Вы находитесь на странице: 1из 16

TEORI NILAI TUKAR

(KURS)

PENDAHULUAN
Ada 2 macam sistem kurs:
a) Sistem kurs tetap (Fixed exhange rate system)
b) Sistem kurs mengambang (Floating exchange rate
system) Freely exchange rate / Flexible
exchange rate

Yang banyak digunakan pada perekonomian di


dunia adalah sistem kurs mengambang.
Sistem kurs mengambang punya 2 variasi:
1. Dirty float yaitu apabila pemerintah secara aktif
melakukan usaha stabilisasi kurs valuta asing
2. Clean float yaitu apabila pemerintah tidak
melalukan stabilisasi kurs.

Sistem kurs bebas harus memenuhi


persyaratan:
1. Mata uang yang beredar tidak konvertibel
terhadap emas
2. Kurs valuta asing ditentukan sepenuhnya oleh
pasar. Intervensi yang dilakukan pemerintah
melalui kebijakan yang akan mempengaruhi
permintaan dan penawaran valuta asing
3. Tidak ada pembatasan penggunaan valuta
asing

PENDEKATAN DALAM TEORI NILAI TUKAR (KURS)

1. Pendekatan Teori Kurs Tradisional


Didasarkan pada arus perdagangan dan
paritas daya beli untuk mengetahui pergerakan
nilai tukar dalam jangka panjang. Pendekatan
ini disebut juga pendekatan elastisitas dalam
pembentukan kurs
2. Pendekatan Teori Kurs Moneter
Menjelaskan perubahan nilai kurs pada pasar
modal dan arus modal internasional serta
menganalisis perubahan nilai kurs dalam
jangka pendek yang sifatnya tak terduga untuk
mencapai keseimbangan jangka panjang

PENDEKATAN TRADISIONAL
Pendekatan ini mendasarkan pertukaran barang dan
jasa antar-negara, artinya:
Nilai perdagangan menentukan kurs
sehingga disebut pendekatan perdagangan (trade
approach)/pendekatan elastisitas terhadap
pembentukan kurs
Kondisi Perekonomian Full employment:
Neraca perdagangan mengalami defisit
kebijakan depresiasi
penggunaan SDA untuk
memproduksi barang-barang ekspor atau
substitusi impor
Kondisi Perekonomian jauh dari Full employment:
Neraca perdagangan mengalami defisit
kebijakan domestik
untuk mengurangi
belanja domestik dan SDA untuk barang-barang
ekspor atau substitusi impor

Pendekatan perdagangan ini menekankan


pada pentingnya peran perdagangan atau
arus pertukaran barang dan jasa dalam
pembentukan kurs, dan tidak semua
fenomena perubahan kurs yang terjadi dapat
dijelaskan dengan pendekatan teori ini.
Tetapi paling tidak sudah bisa memberikan
gambaran mengenai faktor-faktor apa saja
yang bisa mempengaruhi kurs.

PENDEKATAN MONETER
Pendekatan moneter ini berasumsi tidak mengenal
kekakuan pasar yag menghambat kecepatan
penyesuaian kurs dan harga lainnya, untuk
mencapai keseimbangan jangka panjang
(mempertahankan full employment). Formulasinya
dibentuk mula-mula dari:
Eab = Pa/Pb
Dengan:
Eab = kurs antara mata uang negara A dan mata
uang negara B
Pa = tingkat harga umum yang berlaku di
negara A
Pb = tingkat harga umum yang berlaku di
negara B

Permintaan & penawaran uang di negara A


Pa = Msa /L (Ra, Ya)
Permintaan & penawaran uang di negara B
Pb = Msb /L (Rb, Yb)
Dimana:
Msa = Penawaran uang negara A
Msb = Penawaran uang negara B
L (R, Y) = Permintaan uang riil agregate suatu
negara yang merupakan fungsi menurun terhadap
tingkat bunga (R) dan meningkat terhadap output
riil (Y).
Ketiga persamaan di atas digabung menjadi:
Eab = Pa/Pb = Msa /L (Ra, Ya)
Msb /L (Rb, Yb)

Atau menjadi persamaan/formula:


Eab = Pa/Pb = (Msa/ Msb) x [L(Rb, Yb)/(Ra, Ya)]
Persamaan ini menyatakan bahwa harga relatif
mata uang A dan B dalam jangka panjang
sepenuhnya bergantung pada penawaranpenawaran relatif kedua mata uang serta
permintaan-permintaan riil relatifnya. Berbagai
perubahan suku bunga dan tingkat output hanya
dapat mempengaruhi kurs melalui pengaruhnya
terhadap permintaan uang.

Perbedaan Pendekatan moneter dengan pendekatan


tradisional/pendekatan perdagangan yaitu:
Pendekatan perdagangan menekankan pada
intensitas perdagangan barang dan jasa antara
dua barang dalam menjelaskan mengenai
perubahan kurs antara 2 mata uang dari 2 negara
Pendekatan moneter menjelaskan bahwa kurs
mata uang tercipta dari proses penyamaan atau
penyeimbangan stok atau total permintaan dan
penawaran mata uang tiap-tiap negara, dengan
penawaran mata uang di suatu negara
diasumsikan ditentukan oleh otoritas moneternya,
sedangkan permintaan uang ditentukan oleh
tingkat pendapatan riil, tingkat harga dan tingkat
suku bunga.
Pendapatan dan tingkat harga
permintaan
uang , tingkat bunga
permintaan uang

TEORI PARITAS DAYA BELI


(PURCHASING POWER PARITY)
Teori Paritas Daya Beli dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Secara Absolut
Merumuskan bahwa kurs antara dua mata uang
adalah rasio dari tingkat harga umum dari dua
negara yang bersangkutan. Formulasinya:
Eab = Pa/Pb
dengan:
Eab = kurs antara mata uang negara A dan mata
uang negara B
Pa = tingkat harga umum yang berlaku di
negara A
Pb = tingkat harga umum yang berlaku di
negara B

Asumsi implisit dari rumusan teori PPP absolut ini


adalah:
1. Dalam konteks perdagangan dan hubungan
keuangan internasional tidak ada biaya
transportasi, tariff atau kendala lain yang dapat
menghalangi laju perdagangan barang dan
uang secara bebas.
2. Semua jenis komoditas dapat dapat
diperdagangkan secara bebas dan tidak terjadi
gangguan struktural (misalnya adanya boikot)
Karena adanya asumsi-asumsi teori PPP absolut
yang tidak realistis inilah menyebabkan adanya
teori PPP relatif

2. Secara Relatif
Teori Paritas Daya Beli (PPP) relatif menyatakan
fluktuasi kurs dalam jangka waktu tertentu akan
bersifat proporsional atau sebanding besarannya
terhadap perubahan tingkat harga yang berlaku di
kedua negara selama periode yang sama.
Formulasinya sebagai berikut:
(Pa1/Pa0)
Eab1 =
Eab0
(Pb1/Pb0)
Dimana :
Eab1 = Kurs pada periode satu
Eab0 = Kurs pada periode dasar

TEORI NILAI TUKAR LAINNYA


Teori lain dikemukakan oleh Jagdhis Baghwati dan Irving
Kravis dari Universitas Pennsylvania dan Robert Lipsey
yang menjelaskan mengenai lebih rendahnya tingkat harga
di negara-negara miskin dibandingkan negara maju.
Pandangan mereka lebih menitik beratkan pada perbedaan
faktor endowments yang berupa faktor produksi modal dan
tenaga kerja bukan perbedaan tingkat produktivitas di
antara negara-negara.
Negara kaya rasio modal dengan tenaga kerja lebih tinggi
dibandingkan negara berkembang karena negara maju
lebuh banyak modal dibandingkan tenaga kerja, dan
sebaliknya negara berkembang lebih banyak tenaga kerja
daripada modal.
Sehingga negara maju produktivitasnya relatif lebih besar
dibanding dengan negara berkembang.

Diasumsikan selisih kelimpahan antar negara


maju dan negara berkembang cukup besar
sehingga mekanisme penyamaan faktor-faktor
produksi tidak mudah
Untuk menjelaskan kurs keseimbangan terjadi,
misal perekonomian hanya Amerika dengan mata
uang dollar AS ($) dan Indonesia dengan mata
uang rupiah (Rp). Nilai tukar mata uang dollar
terhadap rupiah pada dasarnya konsep yang
menjelaskan berapa jumlah yang diperlukan untuk
membeli 1 dollar AS Maka rumus penentuan
kursnya (R) yaitu:
R = Rp/$

Soal Latihan
1. Uraikan pengaruh depresiasi nilai
tukar(kurs) terhadap kinerja ekspor, impor
dan neraca pembayaran
2. Faktor-faktor apa sajakah yang
mempengaruhi kurs, jelaskan! Dan
jelaskan pula bagaimana kaitannya
dengan fluktuasi rupiah di Indonesia

Вам также может понравиться