Вы находитесь на странице: 1из 17

BAB 1

PENDAHULUAN
Kondiloma akuminata merupakan penyakit yang disebabkan oleh Human Papilloma
Virus (HPV) tipe tertentu yang ditularkan melalui hubungan seksual. Beberapa tipe HPV
tertentu mempunyai potensi onkogenik yang tinggi, yaitu tipe 16 dan 18. Tipe ini
merupakan jenis virus yang paling sering dijumpai pada kanker serviks, sedangkan tipe 6
dan 11 lebih sering dijumpai pada kondiloma akuminata dan neoplasia intraepitelial
serviks derajat ringan.1
Penyakit ini dijumpai pada usia produktif terutama pada orang dewasa. Di
Amerika Serikat, 30 40 juta penduduknya menderita penyakti ini. Dari penelitian
Rochester didapatkan peningkatan insiden kondiloma akuminata yang tetap sebanyak 7-8
kali selama tahun 1950-1978, bahkan insiden setahun dapat mencapai 106 per 100.000
dan sekitar 0,1% sampai dengan 0,5% dari penderita adalah dewasa muda. 2 Usia secara
umum akan mengenai dewasa muda antara 17 33 tahun dan puncaknya pada usia 20
24 tahun.3
Faktor merokok, pemakaian kontrasepsi oral, berganti-ganti pasangan dan terlalu
awal melakukan hubungan seksual, merupakan resiko mendapatkan kondiloma
akuminata. Dua pertiga penderita yang pernah berhubungan seksual dengan penderita
kondiloma akuminata akan terkena dalam waktu tiga bulan. Bila mengenai pangkal
tenggorokan atau mukosa trakea biasanya oleh kontak seksual secara oral dan bila
hubungan seksual melalui anus baik pria dengan wanita atau sesama pria akan dijumpai
juga lesi di daerah anus.3
Oleh karena itu, tindakan pencegahan sangatlah diperlukan agar tidak terkena
kondiloma akuminata. Pemakaian kondom saat berhubungan seksual, tidak merokok,
jangan berganti-ganti pasangan seksual, selalu menjaga kebersihan diri merupakan
beberapa upaya untuk mencegah penularan kondiloma akuminata.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
KONDILOMA AKUMINATA
2.1 Definisi
Kondiloma akuminata adalah vegetasi oleh Human Papilloma Virus tipe tertentu,
bertangkai dan permukaannya berjonjot.4
2.2 Sinonim
Penyakit jengger ayam atau kutil kelamin.
2.3 Etiologi
Virus penyebabnya adalah Human Papilloma Virus (HPV) merupakan virus DNA
yang tergolong dalam keluarga virus Papova. Sampai saat ini telah dikenal sekitar 70 tipe
HPV namun tidak seluruhnya dapat menyebabkan kondiloma akuminata. Tipe yang
pernah ditemui pada kondiloma akuminata adalah tipe 6, 11, 16, 18, 30, 31, 33, 35, 39,
41, 42, 44, 51, 52, dan 56. Beberapa tipe HPV tertentu mempunyai potensi onkogenik
yang tinggi, yaitu tipe 16 dan 18. Tipe ini merupakan jenis virus yang paling sering
dijumpai pada kanker serviks, sedangkan tipe 6 dan 11 lebih sering dijumpai pada
kondiloma akuminata.4 HPV tipe 6 dan 11 menimbulkan lesi dengan pertumbuhan
(seperti jengger ayam), HPV tipe 16, 18, dan 31 menimbulkan lesi yang datar (flat),
sedangkan tipe 16 dan 18 dihubungkan dengan karsinoma genital.5
2.4 Patogenesis
Penularannya melalui kontak seksual, baik genital-genital, anal-genital, oralgenital, maupun genital oral. Permukaan mukosa yang lebih tipis lebih suseptible untuk
inokulasi virus daripada kulit berkeratin yang lebih tebal sehingga mikroabrasi pada
permukaan epitel memungkinkan virion dari pasangan seksual yang terinfeksi masuk ke
dalam lapisan sel basal pasangan yang tidak terinfeksi. Selain itu penularannya dapat
melalui transmisi perinatal, dari ibu dengan kondiloma akuminata ke neonatus.2

Sel basal merupakan tempat pertama infeksi HPV sehingga setelah inokulasi
melalui trauma kecil (mikrolesi), virion HPV akan masuk sampai lapisan sel basal epitel.
Agar dapat menimbulkan infeksi, HPV harus mencapai epitel yang berdiferensiasi
sedangkan sel basal relatif undifferentiated, mereka hanya terstimulasi untuk membelah
secara cepat sehingga disini hanya terjadi ekpresi gen HPV. Sesuai dengan pembelahan
sel basal, virion HPV akan bergerak ke lapisan epidermis yang lebih atas dan hanya
lapisan epidermis di atas lapisan basal yang berdiferensiasi pada tahap lanjut, yang dapat
mendukung replikasi virus. Ekspresi gen virus pada lapisan ini diperlukan untuk
menghasilkan capsid protein dan kumpulan partikel virus. Sesudah itu terjadi pelepasan
virus bersama dengan sel epitel yang deskuamasi, kemudian virus baru akan menginfeksi
lapisan basal yang lain. Waktu yang dibutuhkan mulai dari infeksi HPV sampai pelepasan
virus baru adalah 3 minggu (masa inkubasi kondiloma akuminata 3 minggu sampai 8
bulan).2
2.5 Faktor Risiko
1. Aktivitas Seksual
Kondiloma akuminata atau infeksi HPV sering terjadi pada orang yang
mempunyai aktivitas seksual yang aktif dan mempunyai pasangan seksual lebih
dari 1 orang (multiple). Winer et al., pada penelitiannya menunjukkan bahwa
mahasiswa-mahasiswi yang sering berganti-ganti pasangan seksual dapat
terinfeksi HPV melalui pemeriksaan DNA. Wanita dengan lima atau lebih
pasangan seksual dalam lima tahun memiliki resiko 7,1% mengalami infeksi HPV
(anogenital warts) dan 12,8% mengalami kekambuhan dalam rentang waktu
tersebut. Pada penelitian yang lebih luas, WAVE III yang melibatkan wanita
berusia 18-25 tahun yang memiliki tiga kehidupan seksual dengan pasangan yang
berbeda juga berpotensi untuk terinfeksi HPV.2
2. Penggunaan Kontrasepsi
Penelitian pada 603 mahasiswa yang menggunakan alat kontrasepsi oral ternyata
menunjukkan adanya hubungan terjadinya infeksi HPV pada serviks. Namun
hubungan pasti antara alat kontrasepsi oral dengan angka kejadian terjadinya
kondiloma akuminata masih menjadi perdebatan.2

3. Merokok
Hubungan antara merokok dengan terjadinya kondiloma akuminata masih belum
jelas. Namun pada beberapa penelitian ditemukan adanya korelasi antara
terjadinya infeksi HPV pada seviks dengan penggunaan rokok tanpa filter
(cigarette) dengan cara pengukuran HPV DNA.2
4. Kehamilan
5. Imunitas
Kondiloma juga sering ditemukan pada penderita yang immunocompromised
seperti pada penderita dengan HIV/AIDS.2
2.6 Gejala Klinis
Penyakit ini terutama terdapat di daerah lipatan yang lembab, misalnya di daerah
genitalia eksterna. Pada pria tempat predileksinya di perineum dan sekitar anus, sulkus
koronarius, glans penis, muara uretra eksterna, korpus, dan pangkal penis. Pada wanita di
daerah vulva dan sekitarnya, introitus vagina, kadang-kadang pada porsio uteri. Pada
wanita yang banyak mengeluarkan flour albus atau wanita yang hamil pertumbuhan
penyakit lebih cepat.4
Kelainan kulit berupa papul baik soliter atau multipel, bertangkai dan berwarna
kemerahan kalau masih baru, jika sudah lama maka akan tampak kehitaman.
Permukaannya berjonjot (papilomatosa) atau verukous (seperti jengger ayam) sehingga
pada vegetasi yang besar dapat dilakukan percobaan sondase. Jika timbul infeksi
sekunder warna kemerahan akan berubah menjadi keabu-abuan dan berbau tidak enak.
Vegetasi yang besar disebut sebagai giant condyloma (Buschke) yang pernah dilaporkan
menimbulkan degenerasi maligna sehingga harus dilakukan biposi.4,5
Manifestasi infeksi HPV pada kelamin dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Infeksi Klinis
Morfologisnya dapat berbentuk : kondiloma akuminata dengan bentuk klasik dari
genital warts seperti bunga kol yang menonjol, papula keratotik atau seperti veruka
vulgaris, dan veruka plana.2

2. Infeksi Subklinis
Hanya tampak dengan alat bantu misalnya dengan asam asetat 3-5%, lensa pembesar
dan kolposkopi, dan secara histopatologis menunjukkan adanya infeksi HPV.2
3. Infeks Laten
Tidak tampak infeksi HPV baik secara klinis, dengan alat bantu maupun secara
histopatologis. DNA HPV dapat dideteksi pada epitel yang tampak normal dengan
teknik biologi molekuler.2
2.7 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan dapat pula dilakukan
pemeriksaan penunjang antara lain dengan :
1. Tes asam asetat
Bubuhkan asam asetat 5% dengan lidi kapas pada lesi yang dicurigai. Dalam
beberapa menit lesi akan berubah warna menjadi putih (acetowhite). Perubahan
warna pada lesi di daerah perianal perlu waktu lebih lama (sekitar 15 menit). 6 Tes ini
dapat menolong mendeteksi infeksi HPV subklinis atau menentukan batas pada lesi
datar. Pemeriksaan ini menolong dalam membatasi infeksi HPV ke serviks dan anus.
Acetowhitening pada lesi genital eksternal tidak spesifik untuk kondiloma.2
2. Histopatologi
Pada kondiloma akuminata yang eksofitik, pemeriksaan dengan mikroskop cahaya
akan memperlihatkan gambaran papilomatosis, akantosis, rete ridges yang
memanjang dan menebal, parakeratosis dan vakuolisasi pada sitoplasma.6
2.8 Diagnosis Banding
Beberapa penyakit yang merupakan diagnosis banding kondiloma akuminata
antara lain : veruka vulgaris, kondiloma lata, dan karsinoma sel skuamosa.4
Kondiloma lata
Dijumpai pada sifilis stadium II, klinis berupa papul-papul lentikuler,
permukaannya datar, sebagian berkonfluensi, terletak pada lipatan kulit dan karena
gesekan-gesekan antara kulit permukaannnya menjadi erosif, eksudatif, dan sangat
menular. Biasanya pada stadium ini lesi tidak gatal dan umumnya terjadi limfadenitis

generalisata. Selain itu biasanya pada sifilis stadium 2 ini juga dijumpai gejala konstitusi
yang tidak begitu berat seperti anoreksia, penurunan berat badan, malaise, nyeri kepala,
demam yang tidak terlalu tinggi, dan atralgia.4
Veruka vulgaris
Biasanya terjadi pada anak-anak, namun bisa juga terjadi pada orang dewasa.
Tempat predileksinya terutama di daerah ekstremitas bagian ekstensor. Kelainan ini
berbentuk bulat berwarna abu-abu atau seperti warna kulit normal, besarnya lentikular,
atau kalau berkonfluen berbentuk plakat, permukaannya kasar dan bila dengan goresan
dapat timbul autoinokulasi sepanjang goresan (fenomena Kobner).4
Karsinoma sel skuamosa
Biasanya sering terjadi pada umur 40-50 tahun (dekade V-VI) dengan lokalisasi
yang tersering adalah pada tungkai bawah. Beberapa etiologi yang terkait dengan
kejadian karsinoma sel skuamosa antara lain : paparan sinar matahari, ras, genetik,
radiasi, atau faktor hidrogen (tar, minyak mineral, parafin likuidum). Awalnya berupa
nodul yang keras dengan batas yang tidak tegas, permukaan licin seperti kulit normal dan
pada akhirnya berkembang menjadi verukosa atau papiloma dan biasanya akan tampak
skuamasi. Pada keadaan yang lebih lanjut dapat timbul ulserasi, mudah berdarah ,dan
berbau.4
2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penderita kondiloma akuminata meliputi tindakan umum yang
merupakan edukasi untuk tidak melakukan hubungan seksual tanpa kondom, kebersihan
perseorangan juga harus diperhatikan, dan pilihan pengobatan yang akan diberikan,
kemungkinan untuk terjadi kekambuhan, dan bagaimana daya penularan penyakit
tersebut dan kemungkinan hubungan infeksi HPV terhadap timbulnya kanker.2
Tindakan khusus dalam pengobatan kondiloma akuminata dapat dilakukan dengan
cara topikal, tindakan bedah, dan terapi sistemik. Pengobatan dengan menggunakan
imunoterapi, misalkan dengan interfon atau isoprinosim didasarkan atas anggapan bahwa
terjadi gangguan sistem imunitas seluler pada penderita kondiloma akuminata.2
Pengobatan Topikal

Terapi

Manfaat

Podofilotoksin

Antimitotik

Imiquimod, krem
25%

Merangsang
Imunitas seluler
dan humoral

5-fluorourasil krem
1-5% (dilakukan
oleh dokter)

Antimetabolit,
antineoplasma,
merangsang
imun
Antimitotik dan
sitotoksik

Tingtur
Podofilin10-25%
(dilakukan oleh
dokter)
Posalfilin
(dilakukan oleh
dokter)
TCA (dilakukan
oleh dokter)

IFN intralesi
(dilakukan oleh
dokter)

Antimitotik dan
sitotoksik

Efek Samping
Iritasi (jarang)

Teratogenik, risiko
adenosis vagina
dan clear cell
adenocarcinoma
Teratogenik dan
onkogenik. Iritasi
jika digunakan
terlalu dalam
Teratogenik dan
onkogenik

Efek kaustik dan


menimbulkan
koagulasi dan
nekrosis
Antivirus,
imunomodulator,
dan
antiproliferasi

Kontra
Indikasi
Wanita hamil
dan menyusui
Wanita hamil
dan lesi pada
serviks, vagina,
uretra, perianal
Wanita hamil

Keterangan
Dapat dilakukan sendiri
Dapat dilakukan sendiri

Khusus untuk lesi di


uretra dan vulvovagina

Wanita hamil
dan lesi pada
serviks dan anal.

Untuk external warts.


Dicuci 4-6 jam
kemudian.

Wanita hamil
dan lesi pada
serviks dan anal

Untuk lesi
hiperkeratosis
Untuk lesi
hiperkeratosis pada
vagina, anal, serviks,
uretra, dapat diberikan
untuk hamil

Panas, mialgia,
sakit kepala,
leucopenia

Tindakan Bedah
1. Elektrokauterisasi
2. Bedah beku (N2, N2O cair)
3. Bedah laser
4. Bedah scalpel

Terapi Sistemik
Interferon
7

Diberikan dalam bentuk suntikan (i.m. atau intralesi) dan topikal (krim). Interferon alfa
diberikan dengan dosis 4-6 mU i.m. 3 kali seminggu selama 6 minggu atau dengan 1-5
mU i.m. selama 6 minggu. Interferon beta diberikan dengan dosis 2 x 106 unit i.m.
selama 10 hari berturut-turut.4
Pada pengobatan dengan tingtur podofilin 25% sebelum pemakaian sebaiknya
kulit disekitarnya dilindungi dengan vaselin atau pasta agar tidak terjadi iritasi, setelah 46 jam dicuci. Jika belum ada penyembuhan dapat diulangi setelah 3 hari. Setiap kali
pemberian jangan melebihi 0,3 cc karena akan diserap dan bersifat toksik. Gejala
toksisitas adalah mual, muntah, nyeri abdomen, gangguan alat napas, dan keringat yang
disertai kulit dingin. Dapat pula terjadi supresi sumsum tulang yang disertai
trombositopenia dan leukopenia. Pada wanita hamil sebaiknya jangan diberikan karena
dapat terjadi kematian fetus. Cara pengobatan dengan podofilin ini sering dipakai.
Hasilnya baik pada lesi yang baru, tetapi kurang memuaskan pada lesi yang lama atau
berbentuk pipih.4
Pengobatan dengan asam triklorasetat (TCA) digunakan larutan dengan
konsentrasi 50%, dioleskan setiap minggu. Pemberiannya harus hati-hati karena dapat
menimbulkan ulkus yang dalam. Dapat diberikan pada wanita hamil.4
Pengobatan dengan 5-fluorourasil digunakan konsentrasin antara 1-5% dalam
krim, dipakai terutama pada lesi di meatus uretra. Pemberiannya setiap hari sampai lesi
hilang. Sebaiknya penderita tidak miksi selama 2 jam setelah pengobatan.4
2.10 Pencegahan
Beberapa tidakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran
kondiloma akuminata, antara lain :
1. Tidak melakukan hubungan seksual dengan multipartner (tidak berganti-ganti
pasangan).
2. Tidak melakukan hubungan seksual dengan orang yang mengalami kondiloma
akuminata atau penyakit menular seksual lainnya.
3. Melakukan hubungan seksual dengan 1 orang saja (setia dengan pasangan) dan
menggunakan kondom pada saat berhubungan seksual.

4. Selama menjalani pengobatan, jangan melakukan hubungan seksual sampai lesi


hilang.
5. Menjaga kebersihan diri khususnya daerah genital maupun anus.
2.11 Prognosis
Prognosis pada umumnya baik, walaupun sering mengalami residif. Faktor
predisposisi dicari, misalnya higiene, adanya fluor albus, atau kelembaban pada pria
akibat tidak disirkumsisi.4
Tingkat kekambuhan lebih dari 50% sesudah 1 tahun dan hal ini dapat terjadi
karena2 :
1. Infeksi ulang dari kontak seksual.
2. Masa inkubasi HPV yang panjang.
3. Menetapnya virus pada kulit di kelenjar lesi, folikel rambut atau tempat yang tidak
dapat dijangkau oleh intervensi yang digunakan.
4. Lesi yang tidak dijumpai atau lesi yang dalam.
5. Lesi subklinis.

BAB 3
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Penderita
Nama

: I Nengah Buda

Umur

: 33 Tahun

Jenis Kelamin

: laki-laki

Alamat

: Jalan Maluku, Pekambingan, Denpasar Barat

Suku

: Bali

Bangsa

: Indonesia

Agama

: Hindu

Tanggal Pemeriksaan : 11 Januari 2011


3.2 Anamnesis
Keluhan Utama

Tumbuh benjolan seperti kutil di daerah anus


Perjalananan Penyakit

Penderita mengeluh timbul benjolan pada daerah anus kurang lebih sejak 2 bulan
yang lalu. Pada awalnya timbul benjolan kecil berwarna kemerahan dan makin lama
makin membesar dan warnanya berubah menjadi kehitaman. Benjolan tidak disertai
dengan rasa gatal dan tidak disertai dengan rasa nyeri. Riwayat perdarahan pada benjolan
disangkal oleh penderita.
Riwayat Pengobatan :
Penderita sudah dapat berobat sebelumnya dengan menggunakan asam
triklorasetat (TCA) sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu dan sudah dilakukan pengobatan
sebanyak 3 kali. Namun benjolan tersebut tidak mau hilang.
Riwayat Penyakit Terdahulu

Penderita belum pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya.


Riwayat Penyakit Keluarga :
Di keluarga tidak ada yang mengalami kelainan yang sama dengan penderita.
Riwayat penyakit kelamin di keluarga disangkal.

10

Riwayat Sosial:
Penderita bekerja sebagai pegawai swasta (pegawai garmen) dan sampai saat ini
penderita belum menikah. Penderita tidak memiliki kebiasaan merokok ataupun minumminuman beralkohol. Penderita memiliki riwayat berhubungan seks dengan multipartner
(suka berganti-ganti pasangan). Penderita biasanya melakukan hubungan seksual dengan
cara anogenital.
3.3 Pemeriksaan Fisik
Status Present
Keadaan Umum

: Baik

Nadi

: 84 kali permenit

Respirasi

: 20 kali permenit

Temperatur aksila

: 36,6C

Status General
Kepala

: Normocephali

Mata

: anemia -/-, ikterus -/-, reflek pupil +/+ isokor

THT

: kesan tenang

Thorax : Cor

: S1S2 normal, reguler, murmur (-)

Pulmo

: vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-

Abdomen

: distensi (-), bising usus normal, hepar dan lien tidak teraba

Ekstremitas

: akral hangat (+) pada keempat ekstremitas, edema (-)

Status Dermatologi
1.

Lokasi
Effloresensi

: daerah sekitar anus


: papula, multipel, batas tegas bentuk bulat, ukuran
diameter kurang lebih 0,5 - 1 cm, permukaan
berdungkul-dungkul, warna kehitaman, dengan
konsistensi keras.

2.

Mukosa

: dalam batas normal

3.

Rambut

: dalam batas normal

11

4.

Kuku

: dalam batas normal

5.

Fungsi Kelenjar Keringat

: dalam batas normal

6.

Kelenjar Limfe

7.

Saraf

: dalam batas normal


: dalam batas normal

3.4 Diagnosis Banding


Kondiloma akuminata
Kondiloma lata
Veruka vulgaris
Karsinoma sel skuamosa
3.5 Resume
Penderita laki-laki, 33 tahun, Bali, Hindu, mengeluh timbul benjolan pada daerah
anus kurang lebih sejak 2 bulan yang lalu. Pada awalnya timbul benjolan kecil berwarna
kemerahan dan makin lama makin membesar dan warnanya berubah menjadi kehitaman.
Benjolan tidak disertai dengan rasa gatal dan rasa nyeri. Riwayat perdarahan pada
benjolan disangkal oleh penderita. Riwayat berhubungan seksual dengan multipartner ada
dan biasanya dilakukan secara anogenital.
Penderita sudah dapat berobat sebelumnya dengan menggunakan asam
trikloroasetat (TCA) kurang lebih sejak 1 bulan yang lalu dan sudah dilakukan
pengobatan sebanyak 3 kali. Namun benjolan tersebut tidak mau hilang.
Status Dermatologi :
Lokasi

: daerah sekitar anus

Effloresensi

: papula, multipel, batas tegas bentuk bulat, ukuran diameter kurang lebih
0,5 - 1 cm, permukaan berdungkul-dungkul, warna kehitaman, dengan
konsistensi keras.

3.6 Diagnosis Kerja


Kondiloma akuminata

12

3.7 Penatalaksanaan
Elektrokauterisasi
KIE
-

Menghindari melakukan hubungan seks dengan cara berganti-ganti pasangan,


cukup dengan 1 orang saja.

Selama masih terdapat benjolan dan dalam masa pengobatan, disarankan


untuk tidak melakukan hubungan seks dahulu.

Memakai kondom apabila akan melakukan hubungan seks.

Menjaga kebersihan tubuh terutama daerah genitalia dan anus.

Melakukan pemeriksaan rutin (kontrol) selama menjalani pengobatan.

3.8 Prognosis
Prognosis dari penderita ini adalah dubius.

13

BAB 4
PEMBAHASAN
Berdasarkan anamnesis yang telah dilakukan dengan penderita didapatkan bahwa
penderita mengeluh timbul benjolan pada daerah anus kurang lebih sejak 2 bulan yang
lalu. Pada awalnya timbul benjolan kecil berwarna kemerahan dan makin lama makin
membesar dan warnanya berubah menjadi kehitaman. Benjolan tidak disertai dengan rasa
gatal dan tidak disertai dengan rasa nyeri. Riwayat perdarahan pada benjolan disangkal
oleh penderita. Hal ini sesuai dengan teori yang ada bahwa pada penyakit kondiloma
akuminata khususnya pada pria tempat predileksinya di perineum dan sekitar anus, sulkus
koronarius, glans penis, muara uretra eksterna, korpus, dan pangkal penis. Kelainan kulit
yang timbul dapat berupa papul baik soliter atau multipel, bertangkai dan berwarna
kemerahan kalau masih baru, jika sudah lama maka akan tampak kehitaman.
Permukaannya berjonjot (papilomatosa) atau verukous (seperti jengger ayam).
Kondiloma akuminata merupakan salah satu penyakit yang disebarkan melalui hubungan
seksual. Hal ini juga mendukung penegakan diagnosis kondiloma akuminata pada
penderita ini dimana penderita memiliki riwayat melakukan hubungan seksual dengan
multipartner dan dilakukan secara anogenital.
Dari status dermatologinya kita dapatkan bahwa lesi ditemukan di daerah sekitar
anus (perianal) dengan effloresensi berupa papula, multipel, batas tegas bentuk bulat,
ukuran diameter kurang lebih 0,5 - 1 cm, permukaan berdungkul-dungkul, warna
kehitaman, dengan konsistensi keras. Hal ini sesuai untuk diagnosis kondiloma
akuminata berdasarkan gambaran efloresensinya yang berupa papul bisa soliter atau
multipel, bertangkai dengan permukaan berdungkul-dungkul, warna merah sampai
kehitaman.
Dalam mendiagnosis kondiloma akuminata sering dibingungkan dengan penyakit
yang lain seperti kondiloma lata pada penyakit sifilis satdium 2, dengan veruka vulgaris
atau dengan karsinoma sel skuamosa. Apabila pada sifilis stadium 2 didapatkan
kondiloma lata yang berupa papul-papul lentikuler, permukaannya datar, sebagian
berkonfluensi, terletak pada lipatan kulit dan karena gesekan-gesekan antara kulit
permukaannnya menjadi erosif, eksudatif, dan sangat menular. Biasanya pada stadium ini

14

lesi tidak gatal dan umumnya terjadi limfadenitis generalisata. Selain itu biasanya pada
sifilis stadium 2 ini juga dijumpai gejala konstitusi yang tidak begitu berat seperti
anoreksia, penurunan berat badan, malaise, nyeri kepala, demam yang tidak terlalu tinggi,
dan atralgia. Lain halnya pada veruka vulgaris biasanya terjadi pada anak-anak, namun
bisa juga terjadi pada orang dewasa. Tempat predileksinya terutama di daerah ekstremitas
bagian ekstensor. Kelainan ini berbentuk bulat berwarna abu-abu atau seperti warna kulit
normal, besarnya lentikular, atau kalau berkonfluen berbentuk plakat, permukaannya
kasar dan bila dengan goresan dapat timbul autoinokulasi sepanjang goresan (fenomena
Kobner). Pada kasus karsinoma sel skuamosa didapatkan biasanya sering terjadi pada
umur 40-50 tahun (dekade V-VI) dengan lokalisasi yang tersering adalah pada tungkai
bawah. Beberapa etiologi yang terkait dengan kejadian karsinoma sel skuamosa antara
lain : paparan sinar matahari, ras, genetik, radiasi, atau faktor hidrogen (tar, minyak
mineral, parafin likuidum). Awalnya berupa nodul yang keras dengan batas yang tidak
tegas, permukaan licin seperti kulit normal dan pada akhirnya berkembang menjadi
verukosa atau papiloma dan biasanya akan tampak skuamasi. Pada keadaan yang lebih
lanjut dapat timbul ulserasi, mudah berdarah ,dan berbau.
Modalitas terapi penderita kondiloma akuminata ada tiga yaitu terapi topikal,
terapi bedah, dan terapi sistemik. Selain ketiga terapi tersebut, pemberian KIE kepada
penderita juga sangat penting untuk mencegah penularan atau penyebaran penyakit ini ke
orang lain. Pada penderita ini penatalaksanaan yang dilakukan adalah dengan melakukan
elektrokauterisasi. Hal ini dikarenakan sebelumnya penderita sudah mendapatkan terapi
topikal dengan asam triklorasetat (TCA) sebanyak 3 kali selama 1 bulan namun tidak ada
perbaikan. Oleh sebab itu, maka pada penderita ini dilakukan terapi bedah listrik
(elektrokauterisasi) untuk mengganti terapi topikal yang sudah gagal sebelumnya.
Prognosis pada penderita ini adalah dubius. Hal ini disebabkan karena
kesembuhan penderita terhadap penyakit kondiloma akuminata ini bergantung pada status
imunitas penderita dan sejauh mana penderita bisa menjaga perilaku khususnya dalam
melakukan hubungan seksual dan juga menjaga kebersihan dirinya. Apabila penderita
dapat mengontrolnya dengan baik, maka kemungkinan untuk kambuh lagi semakin kecil
dan begitu pula sebaliknya mengingat penyakit ini sangat mudah kambuh.

15

16

DAFTAR PUSTAKA
1. Wikipedia. Kondiloma Akuminata. Diunduh dari : http://id.wikipedia.org/wiki/
Kondiloma_Akuminata. (2010). Diakses tanggal 11 Januari 2011.
2. Wahid, D.I. Kondiloma Akuminata. Diunduh dari : http://diyoyen.blog.friend
ster.com/2009/08/kondiloma-akuminata/. (2010). Diakses tanggal 11 Januari 2011.
3. Suprayitno, Didik. Kondiloma Akuminata. Diunduh dari : http://drdidiksuprayitno.
blogspot.com/2010/09/kondiloma-akuminata.html. (2010). Diakses tanggal 11
Januari 2011.
4. Djuanda, Adhi. dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi keempat. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. (2005). hal.112-411
5. Wirya Duarsa, dkk. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Penyakit Kulit Dan Kelamin
RSUP Denpasar. Lab/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana, Denpasar. (2000). hal. 47-48
6. Febri. Kondiloma Akuminata Si Jengger Ayam. Diunduh dari : http://bidanshop.blog
spot.com/2010/01/kondiloma-akuminata-si-jengger-ayam.html.

(2010).

Diakses

tanggal 11 Januari 2011.

17

Вам также может понравиться