Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1.1. Petrologi
Secara
umum,
petrologi
merupakan
ilmu
pengetahuan
yang
mineral pada fase padat sebagai akibat perubahan kondisi fisik (HGH,
Winkler, 1967).
1.3. Magma
Magma adalah cairan silikat pijar yang terbentuk secara alamiah,
bersifat mobilis dengan suhu 600o 1200o C atau lebih yang berasal dari kerak
bumi bagian bawah atau kerak bumi bagian atas.
Komposisi magma terdiri atas SiO2, MnO, Al2O, CaO, Fe2O3, TiO2,
P2O3. Senyawa-senyawa tersebut bersifat non volatil dengan komposisi 99%
dan sisanya 1% bersifat volatil dan unsur jejak.
Berdasarkan penghabluran mineral-mineral silikat (magma), oleh
Norman L. Bowen disusun suatu seri yang kemudian dikenal sebagai Bowen
Reaction Series. Seri reaksi Bowen menggambarkan proses pembentukan
mineral pada saat pendinginan magma, dimana ketika magma mendingin,
magma tersebut mengalami reaksi yang spesifik.
Gambar 1.1
Bowen Reaction Series
BAB II
BATUAN BEKU
2. Menginterpretasikan
penamaan
batuan-batuan
beku
berdasarkan
deskripsinya.
3. Mengetahui kandungan mineral yang terdapat dalam batuan beku.
2.2. Struktur Batuan Beku
Batuan beku adalah batuan yang terjadi dari proses pembekuan magma,
baik yang terbentuk di bawah permukaan bumi (intrusif), yang terbentuk di
permukaan bumi (ekstrusif) ataupun juga berupa intrusi magma.
Struktur adalah kenampakan hubungan antara batuan dalam skala besar
ataupun kecil. Bentuk struktur sangat erat kaitannya dengan pembentukan
batuan beku. Berikut beberapa struktur dari batuan beku :
1.
lembaran-
2)
3)
4)
b.
c.
bila
butiran-butiran
mineral
yang
besar
(fenokris)
diantaranya :
a.
Holokristalin, apabila massa batuan tersusun butiran-butiran
kristal.
b.
c.
b.
c.
b.
2. Mineral Sekunder
Mineral tersebut merupakan mineral hasil dari ubahan mineral
utama yang disebabkan proses pelapukan, reaksi hidrotermal maupun hasil
metamorfisme terhadap mineral utama. Mineral sekunder terdiri dari :
a.
b.
c.
3. Mineral Tambahan
Merupakan mineral yang terbentuk pada waktu kristalisasi magma,
dengan jumlah yang sangat kecil. Contohnya seperti hematite, kromit,
rutile, magnetit, rulit, dan apatit.
2.5. Jenis Jenis Batuan Beku
Penggolongan batuan beku dapat didasarkan atas 3 patokan, yaitu
sebagai berikut :
1. Berdasarkan senyawa SiO2 menurut C.J. Hughes, 1962 yaitu :
a. Batuan beku asam apabila kandungan SiO2 lebih dari 66% atau banyak
mengandung mineral kuarsa.
b. Batuan beku intermediet apabila kandungan SiO2 antara 52% - 66%.
c. Batuan beku basa apabila kandungan SiO2 antara 45% - 52%.
d. Batuan beku ultrabasa apabila kandungan SiO2 kurang dari 45%.
2. Berdasarkan unsur mineralogi menurut S.J. Shand, 1943 yaitu :
a. Leukokratik Rock, jika mengandung < 30 % mineral mafik.
b. Mesokratik Rock, jika mengandung 30 % - 60 % mineral mafik.
c. Melanokratik Rock, jika mengandung 60 % - 90 % mineral mafik.
d. Hypermelanic Rock, jika mengandung > 90 % mineral mafik.
Menurut S. J. Elis, 1948, batuan beku dapat dibagi menjadi empat
golongan tekstur, yaitu :
a. Felsic (indeks warna kurang dari 10%)
b. Mafelsic (indeks warna 10% - 40%)
c. Mafic (indeks warna 40% - 70%)
d. Ultra mafic (indeks warna lebih dari 70%)
batuan asam, jenis batuan beku menengah, dan jenis batuan beku basa (mafik,
alkali, dan ultra mafik).
3. Masing-masing kolom jenis dibagi dalam kolom-kolom kecil yang menunjukkan
kelompok batuan, dimana masing-masing kolom mempunyai kandungan mineral
yang hampir sama, hanya saja berbeda teksturnya, yakni tekstur plutonik dan
vulkanik.
4. Kuarsa sebagai mineral utama penyebarannya dibagi oleh garis bagi kuarsa,
dimana bagian kiri dari garis tersebut adalah batuan yang mengandung kuarsa >
10%, sedangkan di sebelah kanan garis merupakan batuan yang mengandung
kuarsa < 10% (batuan jenis menangah dan basa).
5. Mineral orthoklas dalam hal ini meliputi pengertian keseluruhan alkali feldspar
lainnya seperti sanidin, mikrolin, anorthoklas, dan lain-lain. Sedangkan
plagioklas dibedakan menjadi plagioklas asam dan basa.
Tahap Penentuan Jenis Batuan
1.
2.
Jika mineral kuarsa hadir dan mencapai 10 % atau lebih maka jenis batuannya
adalah batuan beku asam
3.
Jika mineral kuarsa hadir dan kurang dari 10 % maka jenis batuannya adalah
batuan beku intermediet, dicirikan dengan melimpahnya mineral orthoklas dan
plagiokas asam, sedangkan pada jenis basa dicirikan dengan melimpahnya
plagioklas basa.
Plagioklas asam umumnya relatif cerah dibandingkan dengan plagioklas basa,
Plagioklas 10%
Relasinya panidiomorfik granular
Karena kuarsa lebih dari 10%, maka jenis batuannya adalah asam,
Granit
Sierit
Diorit
Batuan
Gabro
Hornblende
Dunit
Serpentinit
Kuarsa
Kalium
Feldspar
Plagioklas
Mika
Amfibol
Piroksen
Olivin
Serpentin
Gambar 2.1
Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Komposisi dan Tekstur
BAB III
BATUAN PIROKLASTIK
Mengetahui
dan
membedakan
batuan
piroklastik
berdasarkan
klasifikasinya.
2.
10
2.
a.
Kuarsa (SiO2)
b.
c.
Feldspatoid
Mineral-mineral Ferromagnesic
Kelompok mineral yang kaya akan kandungan ikatan Fe-Mg silikat
dan terkadang disusul dengan Ca-silikat.
a. Piroksin
b. Olivin
3.
Mineral Tambahan
Mineral-mineral yang sering hadir seperti hornblende, biotit,
magnetit, dan ilmenit.
11
Ukuran Butir
(mm)
Sebutan
(Piroklastik)
> 64
Bomb, Block
Bomb, Block,
Tephra
64 2
Lapillus
Tephra lapilli
116 2
Debu Kasar
Debu kasar
< 1/16
Debu Halus
Debu halus
Tak Terkonsolidasi
Terkonsolidasi
Aglomerat,
Breksi
Piroklastik
Batulapilli
Tuff, debu
kasar
Tuff, debu
halus
1.
12
2.
13
14
BAB IV
BATUAN SEDIMEN
4.1.
Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah :
1.
2.
Menginterpretasikan
penamaan
batuan-batuan
sedimen
berdasarkan
deskripsinya.
4.2.
15
atau
jauh
sebelumnya
Sangat
umum
terjadi
pada
16
17
terbentuk
oleh kegiatan
18
Ukuran Butir
(mm)
19
Bongkah
Berangkal
Kerakal
Kerikil
Pasir sangat kasar
Pasir kasar
Pasir sedang
Pasir halus
Pasir sangat halus
Lanau
Lempung
Boulder
Couble
Pebble
Granule
Very coarse sand
Coarse sand
Medium sand
Fine sand
Very fine sand
Silt
Clay
> 256
64 256
4 64
24
12
-1
-
1/8
1/16 1/8
1/256 1/16
< 1/256
pembundaran
adalah
nilai
membulat
atau
meruncingnya butiran, dimana sifat ini hanya bisa diamati pada batuan
sedimen klastik kasar. Ada lima batasan dalam pemerian derajat
pembundaran yaitu :
1) Menyudut (angular)
2) Menyudut tanggung (subangular)
3) Membundar tanggung (subrounded)
4) Membundar (rounded)
5) Membundar baik (well rounded)
d. Porositas
Porositas adalah perbandingan volume pori batuan dengan
volume total batuan. Porositas terbagi atas :
20
1) Porositas baik
2) Prositas sedang
3) Porositas buruk
e. Kemas
Di dalam batuan sedimen klastik dikenal dua macam kemas
yaitu :
1) Kemas terbuka, butiran tidak saling bersinggungan (mengambang
di dalam matrik).
2) Kemas tertutup, butiran bersentuhan satu sama lain.
3. Komposisi Mineral
a. Fragmen, yaitu bagian butir yang ukuran butirannya paling besar dan
dapat berupa pecahan-pecahan batuan, mineral, cangkang-cangkang
fosil atau zat organik lainnya.
b. Matrik, yaitu bagian butiran yang berukuran lebih kecil dari fragmen
dan terletak di antara fragmen sebagai massa dasar. Matrik bisa juga
berbentuk batuan mineral dan fosil.
c. Semen, yaitu bahan pengikat antara semen dengan matrik. Dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1) Semen karbonat contohnya, kalsit dan dolomit.
2) Semen silika contohnya, kalsedon dan kuarsa.
3) Semen oksida besi contohnya, limonit dan hematit.
Pada batuan sedimen detritus halus semen tidak harus ada karena
butiran dapat saling terikat oleh kohesi masing-masing butir misalnya
batulempung, lanau, serta serpih.
4.4. Batuan Sedimen Non Klastik
1. Struktur Batuan Sedimen Non Klastik
Struktur batuan sedimen non klastik terbentuk dari proses reaksi
kimia ataupun kegiatan organik.
a. Fossilliferous, yaitu struktur yang ditunjukkan oleh adanya fosil.
b. Oolitik, yaitu struktur dimana suatu fragmen klastik diselubungi oleh
mineral non klastik dan bersifat konsentrasi dengan diameter < 2 mm.
c. Pisolitik, yaitu struktur yang sama dengan oolitik tapi ukuran
diameternya > 2 mm.
d. Konkresi, yaitu struktur yang sama dengan oolitik tetapi tidak
menunjukkan adanya sifat konsentris.
e. Septaria, yaitu struktur yang sejenis konkresi tetapi mempunyai
komposisi lempungan dengan ciri khas adanya rekahan-rekahan yang
21
>2
1/16 2
1/256 1/16
<1/256
22
23
>1
Arenite
0,062 1
Lutite
< 0,062
cangkang-cangkang
binatang
atau
kerangka
hasil
pertumbuhan.
b) Interclast, merupakan fragmen yang terdiri atas butiran-butiran
dari hasil abrasi batugamping yang telah ada sebelumnya.
c) Pisolit, merupakan butiran-butiran oolit dengan ukuran lebih
besar dari 2 mm.
d) Pellet, merupakan fragmen yang menyerupai oolit tapi tidak
menunjukkan adanya sifat konsentris.
2) Mikrit, adalah agregat halus berukuran 1 - 4 mikron yang
merupakan kristal-kristal karbonat yang terbentuk secara biokimia
atau kimiawi langsung dari presipitasi air laut yang mengisi rongga
antar butir.
3) Sparit, adalah semen yang mengisi antara ruang antar butir dan
rekahan, berukuran butiran halus (0,02 0,1 mm), dan dapat
24
Dominan
detritis fosil
Batugamping
bioklastik
Non Klastik
Pertumbuhan
Kristalin
fosil
Batugamping
Batugamping
kerangka koral
kristalin
25
(ukuran arenite)
Kalsilutite
(ukuran lutite)
BAB V
BATUAN METAMORF
26
sama
dengan
27
1. Tekstur kristaloblastik, yaitu tekstur yang sama sekali baru dan tekstur
batuan asalnya tidak terlihat lagi.
a. Tekstur lapidoblastik, yaitu tekstur yang didominasi oleh mineral pipih
yang memperlihatkan suatu orientasi sejajar.
28
BAB VI
FORMASI BATUAN
29
2.
3.
6.2. Formasi
Formasi merupakan satuan dasar dalam pembagian satuan litostratigrafi.
Formasi harus memiliki keseragaman atau gejala-gejala litologi yang nyata baik
terdiri dari satu macam jenis batuan, perulangan dari dua jenis batuan atau
lebih, beberapa jenis batuan yang mempunyai ciri-ciri yang berbeda dari satuan
formasi lainnya.
Formasi dapat tersingkap di permukaan, berkelanjutan ke bawah
permukaan atau seluruhnya terdapat di bawah permukaan. Formasi haruslah
mempunyai nilai stratigrafi yang meliputi daerah cukup luas dan lazimnya
dapat dipetakan pada skala 1 : 25.000 atau lebih kecil.
Syarat pemberian nama suatu formasi, yaitu :
1. Nama yang dipakai untuk formasi baru belum dipakai sebelumnya.
2. Lokasi tipe nama-nama pegunungan, bukit, sungai, biasanya nama-nama
tempat yang tidak mudah berubah nama
3. Batas ditetapkan dengan jelas batas bawah dan atas serta dijelaskan
apakah selaras atau tidak selaras.
4. Umur, terutama umur relatif formasi baru harus ditentukan.
5. Tebal dan variasi litologi regional baru harus ditentukan.
6. Korelasi dengan satuan-satuan stratigrafi batuan lainnya harus ditetapkan.
geologi
pada
hakekatnya
merupakan
gambar
teknik
Berkat
perkembangan
teknologi
saat
ini,
30
Computer Note-book (Lap Top) dan PDA (Personal Digital Assistant) untuk
mencatat dan merekam data geologi langsung di lapangan.
Aktivitas yang dilakukan pada proses pemetaan geologi lapangan yang
meliputi antara lain :
1. Melakukan pengamatan / observasi singkapan batuan.
2. Mendeskripsi batuan
pada
singkapan-singkapan
yang
dijumpai
di
lapangan.
3. Melakukan pengukuran kedudukan batuan.
4. Pengukuran unsur-unsur struktur geologi, dan unsur-unsur geologi lainnya.
5. Mencatat hasil pengamatan kedalam buku catatan lapangan.
6. Menentukan lokasi singkapan-singkapan batuan di lapangan.
7. Penentuan lokasi singkapan-singkapan batuan dapat dilakukan dengan
kompas maupun dengan alat navigasi yang dikenal sebagai GPS.
6.4. Peran Formasi Batuan
Kegunaan dari formasi adalah formasi memungkinkan ahli geologi
untuk mengkorelasikan lapisan geologi melintasi jarak yang lebar antara
singkapan dan eksposur batu strata. Formasi batuan sangat erat hubungan
dengan skala waktu geologi. Skala waktu geologi digunakan oleh para
ahli geologi dan ilmuwan untuk menjelaskan waktu dan hubungan antar
peristiwa yang terjadi sepanjang sejarah Bumi.
31
Gambar 6.1
Skala Waktu Geologi
6.5. Stratigrafi
Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif
serta distribusi perlapisan batuan dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk
menjelaskan sejarah bumi. Dari hasil perbandingan atau korelasi antar lapisan
yang berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi
(litostratigrafi), kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur relatif maupun
absolutnya (kronostratigrafi). stratigrafi kita pelajari untuk mengetahui luas
penyebaran lapisan batuan.
Table 6.2
Modul & Panduan Praktikum Petrologi
2014-2015
32
Formasi Geologi
Formasi Luas
Geologi (Ha)
Luas Formasi
Luas Luas Formasi
(%) Geologi
(Ha)
(%) Geologi
Formasi
Alluvium
Granit
153.800 4,098 Manunggal 1691.00 4,506
Tua (Qal)
(Mgr)
(Km)
Anggota
Batuan
Alluvium
Pau
Tak
Muda
1.033.133 27,58 Formasi
65.020 1,732
Berinci
(Qha)
Manunggal
(Ksv)
(Kmp)
Formasi
Formasi
Diorit
Dohor
157.400 4,194 Keramaian
5.750 0,153
(Mdi)
(Qtd)
(Kak)
Formasi
Formasi
Gabro
Warukin
216.700 5,774
387.800 10,333
Pitab (Kp)
(Mgb)
(Tmw)
Formasi
Anggota
Pulau
Haruyan
Diabas
25.300 0,674
130.700 3,483
balang
Formasi
(Mdb)
(Tmp)
Pitab (Kph)
Anggota
Formasi
Batunggal
Basal
Berai
406.400 10,829
19.020 0,507
Formasi
(Mba)
(Tomb)
Pitab (Kbp)
Formasi
Basal
Batuan
Pemaluan 196.600 5,238 Kasale
1.500 0,040 Ultramafik
(Tomp)
(Tkb)
(Mu)
Formasi
Andesit
Rijang
Binuang
17.080 0.445
209 0,006
(An)
Radiolaria
(Tob)
Formasi
Batuan
Granodiorit
Tanjung
366.700 9,771
15.350 0,409 Malihan
(Kgd)
(Tet)
(Mm)
Anggota
Berai
Formasi
2.447 0,065
Tanjung
( Tetb)
Luas
(Ha)
Luas
(%)
68.150 1,816
5.189 0,138
16.240 0,433
10.980 0,293
84 0,002
1.672 0,045
217.600 5,798
6.876 0,183
56.220 1,498
33
34