Вы находитесь на странице: 1из 6

HUBUNGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM DENGAN ANEMIA

DI RSB PERMATA HATI METRO TAHUN 2012


Asih Purwati *

Abstrak
Wanita hamil di Indonesia merupakan salah satu kelompok yang rentan masalah gizi terutama
anemia gizi besi. Sekitar 95% kasus anemia selama kehamilan adalah karena kekurangan zat besi
(anemia defisiensi besi). Pada wanita hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi hiperemesis
gravidarum. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan hiperemesis gravidarum
dengan anemia di RSB Permata Hati Metro tahun 2012.
Jenis penelitian ini adalah korelasi, penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik dengan
pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil di tahun 2012
yang berjumlah 545 orang, sampel yang digunakan sebanyak 231 orang dengan teknik simple
random sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi frekuensi kejadian hiperemesis gravidarum di RSB
Permata Hati Metro tahun 2012 dari 231 responden terdapat 46 responden (19,91%), frekuensi
kejadian anemia ditemukan sebanyak 96 responden (41,56%). Hasil uji statistik menunjukkan ada
hubungan antara hiperemesis gravidarum dengan kejadian anemia (p-value= 0,014 < 0,05; OR;
2,389, CI 95%: 1,237-4,614). Bagi ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum disarankan
mematuhi diit secara teratur sehingga kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilan tercukupi dan dapat
terhindari dari anemia pada kehamilan.
(* Akademi Kebidanan Patriot Bangsa Husada Lampung Tengah
PENDAHULUAN
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) anemia merupakan salah satu masalah
global yang paling serius. Prevalensi anemia
pada kehamilan bervariasi karena perbedaan
dalam kondisi sosial ekonomi, gaya hidup dan
perilaku budaya. Anemia dalam kehamilan
adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin
dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau
kadar < 10,5 gr% pada trimester II. Anemia
pada ibu hamil terjadi pada 52% pada setiap
kehamilan di negara berkembang dan 23% di
negara maju. Penyebab paling umum adalah
anemia gizi buruk dan kekurangan zat besi.
Anemia merupakan salah satu masalah paling
umum yang mempengaruhi kekurangan gizi ibu
hamil. Tingginya
prevalensi
efisiensi
mikronutrien besi dan lainnya di antara wanita
selama kehamilan di negara berkembang sangat
memprihatinkan dan anemia ibu masih
merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas
perinatal yang cukup besar. (Hofmeyr, WHO,
2011).

Wanita hamil di Indonesia merupakan


salah satu kelompok yang rentan masalah gizi
terutama anemia gizi besi. Berdasarkan hasil
Survey Kesehatan prevalensi anemia ibu hamil
sebesar 50,9%. Namun demikian keadaan ini
mengindikasikan bahwa anemia gizi besi masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Tingginya prevalensi ini disebabkan karena
cakupan tablet Fe di Indonesia sebesar 83,25%
yang masih <90% dan tingkat konsumsi protein
dan sayuran masih kurang (Profil kesehatan
Indonesia, 2011).
Berdasarkan Hasil Survey Cepat, Anemia
di Propinsi Lampung diketahui bahwa
prevalensi anemia pada ibu hamil masih
73,74% masih jauh lebih tinggi dari angka
nasional sebesar 50,9%. Tingginya prevalensi
ini selain disebabkan karena cakupan pil besi
yang masih <90%, sehingga anemia pada ibu
hamil masih tinggi. (Profil Kesehatan Propinsi
Lampung, 2011).
Kebanyakan anemia dalam kehamilan
disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan

akut, bahkan tidak jarang keduanya saling


berinteraksi.
Anemia
dalam
kehamilan
memberi pengaruh kurang baik bagi ibu dalam
kehamilan, persalinan, maupun nifas dan masa
selanjutnya. Penyulit-penyulit yang dapat
timbul akibat anemia adalah keguguran,
kelahiran prematur, persalinan yang lama akibat
kelelahan otot rahim di dalam berkontraksi,
perdarahan pasca-melahirkan karena tidak
adanya kontraksi otot rahim, syok, infeksi baik
saat bersalin maupun pasca-bersalon, serta
anemia yang berat (<4 gr%) dapat
menyebabkan dekompensasi kordis. Di
samping itu, hipoksia akibat anemia dapat
menyebabkan syok dan kematian pada ibu pada
persalinan yang sulit, walaupun tidak terjadi
perdarahan (Saspriyana, 2011).
Pada wanita hamil yang kekurangan
darah lebih sering terjadi hiperemesis
gravidarum (Manuaba, dkk, 2012). Sekitar 95%
kasus anemia selama kehamilan adalah karena
kekurangan zat besi (anemia defisiensi besi).
Penyebabnya adalah asupan makanan yang
tidak memadai, kehamilan sebelumnya atau
kehilangan normal berulang zat besi dalam
darah haid (yang mendekati jumlah tertentu
biasanya berlangsung setiap bulan dan dengan
demikian mencegah penyimpanan zat besi)
(Proverawati, 2011: 130).
Penelitian yang dilakukan Wahyuning
(2012) tentang Hubungan Antara Hopermesis
Gravidarum Dengan Kejadian Anemia PAda
Ibu Hamil di RS PKU Muhammadiyah

Yogyakarta
dengan
menggunakan
data
sekunder dari Rekam Medik ibu hamil yang
menjalani perawatan didapatkan hasil hasil
penelitian adanya hubungan antara hiperemesis
gravidarum dengan kejadian anemia pada ibu
hamil ang ditunjukkan dari hasil x2hitung sebesar
259,3188 dan x2 tabel sebesar 3,841 dan nilai
koefisien kontigensi (C) sebesar 0,894.
Wanita
hamil
yang
mengalami
hiperemesis gravidarum akan mengalami mual
muntah yang terus-menerus disertai dengan
penurunan nafsu makan dan minum, cadangan
karbohidrat habis dipakai untuk keperluan
energi dan berkurangnya keseimbangan tubuh
sehingga beresiko terjadinya anemia (Manuaba,
dkk 2012).
Berdasarkan hasil prasurvey yang
dilakukan di RSB Permata Hati Kota Metro
diketahui bahwa pada tahun 2012 terdapat 545
ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya
dan 112 orang (20,55%) dirawat karena
mengalami
Hiperemesis
Gravidarum,
sedangkan yang mengalami anemia sebanyak
185 orang (33,94%). Sedangkan di RS
Mardiwaluyo bahwa pada tahun 2012 terdapat
271 ibu hamil, 47 orang (17,34%) yang dirawat
karena mengalami Hiperemesis Gravidarum dan
yang mengalami anemia sebanyak 56 orang
(20,66%). Oleh karena itu, penulis tertarik
untuk melakukan penelitian tentang hubungan
hiperemesis gravidarum dengan anemia di RSB
Permata Hati Kota Metro Tahun 2012?

hubungan
antara
variabel
independen
METODOLOGI PENELITIAN
Rancangan Penelitian merupakan suatu
(hiperemesis gravidarum) dengan variabel
rencana struktur dan strategi untuk menjawab
dependen (anemia)
maka pengukurannya
permasalahan yang dihadapi atau diteliti
dilakukan secara bersama-sama (Notoatmodjo,
dengan mengoptimalkan validitas. Jenis
2010).
penelitian ini adalah korelasi yaitu bertujuan
Populasi dalam penelitian ini adalah
untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan
semua ibu hamil di RSB Permata Hati Metro
apabila ada, berapa eratnya hubungan serta
tahun 2012 yang berjumlah 545 orang dan
berarti atau tidaknya hubungan tersebut
sampel yang digunakan sebanyak 231 orang.
(Arikunto, 2010).
Analisis menggunakan uji chi square.
Rancangan penelitian ini menggunakan
Derajat kemaknaan yang digunakan adalah 90%
desain penelitian analitik dengan pendekatan
dan tingkat kesalahan () = 10%. Keputusan
cross sectional yaitu suatu penelitian yang
hipotesis jika p value nilai (0,10), maka Ho
dilakukan sesaat, artinya objek penelitian
ditolak (ada hubungan). Jika p value > nilai
diamati hanya satu kali dan tidak ada perlakuan
(0,10), Ho gagal ditolak (tidak ada hubungan).
terhadap responden. Untuk mengetahui
Asih Purwati. Akademi Kebidanan Patriot Bangsa Husada, KTI, 2013.
2

1 Hiperemesis
Tidak
2 hiperemesis

HASIL DAN PEMBAHASAN


TABEL 4.1
DISTRIBUSI FREKUENSI KEJADIAN
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
DI RSB PERMATA HATI METRO
TAHUN 2012
Hiperemesis
Presentase
No
Frekuensi
Gravidarum
(%)
Hiperemesis
1 Gravidarum
46
19,91
Tidak
hiperemesis
2 gravidarum
185
80,09
Jumlah
231
100,00
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui
bahwa dari 231 responden terdapat 49
responden
(19,91%)
yang
mengalami
hiperemesis gravidarum, sedangkan yang tidak
mengalami hiperemesis gravidarum terdapat
185 responden (80,09%).
TABEL 4.2 DISTRIBUSI FREKUENSI
KEJADIAN ANEMIA DI RSB PERMATA
HATI METRO TAHUN 2012
Presentase
No
Anemia
Frekuensi
(%)
1 Anemia
96
41,56
2 Tidak anemia
135
58,44
Jumlah
231
100,00
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui
bahwa dari 231 responden terdapat 96
responden (41,56%) yang mengalami anemia
dan 135 responden (58,44) tidak mengalami
anemia.
Tabel 4.3 HUBUNGAN HIPEREMESIS
GRAVIDARUM DENGAN KEJADIAN
ANEMIA DI RSB PERMATA HATI METRO
TAHUN 2012
Hiperemesis
No
gravidarum

Kejadian Anemia
Tidak
Anemia
anemia
N %
n
%

pvalue

OR;
CI:
95%

27 58,70 19 41,30 46 100,00


69 37,30 116 62,70 185 100,00
96 41,56 135 58,44 231 100,00

2,389
0,014 (1,2374,614)

Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat


diketahui bahwa dari 46 responden yang
mengalami
hiperemesis
gravidarum,
terdapat 27 orang (58,70%) yang mengalami
anemia, sedangkan dari 185 responden yang
tidak mengalami hiperemesis gravidarum
terdapat 69 orang (37,30%) yang mengalami
anemia.
Pada
hasil
uji
statistik
menggunakan
chi
square
koreksi
kontiunitas (koreksi Yates) didapatkan pvalue 0,014 < 0,05 dengan demikian tidak
ada alasan untuk menolak Ha, artinya secara
signifikan terdapat hubungan bermakna
antara hiperemesis gravidarum dengan
kejadian anemia.
Pada hasil analisis juga didapatkan
nilai Odds Ratio (OR) sebesar 2,389
(CI;95%: 1,237-4,614), dengan demikian
maka ibu yang mengalami hiperemesis
gravidarum beresiko mengalami anemia
sebesar 2,389 kali lebih besar dibandingkan
dengan yang tidak mengalami hiperemesis
gravidarum. Pada interval kepercayaan 95%
nilai OR yang didapatkan masih berada
pada rentang bawah (Lower) dan atas
(Upper) maka estimasi yang menyatakan
bahwa ada asosiasi positif antara
hiperemesis gravidarum dengan kejadian
anemia secara statistik signifikan serta dapat
diterima dan dipertanggung jawabkan.
Pembahasan
Setelah dilakukan tabulasi dan analisis
data hasil penelitian didapatkan proporsi pada
variabel independen (hiperemesis gravidarum)
dan variabel dependen (anemia) serta hubungan
antara kedua variabel sebagaimana diuraikan
dalam pembahasan berikut:
Distribusi Frekuensi Kejadian Hiperemesis
Gravidarum
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan
muntah berlebihan yang terjadi pada wanita
hamil. Berdasarkan hasil penelitian di RSB
Permata Hati Metro dapat diketahui bahwa dari
231 responden terdapat 49 responden (19,91%)
yang mengalami hiperemesis gravidarum,

Asih Purwati. Akademi Kebidanan Patriot Bangsa Husada, KTI, 2013.

sedangkan yang tidak mengalami hiperemesis


gravidarum terdapat 185 responden (80,09%).
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar
responden tidak mengalami hiperemesis
gravidarum.
Hiperemesis gravidarum yang merupakan
komplikasi mual dan muntah dan muntah pada
kehamilan muda bila terjadi terus menerus
dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak
imbangnya
elektrolit
dengan
alkalosis
hipokloremik. Hiperemesis gravidarum dapat
mengakibatkan cadangan karbohidrat dan
lemak habis terpakai untuk keperluan energi.
Kekurangan cairan yang diminum dan
kehilangan cairan karena muntah menyebabkan
dehidrasi sehingga cairan ekstraseluler dan
plasma berkurang, natrium khlorida darah dan
khlorida air kemih turun. Selain itu juga dapat
menyebabkan
aliran
darah
kejaringan
berkurang sehingga terjadi anemia. Mual
muntah yang berlebihan atau tidak terkendali
selama masa hamil menyebabkan dehidrasi,
ketidak seimbangan elektrolit atau defiensi
nutrisi dan kehilangan berat badan (Rahmawati
: 51)
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat
dijelaskan bahwa kejadian hiperemesis
gravidarum sampai saat ini masih banyak
terjadi.
Namun,
penyebab
hiperemesis
gravidarum sampai saat ini belum diketahui
secara pasti. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini
disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak
ditemukan kelainan biokimia. Perubahanperubahan anatomik pada otak, jantung, hati
dan susunan saraf disebabkan oleh kekurangan
vitamin. Mual muntah biasa terjadi pada
kehamilan muda, namun hal tersebut tidak bisa
terus dibiarkan karena jika hiperemesis
gravidarum tidak mendapatkan penanganan
yang memadai dapat berdampak pada
kurangnya asupan gizi sehingga beresiko
mengalami anemia.

terdapat 96 responden (41,56%) yang


mengalami anemia dan 135 responden (58,44)
tidak mengalami anemia. Hal terebut
menunjukkan bahwa sebagian besar responden
tidak mengalami anemia, tetapi frekuensi
kejadian anemia juga cukup tinggi.
Kebanyakan anemia dalam kehamilan
disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan
akut, bahkan tidak jarang keduanya saling
berinteraksi. Anemia dalam kehamilan memberi
pengaruh kurang baik bagi ibu dalam
kehamilan, persalinan, maupun nifas dan masa
selanjutnya. Penyulit-penyulit yang dapat
timbul akibat anemia adalah keguguran,
kelahiran prematur, persalinan yang lama akibat
kelelahan otot rahim di dalam berkontraksi,
perdarahan pasca-melahirkan karena tidak
adanya kontraksi otot rahim, syok, infeksi baik
saat bersalin maupun pasca-bersalon, serta
anemia yang berat (<4 gr%) dapat
menyebabkan dekompensasi kordis. Di samping
itu, hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan
syok dan kematian pada ibu pada persalinan
yang sulit, walaupun tidak terjadi perdarahan
(Saspriyana, 2011).
Berdasarkan uraian hasil penelitian di
atas, dapat dijelaskan bahwa angka kejadian
anemia cukup tinggi. Hal tersebut dapat terjadi
karena kurangnya asupan zat gizi selama
kehamilan sehingga kebutuhan zat besi yang
meningkat selama kehamilan kurang tercukupi.
Kurangnya asupan makanan diduga berkaitan
dengan mual dan muntah selama kehamilan,
dimana pada ibu yang mengalami mual muntah
selama
kehamilan
akan
menyebabkan
kurangnya nafsu makan dan dapat berdampak
pada terjadinya anemia.

Hubungan Hiperemesis Gravidarum dengan


Kejadian Anemia
Berdasarkan
pengumpulan
dan
pengolahan data dapat diketahui bahwa dari 46
responden yang mengalami hiperemesis
gravidarum, terdapat 27 orang (58,70%) yang
Distribusi Frekuensi Kejadian Anemia Pada
mengalami anemia, sedangkan dari 185
Ibu Hamil
Anemia adalah suatu keadaan dimana
responden yang tidak mengalami hiperemesis
jumlah sel darah merah atau jumlah
gravidarum terdapat 69 orang (37,30%) yang
hemoglobin (protein pengangkut oksigen)
mengalami anemia. Pada hasil uji statistik
kurang dari normal. Berdasarkan hasil
menggunakan uji chi square didapatkan nilai ppenelitian yang dilakukan di RSB Permata Hati
value 0,014 < 0,05 dengan demikian tidak
Metro diketahui bahwa dari 231 responden
ada alasan untuk menolak Ha, artinya secara
Asih Purwati. Akademi Kebidanan Patriot Bangsa Husada, KTI, 2013.
4

signifikan terdapat hubungan bermakna antara


hiperemesis gravidarum dengan kejadian
anemia. Pada hasil analisis juga didapatkan
nilai Odds Ratio (OR) sebesar 2,389 (CI;95%:
1,237-4,614), dengan demikian maka ibu yang
mengalami hiperemesis gravidarum beresiko
mengalami anemia sebesar 2,389 kali lebih
besar dibandingkan dengan yang tidak
mengalami hiperemesis gravidarum.
Hasil penelitian sesuai dengan teori yang
diungkapkan oleh Manuaba, dkk (2012) bahwa
pada wanita hamil yang kekurangan darah lebih
sering terjadi hiperemesis gravidarum. Runiari
(2010 juga menjelaskan bahuwa mual dan
muntah berlebihan yang terjadi pada wanita
hamil
dapat
menyebabkan
terjadinya
ketidakseimbangan kadar elektrolit, penurunan
berat badan (lebih dari 5% berat badan awal),
dehidrasi, ketosis, dan kekurangan nutrisi.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Wahyuning (2012) tentang
Hubungan Antara Hopermesis Gravidarum
Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil di
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dengan
menggunakan data sekunder dari Rekam
Medik. Hasil penelitian menunjukkan adanya
hubungan yang bermakna antara hiperemesis
gravidarum dengan kejadian anemia pada ibu
hamil yang ditunjukkan dari hasil x2hitung
sebesar 259,3188 dan x2tabel sebesar 3,841 dan
nilai koefisien kontigensi (C) sebesar 0,894.
Berdasarkan uraian hasil penelitian di
atas, dapat dijelaskan bahwa hiperemesis
gravidarum terbukti merupakan salah satu
faktor yang berhubungan dengan kejadian
anemia, dimana ibu yang mengalami
hieperemesis gravidarum beresiko sebesar
2,389 kali lebih besar mengalami anemia. Hal
tersebut terjadi karena, pada wanita hamil yang
mengalami hiperemesis gravidarum akan
mengalami mual muntah yang terus-menerus
disertai dengan penurunan nafsu makan dan
minum sehingga zat gizi yang dibutuhkan
selama kehamilan kurang tercukupi dan
berakibat pada terjadinya anemia. Dengan
demikian maka untuk menghindari terjadinya
anemia
perlu
melakukan
pemeriksaan
kehamilan secara rutin yaitu minimal 4 kali
selama kehamilan.

1. Distribusi frekuensi kejadian hiperemesis


gravidarum di RSB Permata Hati Metro
tahun 2012 dari 231 responden terdapat 46
responden (19,91%).
2. Distribusi frekuensi kejadian anemia di RSB
Permata Hati Metro tahun 2012 dari 231
responden terdapat 96 responden (41,56%).
3. Terdapat hubungan antara hiperemesis
gravidarum dengan kejadian anemia (pvalue= 0,014 < 0,05; OR; 2,389, CI 95%:
1,237-4,614).
A. Saran
1. Bagi Tempat Penelitian
Diharapkan dengan hasil penelitian ini,
upaya penanganan ibu yang mengalami
hiperemesis gravidarum terus ditingkatkan
sehingga kejadian anemia selama kehamilan
dapat diatasi.
2. Bagi Ibu Hamil
Bagi ibu hamil yang mengalami
hiperemesis gravidarum hendaknya mematuhi
diit secara teratur sehingga kebutuhan zat-zat
gizi selama kehamilan tercukupi dan dapat
terhindari dari anemia pada kehamilan.

3. Bagi Institusi Pendidikan


Diharapkan dapat menambah kepustakaan
di AKBID Patriot Bangsa Husada serta dapat
menjadi bahan bacaan dan sumber bagi peneliti
selanjutnya.
4. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini merupakan penelitian yang
pertama penulis lakukan, sehingga dalam
penelitian ini variabel yang digunakan belum
dapat mewakili seluruh faktor pemungkin yang
berkaitan dengan kejadian kejadian anemia.
Oleh karena itu, hendaknya bagi peneliti lain
untuk dapat melakukan penelitian lebih lanjut
dengan mengambil variabel penelitian yang
lebih banyak sehingga dapat menyempurnakan
penelitian ini.

KESIMPULAN DAN SARAN


Asih Purwati. Akademi Kebidanan Patriot Bangsa Husada, KTI, 2013.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, 2010. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rhineka Cipta.
Budiarto, Eko, 2002. Biostatistika Untuk
Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: EGC
Depkes RI, 2011, Profil Kesehatan Indonesia.
Departemen Kesehatan RI
Hidayati, Ratna. (2009). Asuhan Keperawatan
Pada Kehamilan Fisiologis Dan
Patologis. Jakarta: Salemba Medika.
Hofmeyr, Candio F, GJ. Treatments for irondeficiency anaemia in pregnancy: RHL
commentary (last revised: 23 November
2007). The WHO Reproductive Health
Library ; Geneva: World Health
Organization., http://apps.who.int [29
Maret 2013]
Manuaba, Ida, Bagus, dkk, 2012. Ilmu
Kebidanan Penyakit Kandungan &
Keluarga Berencana untuk Pendidikan
Bidan. Jakarta: EGC.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Jakarta.
Sulistiyo, 2009. Hubungan Hyperemesis
gravidarum Dengan Kejadian Anemia
Pada Ibu Hamil di Puskesmas Cunda
Muara Dua Lhoksemawe Aceh (NAD)

2008 . http://digilib.unimus.ac.id [26


April 2013] [9:45]
Nugroho. & HK Joshep. 2010. Ginekologi Dan
Obstetri. Yogyakarta: Nuha Medika.
Prasetyawati, Arsita, E. 2011, Ilmu Kesehatan
Masyarakat Untuk Kebidanan Holistik.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Proverawati, Atikah, 2011. Anemia dan Anemia
Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Media
Proverawati, Atikah & Kusumawati, E, 2011.
Ilmu Gizi Untuk Keperawatan dan Gizi
Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Media
Runiari, Nengah. (2010). Asuhan Keperawatan
Pada
Klien
Pada
Hiperemesis
Gravidarum. Jakarta: Salemba Medika.
Sofian, Amru, 2012. Rustam Mochtar Sinopsis
Obstetri. Jakarta: EGC
Saspriyana, Yudi, Kadek (2011) Anemia dalam
kehamilan.
site:
http://www.balipost.co.id/ [29 Maret
2013]
Mitayani (2009). http://digilib.unimus.ac.id [26
April 2013]
Wiknjosastro, dkk, 2007, Ilmu Kebidanan.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Hidayati, Ratna. (2009). Asuhan Keperawatan
Pada Kehamilan Fisiologis Dan
Patologis. Jakarta: Salemba Medika.

Asih Purwati. Akademi Kebidanan Patriot Bangsa Husada, KTI, 2013.

Вам также может понравиться