Вы находитесь на странице: 1из 8

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Data


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan peta
pikiran (Mind Map) terhadap hasil belajar pada materi pedosfer. Kelas eksperimen
dan kelas kontrol diberikan perlakukan yang berbeda.Kelas eksperimen
melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan Mind Map sedangkan kelas
kontrol menggunakan ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas.
Data dalam penelitian ini merupakan skor hasil belajar siswa yang diperoleh
melalui tes berbentuk essay yang berjumlah 5 soal. Skor yang diperoleh dihitung rataratanya, kemudian dicari gain score nya. Soal terlebih dahulu di uji validitas,
reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda sebelum melakukan pretest.
1. Skor Pretest
Pretest dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum penyampaian
materi oleh guru. Tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa
sekaligus homogenitas varian dari subjek yang terlibat pada penelitian ini. Pretest
dilkukan terhadap kelas eksperimen (X-2) dan kelas kontrol (X-7). Lebih jelasnya
dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
.

Rata-Rata Skor
Pretes

42

43

36.8
36.6
36.4
36.2
36
35.8
35.6
35.4
35.2

Kontrol

eksperimen

Grafik 4.1 Rata-Rata Skor Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Dari Grafik di atas dapat dikatakan tidak ada perbedaan yang signifikan antara
skor pretest kelas ekperimen dengan kelas kontrol. Rata-rata skor pretest kelas
eksperimen adalah 36,68 dari 31 siswa sedangkan rata-rata skor pretest kelas kontrol
adalah 35,70 dari 30 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa kedua kelas tersebut
memiliki kemampuan awal yang mendekati.
2. Skor Posttest
Setelah memperoleh pembelajaran dilakukan posttest yang bertujuan untuk
mengetahui kemampuan akhir siswa. Posttest juga diberikan kepada kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Berikut ini uraian data hasil posttes kelas eksperimen
dan kelas kontrol

44

Skor Posttest
80
75

Nilai Postest

70
65
60
55
Kontrol

Eksperimen

Grafik 4.2 Rata-Rata Skor Postest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Dari Grafik di atas tergambar bahwa skor posttest kelas eksperimen lebih
tinggi daripada skor posstes kelas kontrol. Skor rata-rata posttest kelas eksperimen
yaitu 76,48 sedangkan skor rata-rata posttest kelas kontrol yaitu 65,07.
Perbandingan rata-rata skor hasil pretest dan posttest kelas eksperimen dengan
kelas kontrol dapat dilihat pada grafik 4.3.
80
70
60
50

kontrol

40

eksperimen

30
20
10
0
pretes

postes

45

Grafik 4.3 Perbandingan Rata-rata Skor Pretest dan Postest Kelas Kontrol dengan Kelas
Eksperimen

Pada Grafik 4.3 tergambar bahwa sebelum diberikan pengajaran oleh guru
baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol memiliki rata-rata skor pretest yang
hampir sama namun setelah adanya pembelajaran dengan menggunakan Mind Map
pada kelas eksperimen dan pembelajaran dengan ceramah, tanya jawab serta
pemberian tugas pada kelas kontrol diperoleh rata-rata skor posttest yang berbeda.
Rata-rata skor posttest kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata skor posttest
kelas kontrol.
3. Gain Score
Peningkatan hasil belajar yang diperoleh dari skor pretest dan posttest pada
kedua kelas tersebut yang kemudian dijadikan gain score. Berdasarkan selisih nilai
hasil pretest dan posttest pada kelas eksperimen terhadap hasil belajar siswa
diperoleh rata-rata gain score sebesar 39,81 sedangkan pada kelas kontrol diperoleh
rata-rata gain score sebesar 29, 37.
Perbandingan rata-rata skor hasil gain score kelas eksperimen dengan kelas
kontrol dapat dilihat pada grafik 4.4.,

46

Gain Score
40
35
30
25
20
15
10
5
0

Gain Score

Kontrol

Eksperimen

Grafik 4.4 Perbandingan Rata-rata Gain Score Kelas Kontrol dengan Kelas Eksperimen

Berdasarkan Grafik 4.4 di atas terlihat bahwa gain score kelas eksperimen
lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata
skor pretes pada kedua kelas tersebut yang semula hampir sama namun setelah kelas
eksperimen mendapatkan perlakuan dengan menggunakan Peta Pikiran dan kelas
kontrol dengan menggunakan ceramah serta tanya jawab. Rata-rata posttest kelas
eksperimen meningkat lebih tinggi sehingga berpengaruh pada peningkatan gain
score. Perbandingan nilai rata-rata kemampuan awal (pretest), kemampuan akhir
(posttest) dan gain score antara kelas kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada
lampiran 15 dan 16
4.2 Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian kemdian dianalisis dengan
menggunakan program SPSS 16.0 for Windows dengan independen sample t test.
Hasil analisis digunakan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.

47

Berdasarkan hasil analisis data pada penggunaan Mind Map diperoleh data plevel lebih kecil dari 0,05 (p<0,05) yaitu dengan sig 0,00. Rata-rata gain score kelas
eksperimen yaitu 39,81 lebih besar dari kelas kontrol yang memiliki gain score 29,37.
4.3. Uji Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah:
Ho

Penggunaan peta pikiran (Mind Map) tidak berpengaruh terhadap hasil

belajar geografi siswa kelas X SMAN 2 Blitar


HI

:Penggunaan peta pikiran (Mind Map) berpengaruh terhadap hasil belajar


geografi siswa kelas X SMAN 2 Blitar
H0 diterima jika nilai (p) > 0,05, dan H0 ditolak jika nilai (p) < 0,05. Hasil

analisis menunjukkan nilai (p) = 0,00 atau (p) < 0,05. Ini berarti Ho ditolak dan H1
diterima atau penggunaan Mind Map berpengaruh terhadap hasil belajar geografi
siswa.. Data tersebut menunjukkan bahwa siswa yang belajar dengan menggunakan
Mind Map memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa
yang belajar dengan metode ceramah dan tanya jawab. Hasil t- test hasil belajar
geografi siswa dapat dilihat pada lampiran 17

4.4 Temuan Penelitian


4.4.1 Temuan Utama
Temuan utama pada penelitian ini adalah penggunaan Peta Pikiran (Mind
Map) dalam pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar geografi siswa SMA
pada materi pedosfer. Ada perbedaan perolehan gain score antara kelas eksperimen

48

yang menggunakan Peta Pikiran dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan Peta
Pikiran. Gain score kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan gain score kelas
kontrol, sehingga disimpulkan bahwa penggunaan Peta Pikiran (Mind Map)
berpengaruh terhadap hasil belajar geografi siswa SMA.
4.4.2. Temuan Tambahan
Selain temuan utama, terdapat temuan tambahan yang sekaligus menjadi
kelebihan dan kelemahan penggunaan Mind Map sebagai berikut
1. Peta Pikiran membuat siswa menjadi lebih kreatif, dari catatan siswa, terlihat
jelas perbedaan antara sebelum dan setelah menggunakan Peta Pikiran,
sebelum menggunakan Peta Pikiran catatan siswa sangat monoton tidak ada
penekanan untuk konsep-konsep penting yang harus mereka ingat, tidak ada
warna dan gambar namun dengan menggunakan Peta Pikiran siswa mencatat
dengan menggunakan kata kunco, gambar dan warna sehingga catatan siswa
menjadi lebih kreatif dalam membuat catatan mereka
2. Peta Pikiran membuat suasana belajar lebih menyenangkan, dalam proses
pembelajaran menggunakan Mind Map siswa merasa senang, tidak bosan dan
tertarik saat guru mengajar dengan menggunakan Mind Map. Hal ini terbukti
pada lembar observasi aktivitas siswa, siswa memperhatikan dengan sungguhsungguh penjelasan guru tentang Mind Map. Selain itu dari hasil angket
respon siswa terhadap penggunaan Mind Map, 90% siswa merasa senang
belajar dengan menggunakan Mind Map
3. Peta Pikiran mempermudah siswa mempresentasikan materi, setelah membuat
Mind Map siswa diperintahkan untuk mempresentasikannya untuk melihat
sejauh mana ia memahami Mind Map yang telah dibuat. Dengan

49

menggunakan Mind Map saat presentasi siswa terlihat lebih mudah


menyampaikan materi karena terlebih dahulu mereka sudah mengetahui poinpoin penting yang harus disampaikan, yaitu kata-kata kunci dari Mind Map itu
sendiri. Ketika mereka menguasai kata-kata kunci tersebut maka penyampaian
materi itu akan terasa lebih mudah. Hal ini terbukti pada lembar observasi
kegiatan siswa, siswa yang mempresentasikan Mind Map nya di depan kelas
mampu menyampaikannya dengan baik dan lancar.
4. Tidak semua siswa memeiliki kemampuan berimajinasi dan tingkat kreativitas
yang tinggi sehingga bias menghasilkan sebuah Mind Map yang baik 10 orang
siswa mengaku kesulitan dalam membuat gambar dikarenakan mereka tidak
bias menggambar. Hal ini terbukt pada beberapa Mind Map buatan siswa yang
tidak menggunakan gambar yang dapat dilihat pada lampiran 19
5. Siswa yang berjumlah 31 orang menyebabkan guru kewalahan dalam
memperhatikan dan mengawasi siwa, sehingga masih ada beberapa siswa
yang salah dalam membuat Mind Map.
6. Mind Map yang dibuat oleh siswa secara individu sangat bervariasi sehingga
guru kesulitan memeriksa Mind Map siswa tersebut.

Вам также может понравиться