Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
EXECUTIVE SUMMARY
Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar
Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong Utara
Latar Belakang
Kabupaten Kayong Utara merupakan salah satu sentra produksi perikanan dan
termasuk
daerah
tertinggal.
Dengan
demikian
seharusnya
pembangunan
wilayah
Executive Summary
dasar
perikanan di Kecamatan
dasar
wilayahnya
kurang/tidak
ada
(tertinggal)
sehingga
menghambat
Executive Summary
1. Geografis. Umumnya secara geografis daerah tertinggal relative sulit dijangkau karena
letaknya yang jauh dipedalaman, perbukitan/pegunungan, pesisir, dan pulau-pulau
terpencil atau karena faktor geomorfologis lainnya sehingga sulit dijangkau oleh jaringan
baik transportasi maupun media komunikasi.
2. Sumberdaya Alam. Beberapa daerah tertinggal tidak memiliki potensi sumberdaya alam,
daerah yang memiliki sumberdaya alam yang besar namun lingkungan sekitarnya
merupakan daerah yang dilindungi atau tidak dapat dieksploitasi, daerah tertinggal akibat
pemanfaatan sumberdaya alam yang berlebihan.
3. Sumberdaya Manuasia. Pada umumnya masyarakat di daerah tertinggal mempunyai
tingkat pendidikan, pengetahuan dan keterampilan yang relatif rendah serta kelembagaan
adat yang belum berkembang.
4. Prasarana dan Sarana. Keterbatasan prasarana dan sarana komunikasi, transportasi, air
bersih, irigasi, kesehatan, pendidikan dan pelayanan lainnya yang menyebabkan
masyarakat di daerah tertinggal tersebut mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas
ekonomi dan sosial.
Panduan identifikasi daerah tertinggal dari Ciptakarya PU menyatakan bahwa ada
beberapa kriteria yang digunakan untuk menentukan daerah tertinggal, yaitu: (i) Daerah
perdesaan (unit administratif desa); (ii) Prasarana Dasar Wilayah Kurang/Tidak Ada, yang
mencakup Air Bersih, Listrik, dan Irigasi; (iii) Sarana Wilayah Kurang/Tidak Ada, yang
mencakup Sarana Ekonomi (Pasar, Pertokoan, PKL, Industri), Sarana Sosial (Kesehatan dan
Pendidikan), dan Sarana Transportasi (Terminal, Stasiun, Bandara, dan lain-lain); (iv)
Perekonomian masyarakat rendah (Miskin/Pra Sejahtera); (v) Tingkat Pendidikan Rendah
(Terbelakang/Pendidikan kurang dari 9 tahun); dan (vi) Produkitivitas Masyarakat Rendah
(Pengangguran pada usia produktif).
Parameter desa tertinggal menurut Ciptakarya PU disusun berdasarkan kriteria
sebagai berikut:
1. Kawasan Permukiman dengan kriteria kawasan perdesaan dan parameter unit
administratif desa.
2. Prasarana Dasar Wilayah
Executive Summary
3. Sarana Wilayah
Pengertian Infrastruktur
Infrastruktur merupakan sistem fisik yang menyediakan transportasi, pengairan,
drainase, bangunan gedung dan fasilitas publik lainnya, yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia baik kebutuhan sosial maupun kebutuhan ekonomi. Pengertian ini
merujuk pada infrastruktur sebagai suatu sistem. Dimana infrastruktur dalam sebuah sistem
Executive Summary
adalah bagian-bagian berupa sarana dan prasarana (jaringan) yang tidak terpisahkan satu
sama lain. Infrastruktur sendiri dalam sebuah sistem menopang sistem sosial dan sistem
ekonomi sekaligus menjadi penghubung dengan sistem lingkungan. Ketersediaan
infrastruktur memberikan dampak terhadap sistem sosial dan sistem ekonomi yang ada di
masyarakat. Oleh karenanya, infrastruktur perlu dipahami sebagai dasar-dasar dalam
mengambil kebijakan (Kodoatie, 2005).
KABUPATEN KAYONG UTARA
Geografi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2007 dan Surat Menteri Dalam
Negeri Nomor: 135/439/SJ Tanggal 27 februari 2007 menyatakan bahwa luas Kabupaten
Kayong Utara adalah 4.568,26 km2. Wilayah geografis Kabupaten Kayong Utara berada
pada sisi selatan Propinsi Kalimantan Barat atau berada pada posisi 00 43 5,15 Lintang
Selatan sampai dengan 10 46 35,21 Lintang Selatan dan 1080 40 58,88 Bujur Timur
sampai dengan 1100 24 30,05 Bujur Timur.
Secara administratif batas wilayah Kabupaten Kayong Utara adalah sebelah utara
berbatasan dengan Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Ketapang dan Selat Karimata; sebelah
selatan berbatasan dengan Selat Karimata dan Kabupaten Ketapang; sebelah barat berbatasan
dengan Selat Karimata; dan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Ketapang.
Kabupaten Kayong Utara terdiri dari 6 (enam) kecamatan, yaitu: Kecamatan
Sukadana, Kecamatan Simpang Hilir, Kecamatan Telok Batang, Kecamatan Seponti,
Kecamatan Pulau Maya dan Kecamatan Kepulauan Karimata
Kependudukan
Penduduk Kabupaten Kayong Utara pada tahun 2012 berjumlah 99.495 jiwa
dengan kepadatan penduduk sekitar 22 jiwa per kilometer persegi. Penyebaran penduduk di
Kabupaten Kayong Utara tidak merata antar Kecamatan yang satu dengan kecamatan yang
lainnya. Kecamatan Simpang Hilir merupakan Kecamatan dengan tingkat kepadatan tertinggi
yaitu 30.093 jiwa (20 orang/km2). Sebaliknya, Kecamatan Kepulauan Karimata dengan luas
424,82 Km2 sekitar 9,30 persen dari total wilayah Kecamatan hanya di huni 7 (tujuh)
jiwa/km2
Executive Summary
Perikanan
Perikanan yang diusahakan oleh nelayan di Kabupaten Kayong Utara dapat
dikategorikan menjadi perikanan laut, perairan umum, dan budidaya kolam.
Produksi Perikanan Menurut Jenisnya Tahun 2012
Jenis Perikanan
Produksi (Ton)
Persentase
Perikanan Laut
21.435,10
95,52
Perairan Umum
707,90
3,16
Budidaya Kolam
296,60
1,32
22.439,60
100,00
Jumlah
Sumber: BPS Kayong Utara, 2012
Produksi terbesar yang dihasilkan oleh nelayan sebagian besar berasal dari perikanan
laut yang mencapai 95,52% dari keseluruhan produksi perikanan yang dihasilkan di
Kabupaten Kayong Utara terbesar.
KECAMATAN SUKADANA
Geografi
Wilayah geografis Kecamatan Sukadana berada pada 1 0 08 00 LS - 10 20 00 LS
1090 52 24 BT - 1100 09 48 BT.
Secara administratif batas wilayah Kecamatan Sukadana adalah sebelah utara
berbatasan dengan Kecamatan Simpang Hilir; sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan
Matan Hilir Utara; sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Pulau Maya; dan sebelah
timur berbatasan dengan Kecamatan Matan Hilir Utara.
Luas wilayah Kecamatan Sukadana terdiri dari 12 (dua belas) desa/kelurahan
Kecamatan
Simpang Tiga
Persentase (%)
89,79
8,74
141,49
13,78
Pangkalan Buton
84,99
8,27
Sutera
78,09
7,60
Benawai Agung
159,19
15,50
Harapan Mulia
206,79
20,13
Sejahtera
Executive Summary
Kecamatan
Persentase (%)
Sedahan Jaya
56,09
5,46
Gunung Sembilan
41,79
4,07
Pampang Harapan
79,09
7,70
89,79
8,74
1027,07
100,00
Jumlah
Sumber: BAPPEDA, 2012
No.
Jumlah Nelayan/Unit
Penangkapan Ikan
2008
2009
2010
2011
2012
1.
240
230
230
232
235
2.
127
125
135
126
126
Tanpa Motor
72
70
74
70
70
Motor Tempel
36
34
38
35
35
Kapal Motor
19
21
23
21
23
Executive Summary
No.
Uraian
1.
Perikanan Laut
2.
3.
Budidaya Kolam
4.
Ikan Awetan
Jumlah
2008
736,30
-
2009
2010
2011
2012
45,00
160,00
20,34
19,10
63,10
2,30
180,80
218,00
235,40
244,60
Jumlah produksi pada perikanan laut, perikanan perairan umum, budidaya kolam, dan
ikan awetan menunjukkan trend yang meningkat periode 2008-2012.
KECAMATAN PULAU MAYA
Geografi
Wilayah geografis Kecamatan Pulau Maya berada pada 0 0 55 41 LS 10 18 53 LS
1090 13 58 BT 1090 47 03 BT.
Secara administratif batas wilayah Kecamatan Pulau Maya adalah sebelah utara
berbatasan dengan Kabupaten Kubu Raya; sebelah selatan berbatasan dengan Selat Karimata;
sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Teluk Batang, Simpang Hilir, dan Sukadana, dan
sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Pulau Karimata dan Selat Karimata.
Persentase (%)
Dusun Besar
125,31
16,39
Tanjung Satai
168,76
22,07
Dusun Kecil
192,77
25,21
Executive Summary
Kecamatan
Persentase (%)
Kemboja
132,99
17,39
Satai Lestari
144,75
18,93
Jumlah
764,60
100,00
Desa/kelurahan yang memiliki luas wilayah terbesar di kecamatan Pulau Maya adalah
Dusun Kecil dan terkecil Dusun Besar.
No.
Jumlah Nelayan/Unit
Penangkapan Ikan
1.
2.
Executive Summary
2008
2.738
2009
3.492
2010
3.499
2011
2.042
2012
2.553
Jumlah Nelayan/Unit
Penangkapan Ikan
No.
2008
2009
2010
2011
2012
Tanpa Motor
222
203
208
152
147
Motor Tempel
260
258
285
181
185
Kapal Motor
317
316
323
245
248
Jumlah nelayan di Kecamatan Pulau Maya pada tahun 2012 bertambah sebanyak 509
orang dibandingkan tahun 2011, demikian juga dengan alat penangkap ikan motor tempel dan
kapal motor bertambah masing-masing sebanyak 4 unit dan 3 unit, namun alat penangkapan
ikan tanpa motor menurun sebanyak 5 unit. Sementara itu, jumlah produksi ikan pada tahun
2008 2012 (Ton)
No.
Uraian
1.
Perikanan Laut
2.
3.
Budidaya Kolam
4.
Ikan Awetan
Jumlah
2008
2009
2010
2011
2012
1,75
9,10
5,20
5,20
158,60
188,30
127,00 1.752,00
Jumlah produksi pada perikanan laut, perikanan perairan umum, budidaya kolam, dan
ikan awetan pada tahun 2012 dibandingkan tahun 2011 masing-masing adalah meningkat
2,04%, tetap, meningkat 18,73%, dan meningkat sebesar 1.279,53%. Keseluruhan jumlah
produksi ikan tahun 2012 dibandingkan tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 17.74%.
KECAMATAN TELUK BATANG
Geografi
Wilayah geografis Kecamatan Teluk Batang berada pada 00 54 10 LS 10 03 24 LS 1090
43 35 BT 1090 53 49 BT. Secara administratif batas wilayah Kecamatan Teluk Batang
adalah sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Seponti; sebelah selatan berbatasan
dengan Kecamatan Simpang Hilir; sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten ketapang, dan
sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Pulau Maya. Luas wilayah Kecamatan Pulau
Maya terdiri dari 7 (tujuh) desa/kelurahan
Kecamatan
Sungai Paduan
Executive Summary
160,00
10
Persentase (%)
21,19
Kecamatan
Persentase (%)
Alur Bandung
41,00
5,43
12,50
1,66
Teluk Batang
89,00
11,79
21,50
2,85
Mas Bangun
395,00
52,32
Banyu Abang
36,00
4,77
755,00
100,00
Jumlah
Sumber: Bappeda Kayong Utara, 2012
Perikanan
Jumlah nelayan dan unit penangkapan ikan pada tahun 2008-2012 di Kecamatan
Teluk Batang.
Executive Summary
11
No.
Jumlah Nelayan/Unit
Penangkapan Ikan
1.
2.
2008
2009
245
2010
250
2011
2012
240
240
240
Tanpa Motor
33
30
33
35
33
Motor Tempel
25
30
25
28
25
Kapal Motor
15
16
10
11
10
Jumlah nelayan di Kecamatan Pulau Maya pada tahun 2012 relatif sama dengan tahun
2011; sementara itu, alat penangkap ikan tanpa motor, motor temple, dan kapal motor
masing-masing menurun sebanyak 2 unit, 3 unit dan 1 unit. Sementara itu, jumlah produksi
ikan pada tahun 2008 2012
No.
Uraian
2008
1.
Perikanan Laut
831,68
2.
3.
Budidaya Kolam
4.
Ikan Awetan
123,17
Jumlah
966,15
2009
752,80
-
11,3
102,00
854,80
2010
813,00
2011
2012
954,00
954,60
10,30
10,80
3,00
3,60
110,20
45,00
252,00
923,20
1.012,3
1.221
Jumlah produksi pada perikanan laut, perikanan perairan umum, budidaya kolam, dan
pada tahun 2012 hampir sama dengan tahun 2011, namun ikan awetan mengalami lonjakan
yang signifikan sebesar 460%.
Identifikasi infrastruktur dasar industri perikanan daerah tertinggal di Kabupaten
Kayong Utara penting dilakukan sebagai bagian dari identifikasi penanganan daerah
tertinggal. Semakin detail dan akurat hasil identifikasi karakteristik permasalahan dan potensi
suatu daerah, maka akan menghasilkan suatu skenario indikasi penanganan yang semakin
valid dan sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan suatu daerah. Sebaliknya semakin bias dan
tidak akurat hasil karakteristik permasalahan dan potensi suatu daerah, maka akan
menghasilkan suatu skenario indikasi penanganan yang semakin tidak valid dan tidak sesuai
dengan aspirasi dan kebutuhan suatu daerah.
Executive Summary
12
Kualitas jalan umumnya relatif cukup baik terutama di Kecamatan Sukadana dan teluk
Batang tetapi di Kecamatan pulau Maya kondisi jalan relatif buruk.
Jalan menuju desa, kecamatan, dan kabupaten dapat ditempuh dengan jalur darat terutama
untuk Kecamatan Sukadana dan Teluk Batang tetapi harus menggunakan transportasi air
untuk menuju kabupaten di Pulau Maya.
Waktu dan biaya yang dihabiskan menuju lokasi sangat tergantung dengan jalan dan
musim.
(2) Air
Sebagian besar sumber air penduduk berasal dari sungai tetapi ada juga yang berasal dari
air gunung.
Kualitas air umumnya rendah terutama yang diperoleh dari sungai, kecuali yang diperoleh
dari PDAM tetapi PDAM umumnya tidak tersedia bagi nelayan terutama di Kecamatan
Pulau Maya.
Jarak dan waktu yang diperlukan menuju sumber air relatif tidak terlalu jauh kecuali pada
wilayah tertentu.
(3) Listrik
Jaringan listrik tersedia namun penggunaan listrik oleh masyarakat masih terbatas di
Kecamatan Sukadana dan Teluk Batang tetapi di Kecamatan Pulau Maya listrik hanya
pada malam hari.
Kualitas layanan penggunaan listrik juga terbatas karena seringkali listrik padam.
(4) Pendidikan
Executive Summary
13
Tidak ada kendaraan publik sehingga masyarakat menggunakan kendaraan pribadi untuk
menuju sekolah.
Pada desa umumnya terdapat Sekolah Dasar dan semkolah Menengah Pertama.
Rasio guru dan siswa masih rendah dari standar nasional, yaitu 1:30.
(5) Kesehatan
Tidak ada kendaraan publik sehingga masyarakat menggunakan kendaraan pribadi untuk
menuju fasilitas kesehatan.
Tidak terdapat tenaga dokter spesialis, ahli rontgen, dan ahli laboratorium.
Rasio tenaga kesehatan terhadap masyarakat yang dilayani juga masih terbatas.
(6) Perikanan
Kecamatan Sukadana menjadi wilayah perikanan budidaya, yaitu ikan mas, nila, bawal,
dan lele; sementara itu, Kecamatan Pulau Maya menjadi wilayah perikanan tangkap, yaitu
gembong, uang, manyong, ubur-ubur, dan cumi, sedangkan Kecamatan Teluk Batang
menajdi daerah pelabuhan perairan tangkap.
Fasilitas dan pelabuhan perikanan cukup lengkap tetapi potensi manfaatnya belum
optimal seperti di Kecamatan Teluk Batang; sementara itu, di Kecamatan Pulau Maya
fasilitasnya masih terbatas karena hanya ada dermaga dan cold-storage. Namun, di
Kecamatan Sukadana tidak terdapat fasilitas perikanan.
Air untuk pembuatan es pabrik es sangat terbatas dan harus dibeli di Kecamatan Teluk
Batang, sementara di Kecamatan Sukadana dan Pulau Maya tidak terdapat pabrik es.
Tidak ada angkutan publik dan hasil perikanan nelayan dijual langsung ke pelabuhan,
pedagang pengumpul atau agen, dan bahkan ke Pontianak.
Executive Summary
14
Jalan menuju pelabuhan perikanan pantai di Kecamatan Teluk Batang cukup baik namun
pelabuhan pantai untuk Kecamatan pulau Maya masih terbatas karena sarana transportasi
lautnya hanya untuk 1 x perjalanan per hari.
Jarak menuju pasar perikanan desa umumnya berada diwilayah pesisir sehingga cukup
jauh bagi Kecamatan Pulau Maya, tetapi Kecamatan Sukadana dan Teluk Batang relative
terjangkau karena melalui transportasi darat.
(7) Pasar
Di Pulau Maya dan Sukadan tidak terdapat pasar kecuali di Teluk Batang sehingga jarak,
biaya dan waktu yang diperlukan juga menjadi relatif lebih lama dan besar fasilitas dan
pelabuhan perikanan berada di Kecamatan Teluk Batang.
KECAMATAN SUKADANA
Hasil pengamatan di lapangan mengenai kondisi infrastruktur dasar yang ada di
Kecamatan Sukadana, yaitu Desa Sedahan Jaya dapat dilihat rinci pada uraian sebagai
berikut.
No.
1.
Nama Tempat
Kondisi Visual
Executive Summary
Koordinat GPS
S
011150,6 1100101,9
15
Koordinat GPS
No.
Nama Tempat
2. Mina Padi
Kondisi Visual
011141,5 1100040,0
3.
Kolam Ikan
011141,5 1100039,9
4.
011141,5 1100040,6
5.
Dam BEGASING
011349,3 1100108,4
Executive Summary
16
Koordinat GPS
No.
6.
Nama Tempat
Kondisi Visual
Executive Summary
011351,6 110010,87
17
Koordinat GPS
No. KantorNama
Tempat
Kepala
Desa
7.
Sedahan Jaya
Kondisi Visual
011147,4 1100033,5
8.
011140,7 1100028,5
9.
011228,0 1100048,8
Kondisi Infrastruktur Dasar Penunjang Industri Perikanan Kecamatan Sukadana Kabupaten Kayong Utara
No.
1.
Nama Tempat
Kondisi Visual
Executive Summary
Koordinat GPS
S
011301,4 1093918,2
18
Koordinat GPS
No. Pengerjaan
Nama Pembukaan
Tempat
2.
Tambak Ikan
Kondisi Visual
011301,5 1093919,1
3.
011301,8 1093918,9
4.
011247,3 1093959,8
Executive Summary
19
Koordinat GPS
No. Dermaga
Nama
Tempat
Pelabuhan
5.
Penangkapan Ikan Pintau
6.
7.
Kondisi Visual
011326,2 1093827,9
Executive Summary
011328,3 1093829,2
011315,1 1093835,0
20
Koordinat GPS
No.
Nama Tempat
Kondisi Visual
8.
011319,7 1093800,3
9.
011318,5 1093825,7
Executive Summary
21
Koordinat GPS
No.
Nama Tempat
10. SDN 03 Pintau
Kondisi Visual
011307,8 1093846,7
Kondisi Infrastruktur Dasar Penunjang Industri Perikanan Kecamatan Pulau Maya Kabupaten Kayong Utara
Executive Summary
22
(i)
Kualitas SDM relatif lebih rendah di bawah rata-rata nasional akibat terbatasnya akses
masyarakat terhadap pendidikan, kesehatan dan lapangan kerja;
(ii) Terbatasnya akses permodalan, pasar, informasi dan teknologi bagi upaya pengembangan
ekonomi lokal;
(iii) Terdapat gangguan keamanan dan bencana yang menyebabkan kondisi daerah tidak kondusif
untuk berkembang;
(iv) Komunitas adat terpencil (KAT) memiliki akses yang sangat terbatas kepada pelayanan sosial
ekonomi, dan politik serba terisolir dan wilayah di sekitarnya.
(v) Kebijakan pembangunan sebelumnya yang kurang tepat sehingga terjadi kesenjangan dan
ketidakmampuan pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan karena potensi
permasalahan pembangunan daerah belum didayagunakan secara optimal, kelemahan
yang tidak diatasi, peluang yang tidak dimanfaatkan serta ancaman yang tidak diantisipasi.
Sementara itu, ada beberapa permasalahan umum terkait infrastruktur dasar industri
perikanan khususnya di Kabupaten Kayong Utara antara lain:
(i) Tidak
meratanya
penyebaran
infrastruktur
sehingga
menyebabkan
terjadinya
Executive Summary
23
(vii) Tidak tersedia prasarana pemasaran untuk mendukung pemasaran untuk peningkatan
konsumsi ikan, yaitu depo atau pasar grosir;
(viii) Indikasi overfishing pada infrastruktur perikanan tangkap serta masalah ilegal,
unreported, unregulated fishing.
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS
Permasalahan dan Isu Strategis Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia
Angka rasio guru murid untuk semua tingkat pendidikan masih jauh di bawah angka
rasio ideal, yaitu 1:36. Permasalahan yang dihadapi adalah belum meratanya distribusi guru,
terutama pada daerah-daerah terpencil, karena kecenderungan guru-guru terkonsentrasi pada
daerah kota kecamatan. Permasalahan lainnya adalah terbatasnya fasilitas penunjang
pendidikan seperti alat peraga dan laboratorium, termasuk belum terpenuhinya target
ketersediaan sekolah menengah secara merata disetiap kecamatan. Kondisi seperti ini
mengakibatkan terbatasnya akses anak usia sekolah terhadap layanan pendidikan dan proses
belajar mengajar di sekolah.
Sementara itu, masalah lain terkait peningkatan kualitas sumberdaya manusia adalah
terbatasnya pelayanan kesehatan masyarakat juga disebabkan oleh belum terpenuhinya secara
kuantitatif serta distribusi tenaga kesehatan seperti dokter spesialis, dokter umum, dokter gigi,
keperawatan dan kebidanan serta penyebaran tempat pelayanan kesehatan seperti puskesmas
dan lain-lain. Di lain pihak kondisi geografi beberapa kecamatan di Kayong Utara seperti
Kecamatan Pulau Maya dan Pulau Karimata yang merupakan kepulauan menyebabkan
sulitnya tenaga medis untuk menjangkau masyarakat dan sebaliknya masyarakat sulit untuk
mengakses pusat-pusat pelayanan kesehatan.
Oleh sebab itu, isu strategis peningkatan kualitas sumberdaya manusia dapat
difokuskan pada pembangunan bidang pendidikan dan kesehatan. Isu strategis dalam
pembangunan bidang pendidikan meliputi: (i) Peningkatan akses masyarakat terhadap
pelayanan pendidikan difokuskan pada pembangunan sarana prasarana, distribusi sekolah dan
dukungan infrastruktur lainnya; (ii) Peningkatan kualitas pelayanan pendidikan difokuskan
pada peningkatan proses belajar mengajar dan kualitas lulusan. Sementara itu, isu strategis
dalam pembangunan bidang kesehatan meliputi: (i) Peningkatan tenaga dan sarana kesehatan
sesuai kebutuhan; (ii) Peningkatan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan.
Executive Summary
24
Kondisi infrastruktur sumberdaya air berada dalam kondisi buruk. Pembangunan jalan
dan jembatan, penyediaan air bersih selama ini belum memenuhi harapan karena itu
perlu terus ditingkatkan di tahun-tahun mendatang. Berdasarkan ketersediaan
sumberdaya alam dan potensi pembangunan kedepan, maka kebutuhan pembangunan
Executive Summary
25
jalan jembatan perlu terus dikembangkan, demikian pula halnya dengan pembangunan
permukiman dan sumberdaya air serta penataan ruang;
(ii)
Layanan transportasi dasar, yaitu angkutan darat dan feri serta pelayaran perintis dan
pelayaran rakyat diperlukan untuk menjangkau hampir seluruh wilayah dan beberapa
kepulauan karena kondisi saat ini belum memadai dari segi pelayanan, baik transportasi
darat, penyeberangan maupun pelayaran laut. Kondisi angkutan darat yang belum ada
pada beberapa wilayah dan masyarakat masih mengandalkan transportasi pribadi,
penyeberangan yang belum sesuai jadwal dan frekuensi yang dirasakan masih kurang
serta pelayaran laut baik pelayaran rakyat maupun pelayanan jasa pelayaran yang belum
dapat menjangkau semua daerah kepulauan, merupakan salah satu kendala dalam
pengembangan usaha ekonomi masyarakat;
(iii)
(iv)
Bidang
Pemban
gunan
Sarana dan
Prasarana
Executive Summary
Permasalahan
26
Isu Strategis
Fokus
1.
3.
4.
Peningka
tan
Kualitas
Sumberd
aya
Manusia
Bidang
Energi
Bidang
Kelautan
dan
Perikana
n
Peningkatan
sarana
Kesehatan
kesehatan
dan prasarana
terbatas tempat.
pelayanan
Kesulitan akses
kesehatan.
pusat-pusat
pelayanan
kesehatan.
Mengembangkan
Permintaan
dan
terhadap energi
mengoptimalkan
terus meningkat
energi alternatif
sejalan dengan
sesuai potensi
Listrik
pertumbuhan
wilayah.
penduduk,
Hemat energi bagi
industri dan
masyarakat dan
transportasi.
pelaku usaha.
Perikanan Sarana prasarana Peningkatan
perikanan
produksi dan
tangkap
produktifitas
terbatas.
usaha perikanan
Potensi
tangkap.
Mengoptimalkan
pengembangan
perikanan
pengembangan
budidaya dan
perikanan
jasa lingkungan
budidaya.
untuk
Peningkatan nilai
pariwisata yang
tambah produk
belum
perikanan.
dikembangkan Mengoptimalkan
secara optimal.
pengelolaan
Executive Summary
27
Pembangunan
sarana
prasarana,
distribusi
sekolah dan
dukungan
infrastruktur.
Peningkatan
proses
belajar
mengajar
dan kualitas
lulusan.
Pembangunan
sarana
prasarana
kesehatan
sesuai
kebutuhan.
Peningkatan
layanan
kesehatan
kepada
masyarakat.
Pembangunan
energi
alternatif
sesuai
potensi
wilayah.
Optimalisasi
penggunaan
energi.
Pembangunan
sarana dan
prasaranan
perikanan
dan kelautan.
5.
Infrastru
ktur
Dasar
Wilayah
Keterbatasan
kualitas dan
jumlah jalan
dan irigasi.
Layanan
transportasi
dasar, yaitu
angkutan darat
dan feri serta
pelayaran
Aksesibilita
perintis dan
s
pelayaran
Infrastuktur
rakyat masih
Dasar
terbatas.
Belum
ditetapkannya
Perda RTRW
Kabupaten
Kayong Utara;
Pemanfaatan dan
pengendalian
ruang masih
belum optimal.
kawasan pesisir
dan pulau-pulau
kecil.
Mencegah dan
memberantas
adanya ilegal,
unreported,
unregulated
fishing.
Pemanfaatan
potensi
sumberdaya air.
Pembangunan
Pemantapan
jalan dan
kondisi ruas jalan
jembatan
dan jembatan.
dan layanan
Mengoptimalkan
irigasi.
optimalnya
Pembangunan
penyelenggaraan
transportasi
penataan ruang.
dasar.
Membangun
Belum
infrastruktur
ditetapkanny
pada
a Perda
desa/kecamatan
RTRW
strategis.
Kabupaten
Mengoptimalkan
Kayong
layanan dasar
Utara.
jasa transportasi.
Pemanfaatan
Peningkatan
dan
sumber daya
Pengendalia
manusia bidang
n ruang
perhubungan.
masih belum
Mengoptimalkan
optimal.
sistem pelayanan,
administrasi
pemerintahan
dan layanan jasa
perhubungan.
28
industri. Kurangnya akses membatasi kesempatan bahwa orang harus meningkatkan dan
mempertahankan kesejahteraan sosial dan ekonomi. Peningkatan akses terbukti memiliki
korelasi dengan pengurangan kemiskinan.
Aksesibilitas ditentukan oleh lokasi di mana orang tinggal, lokasi fasilitas dan layanan
dan sistem transportasi. Akses dapat ditingkatkan melalui pemberian infrastruktur yang
menghasilkan distribusi yang lebih baik dari fasilitas dan layanan (pasokan air, sekolah,
pasar, puskesmas) atau peningkatan mobilitas masyarakat dan penyedia layanan (jalan,
saluran air, dan jembatan). Pembangunan infrastruktur bertujuan meningkatkan akses
mencapai tujuan tersebut.
Aplikasi metode IRAP (Integrated Rural Accessibility Planning) bertujuan sebagai
informasi bagi para peneliti selanjutnya dan bagi para pelaku perencanaan pembangunan
pedesaan di Kabupaten Kayong Utara untuk mengungkap tingkat aksesibilitas desa-desa
berdasarkan karakteristik zona agroekosistem sehingga dapat diketahui desa-desa yang
memiliki akses kuat, akses sedang dan akses lemah terhadap sumber-sumber produktif.
Pendekatan Integrated Rural Accessibility Planning (IRAP) adalah metode
perencanaan yang dikembangkan oleh ILO untuk meningkatkan akses di daerah pedesaan
yang dirancang untuk aplikasi tingkat pemerintah daerah. IRAP juga secara bersamaan
berusaha memperbaiki sistem transportasi pedesaan seta distribusi fasilitas dan layanan.
Tujuan dari proses IRAP adalah meningkatkan akses terhadap barang dan jasa di daerah
pedesaan untuk mengefisienkan penggunaan biaya dengan penggunaan sumberdaya lokal.
Keunggulan metode IRAP adalah unsur kesederhanaan, kemudahan penggunaaannya,
aplikasi murah dan outputnya langsung. Perencana lokal dapat menggunakannya sebagai
bagian dari kegiatan perencanaan rutin, untuk menentukan prioritas untuk sektor-sektor yang
berbeda dan masyarakat. Proses ini memungkinkan perencana dapat secara cepat menilai apa
yang harus dilakukan dan di mana dengan mengidentifikasi prioritas infrastruktur pedesaan.
Pelaksanaan prosedur IRAP di Indonesia telah dijalankan selama tiga periode. Periode
pertama pada tahun 1997-1998 di dua provinsi, periode kedua pada tahun 2001- 2002 di dua
kabupaten, dan periode ketiga pada tahun 2003-2004 di 17 kabupaten pada 3 provinsi yang
berbeda. Metode IRAP yang diterapkan di Indonesia pada dasarnya merupakan modifikasi
metode yang sudah diaplikasikan di beberapa negara, seperti Filipina, Thailand, dan Laos
dengan memperhatikan karakteristik wilayah (termasuk karakteristik geografis dan
penduduk) serta kemampuan masyarakat dan pemerintah karena akan mempengaruhi
Executive Summary
29
30
Executive Summary
31
Prioritas
1
Uraian
Listrik
10.96
11.26
10.67
8.59
11.33
10.80
7.89
7.29
5.61
Pasar/Pelabuhan
8.04
3.1. Jarak
11.82
10.00
7.49
6.86
4.06
Perikanan
7.28
10.19
10.13
9.30
7.97
Executive Summary
32
Prioritas
Uraian
4.69
4.50
4.22
Air
6.93
9.37
7.47
3.94
Pendidikan
6.00
9.01
6.41
4.48
4.11
Kesehatan
5.83
8.62
5.22
4.98
4.50
Executive Summary
33
terhambatnya peningkatan daya saing ekonomi, pertumbuhan dan intensitas yang masih
tinggi, pembangunan, pengelolaan proses distribusi, retribusi, dan kontrol penggunaan.
Demikian halnya dengan prioritas kedua dalam infrastruktur dasar, yaitu jalan dan
jasa transportasi yang berfungsi melayani mobilitas orang, barang, dan jasa baik lokal,
regional, nasional maupun internasional, serta peranannya sebagai pendukung pembangunan
sektor lainnya. Infrastruktur transportasi merupakan bagian yang amat penting dari
pembangunan daerah khususnya karena merupakan unsur vital dalam kehidupan masyarakat.
Infrastruktur transportasi juga merupakan infrastruktur yang berfungsi untuk pengangkutan
yang berperan dalam merangsang pertumbuhan ekonomi karena ketersediaan jalan akan
meminimalkan modal komplementer sehingga proses produksi dan distribusi akan lebih
efisien. Pembangunan prasarana jalan turut akan meningkatkan pertumbuhan wilayahwilayah baru dengan meningkatnya volume lalu lintas. Sebaiknya prasarana jalan yang buruk
dan rusak akan menghambat alokasi sumber daya, pengembangan industri, pendistribusian
faktor produksi, barang dan jasa, yang pada akhirnya akan memengaruhi pendapatan.
Transportasi yang meliputi prasarana jalan, transportasi sungai, danau penyeberangan,
laut, dan udara untuk mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat selama ini masih
menghadapi permasalahan, antara lain: (i) Belum tertatanya sistem transportasi yang
terkoneksi secara intermoda/multimoda yang mampu menurunkan biaya transportasi; (ii)
Belum memadainya sarana dan prasarana transportasi publik sehingga masyarakat
menggunakan kendaraaan pribadi; (iii) Belum optimalnya penyelenggaraan transportasi
keperintisan untuk memenuhi aksesibilitas masyarakat perdesaan; (iv) Belum optimalnya
pemanfaatan alternatif sumber pendanaan terutama dari perbankan nasional maupun swasta.
Transportasi juga berperan mendukung pembangunan sektor industri, perikanan,
perdagangan, dan pariwisata karena peningkatan kapasitas infrastruktur transportasi dapat
menunjang kawasan industri; dan memperlancar distribusi dan penyediaan jasa tansportasi
untuk mendukung pengembangan industri kecil, industri menengah termasuk industri
kerajinan dan industri rumah tangga agar dapat menunjang pemasarannya. Transportasi dapat
memperlancar distribusi komoditas hasil perikanan ke wilayah pemasaran sehingga dapat
menjamin stabilitas harga dan distribusi perdagangan; menerapkan kebijaksanaan tarif yang
wajar dan terjangkau oleh masyarakat; mengembangkan transportasi ke daerah tujuan wisata
dan mendukung kegiatan kepariwisataan dengan menyediakan sarana transportasi yang
dibutuhkan; dan mendukung perkembangan pariwisata dan perdagangan.
Executive Summary
34
35
merupakan pusat segala aktivitas yang berhubungan dengan usaha penangkapan ikan dan
usaha pendukung lainnya seperti penyediaan bahan perbekalan, perkapalan, perbengkelan,
pengolahan hasil tangkapan, dan lain-lain.
Prioritas kelima adalah infrastruktur air karena pelaksanaan, pengembangan, dan
pengelolaan sumber daya air tersebut mengalami beberapa kendala/permasalahan yang sangat
kompleks. Secara umum permasalahan-permasalahan yang dihadapi adalah terkait dengan
pemenuhan standar pelayanan minimal dan dukungan terhadap daya saing sektor riil
khususnya perikanan. Air bersih juga merupakan kebutuhan vital yang mutlak diperlukan
dalam kehidupan manusia sehingga pengadaan sumber daya ini termasuk dalam prioritas
pembangunan.
Air harus dipandang sebagai barang ekonomi sehingga untuk mendapatkannya
memerlukan pengorbanan baik waktu maupun biaya. Sebagaimana barang ekonomi lainnya,
air mempunyai nilai bagi penggunanya, yaitu jumlah maksimum yang bersedia dibayarkan
untuk penggunaan sumber daya tersebut, dimana pengguna akan menggunakan air selama
manfaat dari tambahan setiap kubik air yang digunakan melebihi biaya yang dikeluarkan
(Briscoe dalam Oktavianus, 2003).
Permasalahan yang masih dijumpai dalam pengembangan dan pengelolaan sumber
daya air akibat belum terpenuhinya standar pelayanan minimal antara lain: (i) Meningkatnya
kebutuhan air baku sebagai akibat dari pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi yang
tidak disertai dengan meningkatnya pasokan air baku sehingga tingkat layanan air baku
rendah terutama; (ii) Pola pemanfaatan air yang tidak efisien, boros, dan tidak ramah
lingkungan; (iii) Belum optimalnya koordinasi dan fungsi kelembagaan pengelolaan sumber
daya air, (iv) Kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat sebagai salah satu prasyarat
terjaminnya keberlanjutan pola pengelolaan sumber daya air karena masih terbatasnya
kesempatan dan kemampuan.
Prioritas terakhir dalam infrastruktur dasar perikanan adalah sektor pendidikan dan
kesehatan. Infrastruktur pendidikan merupakan infrastruktur yang berfungsi untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan (rehabilitasi sekolah dasar dan menengah
dan penyediaan meubeler) yang berperan dalam merangsang pertumbuhan ekonomi karena
ketersediaan
prasarana
pendidikan
akan
memudahkan
masyarakat
untuk
belajar.
36
Executive Summary
Sektor Aksesibilitas
4,20
2. Air
6,68
3. Listrik
7,55
4. Pendidikan
5,45
5. Kesehatan
5,05
6. Perikanan
4,27
37
Desa/Kecamatan
Sektor Aksesibilitas
7. Pasar
Desa Tanjung
Satai/Kecamatan
Pulau Maya
13,32
9,95
2. Air
7,42
3. Listrik
11,63
4. Pendidikan
6,52
5. Kesehatan
6,53
6. Perikanan
8,76
7. Pasar
8,04
Executive Summary
38
1.
2.
3.
4.
Sektor Aksesibilitas
Infrastruktur
Jalan dan Jasa Transportasi
4,00
12,00
Kualitas jalan
4,78
13,67
4,11
8,92
3,90
8,11
4,22
7,05
6,68
7,42
Kualitas air
8,41
10,04
7,70
8,28
3,94
3,94
7,55
11,43
Biaya penggunaan
6,19
12,99
Waktu penggunaan
8,91
10,27
4,27
8,76
4,42
8,66
Jarak ke pasar
7,88
Jumlah fasilitas
8,56
4,50
9,00
11,67
3,89
11,67
4,22
Kapasitas fasilitas
8,44
5,45
6,52
7,42
10,55
4,11
4,81
6,16
6,63
4,11
4,11
5,05
6,53
7,10
10,00
4,39
5,97
4,22
5,65
4,50
4,50
13,32
8,04
13,32
11,82
Biaya ke pasar
6,86
11,67
4,06
Air
Listrik
Perikanan
7.
Pendidikan
Kesehatan
Pasar
Tempat
Executive Summary
Pulau Maya
9,95
6.
Sukadana
4,20
5.
39
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa pada Desa Sedahan Jaya menunjukkan bahwa
sarana dan prasarana infrastruktur dasar yang menjadi prioritas utama penanganan
aksesibilitas, antara lain : (i) kualitas jalan dalam jalan dan sarana transportasi; (ii) Kualitas
air dalam sarana dan prasarana air; (iii) Waktu penggunaan dalam sarana dan prasarana
listrik; (iv) Tempat menjual hasil dalam sarana dan prasarana perikanan; (v) Jarak menunju
sekolah dalam sarana dan prasarana pendidikan; (vi) Jarak menunju fasilitas dalam sarana
dan prasarana kesehatan; (vii) Tempat dalam sarana dan prasarana pasar.
Sementara itu, pada Desa Tanjung Satai menunjukkan bahwa sarana dan prasarana
infrastruktur dasar yang menjadi prioritas utama penanganan aksesibilitas, antara lain : (i)
kualitas jalan dalam jalan dan sarana transportasi; (ii) Kualitas air dalam sarana dan prasarana
air; (iii) Biaya penggunaan dalam sarana dan prasarana listrik; (iv) Biaya dan waktu menuju
pasar dalam sarana dan prasarana perikanan; (v) Jarak menunju sekolah dalam sarana dan
prasarana pendidikan; (vi) Jarak menunju fasilitas dalam sarana dan prasarana kesehatan;
(vii) Jarak menuju pasar dalam sarana dan prasarana pasar.
Hasil pengamatan ini juga menunjukkan bahwa tempat, jarak, waktu, dan jumlah
menjadi faktor kunci dalam penanganan prioritas infrastruktur dasar industri perikanan.
PENANGANAN INFRASTRUKTUR DASAR
Industrialisasi kelautan dan perikanan adalah integrasi sistem produksi hulu dan hilir
untuk meningkatkan skala dan kualitas produksi, produktivitas, daya saing, dan nilai tambah
sumber daya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan. Tujuan industrialisasi kelautan dan
perikanan adalah terwujudnya percepatan peningkatan pendapatan pembudidaya, nelayan,
pengolah, pemasar, dan petambak. Oleh sebab itu, industrialisasi kelautan dan perikanan
dalam rencana strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2010-2014 dengan
strategi sebagai berikut: (i) Pengembangan komoditas dan produk unggulan berorientasi
pasar; (ii) Penataan dan pengembangan kawasan dan sentra produksi secara berkelanjutan;
(iii) Pengembangan konektivitas dan infrastruktur; (iv) Pengembangan usaha dan investasi;
(v) Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta sumber daya manusia; (vi)
Pengendalian mutu dan keamanan produk; dan (vii) Penguatan pengawasan pemanfaatan
sumber daya kelautan dan perikanan.
Executive Summary
40
Langkah-Langkah Penanganan
Perencanaan (Planning)
Perencanaan disusun secara komprehensif dan konsisten serta mengacu kepada
konsep bottom-up planning, dimana keputusan yang diambil didapat dari aspirasi bawah.
Executive Summary
41
pembangunan, masyarakat ditempatkan sebagai pelaku utama dan kesejajaran peran antara
pemerintah, masyarakat dan pelaku bisnis dijunjung tinggi. Dalam rangka mewujudkan
kesejajaran masyarakat, dilakukan pemberdayaan dengan memberikan ruang untuk
meningkatkan partisipasi dalam setiap pengambilan keputusan.
Pengendalian/Pengawasan (Monitoring)
Pengendalian / pengawasan pada hakekatnya akan, perlu dan harus dilakukan oleh
setiap penyandang dana dalam kegiatan pembangunan. Dalam hal ini, selayaknya
pengendalian dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Internal Pemerintah
Kabupaten itu sendiri. Bahkan dalam era transparansi ini, masyarakat dan pihak swasta juga
dapat terlibat dalam pengendalian pembangunan. Pemerintah Kabupaten dengan DPRD
setempat dapat menyiapkan wadah bagi masyarakat dan pihak swasta untuk dapat
memberikan masukan/informasi hasil pengawasan, agar dapat ditindaklanjuti oleh
pemerintah. Pemberian sanksi bagi aparat/lembaga yang melakukan kesalahan menjadi syarat
mutlak berfungsinya pengawasan. Pengendalian pembangunan diajukan pada penilaian
pencapaian sasaran fungsional dari suatu program/kegiatan/proyek sehingga diharapkan dari
setiap pembangunan dapat diketahui hasil dan manfaatnya.
Executive Summary
42
Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi pelaksanaan pembangunan merupakan usaha yang dilakukan dalam rangka
mengukur dan menilai kinerja pembangunan seta merekomendasikan bahan masukan bagi
penyusunan rencana kebijakan pembangunan selanjutnya. Pada hakekatnya evaluasi berjalan
beriringan dengan kegiatan monitoring (Monev-Monitoring Evaluation). Sehingga pada
dasarnya seperti juga pada monitoring, evaluasi seharusnya dilakukan oleh setiap penyandang
dana pembangunan. Terutama untuk program pembangunan yang berkelanjutan dan
berjangka panjang, evaluasi memiliki arti strategis untuk mereview arah, manfaat dan
pencapaian hasil yang telah dilaksanakan.
Dalam paradigma baru, evaluasi pelaksanaan pembangunan dapat dilakukan oleh
pemerintah bersama-sama dengan masyarakat. Kehadiran berbagai potensi kelembagaan di
luar birokrasi pemerintah dapat dipesankan untuk menilai keberhasilan pelaksanaan program
pembangunan dengan difasilitasi oleh instansi pemerintah.
Kerangka Strategi Pembangunan Infrastruktur
Penataan Ruang Berkualitas
Konsep penataan ruang yang berwawasan lingkungan bertujuan untuk menciptakan
ruang yang berkualitas dan memberikan kemanfaatan bagi masyarakat maupun sektoral
dengan memperhatikan 2 (dua) dimensi penting, yaitu: (i) Skala kewilayahan; (ii) Skala
komunitas. Skala kewilayahan terkait dengan pemanfaatan ruang menurut daya dukung dan
daya tampung. Mengingat bahwa, perkembangan jumlah penduduk akan membawa
konsekuensi terhadap peningkatan kebutuhan akan sumber daya alam dan energi untuk
menopang keberlanjutan kehidupan.
Ppenataan ruang perlu memperhatikan kapasitas daya dukung dan daya tampung
lahan, apakah ruang yang direncanakan mampu untuk mendukung keberlanjutan dari
kehidupan manusia dan makhluk hidup yang lain dalam jangka panjang. Kemampuan daya
dukung lahan akan direpresentasikan dari sumber-sumber daya alam yang akan dimanfaatkan
untuk menopang kehidupan makhluk hidup yang tinggal di atas lahan tersebut. Di samping
itu, dari sisi dimensi ruang, apakah ruang yang direncanakan tersebut mampu untuk
memberikan ruang gerak/mobilitas manusia (termasuk barang dan jasa) yang hidup di atas
lahan tersebut selama beberapa tahun perencanaan. Hal ini penting untuk memastikan bahwa
Executive Summary
43
seluruh aktivitas yang membutuhkan mobilitas yang akan berlangsung di atas lahan tersebut
dalam jangka waktu lama, dapat terakomodir.
Dimensi kedua adalah skala komunitas, yaitu penataan ruang harus memperhatikan
karakteristik sosial-budaya masyarakat yang akan menempati lahan tersebut. Karakter
masyarakat dapat mempengaruhi perkembangan guna lahan yang di tempatinya. Oleh karena
itu, dalam penataan ruang perlu memperhatikan sifat komunitas yang akan ditempatkan
dalam lahan tersebut.
Dengan memperhatikan dua dimensi penting di atas (skala kewilayahan dan skala
komunitas), penataan ruang diharapkan dapat mewujudkan tatanan kehidupan yang seimbang
dan harmonis, sehingga dengan demikian penataan ruang yang berwawasan lingkungan
diharapkan
mampu
mendukung
terealisasinya
goal
pembangunan
nasional,
yaitu
44
Executive Summary
45
No.
Dukungan Kegiatan
Instansi Terkait
1.
2.
3.
4.
Kesehatan
5.
6.
7.
Pekerjaan Umum
46
lingkungan hidup, bilamana pada suatu ketika terjadi adanya gangguan terhadap fungsifungsi lingkungan, seperti pencemaran, polusi, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, hal ini
menjadi cukup krusial bagi daerah-daerah yang tidak memiliki kapasitas dalam hal
pendanaan untuk menjamin upaya pemulihan fungsi lingkungan hidup bagi proyek-proyek
pembangunan fisik yang berskala besar yang jika tidak dilakukan pengawasan secara ketat
akan menimbulkan dampak negatif dan dapat mengganggu fungsi-fungsi lingkungan hidup.
Rekomendasi
Dampak positif dari pembangunan infrastruktur adalah peningkatan kesejahteraan
rakyat dan pendapatan daerah tersebut sehingga tinjauan pelaksanaan dan perbaikan
infrastruktur dasar khususnya industri perikanan di daerah harus memperhatikan lokasi,
fungsi, dimensi, waktu dan kewenangan. Pertama, aspek lokasi. Dasar penilaian aspek lokasi
adalah Rencana Tata Ruang Wilayah yang ada. Kedua, aspek fungsi. Penilaian aspek fungsi
didasarkan pada dokumen perencanaan yang ada. Baik itu RPJP Nasional, RPJM Nasional,
Renstra Kementerian, RPJP dan RPJM Daerah maupun Renstra Instansi yang ada. Ketiga,
aspek dimensi. Ukuran dimensi atau luasan dibagi berdasarkan pada Peraturan Menteri LH
no. 11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib dilengkapi
dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no.
10/PRT/M/2008 tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Bidang PU yang
wajib dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL). Keempat, aspek waktu. Nilai waktu menghubungkan
antara proses perencanaan, termasuk didalamnya keberadaan dokumen lingkungan (AMDAL
atau UKL/UPL), dengan pelaksanaan konstruksi. Pembuatan dan penilaian dokumen
lingkungan (AMDAL atau UKL/UPL) harus seiring dengan pelaksanaan perencanaan, baik
yang saat masih berujud Masteplan ataupun DED. Kelima, aspek kewenangan. Aspek
kewenangan yang ditinjau disini adalah kewenangan didasarkan pada tupoksi yang ada,
apakah kegiatan pembangunan tersebut menjadi tanggung jawab pemerintah pusat atau
pemerintah daerah. PP no 38 tahun 2007 tentang Pembagian Kewenangan Pusat dan Daerah
merupakan acuan yang digunakan termasuk didalamnya Peraturan Perundangan Bidang PU
yang mengatur tentang pembagian kewenangan.
Disamping itu, ada beberapa hal yang menjadi perhatian terkait infrastruktur dasar
industri perikanan khususnya di Kabupaten Kayong Utara, antara lain:
Executive Summary
47
(i)
(ii)
(iii)
(iv)
Pembangunan prasarana perikanan baru harus didasarkan atas data dan informasi yang
akurat, berdasarkan potensi yagn ada melalui SIDCOM (Survey, Investigation, Design,
Contruction, Operation, Maintenance) terlebih dahulu serta kecukupan dukungan
sektor lainnya seperti jalan, air, dan listrik. Selain itu, diperlukan juga upaya menggali
investasi sektor swasta dalam pembangunan infrastruktur perikanan melalui kebijakan
insentif dan disinsentif.
(v)
Executive Summary
48