gunawan, mengatakan di sebuah wawancara terpesona pernyataan Cita "Kalau
menurut aku tidak ada niatan apa-apa keluar dari statement dia (Cita Citata). Saya berharap tak
sesuatu yang dibesar-besarkan, ekspresi juga tidak beneran. Tapi kalian harus hati-hati sapa musuh
dan sahabat, harus berhati-berhati berbicara". Perkataan Ivan ini terlihat bahwa ia memandang
permasalahan ini dari sisi Niat Citata, tidak memandang dari sisi orang-orang Papua.
Menurut saya, berbagai kecaman serta pelaporan yang dilakukan terhadap perkataan Niat Citata ini
gak berlebihan, bahkan butuh dilakukan. Kenapa? Olehkarena itu permasalahan seperti ini,
statemen salah bicara bernada SARA yang melecehkan kebudayaan orang Papua sering muncul.
Sebut saja Kasus Mahasiswa ITB jurusan kimia yang bernama Dzulkiflry Imadul Bilad dengan terjadi
sekitar Mei 2010. Ia menurun dalam akun twitternya setelah pertandingan Persib vs Persipura,
tangal 3 Mei 2010 Dasar orang papua, bisanya tarkam, pake otot bukan pake otak maen bolanya,
ga sekolah, bodo2 semua, udah item idup lagi. Kurang ajar lu Papua! .

Вам также может понравиться