Вы находитесь на странице: 1из 19

Kb spiral.

Adalah alt kntrasepsi berbentuk nenda kecil dari plastic yang lentur kbnyakan mempunyai lilitan
tembaga, lilitan benang ada juga yang mengandung hormone. yang dipasang didlam rahim melalui vagina
bertujuan mencegah pertemuan sel sperma dan sel telur, menyulitkan sel sperma masuk kedalam rahim.
Kb spiral ini dapat dipasang stlah 40 hari pasca kelahiran,stlah kegugurannamun spiral tidak boleh
dipasang dalam keadaan hamil. Mcm2 spiral pun ditentukan berdasarkan jangka waktu atau masa
ekspayer alat kontrasepsi tersebut. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Intra Uterine Device (IUD)
Nama populer : SPIRAL
Apa yang disebut AKDR / IUD atau SPIRAL ? :
- Suatu benda kecil dari plastik yang lentur
- Dimasukkan ke dalam rahim melalui vagina
- Kebanyakan punya lilitan tembaga (Copper, Cuprum, Cu),- Kebanyakan mempunyai benang namun ada juga yang tidak berlogam; ada juga yang mengandung
hormon
Bagaimana cara kerja IUD mencegah kehamilan ? :
- Terutama mencegah pertemuan sel telur dan sperma
- Membuat sperma sulit memasuki rahim
- Mengurangi kemampuan sperma untuk membuahi telur ? Mungkin juga mengganggu implantasi telur
pada rahim
Efektivitas IUD : IUD sangat efektif
- Tipe Multiload dapat dipakai sampai 4 tahun;
- Cu T 380A dapat untuk 8 tahun
- Nova T dan Copper T 200 (CuT-200) dapat dipakai 3-5 tahun;
- Kegagalan rata-rata 0.8 kehamilan per 100 pemakai wanita pada tahun pertama pemakaian.
Keuntungan memakai IUD :
- Cocok untuk mencegah kehamilan atau menjarangkan kehamilan dalam jangka panjang
- Tidak terpengaruh "faktor lupa" dari pemakai (misalnya PIL)
- Tidak mengganggu hubungan suami istri
- Tidak ada efek samping hormonal
- Tidak mengganggu laktasi (menyusui)
- Tidak berinteraksi dengan obat-obatan
- Meningkatkan kenyamanan hubungan suami-istri karena rasa aman terhadap risiko kehamilan
- Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau keguguran
- Kesuburan cepat kembali setelah IUD dicabut / dibuka
Kekurangan IUD :
- Efek sampingnya terhadap siklus haid (menstruasi) sering "mengejutkan", namun tidak berbahaya dan
bukan tanda kelainan/penyakit. Perubahan pola haid biasanya pada tiga bulan pertama pemakaian yakni :
- Haid menjadi lebih lama dan lebih banyak
- Perdarahan bercak (spotting) diantara siklus haid
- Siklus menjadi lebih pendek
- Kadang-kadang nyeri haid lebih dari biasanya
- Perlu tenaga terlatih untuk memasang dan membukanya
- Perlu follow up (kontrol/kunjungan berkala) untuk evaluasi
Efek samping umum lainnya adalah :
a. Segera setelah pemasangan dapat terjadi rasa sakit perut/kram, dapat dihindarkan dengan konseling,
relaksasi dan persiapan pemasangan
yang baik
b. Perdarahan segera setelah pemasangan; dapat berlangsung 3-5 hari
Kapan IUD dapat dipasang ? IUD dapat dipasangkan setiap saat, asal yakin sedang tidak hamil yakni :
~ 40 hari pasca salin
~ segera setelah keguguran
~ sedang haid
~ menggantikan metoda KB lainnya
Siapa saja yang tidak boleh memakai IUD :
- Wanita yang mempunyai infeksi pelvis
- Wanita yang sedang menderita Penyakit Hubungan Seksual (PHS, AIDS, Gonore,Klamidia)
- Wanita dengan banyak partner selama 3 bulan terakhir
- Wanita dengan kanker mulut rahim atau kanker alat reproduksi lainnya(ovarium, endometrium)

- Wanita dengan penyakit trofoblast ( Mola, Koriokarsinoma) atau TBC kandungan


Secara UMUM, kebanyakan wanita BOLEH memakai IUD meskipun:
- perokok berat
- menyusui
- gemuk atau kurus
- Diabetes
- Berpenyakit Liver/ Empedu / Pankreas
- Berpenyakit Tiroid
- Epilepsi
- TBC (bukan TBC kandungan)
- Varises
- Hipertensi
- Pasca operasi-operasi seperti apendiks, hamil diluar kandungan, dan lain-lain
Kapan Pemakai IUD (Akseptor IUD) harus datang untuk memeriksakan diri?
(Follow up, Kunjungan Ulang)
- bulan pasca pemasangan
- bulan kemudian
- setiap 6 bulan berikutnya
- bila terlambat haid 1 minggu
- perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya
sumber: Dr.dr.Sofie Rifayani Krisnadi, SpOG.KFM Spesialis Kebidanan & Penyakit Kandungan Konsultan
Feto-Maternal RS Ibu Ema Puradiredja,
Jl.Sumatra 46-48 Bandung, Tel. 4205437
Kontrasepsi Suntikan
KB Suntik
Apa yang disebut KB suntik? :
- Wanita yang ingin memakai KB suntik mendapat suntikan periodik untuk mencegah kehamilan.
- Ada bermacam KB suntik yang dipasarkan di Indonesia yakni: Depo Provera (suntikan setiap 3 bulan
sekali) ; Noristerat (suntikan setiap 2 bulan sekali) dan Cyclofem (suntikan 1 bulan sekali)
- Disuntikkan di bokong, atau tempat lainnya.
Bagaimana cara kerja KB suntik mencegah kehamilan ? :
- Menghentikan (meniadakan) keluarnya sel telur dari indung telur
- Membuat sperma sulit memasuki rahim karena mengentalkan lendir mulut rahim (serviks)
- Tidak dapat mengeluarkan/ menghentikan kehamilan yang sudah terjadi
Efektivitas KB suntik:
Sangat efektif, kegagalan pada pemakai KB suntik hanya sekitar 0.3 kehamilan dari 100 pemakai pada
tahun pertama pemakaian. ( 1 dari 333 pemakai masih bisa hamil)
Keuntungan memakai KB suntik:
- Cocok untuk mencegah kehamilan atau menjarangkan kehamilan dalam jangka panjang dan kesuburan
dapat pulih kembali
- Tidak terpengaruh "faktor lupa" dari pemakai (tidak seperti memakai PIL KB)
- Tidak mengganggu hubungan suami istri
- Dapat dipakai segala umur pada masa reproduktif
- Tidak mengganggu laktasi (menyusui), baik dari segi kuantitas maupun kualitas
- Dapat dipakai segera setelah masa nifas
- Meningkatkan kenyamanan hubungan suami-istri karena rasa aman terhadap risiko kehamilan
- Dapat dipakai segera setelah keguguran
- Membantu mencegah terjadinya kehamilan di luar kandungan
- Membantu mencegah kanker endometrium (rahim)
- Membantu mencegah kejadian mioma uteri (tumor jinak rahim)
- Mungkin dapat mencegah kanker indung telur (ovarium)
- Mengurangi kejadian anemi kekurangan zat besi
- Khusus untuk penderita epilepsi mengurangi kejadian kejang.
Kekurangan KB suntikan:
Kekurangan KB Suntikan: Efek sampingya terhadap siklus haid/menstruasi sering "tidak menyenangkan" ,
namun tidak berbahaya dan bukan tanda kelainan/penyakit ; perubahan pola haid biasanya pada tahun

pertama pemakaian yakni :


- Perdarahan bercak , dapat lama
- Jarang terjadi perdarahan yang banyak
- Tidak dapat haid (sering setelah pemakaian berulang)
- Sering menaikkan Berat Badan
- Dapat menyebabkan (tidak pada semua akseptor) sakit kepala, nyeri payudara, "moodiness", jerawat,
kurangnya libido seksual, rambut rontok.
- Perlu suntikan ulangan teratur
- Perlu follow up (kontrol/kunjungan berkala) untuk evaluasi
Secara UMUM, kebanyakan wanita BOLEH memakai KB suntik, meskipun:
- perokok berat
- menyusui
- gemuk atau kurus
- remaja
- baru keguguran
- Berpenyakit Tiroid
- Epilepsi
- TBC (bukan TBC kandungan)
- Varises ringan
- Hipertensi ringan
- Siklus haid tidak teratur
- Anemi kekurangan zat besi
Kapan suntikan KB dapat dimulai ? :
- Sedang menstruasi ( sampai hari ke 7)
- Bila tidak sedang menstruasi atau menstruasi hari ke 8 atau lebih, boleh disuntik, namun memakai
perlindungan ganda (kondom) selama 2 X
24 jam.
- Sedang menyusui ( segera setelah nifas, 6 minggu)
- Bila tidak menyusui, berikan segera setelah nifas (6 minggu)
- Tidak menyusui dan belum haid > 6 minggu, asal yakin tidak sedang hamil. atau berikan perlindungan
ganda sampai haid lalu mulai suntikan.
Kapan akseptor suntik harus datang untuk kunjungan ulang (follow-up)
- Pada saat jadual ulangan penyuntikan (1 bulan untuk cyclofem, 2 bulan untuk noristerat dan 3 bulan
untuk Depo provera)
- Bila berhalangan, dapat datang sebelum waktu kunjungan berikutnya
- Bila tidak dapat datang pada jadual berikutnya, pakai perlindungan ganda (kondom, spermisida, sampai
bisa datang untuk suntikan.
DIANE?5
Cyproterone acetate 2mg and Ethinylestradiol 35mcg tablets What is in this leaflet
Please read this leaflet carefully before you start using DIANE-35. It will advise you about how to take
DIANE-35 properly and when to tell your doctor about health-related conditions. If you have any questions
or need more advice, ask your doctor, professional health care provider or pharmacist.
What is DIANE-35 used for and how does it work
Each tablet contains a small amount of two different hormones. These are cyproterone acetate (a
progestogen with antiandrogenic properties) and ethinylestradiol (an estrogen). Because of the small
amounts of hormones, DIANE-35 is considered a low-dose preparation.
How does Diane-35 work?
DIANE-35 is designed for the treatment of women who suffer from acne or moderately increased growth
of facial and body hair (hirsutism). These conditions occur when there is over-production of male type
hormones called androgens. DIANE-35 contains two substances that act against the androgens,
cyproterone acetate and ethinylestradiol. The main ingredient, cyproterone acetate, causes the body to
produce less
androgens and blocks the actions of those that are still produced.
While DIANE-35 is being taken, the activity of the sebaceous gland which plays an important role in the
development of acne and oily skin or seborrhoea, is reduced. This leads - usually after 3 to 4 months of
therapy - to the healing of existing acne. Excessive greasiness of the hair and skin, which often
accompanies this condition, generally disappears earlier.

Treatment with DIANE-35 is also useful in women of child-bearing age who have mild forms of hirsutism
and in particular slightly increased facial hair although the results do not usually become apparent until
several months of use.
Other properties
As well as being an anti-androgen, cyproterone acetate has the properties of a female sex-hormone
(progestogen) and its combination with an oestrogen (ethinylestradiol) in DIANE-35 makes the
preparation a highly effective oral contraceptive. Therefore, if you normally use a contraceptive method,
you will not need to use it while taking DIANE-35 (except in the special circumstances described later).
Oral contraceptives must not be used with DIANE-35.
In the treatment of women with polycystic ovary syndrome, DIANE-35 reduces the signs of
androgenization, leads to a normalization of the hormone levels, reduces cyst formation and ovarian
volume and helps to restore regular menstruation.
What is Diane-35 used for?
DIANE-35 is used for the treatment of androgen-dependent diseases in women, such as acne (where oral
antibiotics or local treatment alone has not been successful), androgenic alopecia and mild forms of
hirsutism. It is especially useful for pronounced forms of acne and those accompanied by seborrhoea or by
inflammation or formation of nodes (acne papulopustulosa, acne nodulocystica).
DIANE-35 is also used for oral contraception in women requiring treatment for these androgenic
conditions; it is not recommended just for contraception.
Diane-35 is also indicated for the treatment of polycystic ovary syndrome.
Before you use DIANE- 35
Do not use DIANE-35 if you have any of the conditions listed below. If any of these apply to you, tell your
doctor before starting to use DIANE-35.
You must not use DIANE-35 if:
you have, or have ever had a disorder affecting the blood circulation. In particular, those conditions
relating to thrombosis. Thrombosis is the formation of a blood clot. This may occur in the blood vessels of
the legs (deep vein thrombosis), the lungs (pulmonary embolism), the heart(heart attack), the brain
(stroke), or other parts of the body you have or have ever had a condition that may be a first sign of a
heart attack (such as angina pectoris or chest pain) or stroke (such as transient ischaemic attack or small
reversible stroke) you have diabetes mellitus with blood vessel damage you have jaundice (yellowing of
the skin) or severe liver disease you have or have had cancer of the breast or the genital organs you have
or have had a benign or malignant liver tumour you have any unexplained vaginal bleeding you are
pregnant or think you might be pregnant you are breast-feeding you are allergic to any of the ingredients
of DIANE-35
If any of these conditions appear for the first time while using DIANE-35,stop taking it at once and consult
your doctor. In the meantime, use non-hormonal contraceptive measures.
Tell your doctor if:
If DIANE-35 is used in the presence of any of the conditions listed below or they appear for the first time
or recur or worsen during treatment, you may need to be kept under close observation. You doctor can
explain this to you. You should tell your doctor if:
- you smoke
- you have diabetes
- you are overweight
- you have high blood pressure
- you have a heart valve disorder or a certain heart rhythm disorder
- you have an inflammation of your veins (superficial phlebitis)
- you have varicose veins
- anyone in your immediate family has had thrombosis, a heart attack or a stroke
- you suffer from migraine
- you suffer from epilepsy
- you or someone in your immediate family have or have had high blood levels of cholesterol or
triglycerides (fatty substances)
- anyone in your immediate family has had breast cancer
- you have liver or gallbladder disease

- you have Crohn's disease or ulcerative colitis (chronic inflammatory bowel disease)
- you have systemic lupus erythematosus (SLE; a disease affecting the skin all over the body)
- you have haemolytic uraemic syndrome (HUS; a disorder of blood coagulation causing failure of the
kidneys)
- you have sickle cell disease
- you have or have had chloasma (yellowish-brown pigmentation patches on the skin, particularly of the
face); if so, avoid too much exposure to the sun or ultraviolet radiation If you suffer from hirsutism and it
has only recently appeared or has lately intensified to a considerable extent the doctor must be informed
of this because of the need to determine the cause of the changes.
What else you should know
DIANE-35 does not protect against HIV infection (AIDS) or any other sexually transmitted disease. DIANE35 is not for use in men. In this leaflet, several situations are described where you should stop taking
DIANE-35, or where the reliability of DIANE-35 may be decreased. In such situations you should not have
sex or you should take extra non-hormonal contraceptive precautions, e.g., use a condom or another
barrier method. Do not use rhythm or temperature methods. These methods can be unreliable because
DIANE-35 alters the usual changes in temperature and cervical mucus that occur during the menstrual
cycle.
The experience with estrogen/progestogen combinations like DIANE-35 is predominantly based on
combined oral contraceptives (or "the Pill"). Therefore, the following warnings related to the use of "the
Pill" also apply for DIANE-35.
DIANE-35 and thrombosis
Thrombosis is the formation of a blood clot which may block a blood vessel. Thrombosis sometimes occurs
in the deep veins of the legs (deep venous thrombosis). If this blood clot breaks away from the veins
where it is formed, it may reach and block the arteries of the lungs, causing a so-called "pulmonary
embolism". Deep venous thrombosis is a rare occurrence. It can develop whether or not you are taking
the pill. It can also happen if you become pregnant. The risk is higher in pill users than in non-users but
not as high as during pregnancy.
Blood clots can also occur very rarely in the blood vessels of the heart (causing a heart attack) or the
brain (causing a stroke). Extremely rarely, blood clots can occur in the liver, gut, kidney or eye. Very
occasionally a thrombosis may cause serious permanent disabilities or may even be fatal.
The risk of having a heart attack or stroke increases as you get older. It also increases the more you
smoke. When using DIANE-35 you should stop smoking, especially if you are older than about 35 years of
age.
If you develop high blood pressure while using DIANE-35, you may be told to stop using it.
The risk of having deep venous thrombosis is temporarily increased as a result of an operation or
immobilization (for example, when you have your leg or legs in plaster or splints). In women who use the
pill (or DIANE-35) the risk may be even higher. Tell your doctor you are using DIANE-35 well in advance of
any expected hospitalization or surgery. Your doctor may tell you to stop taking DIANE-35 several weeks
before surgery or at the time of immobilization. Your doctor will also tell you when you can start taking
DIANE-35 again after you are back on your feet.
DIANE-35 and cancer
Breast cancer has been diagnosed slightly more often in women who use the Pill than in women of the
same age who do not use the pill. This slight increase in the numbers of breast cancer diagnoses gradually
disappears during the course of the ten years after stopping use of the pill. It is not known whether the
difference is caused by the pill. It may be that the women were examined more often, so that the breast
cancer was noticed earlier. In rare cases, benign, and even more rarely, malignant liver tumours have
been reported in users of the pill. These tumours may lead to internal bleeding. Contact your doctor
immediately if you have severe pain in your abdomen. This finding may not be caused by the pill but may
be related to sexual behaviour and other factors. Cervical cancer has been reported to occur more often in
women using the pill for a long time.
DIANE-35 and other medicines
DIANE-35 can be used together with any of the topical acne treatments. Some oral medicines may stop
DIANE-35 from working properly. these include medicines used for the treatment of epilepsy (e.g.
primidone, phenytoin, barbiturates) and tuberculosis (e.g. rifampicin); and antibiotics (e.g. ampicillin,

tetracyclines, griseofulvin) for some other infectious diseases. Always tell the doctor who prescribes
DIANE-35 which medicines you are already using. Also tell any other doctor or dentist who prescribes
another medicine (or the dispensing pharmacist)that you use DIANE-35. They can tell you if you need to
take additional contraceptive precautions and if so, for how long.
DIANE-35 and breastfeeding
DIANE-35 must not be used during breastfeeding.
DIANE-35 and pregnancy
DIANE-35 must not be used by women who are pregnant, or who think they may be pregnant.
DIANE-35 and ability to drive
There are no observed effects.
How to use DIANE-35 properly
DIANE-35 must be taken regularly in order to achieve the therapeutic efficacy and the required
contraceptive protection. The dose regimen of DIANE-35 is similar to that of contraceptive pills and the
same administration rules must be considered. The irregular intake of DIANE-35 can lead to bleeding
between periods and could reduce the therapeutic and contraceptive effect. The contraceptive protection
provided by DIANE-35 is continuous. Additional contraceptive precautions are only required when special
circumstances (e.g. forgetting tablets) reduce the reliability of the preparation. Remember that DIANE-35
has been prescribed for you personally. Do not share it with others.
When and how to take the tablets
The DIANE-35 pack contains 21 tablets. On the pack each tablet is marked with the day of the week on
which it is to be taken. Take your tablet at about the same time each day, with some water if necessary.
Follow the direction of the arrows until all 21 tablets have been taken. During the next 7 days you take no
tablets. A period should begin during these 7 days (the withdrawal bleed).Usually it will start on day 2-3
after the last DIANE-35 tablet. Start taking your next pack on the 8th day even if your period continues.
This means that you will always start new packs on the same day of the week, and also that you will have
your withdrawal bleed on about the same day each month.
Starting your first pack of DIANE-35
When no hormonal contraceptive has been used in the past month
Start taking DIANE-35 on the first day of your cycle, i.e. the first day of menstrual bleeding. Take a tablet
marked with that day of the week. For example, if your period starts on a Friday, take a tablet marked
Friday. Then follow the days in order. You may also start on days 2-5 of your cycle, but in that case make
sure you also use an additional contraceptive method (barrier method) for the first 7 days of tablet-taking
in the first cycle.
When changing from a combined Pill
You can start taking DIANE-35 the day after you take the last tablet from your present pill pack (this
means no tablet-free break). If your present pill pack also contains non-hormonal tablets you can start
DIANE-35 on the day after taking the last hormonal tablet (if you are not sure which this is, ask your
doctor or pharmacist). You can also start later, but never later than the day following the tablet-free break
of your present pill (or the day after the last non-hormonal tablet of your present pill).
When changing from a progestogen-only pill (minipill) You can stop taking the minipill any day and start
taking DIANE-35 the next day, at the same time. But make sure you also use an additional contraceptive
method (a barrier method) for the first 7 days of tablet-taking when having intercourse.
When changing from an injectable or implant Start using DIANE-35 when your next injection is due or on
the day that your implant is removed. But make sure you also use an additional contraceptive method (a
barrier method) for the first 7 days of tablet-taking when having intercourse.
After having a baby
If you have just had a baby, your doctor may tell you to wait until after your first normal period before you
start taking DIANE-35. Sometimes it is possible to start sooner. Your doctor will advise you. If you are
breast-feeding and want to take DIANE-35, you should discuss this first with your doctor.
After a miscarriage or an abortion
Your doctor will advise you.
Special circumstances
The following describes special circumstances which could alter the way you take DIANE-35. In all
situations where the reliability of DIANE-35 is reduced(such as missing tablets) additional contraceptive

precautions are required following the advice given below. This advice should also be followed in situations
where other medicines may stop DIANE-35 from working properly and in the case of vomiting after taking
DIANE-35.
If you forget to take your tablets
If you forget to take your tablets follow the instructions below. This is often called the "7-day rule". The
more tablets you have missed, the higher the risk that the contraceptive effect is decreased. There is a
particularly high risk of becoming pregnant if you miss tablets at the beginning or at the end of the pack.
WHAT TO DO IF ..........
..... you forget tablets
If you are less than 12 hours late in taking your Diane-35 tablet,you are still protected against pregnancy.
Take the tablet as soon as you remember and take the next one at your usual time. This may mean that
you are taking 2 tablets in one day. If you are more than 12 hours late in taking one of your Diane-35
tablets you will not be protected. Take the last tablet as soon as you remember and take the next one at
your normal time. This may mean taking 2 tablets in one day. You must take extra contraceptive
precautions and you must follow the 7 day rule. Read the section on "Extra contraceptive precautions" and
"the 7 day rule" carefully. If you forgot tablets in the first week of taking the small hormonal tablets in
your pack and had intercourse in the seven days before,consult your doctor as the possibility of pregnancy
should be considered.
If you have forgotten to take your Diane-35 tablets for a few days,consult your doctor to be sure you are
not pregnant, then discard the missed tablets and follow the 7 day rule.
Extra contraceptive precautions
When you need extra contraceptive precautions, either:
- don't have sex; or
- use a cap plus spermicide; or
- use a condom
Do not use the rhythm or temperature methods as extra contraceptive precautions. This is because oral
contraceptives alter the usual menstrual cycle changes such as changes in temperature and cervical
mucus.
The 7 day rule
Continue taking your pills. You will not be protected from pregnancy until you have taken your daily
hormone pill for the next 7 days in a row. Use another method of contraception (extra contraceptive
precautions) such as condoms or do not have sexual intercourse for the next 7 days while taking the next
7 hormone pills If there are fewer than 7 hormone pills left in the pack, finish the hormone pills and go
straight on to the hormone pills of the next pack. This means that you do not leave a gap between the
hormone pills. You may not have a period until the end of the next pack. This is not harmful.
If you vomit after taking DIANE-35
If you vomit within 3 to 4 hours after taking your DIANE-35, the active ingredients may not have been
completely absorbed. This is like missing a tablet. Therefore, follow the advice for missed tablets.
If you are taking medicines that affect DIANE-35
Some oral medicines may stop DIANE-35 from working properly. These medicines are listed in an earlier
section. For the time that you are taking the medicine and for the next 7 days follow the advice for missed
tablets. If you are taking rifampicin, or you are taking these medicines continuously, your doctor will
advise you on the length of time you need to take extra contraceptive precautions. If you want to delay a
period You can delay your period if you start with your next pack of DIANE-35 immediately after finishing
your current pack. You can continue with this pack for as long as you wish, until this pack is empty. When
you wish your period to begin, just stop tablet-taking. While using the second pack, you may have some
breakthrough bleeding or spotting on tablet-taking days. Start your following pack after the usual 7-day
tablet-free break.
If you want to change the starting day of your period If you take your tablets as directed, you will have
your period on about the same day every 4 weeks. If you want to change this, just shorten, (never
lengthen) the next tablet-free break. For example, if your period usually starts on a Friday and in future
you want it to start on Tuesday (3 days earlier)you should now start your next pack 3 days sooner than

you usually do. If you make your tablet-free break very short (e.g. 3 days or less), you may not have a
bleeding during the break. You may have some breakthrough bleeding or spotting during
the use of the next pack.
If you have unexpected bleeding
As with other pills, for the first few months, you can have irregular vaginal bleeding (spotting or
breakthrough bleeding) with DIANE-35 between your periods. You may need to use sanitary protection,
but continue to take your tablets as normal. Irregular vaginal bleeding usually stops once your body has
adjusted to DIANE-35 (usually after about 3 tablet-taking cycles). If it continues, becomes heavy or starts
again, tell your doctor. If you have missed a period If you have taken all of your tablets at the right time,
and you have not vomited, or used other medicines then you are very unlikely to be pregnant. Continue to
take DIANE-35 as usual.
If you miss your period twice in a row, you may be pregnant. Tell your doctor immediately. Do not start
the next pack of DIANE-35 until your
doctor has checked you are not pregnant.
Overdosage
There have been no reports of serious harmful effects from taking too many DIANE-35 tablets at one time.
If you have taken several tablets at a time, you may have nausea, vomiting or vaginal bleeding. If you
discover that a child has taken DIANE-35, ask your doctor for advice.
When using DIANE-35
Tell your doctor immediately if:
You should stop treatment and see your doctor immediately if you get a blood clot while you are taking
DIANE-35. Warning signs to look out
for are:
- an unusual cough
- severe pain in the chest which may reach the left arm
- breathlessness
- any unusual, severe, or prolonged headache or migraine attack
- partial or complete loss of vision, or double vision
- slurring or speech disability
- sudden changes to your hearing, sense of smell, or taste
- dizziness or fainting
- weakness or numbness in any part of your body
- severe pain in your abdomen
- severe pain or swelling in either of your legs
Tell your doctor if:
Contact your doctor as soon as possible if:
you notice any changes in your own health, especially involving any of the items mentioned in this leaflet;
do not forget about the items related to your immediate family you feel a lump in your breast you are
going to use other medications you are to be immobilized or are to have surgery (consult your doctor at
least four weeks in advance) you have unusual, heavy vaginal bleeding you forgot tablets in the first week
of the pack and had intercourse in the seven days before you miss your period twice in a row or suspect
you are pregnant (do not tart
the next pack until told to by your doctor)
Regular check-ups
When you are using DIANE-35, your doctor will tell you to return for regular check-ups. In general, you
should have a check-up every year.
For how long should DIANE-35 be used?
The length of use depends on the severity of the clinical picture; in general, treatment should be carried
out over several months. It is recommended to take DIANE-35 for at least another 3 to 4 cycles after the
signs have subsided. Should there be a recurrence, weeks or months after discontinuation of tablettaking, treatment with DIANE-35 may be resumed. Your doctor is likely to recommend a longer period of
treatment for the polycystic ovary syndrome.
Side effects
Tell your doctor if you notice any unwanted effect, especially if severe or persistent, or if there is a change
in your health that you think might be caused by DIANE-35.
Serious side effects

Serious reactions associated with the use of DIANE-35, as well as the related symptoms, are described in
the section "Before you use DIANE-35" under DIANE-35 and thrombosis and DIANE-35 and cancer.
Other possible side effects
The following side effects have been reported by DIANE-35 users, although they may not be caused by
DIANE-35. These side effects may occur in the first few months that you are using DIANE-35 and usually
lessen with time.
- breast tenderness, pain and secretion
- headache
- changes in sexual drive; depressive moods
- contact lens intolerance
- nausea, vomiting and feeling sick
- changes in vaginal secretion
- various skin reactions
- fluid retention
- changes in body weight
- hypersensitivity reactions
Storage
Do not use after the expiry date stated on the package. Store all drugs properly and keep them out of
reach of children.
Further information
Like other combined oral contraceptive pills, DIANE-35 may also have non-contraceptive health benefits.
Your period may be lighter and shorter. As a result, the risk of anaemia may be lower. Your period pains
may become less severe or may completely disappear. Some serious disorders have been reported to
occur less frequently in users of oral contraceptive pills. These are benign breast disease,ovarian cysts,
pelvic infections (pelvic inflammatory disease or PID), ectopic pregnancy (pregnancy in which the embryo
implants outside of the womb) and cancer of the endometrium (lining of the womb) and ovaries.This may
also be the case for low-dose pills such as DIANE-35.
DIANE-35 tablets contain:
active substances (per tablet) cyproterone acetate (2 mg) and ethinyl estradiol (0.035 mg) other
substances lactose monohydrate, maize starch, polyvidone 25 000, magnesium stearate, sucrose,
polyvidone 700 000, macrogol 6000, calcium carbonate precipitated, talc, glycerol 85%, titanium dioxide,
ferric oxide (pigment yellow), montanglycol wax If you have any further questions please consult your
doctor or pharmacist. Sponsor Schering (NZ) Ltd., 5 William Pickering Drive, Albany, P.O. Box 101-691,
North Shore Mail Centre, AUCKLAND. Freephone
0800 80 4545 [Rn]

TEKNIK ABORSI
Dilatasi dan kuret (Dilatation & curettage)
Lubang leher rahim diperbear, agar rahim dapat dimasuki kuret, yaitu sepotong alat yang tajam.
Kemudian janin yang hidup itu dicabik kecil-kecil, dilepaskan dari dinding rahim dan dibuang keluar.
Umumnya terjadi banyak pendarahan. Bidan operasi ini harus mengobatinya dengan baik, bila tidak, akan
terjadi infeksi.
Kuret dengan cara penyedotan (Sunction)
Pada cara ini leher rahim juga diperbesar seperti D & C, kemudian sebuah tabung dimasukkan ke dalam
rahim dan dihubungkan dengan alat penyedot yang kuat, sehingga bayi dalam rahim tercabik-cabik
menjadi kepingan-kepingan kecil, lalu disedot masuk ke dalam sebuah botol.
Peracunan dengan garam (Salt poisoned)
Cara ini dilakukan pada janin berusia lebih dari 16 minggu (4 bulan), ketika sudah cukup banyak cairan
yang terkumpul di sekitar bayi dalam kantung anak, sebatang jarum yang panjang dimasukkan melalui
perut ibu ke dalam kantung bayi, lalu sejumlah cairan disedot keluar dan larutan garam yang pekat
disuntikkan ke dalamnya. Bayi yang malang ini menelan garam beracun itu dan ia amat menderita. Ia
meronta-ronta dan menendang-nendang seolah-olah dia dibakar hidup-hidup oleh racun itu. Dengan cara
ini, sang bayi akan mati dalam waktu kira-kira 1 jam, kulitnya benar-benar hangus. Dalam waktu 24 jam
kemudian, si ibu akan mengalami sakit beranak dan melahirkan seorang bayi yang sudah mati. (Sering
juga bayi-bayi ini lahir dalam keadaan masih hidup, biasanya mereka dibiarkan saja agar mati).
Histerotomi atau bedah caesar
Terutama dilakukan 3 bulan terakhir dari kehamilan. Rahim dimasuki alat bedah melalui dinding perut.

Bayi kecil ini dikeluarkan dan dibiarkan saja agar mati atau kadang-kadang langsung dibunuh.
Pengguguran kimia (Prostaglandin)
Penggunaan cara terbaru ini memakai bahan-bahan kimia yang dikembangkan Upjohn Pharmaceutical Co.
Bahan-bahan kimia ini mengakibatkan rahim ibu mengerut, sehingga bayi yang hidup itu mati dan
terdorong keluar. Kerutan ini sedemikian kuatnya sehingga ada bayi-bayi yang terpenggal. Sering juga
bayi yang keluar itu masih hidup. Efek sampingan bagi si ibu banyak sekali ada yang mati akibat serangan
jantung waktu carian kimia itu disuntikkan.
Pil pembunuh
Pil Roussell-Uclaf (RU-486), satu campuran obat buatan Perancis tahun 1980. Pengaborsiannya butuh
waktu tiga hari dan disertai kejang-kejang berat serta pendarahan yang dapat terus berlangsung sampai
16 hari.

HUKUM DAN ABORSI


Menurut hukum-hukum yang berlaku di Indonesia, aborsi atau pengguguran janin termasuk kejahatan,
yang dikenal dengan istilah Abortus Provocatus Criminalis
Yang
menerima
hukuman
1.
Ibu
yang
melakukan
2.
Dokter
atau
bidan
atau
dukun
yang
membantu
3. Orang-orang yang mendukung terlaksananya aborsi

adalah:
aborsi
melakukan

aborsi

Beberapa pasal yang terkait adalah:


Pasal 229
1. Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya
supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena
pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling
lama empat tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah.
2. Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan
perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib,
bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.
3. Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani pencarian maka
dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.
Pasal 341
Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak
lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam, karena membunuh anak sendiri,
dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 342
Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan ketahuan bahwa akan
melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya,
diancam, karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling
lama sembilan tahun.
Pasal 343
Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi orang lain yang turut serta
melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan rencana.
Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain
untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

Pasal 347
1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas
tahun.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara
paling lama lima belas tahun.
Pasal 348
1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun enam bulan.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 349
Jika seorang tabib, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang tersebut pasal 346,
ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347
dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat
dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.

DEFINISI ABORSI
Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah abortus. Berarti
pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk
bertumbuh.
Dalam
dunia
kedokteran
1.
Aborsi
2.
Aborsi
3. Aborsi Terapeutik / Medis

dikenal
Spontan
Buatan

macam
/
/

aborsi,
Alamiah
Sengaja

yaitu:

Aborsi spontan / alamiah berlangsung tanpa tindakan apapun. Kebanyakan disebabkan karena kurang
baiknya
kualitas
sel
telur
dan
sel
sperma,
sedangkan
Aborsi buatan / sengaja adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 28 minggu sebagai
suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi (dalam hal
ini
dokter,
bidan
atau
dukun
beranak).
Aborsi terapeutik / medis adalah pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas indikasi medik.
Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau
penyakit jantung yang parah yang dapat membahayakan baik calon ibu maupun janin yang dikandungnya.
Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang matang dan tidak tergesa-gesa.

TINDAKAN ABORSI
Ada 2 macam tindakan aborsi, yaitu:
1. Aborsi dilakukan sendiri
2. Aborsi dilakukan orang lain
Aborsi dilakukan sendiri
Aborsi yang dilakukan sendiri misalnya dengan cara memakan obat-obatan yang membahayakan janin,
atau dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang dengan sengaja ingin menggugurkan janin.
Aborsi
dilakukan
orang
lain
Orang lain disini bisa seorang dokter, bidan atau dukun beranak. Cara-cara yang digunakan juga beragam.
Aborsi
yang
dilakukan
seorang
dokter
atau
bidan
pada
umumnya
dilakukan
dalam
5
tahapan,
yaitu:
1.
Bayi
dibunuh
dengan
cara
ditusuk
atau
diremukkan
didalam
kandungan
2.
Bayi
dipotong-potong
tubuhnya
agar
mudah
dikeluarkan

3.
4.
5.

Potongan
bayi
dikeluarkan
satu
persatu
dari
kandungan
Potongan-potongan disusun kembali untuk memastikan lengkap dan tidak tersisa
Potongan-potongan bayi kemudian dibuang ke tempat sampah / sungai, dikubur di
tanah kosong, atau dibakar di tungku

(1)

(2)

Sedangkan seorang dukun beranak biasanya melaksanakan aborsi dengan cara memberi ramuan obat
pada calon ibu dan mengurut perut calon ibu untuk mengeluarkan secara paksa janin dalam
kandungannya. Hal ini sangat berbahaya, sebab pengurutan belum tentu membuahkan hasil yang
diinginkan dan kemungkinan malah membawa cacat bagi janin dan trauma hebat bagi calon ibu.

RESIKO ABORSI
Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan seorang wanita.
Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan aborsi ia tidak merasakan apaapa
dan
langsung
boleh
pulang.
Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka yang
sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi.
Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang
1.
Resiko
kesehatan
dan
keselamatan
2. Resiko gangguan psikologis

melakukan
aborsi:
secara
fisik

Resiko
kesehatan
dan
keselamatan
fisik
Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko yang akan
dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku Facts of Life yang ditulis oleh
Brian
Clowes,
Phd
yaitu:
1.
Kematian
mendadak
karena
pendarahan
hebat
2.
Kematian
mendadak
karena
pembiusan
yang
gagal
3.
Kematian
secara
lambat
akibat
infeksi
serius
disekitar
kandungan
4.
Rahim
yang
sobek
(Uterine
Perforation)
5. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada
anak
berikutnya
6.
Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita)
7.
Kanker
indung
telur
(Ovarian
Cancer)
8.
Kanker
leher
rahim
(Cervical
Cancer)
9.
Kanker
hati
(Liver
Cancer)
10. Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat
pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya
11.
Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy)
12.
Infeksi
rongga
panggul
(Pelvic
Inflammatory
Disease)
13. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)

Resiko
kesehatan
mental
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan
keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat

terhadap keadaan mental seorang wanita.


Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai Post-Abortion Syndrome (Sindrom PaskaAborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam Psychological Reactions Reported After
Abortion di dalam penerbitan The Post-Abortion Review (1994).
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal seperti berikut
ini:
1.
Kehilangan
harga
diri
(82%)
2.
Berteriak-teriak
histeris
(51%)
3.
Mimpi
buruk
berkali-kali
mengenai
bayi
(63%)
4.
Ingin
melakukan
bunuh
diri
(28%)
5.
Mulai
mencoba
menggunakan
obat-obat
terlarang
(41%)
6. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)
Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi perasaan
bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya.

ARTIKEL
"METODE-METODE ABORSI - BENARKAH TANPA EFEK SAMPING ?"
Trimester Pertama:
Metode Penyedotan (Suction Curettage)
Pada 1-3 bulan pertama dalam kehidupan janin, aborsi dilakukan dengan metode penyedotan. Teknik
inilah yang paling banyak dilakukan untuk kehamilan usia dini. Mesin penyedot bertenaga kuat dengan
ujung tajam dimasukkan ke dalam rahim lewat mulut rahim yang sengaja dimekarkan. Penyedotan ini
mengakibatkan tubuh bayi berantakan dan menarik ari-ari (plasenta) dari dinding rahim. Hasil penyedotan
berupa darah, cairan ketuban, bagian-bagian plasenta dan tubuh janin terkumpul dalam botol yang
dihubungkan dengan alat penyedot ini. Ketelitian dan kehati-hatian dalam menjalani metode ini sangat
perlu dijaga guna menghindari robeknya rahim akibat salah sedot yang dapat mengakibatkan pendarahan
hebat yang terkadang berakhir pada operasi pengangkatan rahim. Peradangan dapat terjadi dengan
mudahnya jika masih ada sisa-sisa plasenta atau bagian dari janin yang tertinggal di dalam rahim. Hal
inilah yang paling sering terjadi yang dikenal dengan komplikasi paska-aborsi.

Metode D&C - Dilatasi dan Kerokan


Dalam teknik ini, mulut rahim dibuka atau dimekarkan dengan paksa untuk memasukkan pisau baja yang
tajam. Bagian tubuh janin dipotong berkeping-keping dan diangkat, sedangkan plasenta dikerok dari
dinding rahim. Darah yang hilang selama dilakukannya metode ini lebih banyak dibandingkan dengan
metode penyedotan. Begitu juga dengan perobekan rahim dan radang paling sering terjadi. Metode ini
tidak sama dengan metode D&C yang dilakukan pada wanita-wanita dengan keluhan penyakit rahim
(seperti pendarahan rahim, tidak terjadinya menstruasi, dsb). Komplikasi yang sering terjadi antara lain
robeknya dinding rahim yang dapat menjurus hingga ke kandung kencing.

Keterangan gambar:
Alat kuret dimasukkan ke dalam rahim
untuk mulai mengerok janin, ari-ari, dan air
ketuban dari rahim.

PIL RU 486
Masyarakat menamakannya "Pil Aborsi Perancis". Teknik ini menggunakan 2 hormon sintetik yaitu
mifepristone dan misoprostol untuk secara kimiawi menginduksi kehamilan usia 5-9 minggu. Di Amerika
Serikat, prosedur ini dijalani dengan pengawasan ketat dari klinik aborsi yang mengharuskan kunjungan
sedikitnya 3 kali ke klinik tersebut. Pada kunjungan pertama, wanita hamil tersebut diperiksa dengan
seksama. Jika tidak ditemukan kontra-indikasi (seperti perokok berat, penyakit asma, darah tinggi,
kegemukan, dll) yang malah dapat mengakibatkan kematian pada wanita hamil itu, maka ia diberikan pil
RU 486.
Kerja RU 486 adalah untuk memblokir hormon progesteron yang berfungsi vital untuk menjaga jalur
nutrisi ke plasenta tetap lancar. Karena pemblokiran ini, maka janin tidak mendapatkan makanannya lagi
dan menjadi kelaparan. Pada kunjungan kedua, yaitu 36-48 jam setelah kunjungan pertama, wanita hamil
ini diberikan suntikan hormon prostaglandin, biasanya misoprostol, yang mengakibatkan terjadinya
kontraksi rahim dan membuat janin terlepas dari rahim. Kebanyakan wanita mengeluarkan isi rahimnya
itu dalam 4 jam saat menunggu di klinik, tetapi 30% dari mereka mengalami hal ini di rumah, di tempat
kerja, di kendaraan umum, atau di tempat-tempat lainnya, ada juga yang perlu menunggu hingga 5 hari
kemudian. Kunjungan ketiga dilakukan kira-kira 2 minggu setelah pengguguran kandungan, untuk
mengetahui apakah aborsi telah berlangsung. Jika belum, maka operasi perlu dilakukan (5-10 persen dari
seluruh kasus). Ada beberapa kasus serius dari penggunaan RU 486, seperti aborsi yang tidak terjadi
hingga 44 hari kemudian, pendarahan hebat, pusing-pusing, muntah-muntah, rasa sakit hingga kematian.
Sedikitnya seorang wanita Perancis meninggal sedangkan beberapa lainnya mengalami serangan jantung.
Di Amerika Serikat, percobaan penggunaan RU 486 diadakan pada tahun 1995. Seorang wanita diketahui
hampir meninggal setelah kehilangan separuh dari volume darahnya dan akhirnya memerlukan operasi
darurat. Efek jangka panjang dari RU 486 belum diketahui secara pasti, tetapi beberapa alasan yang dapat
dipercaya mengatakan bahwa RU 486 tidak saja mempengaruhi kehamilan yang sedang berlangsung,
tetapi juga dapat mempengaruhi kehamilan selanjutnya, yaitu kemungkinan keguguran spontan dan cacat
pada bayi yang dikandung.

Suntikan Methotrexate (MTX)


Prosedur dengan MTX sama dengan RU 486, hanya saja obat ini disuntikkan ke dalam badan. MTX pada
mulanya digunakan untuk menekan pertumbuhan pesat sel-sel, seperti pada kasus kanker, dengan
menetralisir asam folat yang berguna untuk pemecahan sel. MTX ternyata juga menekan pertumbuhan
pesat trophoblastoid - selaput yang menyelubungi embrio yang juga merupakan cikal bakal plasenta.
Trophoblastoid tidak saja berfungsi sebagai 'sistim penyanggah hidup' untuk janin yang sedang
berkembang, mengambil oksigen dan nutrisi dari darah calon ibu serta membuang karbondioksida dan
produk-produk buangan lainnya, tetapi juga memproduksi hormon hCG (human chorionic gonadotropin),
yang memberikan tanda pada corpus luteum untuk terus memproduksi hormon progesteron yang berguna
untuk mencegah gagal rahim dan keguguran.
MTX menghancurkan integrasi dari lingkungan yang menopang, melindungi dan menyuburkan
pertumbuhan janin, dan karena kekurangan nutrisi, maka janin menjadi mati. 3-7 hari kemudian, tablet
misoprostol dimasukkan ke dalam kelamin wanita hamil itu untuk memicu terlepasnya janin dari rahim.
Terkadang, hal ini terjadi beberapa jam setelah masuknya misoprostol, tetapi sering juga terjadi perlunya
penambahan dosis misoprostol. Hal ini membuat cara aborsi dengan menggunakan suntikan MTX dapat
berlangsung berminggu-minggu. Si wanita hamil itu akan mendapatkan pendarahan selama bermingguminggu (42 hari dalam sebuah studi kasus), bahkan terjadi pendarahan hebat. Sedangkan janin dapat
gugur kapan saja - di rumah, di dalam bis umum, di tempat kerja, di supermarket, dsb. Wanita yang

kedapatan masih mengandung pada kunjungan ke klinik aborsi selanjutnya, mau tak mau harus menjalani
operasi untuk mengeluarkan janin itu. Bahkan dokter-dokter yang bekerja di klinik aborsi seringkali
enggan untuk memberikan suntikan MTX karena MTX sebenarnya adalah racun dan efek samping yang
terjadi terkadang tak dapat diprediksi.
Efek samping yang tercatat dalam studi kasus adalah sakit kepala, rasa sakit, diare, penglihatan yang
menjadi kabur, dan yang lebih serius adalah depresi sumsum tulang belakang, kekuragan darah,
kerusakan fungsi hati, dan sakit paru-paru. Dalam bungkus MTX, pabrik pembuat menuliskan peringatan
keras bahwa MTX memang berguna untuk pengobatan kanker, beberapa kasus artritis dan psoriasis,
"kematian pernah dilaporkan pada orang yang menggunakan MTX", dan pabrik itu menyarankan agar
hanya para dokter yang berpengalaman dan memiliki pengetahuan tentang terapi antimetabolik saja yang
boleh menggunakan MTX. Meski para dokter aborsi yang menggunakan MTX menepis efek-efek samping
MTX dan mengatakan MTX dosis rendah baik untuk digunakan dalam proses aborsi, dokter-dokter aborsi
lainnya tidak setuju, karena pada paket injeksi yang digunakan untuk aborsi juga tertera peringatan
bahaya racun walau MTX digunakan dalam dosis rendah.
>>selanjutnya

ARTIKEL
"METODE-METODE ABORSI - BENARKAH TANPA EFEK SAMPING ?"
Trimester Kedua:
Metode Dilatasi dan Evakuasi (D&E)
Metode ini digunakan untuk membuang janin hingga usia 24 minggu. Metode ini sejenis dengan D&C,
hanya dalam D&E digunakan tang penjepit (forsep) dengan ujung pisau tajam untuk merobek-robek janin.
Hal ini dilakukan berulang-ulang hingga seluruh tubuh janin dikeluarkan dari rahim. Karena pada usia
kehamilan ini tengkorak janin sudah mengeras, maka tengkorak ini perlu dihancurkan supaya dapat
dikeluarkan dari rahim. Jika tidak berhati-hati dalam pengeluarannya, potongan tulang-tulang yang
runcing mungkin dapat menusuk dinding rahim dan menimbulkan luka rahim. Pendarahan mungkin juga
terjadi. Dr. Warren Hern dari Boulder, Colorado, Amerika Serikat, seorang dokter aborsi yang sering
melakukan D&E mengatakan, hal ini sering membuat masalah bagi karyawan klinik dan menimbulkan
kekuatiran akan efek D&E pada wanita yang menjalani aborsi. Dokter Hern juga melihat trauma yang
terjadi pada para dokter yang melakukan aborsi, ia mengatakan, "tidak dapat disangkal lagi,
penghancuran terjadi di depan mata kita sendiri. Penghancuran janin lewat forsep itu seperti arus listrik."

Keterangan gambar:
Tang penjepit dan alat sedot tengah
dimasukan ke dalam rahim untuk
menghancurkan janin.

Metode Racun Garam (Saline)


Caranya ialah dengan meracuni air ketuban. Teknik ini digunakan saat kandungan berusia 16 minggu, saat
air ketuban sudah cukup melingkupi janin. Jarum disuntikkan ke perut si wanita dan 50-250 ml (kira-kira
secangkir) air ketuban dikeluarkan, diganti dengan larutan konsentrasi garam. Janin yang sudah mulai
bernafas, menelan garam dan teracuni. Larutan kimia ini juga membuat kulit janin terbakar dan
memburuk. Biasanya, setelah kira-kira satu jam, janin akan mati. Kira-kira 33-35 jam setelah suntikan
larutan garam itu bekerja, si wanita hamil itu akan melahirkan anak yang telah mati dengan kulit hitam
karena terbakar. Kira-kira 97% dari wanita yang memilih aborsi dengan cara ini melahirkan anaknya 72
jam setelah suntikan diberikan. Suntikan larutan garam ini juga memberikan efek samping pada wanita
pemakainya yang disebut "Konsumsi Koagulopati" (pembekuan darah yang tak terkendali diseluruh

tubuh), juga dapat menimbulkan pendarahan hebat dan efek samping serius pada sistim syaraf sentral.
Serangan jantung mendadak, koma, atau kematian mungkin juga dihasilkan oleh suntikan saline lewat
sistim pembuluh darah.

Keterangan gambar:
Jarum suntik ditusuk hingga mencapai air
ketuban. Jarum ini lalu menyedot sebagian kecil
dari air ketuban keluar, lalu diganti dengan
larutan racun garam.

ARTIKEL
"METODE-METODE ABORSI - BENARKAH TANPA EFEK SAMPING ?"
Urea
Karena bahaya penggunaan saline, maka suntikan lain yang biasa dipakai adalah hipersomolar urea,
walau metode ini kurang efektif dan biasanya harus dibarengi dengan asupan hormon oxytocin atau
prostaglandin agar dapat mencapai hasil maksimal. Gagal aborsi atau tidak tuntasnya aborsi sering terjadi
dalam menggunakan metode ini, sehingga operasi pengangkatan janin dilakukan. Seperti teknik suntikan
aborsi lainnya, efek samping yang sering ditemui adalah pusing-pusing atau muntah-muntah. Masalah
umum dalam aborsi pada trimester kedua adalah perlukaan rahim, yang berkisar dari perlukaan kecil
hingga perobekan rahim. Antara 1-2% dari pasien pengguna metode ini terkena
endometriosis/peradangan dinding rahim.

Prostaglandin
Prostaglandin merupakan hormon yang diproduksi secara alami oleh tubuh dalam proses melahirkan.
Injeksi dari konsentrasi buatan hormon ini ke dalam air ketuban memaksa proses kelahiran berlangsung,
mengakibatkan janin keluar sebelum waktunya dan tidak mempunyai kemungkinan untuk hidup sama
sekali. Sering juga garam atau racun lainnya diinjeksi terlebih dahulu ke cairan ketuban untuk
memastikan bahwa janin akan lahir dalam keadaan mati, karena tak jarang terjadi janin lolos dari trauma
melahirkan secara paksa ini dan keluar dalam keadaan hidup. Efek samping penggunaan prostaglandin
tiruan ini adalah bagian dari ari-ari yang tertinggal karena tidak luruh dengan sempurna, trauma rahim
karena dipaksa melahirkan, infeksi, pendarahan, gagal pernafasan, gagal jantung, perobekan rahim.

Partial Birth Abortion


Metode ini sama seperti melahirkan secara normal, karena janin dikeluarkan lewat jalan lahir. Aborsi ini
dilakukan pada wanita dengan usia kehamilan 20-32 minggu, mungkin juga lebih tua dari itu. Dengan
bantuan alat USG, forsep (tang penjepit) dimasukkan ke dalam rahim, lalu janin ditangkap dengan forsep
itu. Tubuh janin ditarik keluar dari jalan lahir (kecuali kepalanya). Pada saat ini, janin masih dalam
keadaan hidup. Lalu, gunting dimasukkan ke dalam jalan lahir untuk menusuk kepala bayi itu agar terjadi
lubang yang cukup besar. Setela itu, kateter penyedot dimasukkan untuk menyedot keluar otak bayi.
Kepala yang hancur lalu dikeluarkan dari dalam rahim bersamaan dengan tubuh janin yang lebih dahulu

ditarik keluar.

HISTEROTOMY
(untuk kehamilan trimester kedua dan ketiga)
Sejenis dengan metode operasi caesar, metode ini digunakan jika cairan kimia yang
digunakan/disuntikkan tidak memberikan hasil memuaskan. Sayatan dibuat di perut dan rahim. Bayi
beserta ari-ari serta cairan ketuban dikeluarkan. Terkadang, bayi dikeluarkan dalam keadaan hidup, yang
membuat satu pertanyaan bergulir: bagaimana, kapan dan siapa yang membunuh bayi ini? Metode ini
memiliki resiko tertinggi untuk kesehatan wanita, karena ada kemungkinan terjadi perobekan rahim.
Dalam 2 tahun pertama legalisasi aborsi di kota New York, tercatat 271,2 kematian per 100.000 kasus
aborsi dengan cara ini.

Bagaiman Proses Aborsi ?


Masalah :
Mingggu lalu Irfan_sniperboys menayakan mengenai kerugiannya dari aborsi, dan
bagaimana proses aborsi tersebut terjadi. Kali ini, kita muat sambungan artikel
sebelumnya.
Jawab:
Seorang dukun beranak biasanya melaksanakan aborsi dengan cara memberi ramuan obat
pada calon ibu dan mengurut perut calon ibu untuk mengeluarkan secara paksa janin
dalam kandungannya. Hal ini sangat berbahaya, sebab pengurutan belum tentu
membuahkan hasil yang diinginkan dan kemungkinan malah membawa cacat bagi janin
dan trauma hebat bagi calon ibu.
Berikut ini adalah gambaran mengenai apa yang terjadi didalam suatu proses aborsi:
Pada kehamilan muda (dibawah 1 bulan) Pada kehamilan muda, dimana usia janin masih
sangat kecil, aborsi dilakukan dengan cara menggunakan alat penghisap (suction). Sang
anak yang masih sangat lembut langsung terhisap dan hancur berantakan. Saat
dikeluarkan, dapat dilihat cairan merah berupa gumpalan-gumpalan darah dari janin yang
baru dibunuh tersebut.
Pada kehamilan lebih lanjut (1-3 bulan) Pada tahap ini, dimana janin baru berusia sekitar
beberapa minggu, bagian-bagian tubuhnya mulai terbentuk. Aborsi dilakukan dengan
cara menusuk anak tersebut kemudian bagian-bagian tubuhnya dipotong-potong dengan
menggunakan semacam tang khusus untuk aborsi (cunam abortus).
Anak dalam kandungan itu diraih dengan menggunakan tang tersebut, dengan cara
menusuk bagian manapun yang bisa tercapai. Bisa lambung, pinggang, bahu atau leher.
Kemudian setelah ditusuk, dihancurkan bagian-bagian tubuhnya. Tulang-tulangnya di
remukkan dan seluruh bagian tubuhnya disobek-sobek menjadi bagian kecil-kecil agar

mudah dikeluarkan dari kandungan. Dalam klinik aborsi, bisa dilihat potongan-potongan
bayi yang dihancurkan ini. Ada potongan tangan, potongan kaki, potongan kepala dan
bagian-bagian tubuh lain yang mungil. Anak tak berdosa yang masih sedemikian kecil
telah dibunuh dengan cara yang paling mengerikan.
Aborsi pada kehamilan lanjutan (3 sampai 6 bulan) Pada tahap ini, bayi sudah semakin
besar dan bagian-bagian tubuhnya sudah terlihat jelas. Jantungnya sudah berdetak,
tangannya sudah bisa menggenggam. Tubuhnya sudah bisa merasakan sakit, karena
jaringan syarafnya sudah terbentuk dengan baik.
Aborsi dilakukan dengan terlebih dahulu membunuh bayi ini sebelum dikeluarkan.
Pertama, diberikan suntikan maut (saline) yang langsung dimasukkan kedalam ketuban
bayi. Cairan ini akan membakar kulit bayi tersebut secara perlahan-lahan, menyesakkan
pernafasannya dan setelah menderita selama berjam-jam sampai satu hari bayi itu
akhirnya meninggal.
Selama proses ini dilakukan, bayi akan berontak, mencoba berteriak dan jantungnya
berdetak keras. Aborsi bukan saja merupakan pembunuhan, tetapi pembunuhan secara
amat keji. Setiap wanita harus sadar mengenai hal ini.
Aborsi pada kehamilan besar (6 sampai 9 bulan) Pada tahap ini, bayi sudah sangat jelas
terbentuk. Wajahnya sudah kelihatan, termasuk mata, hidung, bibir dan telinganya yang
mungil. Jari-jarinya juga sudah menjadi lebih jelas dan otaknya sudah berfungsi baik.
Untuk kasus seperti ini, proses aborsi dilakukan dengan cara mengeluarkan bayi tersebut
hidup-hidup, kemudian dibunuh.
Cara membunuhnya, biasanya langsung dilemparkan ke tempat sampah, ditenggelamkan
kedalam air atau dipukul kepalanya hingga pecah. Sehingga tangisannya berhenti dan
pekerjaan aborsi itu selesai. Selesai dengan tuntas - hanya saja darah bayi itu yang akan
mengingatkan orang-orang yang terlibat didalam aborsi ini - bahwa pembunuhan keji
telah terjadi.
Semua proses ini seringkali tidak disadari oleh para wanita calon ibu yang melakukan
aborsi. Mereka merasa bahwa aborsi itu cepat dan tidak sakit, mereka tidak sadar karena
dibawah pengaruh obat bius. Mereka bisa segera pulang tidak lama setelah aborsi
dilakukan.
Benar, bagi sang wanita, proses aborsi cepat dan tidak sakit. Tapi bagi bayi, itu adalah
proses yang sangat mengerikan, menyakitkan, dan benar-benar tidak manusiawi.
Kematian bayi yang tidak berdosa itu tidak disaksikan oleh sang calon ibu. Seorang
wanita yang kelak menjadi ibu yang seharusnya memeluk dan menggendong bayinya,
telah menjadi algojo bagi anaknya sendiri.

Oke Irfan Semoga informasi ini berguna buat kamu dan tidak berusaha untuk
mencobanya. Jika ada yang masih kurang jelas kamu bisa menghubungi kami lagi atau
bisa datang langsung ke pusat pelayanan kami. Pusat Informasi, Pelayanan konseling dan
Balai Pengobatan (Klinik) Kesehatan Reproduksi

Вам также может понравиться