Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Tanggal (kasus): 19
November 2014
Tangal presentasi: 9
Desember 2014
Tempat presentasi: RSUD Kayen
Obyektif presentasi:
Keterampilan
Keilmuan
Diagnostik
Neonat
Bay
us
Bahan
bahasan:
Cara
Manajemen
Ana
Remaj
k
Tinjauan
Penyegar
Tinjauan
an
Masalah
Dewasa
pustaka
Istimewa
Lansia Bumi
a
Riset
pustaka
Diskus Presentasi dan
membahas:
i
Data
Nama: Tn. S
Kasus
l
Audit
Pos
diskusi
No registrasi: 15-062900
pasien:
Nama klinik: IGD RSUD Kayen
Telp:
Pasien
juga
menyangkal
adanya
gangguan
ingatan
dan
6. Lain-lain:
STATUS INTERNA
1. Keadaan Umum
2. Tanda Vital :
a. Kesadaran
b. Tekanan darah
: 180/100 mmHg
c. Nadi
: 80x/menit
d. Suhu
: 36,5 0C
e. Pernapasan
: 20x/menit
f. BB
: 52 kg
g. TB
: 168 cm
3. Jantung
4. Paru
(-/-)
5. Abdomen
STATUS NEUROLOGI
Kesan Umum
Kesadaran
Pembicaraan :
Disartri
Afasia
: tidak
: tidak
Kepala : normocephali
Pemeriksaan Khusus
1. Tanda Rangsang Meningeal
Kaku kuduk
: (-)
: >1350/>1350
Kernig
Brudzinsky I
: -/-
Brudzinsky II
: -/-
Brudzinsky III
: -/-
Brudzinsky IV
: -/-
2. Nervus Kranialis
Nervus I
Hypo/anosmia : -/Nervus II
Visus
: tidak dilakukan
: tidak dilakukan
: ortoforia / ortoforia
: (+)/(+)
Ke temporal
: (+)/(+)
Ke bawah
: (+)/(+)
Ke temporal bawah
: (+)/(+)
Eksopthalmus : (-)/(-)
Ptosis
: (-)/(-)
Pupil
Bentuk
: bulat/bulat
Lebar
: 2mm/2mm
Anisokoria
: tidak
: +/+
:+/+
Otot temporal
Cabang sensorik
I : baik
II : baik
III
: baik
Refleks kornea
: +/+
Nervus VII
Waktu diam
Kerutan dahi
Tinggi alis
: simetris
: simetris
Sudut mata
Lipatan nasolabial
: simetris
: simetris
Sudut mulut
: simetris
Waktu gerak
Mengerut dahi
: simetris
Menutup mata
Bersiul
: simetris
: simetris
Memperlihatkan gigi
: simetris
: tidak dilakukan
: tidak dilakukan
Nervus VIII
Mendengar suara berbisik
: +/+
: tidak dilakukan
: tidak dilakukan
: tidak dilakukan
Nervus IX, X
Bagian motorik
Suara biasa/ parau/ tidak bersuara : biasa
Kedudukan arcus faring
: simetris
Kedudukan uvula
: di tengah
Detak jantung
Bising usus
Menelan
Bagian sensorik
: tidak dilakukan
Nervus XI
Mengangkat bahu
Memalingkan kepala
: baik
: baik
Nervus XII
Kedudukan lidah waktu istirahat : di tengah
Kedudukan lidah waktu dijulurkan : di tengah
Atrof
Fasikulasi/tremor
: tidak
: tidak
3. Sistem Motorik
Kekuatan otot
Superior 5.5.5/3.3.3
Inferior 5.5.5/3.3.3
Tonus otot
Superior N/N
Inferior N/N
Gerakan
Superior +/+
Inferior +/+
Trof
Superior eutrof/eutrof
Inferior eutrof/eutrof
Klonus
Inferior -/4. Sistem Sensorik : hemihipeestesi sinistra
5. Refleks
Refleks tendon/periost
Refleks biceps : +/+
Refleks triceps : +/+
Refleks patella : +/++
Refleks achilles
: +/+
Refleks patologik
Tungkai
Babinski
: -/-
Chaddock : -/Oppenheim
: -/-
Rossolimo : -/Gonda
: -/-
Gordon : -/Schaefer
: -/-
Lengan
Hoffman-tromer
: -/-
6. SSO
Miksi
: baik
Defekasi
: baik
Sekresi keringat
: baik
Salivasi
: baik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Leukosit
Hasil
Nilai Rujukan
13 g/dl
13 18 g/dl
4000
1000
12190/mm3
0
150000
Trombosit
/mm3
4000
391.000/mm3
00
/mm3
Hematokrit
KIMIA DARAH
SGOT
39 %
40 54 %
21 U/l
< 42 U/l
SGPT
Ureum
13 U/l
17,7 mg/dl
Kreatinin
0.87 mg/dl
<47 U/l
10 50 mg/dl
0,67
1,36
mg/dl
Glukosa
Se
wa
118 mg/dl
ktu
88 mg/dl
<159 mg/dl
140 mg/dl
117 mg/dl
34 mg/dl
<240 mg/dl
<200 mg/dl
35-80 mg/dl
Ch
ol
es
ter
ol
Cholesterol
Trigliserid
HDL
Ch
ol
es
ter
ol
Pemeriksaan CT-scan : -
SIRIRAJ SCORE
(2,5 x kesadaran) + (2 x muntah) + (2 x nyeri kepala) + (0,1 x tekanan darah
diatolik) (3 x ateroma) 12 =
DIAGNOSIS
I.
Diagnosis Klinis
Diagnosis Topis
Diagnosis Etiologi
II.
Hipertensi Grade II
Penatalaksanaan di IGD
Terapi:
Inf RL 20 tpm
Inj citicolin 3 x 500mg iv
Inj Ranitidin 2 x 1 amp iv
Aspilet 1 x 80 mg
Captopril 3 x 6,25mg
B1 B6 B12 3 x 1 tab
Daftar Pustaka:
1. Sepe PS, Yachimski PS, Friedman LS. Gastroenterology. In: Sabatine MS,
ed. Pocket medicine, 3rd ed. Lippincott Williams & Wilkins: Philadelphia;
2008: 3.1-25.
2. Longo DL. Gastrointestinal bleeding. In: Fauci AS, Braunwald E, Kasper DL,
et al, eds. Harrisons manual of medicine, 17th ed. McGraw Hill: New York;
2009: 259-62
3. Smyth EM. Drugs used in the treatment of gastrointestinal diseases. In:
Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ, eds. Basic & clinical pharmacology,
11th ed. McGraw-Hill: China; 2009: e-book
Hasil pembelajaran:
1. Diagnosis Gastritis
2. Patofsiologi hematemesis ec Gastritis erosive
3. Penatalaksanaan hematemesis ec Gastritis Erosif
badan sebelah kiri lemas dan susah digerakkan secara tiba-tiba sejak 2 jam
sebelum masuk RS. Dikatakan bahwa 2 jam SMRS, pasien ketika bangun dari
tempat tidur merasa badannya lemas kemudian pasien terjatuh, setelah pasien
terjatuh pasien tidak bisa bangun sendiri tanpa dibantu. Keluhan ini baru
pertama kali terjadi dan tidak pernah merasa lemas seperti ini sebelumnya.
Pasien
mengatakan
sesudah
kejadian
bicaranya
menjadi
pelo.
Pasien
mempunyai riwayat hipertensi dan DM sejak 7 tahun yang lalu, namun jarang
terkontrol. Pasien merokok sejak muda dan sering mengkonsumsi kopi. Pasien
juga jarang olah raga.
2. Objektif:
Pada pemeriksaan fsik ditemukan :
Keadaan Umum
Kesadaran
: compos mentis
Tanda Vital :
Tekanan darah : 180/100 mmHg
Nadi
: 80x/menit
Suhu
: 36,50C
Pernapasan
: 20x/menit
Status generalis
Status neurologis
: GCS E4M6V5
Saraf kranialis
Sistem motorik :
Lengan kanan/kiri
: 5.5.5/3.3.3
: hemihipeestesi sinistra
Refleks fsiologis
: hiperefleksi pattela
Refleks patologis
: (-)
dapat
terjadi
pada
pasien,
yakni
hematemesis,
melena,
dan
keluhan
utama
hematemesis.
Diagnosis
banding
lain
untuk
Usulan CT Scan
Pengobatan :
Inf RL 20 tpm
Inj citicolin 3 x 500mg iv
Inj Ranitidin 2 x 1 amp iv
Aspilet 1 x 80 mg
Captopril 3 x 6,25mg
B1 B6 B12 3 x 1 tab
Awasi TTV dan defsit neurologis.
Pendidikan :
Modifkasi lifestyle (diet rendah garam, berhenti merokok)
TINJAUAN PUSTAKA
PENDAHULUAN
TIA
RIND
Progressive stroke
iv.
Complete stroke
v.
Silent stroke
b. stroke hemoragik
Pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah yang
normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan
merusaknya contoh perdarahan intraserebral, perdarahan
subarachnoid, perdarahan intrakranial et causa AVM. Hampir 70
persen kasus stroke hemorrhagik terjadi pada penderita hipertensi.
FAKTOR RESIKO
1. Hipertensi
Kenaikan tekanan darah 10 mmHg saja dapat meningkatkan resiko
terkena stroke sebanyak 30%. Hipertensi berperanan penting untuk
terjadinya infark dan perdarah-an otak yang terjadi pada pembuluh
darah kecil. Hipertensi mempercepat arterioskleosis sehingga
mudah terjadi oklusi atau emboli pada/dari pembuluh darah besar.
Hipertensi secara langsung dapat menyebabkan arteriosklerosis
obstruktif, lalu terjadi infark lakuner dan mikroaneurisma.Hal ini
dapat menjadi penyebab utama PIS.Baik hipertensi sistolik maupun
diastolik, keduanya merupakan faktor resiko terjadinya stroke.
2. Penyakit Jantung
Pada penyelidikan di luar negeri terbukti bahwa gangguan fungsi
jantung secara bermakna meningkatkan kemungkinan terjadinya
stroke tanpa tergantung derajat tekanan darah.
Penyakit jantung tersebut antara lain adalah:
-
Atrial fbrilasi
Aritmia
Kelainan EKG
3. Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus merupakan faktor resiko untuk terjadinya infark
otak, sedangkan peranannya pada perdarahan belum jelas. Diduga
DM mempercepat terjadinya proses arteriosklerosis, biasa dijumpai
arteriosklerosis lebih berat, lebih tersebar dan mulai lebih dini.
Infark otak terjadi 2,5 kali lebih banyak pada penderita DM pria
dan 4 kali lebih banyak pada penderita wanita, dibandingkan
dengan yang tidak menderita DM pada umur dan jenis kelamin
yang sama.
4. Merokok
Merokok meningkatkan risiko terkena stroke empat kali lipat, hal ini
berlaku untuk semua jenis rokok (sigaret, cerutu atau pipa) dan
untuk semua tipe stroke terutama perdarahan subarachnoid dan
stroke infark, merokok mendorong terjadinya atherosclerosis yang
selanjutnya memprofokasi terjadinya thrombosis arteri.
5. Riwayat keluarga.
Kelainan keturunan sangat jarang meninggalkan stroke secara
langsung, tetapi gen sangat berperan besar pada beberapa factor
risiko stroke, misalnya hipertensi, penyakit jantung, diabetes dan
kelainan pembuluh darah. Riwayat stroke dalam keluarga terutama
jika dua atau lebih anggota keluarga pernah menderita stroke pada
usia 65 tahun.
PATOFISIOLOGI
Trombosis (penyakit trombo oklusif) merupakan penyebab stroke
yang paling sering. Arteriosclerosis serebral dan perlambatan
sirkulasi serebral adalah penyebab utama trombosis selebral. Tandatanda trombosis serebral bervariasi, sakit kepala adalah awitan yang
tidak umum. Beberapa pasien mengalami pusing, perubahan
kognitif atau kejang dan beberapa awitan umum lainnya. Secara
Kesulitan menelan.
Kehilangan koordinasi.
Kehilangan keseimbangan.
Kejang.
DIAGNOSIS
Stroke adalah suatu keadaan emergensi medis. Setiap orang yang
diduga mengalami stroke seharusnya segera dibawa ke fasilitas
medis untuk evaluasi dan terapi. Pertama-tama, dokter akan
menanyakan riwayat medis pasien jika terdapat tanda-tanda bahaya
sebelumnya dan melakukan pemeriksaan fsik. Jika seseorang telah
diperiksa seorang dokter tertentu, akan menjadi ideal jika dokter
tersebut ikut berpartisipasi dalam penilaian. Pengetahuan
sebelumnya tentang pasien tersebut dapat meningkatkan ketepatan
penilaian.
Hanya karena seseorang mempunyai gangguan bicara atau
kelemahan pada satu sisi tubuh tidaklah sinyal kejadian stroke.
Terdapat banyak kemungkinan lain yang mungkin bertanggung
jawab untuk gejala ini. Kondisi lain yang dapat serupa stroke
meliputi:
Tumor otak
Abses otak
Pada evaluasi stroke akut, banyak hal akan terjadi pada waktu yang
sama. Pada saat dokter mencari informasi riwayat pasien dan
melakukan pemeriksaan fsik, perawat akan mulai memonitor tandatanda vital pasien, melakukan tes darah dan melakukan
pemeriksaan EKG (elektrokardiogram).
Bagian dari pemeriksaan fsik yang menjadi standar adalah
penggunaan skala stroke. The American Heart Association telah
mempublikasikan suatu pedoman pemeriksaan sistem saraf untuk
membantu penyedia perawatan menentukan berat ringannya stroke
dan apakah intervensi agresif mungkin diperlukan.
Untuk membedakan stroke tersebut termasuk jenis hemoragis atau
non hemoragis. antara keduanya, dapat ditentukan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan klinis neurologis, algoritma dan penilaian
dengan skor stroke, dan pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
Bila sudah ditetapkan sebagai penyebabnya adalah stroke, maka
langkah berikutnya adalah menetapkan stroke tersebut termasuk
jenis yang mana, stroke hemoragis atau stroke non hemoragis.
Untuk keperluan tersebut, pengambilan anamnesis harus dilakukan
seteliti mungkin.Berdasarkan hasil anamnesis, dapat ditentukan
perbedaan antara keduanya, seperti tertulis pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Perbedaan stroke hemoragik dan stroke infark berdasarkan
anamnesis
3.b.
score
Tabel 3. Djoenaedi Stroke Score
Catatan
4. Pemeriksaan Penunjang
Computerized tomography (CT scan): untuk membantu
menentukan penyebab seorang terduga stroke, suatu pemeriksaan
sinar x khusus yang disebut CT scan otak sering dilakukan. Suatu CT
scan digunakan untuk mencari perdarahan atau massa di dalam
otak, situasi yang sangat berbeda dengan stroke yang memerlukan
penanganan yang berbeda pula. CT Scan berguna untuk
menentukan:
jenis patologi
lokasi lesi
ukuran lesi
diberikan adalah heparin dengan dosis awal 1.000 u/jam cek APTT 6
jam kemudian sampai dicapai 1,5 2,5 kali kontrol hari ke 3 diganti
anti koagulan oral, Heparin berat molekul rendah (LWMH) dosis 2 x
Proteksi neuronal/sitoproteksi
Obat-
Berolahraga teratur
Rehabilitasi
Stroke merupakan penyebab utama kecacatan pada usia di atas 45
tahun, maka yang paling penting pada masa ini ialah upaya
membatasi sejauh mungkin kecacatan penderita, fsik dan mental,
dengan fsioterapi, terapi wicara, dan psikoterapi. Jika seorang
pasien tidak lagi menderita sakit akut setelah suatu stroke, staf
perawatan kesehatan memfokuskan pada pemaksimalan
kemampuan fungsi pasien. Hal ini sering dilakukan di rumah sakit
rehabilitasi atau area khusus di rumah sakit umum. Rehabilitasi juga
dapat bertempat di fasilitas perawat.
Proses rehabilitasi dapat meliputi beberapa atau semua hal di
bawah ini:
1. Terapi bicara untuk belajar kembali berbicara dan menelan
2. Terapi okupasi untuk mendapatkan kembali ketangkasan
lengan dan tangan
3. Terapi fsik untuk memperbaiki kekuatan dan kemampuan
berjalan, dan
4. Edukasi keluarga untuk memberikan orientasi kepada mereka
dalam merawat orang yang mereka cintai di rumah dan
tantangan yang akan mereka hadapi.
Tabel 8. Pedoman dasar rehabilitasi pasien pasca stroke
Hari 1-3 (di sisi tempat
tidur)
positioning
bahu
Aktiftas berpindah
Komunikasi, menelan
Team/family planing
Hari 3-5
Hari 7-10
2-3 minggu
mobility
Follow up
3-6 minggu
10-12 minggu
7. Latihan mobilisasi
8. Latihan pindah dari kursi roda ke mobil
9. Latihan berpakaian
10.
Latihan membaca
11.
KOMPLIKASI
Komplikasi pada stroke sering terjadi dan menyebabkan gejala klinik
stroke menjadi semakin memburuk. Tanda-tanda komplikasi harus
dikenali sejak dini sehingga dapat dicegah agar tidak semakin buruk
dan dapat menentukan terapi yang sesuai.1 Komplikasi pada stroke
yaitu:
1. Komplikasi Dini (0-48 jam pertama):
1. Edema serebri: Merupakan komplikasi yang umum
terjadi, dapat menyebabkan defsit neurologis menjadi
lebih berat, terjadi peningkatan tekanan intrakranial,
herniasi dan akhirnya menimbulkan kematian.
2. Abnormalitas jantung: Kelaianan jantung dapat menjadi
penyebab, timbul bersama atau akibat
stroke,merupakan penyebab kematian mendadak pada
stroke stadium awal.sepertiga sampai setengah
penderita stroke menderita gangguan ritme jantung.
3. Kejang: kejang pada fase awal lebih sering terjadi pada
stroke hemoragik dan pada umumnya akan
memperberat defsit neurologis.
4. Nyeri kepala
5. Gangguan fungsi menelan dan asprasi
2. Komplikasi jangka pendek (1-14 hari pertama):
1. Pneumonia: Akibat immobilisasi yang lama.2 merupakan
salah satu komplikasi stroke pada pernafasan yang
paling sering, terjadi kurang lebih pada 5% pasien dan
DAFTAR PUSTAKA
1. Kelompok studi serebrovaskuler & Neurogeriatri, PERDOSSI :
Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke di Indonesia, Jakarta,
1999.
2. Kelompok studi serebrovaskuler & Neurogeriatri, PERDOSSI :
Guideline Stroke 2000 Seri Pertama, Jakarta, Mei 2000.
3. National Institute of Neurological Disorders and Stroke:
Classifcation of cerebrovascular disease III. Stroke 1990, 21: 63776.
4. World Health Organizations: Stroke 1989. Recommendations on
stroke prevention, diagnosis anf therapy. Stroke 1989, 20: 140731.
5. Toole J.F.: Cerebrovascular disorder. 4th edition, Raven Press, New
York, 1990.
6. Pusinelli W.: Pathophysiology of acute ischemic stroke. Lancet
1992, 339: 533-6.
7. Sandercock P, Huub W, Peter S.: Medical Treatment of acute
ischemic stroke. Lancet 1992, 339: 537-9.
8. CP Warlow, MS Dennis, J Van Gijn, GJ Hankey, PAG Ssandercock,
JH Bamford, Wardlaw. Stroke.A practical guide to management.