Вы находитесь на странице: 1из 37

KEWASPADAAN UNIVERSAL

(UNIVERSAL PRECAUTION)
ASRI AHRAM EFENDI
MATERI KEPANITERAAN UMUM FK UNTAD 2014

KEWASPADAAN UNIVERSAL ADALAH :


Upaya pencegahan infeksi yang telah mengalami
perjalanan panjang, dimulai sejak dikenalnya infeksi
nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi petugas
kesehatan dan pasien.
Petugas kesehatan bertanggung jawab terhadap dirinya
sendiri dan pasien dari risiko penularan penyakit infeksi
Setiap cairan tubuh pasien harus dianggap infeksius
tanpa memandang status pasiein

Tahun 1847 Dr. Ignac F. Semmelweis mengamati bahwa


. dapat menularkan infeksi
tindakan medis
Tahun 1967 CDC Atlanta merekomendasikan tehnik isolasi
berdasarkan kelompok kategori (7kategori)
Tahun 1983 direkomendasikan 2 sistem isolasi yaitu
category spesific infection dan disease spesific isolation
precaution
Tahun 80 an Indonesia mempunyai program pengendalian
infeksi nosokomial dengan menerapkan 4 kategori isolasi
yaitu isolasi pernafasan, isolasi saluran cerna, isolasi ketat,
isolasi perlindungan dan blood precaution

Tahun 1984 berkembang sistem yang disebut Body


substance isolation (BSI)
Tahun 1985 CDC Atlanta merekomendasikan strategi baru
yaitu blood and body fluid precautions secara universal
tanpa memandang status pasien dan strategi penanganan
limbah medis termasuk alat tajam
Tahun 1994 UP dibagi menjadi 2 tingkatan kewaspadaan
yaitu standard precaution dan Transmission based
precaution
Tahun 1997 dan 1998 semua bentuk kewaspadaan ini
disebut dengan UNIVERSAL PRECAUTION atau
Kewaspadaan Universal

ALASAN DASAR
PENERAPAN
KEWASPADAAN
UNIVERSAL

HIV/AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran


HIV menjadi lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menimbulkan
gejala serta potensi penularan dimasyarakat cukup tinggi (seks
bebas,alat kesehatan tidak steril, dll)
Penyakit Hepatitis B dan C juga mempunyai tingkat potensial
penularan yang cukup tinggi dari cairan tubuh termasuk juga
penyakit2 lain yang dapat ditularkan terutama melalui cairan
tubuh
Sementara bagi masyarakat umum sarana kesehatan tempat
pemeliharaan kesehatan
Petugas kesehatan bertanggung jawab untuk menjaga

UNIVERSAL PRECAUTIONS
FOUR WAYS TO SPREAD GERMS Communicable diseases are
spread from person-to-person in four basic ways:
Airborne or the respiratory route
Examples of the Airborne Route of infection are: TB, Colds,
Chicken pox
Direct contact route
Examples of Direct Contact route are: Conjunctivitis,
impetigo, lice, poison ivy, chicken pox
Fecal-oral route
Examples of Fecal-Oral communicable route are: hand, foot,
and mouth disease, Hepatitis A, rotavirus
Blood contact route

BEBERAPA TINDAKAN POTENSIAL


DALAM PENULARAN PENYAKIT
Cuci tangan yang kurang benar
Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat
Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman
Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman
Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang
tepat
Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai

PRINSIP UTAMA PROSEDUR


KEWASPADAAN UNIVERSAL
Menjaga higiene sanitasi individu
Menjaga higiene sanitasi ruangan
Sterilisasi peralatan

5 KEGIATAN POKOK
KEWASPADAAN UNIVERSAL
Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
Pemakaian alat pelindung guna mencegah
kontak dengan darah dan cairan tubuh
Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk
mencegah perlukaan
Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan

CUCI TANGAN
Cuci tangan Higienik atau rutin : mengurangi kotoran dan
flora yang ada ditangan dengan menggunakan sabun dan
deterjen
Cuci tangan Aseptik : sebelum tindakan aseptik pada
pasien dengan menggunakan antiseptik
Cuci tangan Bedah (surgical handscrub) : sebelum
melakukan tindakan bedah cara aseptik dengan
antiseptik dan sikat steril

ALAT PELINDUNG
Sarung tangan
Pelindung wajah/masker/kaca mata
Penutup kepala
Gaun pelindung (baju kerja/celemek)
Sepatu pelindung (sturdy foot wear)

PEMILIHAN ALAT PELINDUNG SESUAI PAJANAN


Jenis pajanan :

Contoh :

Pilihan alat pelindung :

Risiko rendah :
- kontak dengan kulit
- tidak terpajan langsung

- injeksi
- perawatan luka

- sarung tangan tidak


esensial

- px.pelvis
- insersi&melepas IUD
- pemasangan IVFD
- spesimen lab.
- perawatan luka berat

- sarung tangan
- mungkin perlu gaun
pelindung/celemek

- tindakan bedah ;
mayor,mulut,partus

- alat pelindung
lengkap

Risiko sedang :
- kemungkinan terpajan
darah namun tidak ada
percikan/cipratan

Risiko tinggi :
- Kemungkinan terpajan
- perdarahan masif

SARUNG TANGAN
Harus selalu dipakai pada saat melakukan tindakan
kontak atau yang diperkirakan akan menimbulkan kontak
dengan darah, cairan tubuh, kulit yang tidak utuh, selaput
lendir pasien dan benda terkontaminasi
Dikenal 3 jenis sarung tangan yaitu ; sarung tangan
bersih, sarung tangan steril, sarung tangan rumah tangga

PENGGUNAAN SARUNG TANGAN


Sarung tangan bersih :

- didisinfeksi tingkat tinggi (DTT)


- digunakan sebelum melakukan tindakan rutin
pada kulit dan jaringan mukosa
- dapat digunakan pada tindakan bedah bila
sarung tangan steril tidak ada

Sarung tangan steril :

- sarung tangan yang telah melalui proses


serilisasi
- harus digunakan pada saat melakukan tindakan
bedah

Sarung tangan rumah


Tangga

- terbuat dari latex atau vinil, tebal


- digunakan saat membersihkan alat kesehatan,
permukaan meja kerja dll
- dapat digunakan kembali setelah dicuci bersih

PENGELOLAAN ALAT
KESEHATAN
Bertujuan untuk mencegah penyebaran infeksi melalui
alat kesehatan
Menjamin alat tersebut dalam kondisi steril dan siap pakai
Proses penatalaksanaan peralatan dilakukan melalui 4
tahap yaitu ; dekontaminasi, pencucian, sterilisasi atau
DTT, penyimpanan

Dekontaminasi
Rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 mnt
Cuci bersih dan tiriskan
Pakai sarung tangan dan pelindung terhadap objek tajam

Sterilisasi
Uap
Bertekanan
tinggi Otoklaf

Pemanasan
Kering

121 C
106 kPa (1 atm)
20 30 menit

1700 C
Selama 60 menit

Disinfeksi tingkat tinggi


Kimiawi

Kimiawi

Uap

Rebus

Rendam dalam
larutan disinfektan
10 24 jam atau
Gas Eto

Rendam dalam
larutan
disinfektan 20
menit

Tutup dalam
uap air mendidih
selama 20 menit

Diamkan
mendidih
selama 20 menit

Pendinginan & Penyimpanan


Siap pakai

TINGKAT RISIKO DAN JENIS


PENGGUNAAN ALAT
Tingkat risiko:

Jenis penggunaan alat:

Cara pengelolaan:

Risiko tinggi

Alat yang digunakan


dengan menembus kulit
atau rongga tubuh

Sterilisasi atau
menggunakan alat steril
sekali pakai

Risiko sedang

Alat yang digunakan pada Sterilisasi atau disinfeksi


mukosa atau kulit yang
tingkat tinggi
tidak utuh
(perebusan/kimiawi)

Risiko rendah

Alat yang digunakan pada Cuci bersih


kulit utuh tanpa
menembus kulit

DEKONTAMINASI
Menghilangkan mikroorganisme patogen dan kotoran dari suatu
benda sehingga aman untuk pengelolaan selanjutnya
Bertujuan untuk mencegah penyebaran infeksi melalui alat
kesehatan atau permukaan benda
Dilakukan dengan menggunakan bahan disinfektan yaitu suatu
larutan atau zat kimia yang tidak digunakan untuk kulit dan
jaringan mukosa
Klorin 0,5% atau 0,05% adalah disinfektan yang paling sering
digunakan dinegara berkembang karena terjangkau dan mudah
didapat

CARA MENYIAPKAN LARUTAN KLORIN


0,5%
Jenis larutan

Kondisi kotor

Kondisi bersih

Untuk menyiram permukaan


tercemar
Sebelum mengangkat
kotoran

Setelah kotoran
diangkat

Kadar klorin yg dibutuh


kan

0,5%
(5gr/lt,5000ppm)

0,05-1%
(0,5-1g/lt,500-100ppm)

- lart.natrium hipiklorit
( tersedia klorin 5%)
- kalsium hipoklorit
(tersedia klorin 70%)
- NaDCC
(tersedia klorin 60%)
- NaDCC tab.(presept)
(1,5g klorin/tab.)

100ml/lt

10-20ml/lt

7,0g/lt

0,7-1,4g/lt

8,5g/lt

0,9-1,7g/lt

4 tablet

1 tablet

DEKONTAMINASI KHUSUS
Jenis alat kesehatan

Proses Dekontaminasi

1. jarum dan semprit :


- sebaiknya tidak dipakai ulang
- insenerasi beserta wadahnya

1.- siapkan wadah kedap tusukan


-isi dengan lart.klorin 0,5%
- isi semprit&jarum dengan lart.klorin
semprotkan, lakukan 3x
- rendam dlm lart.klorin 10mnt

2. sarung tangan :
- sekali pakai buang dalam
wadah limbah medis
- pakai ulang tampung
dalam wadah penampungan
utk proses dekontaminasi

2.- tampung dalam wadah berisi


lart. Klorin 0,5% rendam 10 menit
sebelum dicuci
-pisahkan dalam wadah berbeda
dengan alat tajam

3. Wadah tempat penyimpanan


peralatan

3. isi dgn lart.klorin 0,5% 10 mnt, bilas &


cuci

4. permukaan meja yang tidak berpori

4.- gunakan sarung tangan RT&celemek,


semprot lart.klorin,biarkan 10 mnt, lap
dgn lap basah bersih berulang kali shg
klorin terangkat

EFEK KLORIN DALAM KONSENTRASI BERBEDA


Mikroorganisme
Mikoplasma dan bakteri vegetatif (<25ppm)
spora Bacillus subtilis

Konsentrasi efektif Klorin waktu

25 ppm
100 ppm
Agen mikotik
100 ppm
S.aureus
100 ppm
Salmonella choleraesuis
100 ppm
Pseudomonas aeruginosa
100 ppm
Beberapa macam virus termasuk HIV dan HBV 200 ppm
Micobacterium tuberculosis
1000 ppm

Beberapa detik
5 menit
1 jam
10 menit
10 menit
10 menit
10 menit
??

PENCUCIAN ALAT
Menghilangkan segala kotoran yang kasat mata dari benda atau permukaan
benda dengan sabun atau deterjen, air dan sikat
Tanpa pencucian yang teliti maka proses disinfeksi atau sterilisasi selanjutnya
tidak akan efektif
Kotoran yang tertinggal dapat mempengaruhi fungsinya atau mengakibatkan
reaksi pirogen bila masuk kedalam tubuh pasien
Detergen digunakan dengan cara mencampurkan dengan air, dan tidak
diperbolehkan menggunakan sabun cuci biasa karena akan menimbulkan residu
yang sulit dihilangkan
Hindari penggunaan abu gosok karena akan menimbulkan goresan pada alat yang
bisa menjadi tempat bersembunyi mikroorganisme ataupun karat

DISINFEKSI DAN STERILISASI


Disinfeksi adalah suatu proses untuk menghilangkan sebagian atau semua mikroorganisme dari
alat kesehatan kecuali endospora bakteri
Dilakukan dengan menggunakan cairan kimia, perebusan, pasteurisasi
Disinfektan kimiawi a.l : alkohol, klorin, formaldehid, H2O2, glutarldehid, yodifora, asam
parasetat, fenol, ikatan amonium kwartener
Pasteurisasi bukanlah proses sterilisasi, suhu yang digunakan biasanya 77 0C waktu 30 menit
Radiasi dengan sinar ultra violet ; tidak ada data yang mendukung efektifitas pencegahan
penularan penyakit dengan cara ini, dan kelemahan dari UV adalah tidak dapat menembus cairan
Disinfektan tingkat tinggi (DTT) merupakan alternatif bila alat sterilisasi tidak tersedia atau
tidak mungkin dilaksanakan. DTT dapat membunuh semua mikroorganisme termasuk HIV dan
HEP.B namun tidak membunuh endospora dengan sempurna sehingga bila kasus gas gangren
dan tetanus banyak didapat maka semua peralatan harus disterilisasi

Sterilisasi adalah suatu proses untuk menghilangkan


seluruh mikroorganisme dari alat kesehatan termasuk
endospora bakteri
Sterilisasi dapat dilakukan dengan tehnik uap panas
bertekanan, pemanasan kering, gas etilin oksida, zat
kimia cair
Sterilisasi adalah cara paling aman dan efektif untuk
pengelolaan alat kesehatan yang berhubungan
langsung dengan darah atau jaringan dibawah kulit
yang secara normal bersifat steril

PENGELOLAAN ALAT KESEHATAN TERTENTU


(CONTOH)
Alat kesehatan

Mikroorganisme potensial penyebab


nosokomial

Alat gigi ;
- Risiko tinggi ;
forsep,skalpel,
chisel, skaler,
bor
- Risiko sedang;
kondesor, sem
prit air

Pengelolaan yang aman


- Keduanya harus disterilkan setiap
habis pakai 1 pasien, alat yang
tidak dapat dilepas dan tidak
panas sebaiknya tidak digunakan
aatau gunakan alat sekali pakai

Endoskopi

-Salmonella spp, TBC,


P.Aeruginosa, M.atipik

- Pencucian, DTT, Pembilasan,


pengeringan dan penyimpanan

Tombol-tombol,
senter

- HBV, HIV, TBC

- lapis dengan bahan kedap air,


ganti lapis setiap ganti pasien,
alat yang tertutup didisinfeksi
- DTT cukup efektif membunuh ke 3
jenis mikroorganisme ini

PENYIMPANAN ALAT
KESEHATAN
Penyimpanan yang baik sama pentingnya dengan proses disinfeksi dan
sterilisasi
Cara penyimpanan tergantung apakah alat terbungkus atau tidak
terbungkus
Umur steril tergantung pada atau tidaknya terkontaminasi dan kondisi
pada pembungkus itu sendiri
Alat tidak terbungkus harus segera digunakan setelah dikeluarkan, alat
yang tersimpan pada wadah steril dan tertutup paling lama 1 minggu
Jangan menyimpan alat dalam larutan karena mikroorganisme dapat
berkembang biak pada larutan antiseptik atau disinfektan

PENGELOLAAN LIMBAH
Limbah rumah sakit dapat berupa limbah medis ataupun
limbah rumah tangga dan limbah berbahaya
Limbah rumah tangga atau non medis tidak kontak dengan
darah atau cairan tubuh sehingga disebut sebagai risiko
rendah
Limbah medis mengandung atau kontak dengan
darah/cairan tubuh pasien sehingga disebut sebagai risiko
tinggi, karena berisiko menularkan penyakit
Limbah medis berupa limbah klinis dan limbah
laboratorium
Limbah berbahaya mempunyai sifat beracun seperti produk
pembersih, obat sitotoksik, disinfektan,senyawa radio aktif

PENGELOLAAN LIMBAH
KLINIS DAN LABORATORIUM
Darah,cairan tubuh, material yang mengandung darah kering
seperti kasa,perban dan benda2 tajam bekas pakai, benda2
dari kamar bedah, jaringan/potongan tubuh atau plasenta
Sebelum dibawa ke insinerator semua jenis limbah ditampung
dalam kantong kedap air biasanya berwarna kuning
Ikat rapat secara kuat dengan isi paling banyak 3/4, ideal 2/3
penuh
Pengumpulan limbah dari ruang perawatan harus lengkap
dengan kantongnya tidak boleh dituang pada gerobak
pengangkut
Petugas yang menangani harus menggunakan sarung tangan
tebal dan kedap air serta sepatu

PENGELOLAAN LIMBAH
KLINIS DAN LABORATORIUM
Tempat penampungan sementara harus berupa wadah yang
mudah dijangkau petugas, pasien dan pengunjung
Harus tertutup dan kedap air serta tidak mudah bocor agar
terhindar dari jangkauan tikus, serangga atau binatang lain
Hanya bersifat sementara dan tidak boleh lebih dari 1 hari
Wadah sementara limbah tajam harus dicuci dengan
disinfektan setiap hari
Pemusnahan yang dianjurkan adalah insenerasi atau bila tidak
ada lakukan penguburan dengan metode kapurisasi

KEWASPADAAN KHUSUS
Merupakan tambahan pada kewaspadaan
universal, yang terdiri dari tiga jenis kewaspadaan :
Kewaspadaan terhadap penularan melalui udara
(airborne)
Kewaspadaan terhadap penularan melalui
percikan (droplet)
Kewaspadaan terhadap penularan melalui kontak

Kewaspadaan
khusus

Contoh penyakit

Penempatan pasien

proteksi

pengangkutan
pasien

Udara

- Campak
- Varisela
- TBC

- tekanan negatif
terpantau
- pertukaran udara
tiap 6 jam

- masker

- batasi mobilisasi
pasien
- pasien memakai
masker bedah

Percikan

- Diphteria
- Pneumonia
- Pertusis
- mumps, dll

- Ruangan isolasi,
ruang bersama
dgn inf. Sama

- Masker N95

- sda

kontak

- Difteri
- E.coli
- shigella
- HAV
- dll

- Ruangan isolasi,
ruang bersama
dgn unf. sama

- sarung tangan
- b.pelindung

- batasi mobilisasi
dan selalu guna
kan b.pelindung

PILIHAN KEWASPADAAN KHUSUS SEBELUM DIAGNOSIS PASTI


DITEGAKKAN
Gejala klinis
Diare
- Diare akut dengan kemungkinan infeksi pada
Pasien yang memakai popok atau penderita
inkontensia
- Diare pada orang dewasa yang baru saja
menggunakan antibiotik
Meningitis

Patogen Potensial
- Entero patogen

Jenis Kewaspadaan
- Penularan melalui kontak
- Penularan melalui kontak

- Clostridium difficile
- Penularan melalui
percikan
- Neisseria mengitidis

Ruam atau eksantem pada umumnya, penyebab Tidak


diketahui
- petekial/ekimosis dengan demam

- Neisseria mengitidis

-Vesikular

- Varisela

- Penularan melalui
percikan
- Penularan melalui konta dan
udara
- Penularan melalui udara

-Makulopapular dengan korisa dan demam

- Rubeola (measles)

Gejala klinis

Patogen potensial

Jenis kewaspadaan

Infeksi pernafasan
- Batuk,demam, infiltrat lobus paru

- M. Tuberculosis

- Penularan lewat
udara

- Batuk,demam, infiltrat diseluruh lobus paru

- M. Tuberculosis

- Penularan lewat
udara

- Batuk paroksismal atau batuk parah pada


pertusis

- B. Pertusis

- Penularan lewat
udara

- Infeksi saluran nafas, pada bronchiolitis dan


croup pada bayi dan anak

- Respiratory syncitial/
V.parainfluenza

- Penularan lewat
udara

Risiko adanya mikroorganisme yang kebal obat

- bakteri resisten

- Penularan lewat
udara

- Staphilococcus
aureus group A,
Sreptococcus

- Penularan lewat
kontak

Infeksi kulit atau luka


- Abses atau luka yang terbuka

PEMULASARAN JENASAH
Dilakukan sesuai kewaspadaan universal
Setiap petugas menggunakan alat pelindung lengkap
Perawatan dilakukan dimulai dari ruang perawatan, ruang jenasah, hingga persiapan
pemakaman
Gunakan pembalut absorbent dan plester kedap air untuk menutup luka/tusukan bekas
infus
Setiap percikan atau tumpahan darah dibersihkan dengan lart.klorin 0,5%
Peralatan yang akan digunakan kembali harus diproses dekontaminasi, pembersihan,
disinfeksi dan sterilisasi
Seluruh prosedur harus sesuai dengan kepercayaan agama yang dianut
Mencuci tangan sebelum dan sesudah bekerja
Pembuangan sampah terkontaminasi sesuai alur limbah pencegahan penularan infeksi

KUNCI KEBERHASILAN KEWASPADAAN


UNIVERSAL
Prosedur Kewaspadaan Universal dianggap sebagai pendukung program K3
Cuci tangan tidak dapat digantikan oleh pemakaian sarung tangan
Air mengalir adalah sarana penting dalam proses cuci tangan
Penggunaan lap bersih untuk satu kali pakai
Penggunaan alat pelindung sesuai kebutuhan dan tidak berlebihan
Alat yang sudah steril harus tersimpan ditempat kering
Perendaman berlebihan hanya akan merusak alat kesehatan
Selalu lakukan sterilisasi jangan berhenti sampai DTT
Air yang dididihkan bukan merupakan air steril
Cuci tangan harus dilakukan sebelum dan sesudah menggunakan sarung
tangan

TERIMA KASIH

rujukan :
Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal
Di pelayanan Kesehatan
DEPKES RI 2003

Вам также может понравиться