Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
LANDASAN TEORI
2.1 Penelusuran Banjir (Flood Routing)
Penelusuran banjir adalah sebuah konfigurasi gelombang banjir yang bergerak pada suatu
tampungan (saluran atau waduk). Pada rekayasa hidrologi, penelusuran banjir merupakan teknik
yang penting, yang diperlukan untuk mendapatkan penyelesaian yang lengkap mengenai
persoalan pengendalian banjir dan peramalan banjir. Untuk memenuhi keperluan ini, penelusuran
banjir dipandang sebagai prosedur yang dibutuhkan untuk menentukan hidrograf yang diketahui
dari suatu titik tinjau.
Penelusuran banjir di waduk diperlukan untuk mengetahui data debit outflow maksimum
dan tinggi air maksimum pada debit outflow yang bersesuaian sebagai dasar perencanaan
hidrolika struktur, dalam hal ini antara lain adalah untuk menentukan:
a. Dimensi lebar pelimpah
b. Profil pelimpah
c. Tinggi jagaan pelimpah
d. Dimensi peredam energi dan sebagainya
Perilaku perubahan elevasi muka air pada proses penelusuran banjir di waduk adalah
ketika hidrograf banjir yang terjadi masuk ke tampungan waduk, muka air waduk akan terus
mengisi ke kapasitas tampungan sementara (surcharge storage) yaitu tampungan yang terletak di
atas ambang pelimpah. Aliran keluar melalui pelimpah akan terus mengalami kenaikan sampai
elevasi tertentu hingga mencapai elevasi maksimum setara dengan debit outflow maksimumnya,
walaupun peningkatan tidak setaraf dengan peningkatan aliran yang masuk. Proses ini akan
terjadi sampai puncak banjir tercapai, ketika inflow dan outflow akan menjadi sama. Sesudah itu
debit outflow akan berangsur-angsur mengalami pengurangan yang selanjutnya pada waktu
tertentu debit outflow lebih besar dari inflow.
Selama proses penelusuran banjir berlangsung, jumlah air yang dsimpan sementara di
dalam waduk disebut reduksi banjir. Hidrograf outflow dari waduk akan mempunyai puncak
terendah tergantung pada ukuran waduk dan besarnya kapasitas banjir yang tersedia.
2.1.2
Ada banyak tipe profil pelimpah ogee modifikasi, tipe standart biasanya
ditetapkan berdasarkan aliran di atas ambang rencana. Cara pembentukan tipe ogee ini
disebut metode US ARMY. As ambang pelimpah tepat pada puncak ambang. Satu cara
lagi disebut Metode USBR.
1. Tipe I (Tipe Tegak)
(3-5)
K
2,000
n
1,850
3: 1
1,936
1,836
3: 2
1,939
1,810
3: 3
1,873
1,776
Dari profil lengkung Harrold, bagian hilir pelimpah dirubah profilnya menjadi
garis lurus dengan kemiringan 1: 1 atau 1: 0,8 atau berapa saja asal tidak terjadi banyak
pembulatan angka.
Pertemuan lengkung Harrold dan garis lurus tersebut harus merupakan
garis/bidang singgung sehingga tidak menyebabkan bahaya kavitasi.
Profil depan dapat ditetapkan dengan persamaan sebagai berikut (Santosh Kumar,
1976):
y=0,724
( x +0,270 H d ) 1,85
Hd
(2-6)
Sambungan lengkung Harrold dan garis lereng hulu bendung harus merupakan
garis singgung. Titik singgung berkoordinat:
0,85
dy 1,85 x
=
=1: m
dx 2 H d0,85
(2-7)
Yang mana, m adalah kemiringan lereng hulu bendung. Tekanan di atas ambang,
untuk pelimpah dengan tinggi tekan sedang, dan tekanan negatif yang diijinkan sekitar1,5 m. Sedangkan untuk pelimpah dengan tinggi tekan besar, U.S.B.R. menetapkan
tekanan negatif yang diijinkan -4,8m. Tekanan negatif perlu diwaspadai karena
menyebabkan beberapa hal yang kurang menguntungkan:
- Menambah momen guling
- Menambah gaya akibat beban berguna pada pintu
- Mengurangi kapasitas peralatan yang dikontrol secara otomatis
- Menimbulkan getaran pada seluruh konstruksi
- Menimbulkan getaran pada lapisan selimut yang menyebabkan retaknya
bangunan
Yaitu kurva yang menunjukkan hubungan antara Elevasi (Reservoir Water Level)
Luas Genangan (Reservoir Area) Volume Tampungan (Storage Capacity).
Langkah-langkah dalam menentukan hubungan elevasi, luas dan volume waduk dalam
Lengkung Kapasitas:
1. Hitung luas permukaan waduk yang dibatasi garis kontur _menggunakan
planimetri
2. Hitung volume yang dibatasi oleh 2 garis kontur yang berurutan dengan
menggunakan rumus pendekatan volume sebagai berikut (Bangunan Utama KP-02,
1986):
Dimana:
Vx
= volume pada kontur X (m3).
Z
= beda tinggi antar kontur (m).
Fy
= luas pada kontur Y (m2).
Fx
= luas pada kontur X (m2).
2.1.4 Penelusuran Banjir pada Pelimpah
Untuk mendapatkan muka air banjir pada tubuh embung perlu dilakukan
penelusuran banjir untuk menentukan debit outflow untuk mendesain spillway dan
tampungan banjir dalam waduk (Soemarto, 1999).
Data-data yang diperlukan pada penelusuran banjir lewat waduk adalah:
-
(2-8)
Bangunan pelimpah juga memiliki bagian-bagian yang dibahas dalam tabel dibawah ini.
Tabel 2.1. Tabel bagian dan fungsi pelimpah
Bagian
Saluran pengarah
Saluran peluncur
Peredam energi
Fungsi
a. Digunakan untuk mengarahkan dan
mengatur aliran air agar kecepatannya
kecil tetapi debitnya besar.
b. Tipe/jenisnya antara lain: ambang
bebas (untuk debit kecil), ambang
berbentuk bendung pelimpah (debit
besar), bendung pelimpah
menggantung (pada bendungan beton)
a. Digunakan untuk membuat agar
kecepatan air yang meluncur ke hilir
di bawah kecepatan kritis yang
diizinkan
b. v = k.R2/3.S0.5
c. Fr = v/(g.L)0.5 1 (kritis dan super
kritis)
d. Upaya yang dilakukan adalah:
-slope dibuat landau
-artificial aeration
-pelapisan beton dengan baja tahan
karat
Digunakan untuk menghilangkan atau
mengurangi energi air agar tidak merusak
tebing, dan atau bangunan lain di hilir
bangunan pelimpah yaitu dengan loncatan
energy/loncatan ski (kolam olakan)
Pada perencanaan pelimpah sebenarnya belum ada cara perhitungan yang benar-benar
mantap. Kebanyakan masih berdasarkan pada asumsi-asumsi yang kebenarannya belum teruji.
Oleh karena itu, pengujian dengan model test sangat dianjurkan. Data yang diperlukan dalam
perencanaan pelimpah antara lain adalah koefisien limpahan (berdasar literature yang diperoleh
rentang nilai antara 1,6-2,2), elevasi pelimpah (berdasarkan lengkung kapasitas waduk ), dan
persamaan lengkung kapasitas waduk.
b) Pengambilan gorong-gorong
c) Pengambilan frontal
Pengambilan
diletakkan
di
tembok
(2-36)
(2-37)
Tegangan normal
dalam persamaan di atas adalah sama dengan
Nr
Wn cos n
Ln
Ln
=
(2-38)
Untuk keseimbangan blok percobaan ABC, momen gaya dorong terhadap titik O adalah
sama dengan momen gaya perlawanan terhadap titik O, atau
n p
n p
W cos n
1
c n
tan ( Ln )( r )
W
r
sin
n
n
Ln
n 1 Fs
n 1
=
atau
n p
(c L
n 1
Wn cos n tan )
n p
Fs
Dimana
Ln
W
=
(2-39)
n 1
sin n
(2-40)
bn
cos n
dengan
bn
= lebar potongan
irisan ke-n.
Perhatikan bahwa harga n bisa negatif atau positif. Harga n positif bila talud
bidang longsor yang merupakan sisi bawah dari irisan, berada pada kwadran yang sama
dengan talud maka tanah yang merupakan sisi atas dari irisan. Untuk mendapatkan angka
keamanan yang minimum yaitu angka keamanan untuk lingkaran kritis beberapa
percobaan dibuat dengan cara mengubah letak pusat lingkaran yang dicoba.
c) Analisis Stabilitas Talud Metode Irisan Bishop
Pada tahun 1995, Bishop memperkenalkan suatu penyelesaian yang lebih teliti
daripada metode irisan yang sederhana. Dalam metode ini, pengaruh gayagaya pada sisi
tepi tiap irisan diperhitungkan. Sekarang, misalkan Pn Pn+1 = P; Tn Tn+1 = T. Juga,
kita dapat menulis bahwa
tan c Ln
Fs
Fs
N r tan( d ) c d Ln N r
Tr
(2-41)
Gambar 2.34. Metode irisan bishop yang disederhanakan; (a) gaya gaya
yang bekerja pada irisan nomor n, (b) poligon gaya untuk keseimbangan
Sumber : Das, BM; 1994
Pada Gambar 2.34. (b) menunjukkan poligon gaya untuk keseimbangan dari irisan nomor
n. Jumlahkan gaya dalam arah vertikal.
N r tan c Ln
sin n
Fs
Fs
N r cos n
Wn + T
atau,
c L n
sin n
Fs
tan sin n
cos n
Fs
(2-42)
Wn T
Nr
=
Untuk keseimbangan blok ABC, ambil momen terhadap O
n p
W r sin
n 1
(2-43)
n p
T r
n 1
(2-44)
dengan,
1
(c tan )Ln
Fs
1
(c Ln N r tan )
Fs
Tr
=
=
(2-45)
Dengan memasukkan persamaan (2-42) dan (2-43) ke persamaan (2-45), maka
didapatkan:
n p
(cb
n 1
Wn tan T tan )
n p
Fs
W
n 1
dengan,
cos n
m (n )
1
m ( n )
sin n
(2-46)
tan sin n
Fs
=
(2-47)
Untuk penyederhanaan, bila kita mengumpamakan T = 0, maka persamaan berubah
menjadi :
n p
(cb
n 1
Wn tan )
n p
Fs
W
=
n 1
1
m ( n )
sin n
(2-48)
m (n )
tan / Fs
dan
Perhatikan bahwa Fs muncul pada kedua sisi dari persamaan diatas. Oleh karena
itu, cara cobacoba perlu dilakukan untuk mendapatkan harga F s. Gambar 2.35
tan / Fs
m (n )
u n hn w
u n Ln
c L
n 1
Fs
W
n 1
sin n
=
(2-49)
Begitu juga persamaan untuk metode irisan yang disederhanakan menurut Bishop
akan disempurnakan ke persamaan berikut
n p
c b
n 1
(Wn u n bn ) tan
n p
Fs
W
=
n 1
Wn
1
m ( ) n
sin n
(2-50)
total irisan. Dengan menggunakan metode irisan dan bermacammacam asumsi yang lain,
Bishop, Margenstern (1960) dan Spencer (1967) memberikan grafik (chart) untuk
menentukan angka keamanan dari talud yang sederhana dengan memperhitungkan
pengaruh tekanan air pori.