Вы находитесь на странице: 1из 4

ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan yang terlihat sejak

masa kanak-kanak, dan dapat dianalisa langsung oleh ahli perkembangan anak
(psikolog). Gangguan ini berdampak pada cara anak berpikir, bertindak dan merasa.
Gangguan perkembangan yang ditandai oleh kekurangmampuan untuk
memusatkan perhatian pada tingkat mal-adaptif, aktivitas yang berlebihan, dan
impulsivitas.
Tipe ADHD
ADHD dalam DSM-IV-TR membedakan tiga tipe gejala.
1.Kurang Perhatian (attention). Tampak tidak mendengarkan orang lain, mereka
mungkin tidak mengerjakan tugas, tidak membaca buku, atau tidak membawa alatalat karena tidak mendengar intruksi guru. Mereka mungkin tidak cukup
mempertatikan secara detail dan membuat kesalahan ceroboh.
2.Hiperaktivitas. Gelisah, susah duduk tenang dalam jangka waktu yang cukup
lama, dan selalu tampak bergegas.
3.Impulsivitas. Suka menjawab pertanyaan, walau pertanyaan tersebut belum
selesai disampaikan
Ranah gelaja pertama (kurang memperhatikan) atau yang kedua (Hiperaktivitas)
atau yang ketiga (Impulsivita) harus tampak pada seseorang yang didiagnosis
dengan ADHD.
Penyebab
Hingga saat ini penyebab ADHD belum dapat dipastikan. Terdapat berbagai teori
tentang penyebab ADHD, sebuah teori mengasumsikan konsumsi gula atau zat
aditif yang berlebihan dalam makanan sebagai penyebabnya. Sedangkan teori yang
lain menyatakan bahwa faktor genetis adalah penyebab utama. Para ahli masih
meneliti bagian otak tertentu dan zat-zat yang mempengaruhinya.
Sampai saat ini sebagian besar perhatian lebih difokuskan pada gen-gen yang
berhubungan dengan unsur kimiawi syaraf (neurochemical) dopamine, meskipun
norefinefrin, serotonin, dan GABA juga terindikasi dalam penyebab ADHD.
Penelitian lain menganggap kerusakan otak sebagai penyebab ADHD. Temuan
umum dari studi brain-imaging terhadap mereka yang memiliki dan tidak memiliki
ADHD, ada perbedaa-perbeedaan subtil diantara mereka.
Selama bertahun-tahun beberapa macam toksin, seperti allergen dan zat aditif
makanan dianggap sebagai penyebab ADHD, meskipun hanya ada sedikit bukti
yang mendukung hubungannya. Teori yang mengatakan bahwa aditif makanan,
seperti zat pewarna, pengawet makanan bertanggungjawab atas timbulnya gejalagejala ADHD.

Respon negative orangtua (dimensi psikologis), guru dan teman sebaya terhadap
impulsivitas dan hiperaktif anak-anak ADHD dapat memberikan kotribusi terhadap
rendahnya self-esteem mereka. Penerimaan dan dukungan terapi, sangat
mempengaruhi perkembangan psikologis anak kedepan.
Gejala
Gejala-Gejala menurut DSM IV-TR:
Enam atau lebih gejala inatention (kurang perhatian), yang berlangsung selama 6
bulan atau lebih dalam bentuk misalnya kesalahan akibat ceroboh disekolah,
kesulitan mempertahankan perhatian pada tugas atau permainan, sering tidak
mendengarkan ketika diajak bicara, tidak menyelesaikan tugas sekolah dan tugastugas dirumah, sering mengalami kesulitan dalam mengorganisasi tugas dan
kegiatan, menghindari/tidak menyukai tugas-tugas yang membutuhkan usaha
mental yang cukup lama, sering kehilangan sesuatu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan tugas atau kegiatan, mudah terdistraksi, sering lupa.
Memiliki enam ataulebih gejala hieraktivitas dan impulsivitas, yang berlangsung
selama enam bulan atau lebih, seperti sering gelisah ditempat duduk, sering
meninggalkan tempat duduk dikelas, sering berlari atau memanjat disaat tidak
semestinya, kesulitan untuk mengikuti kegiatan hiburan dengan tenang, terlalu
banyak bicara, sering menjawab pertanyaan yang belum selesai dbacakan, sering
menginterupsi atau mengganggu orang lain.
Kurang perhatian, hiperaktivitas, dan impulsivitas itu bersifat maladaptive dan
tidak sesuai dengan tingkat perkembangan.
Beberapa gejala muncul sebelum umur 7 tahun.
Beberapa gangguan muncul di dua setting atau lebih.
Gangguan yang signifikan dalam fungsi.
ADHD dapat ditengarai sejak anak berusia sangat kecil. Pada bayi, gejala yang
nampak, adalah:
1.Terlalu banyak bergerak, sering menangis, dan pola tidurnya buruk
2.Sulit makan/minum
3.Selalu kehausan
4.Cepat marah/sering mengalami temper tantrum
Pada anak balita, gejala ADHD yang kerap terlihat, adalah:
1.Sulit berkonsentrasi/memiliki rentang konsentrasi yang sangat pendek

2.Sangat aktif dan selalu bergerak


3.Impulsif
4.Cenderung penakut
5.Memiliki daya ingat yang pendek
6.Terlihat tidak percaya diri
7.Memiliki masalah tidur dan sulit makan
8.Sangat cerdas, namun prestasi belajar tidak prima.
Tidak semua anak yang mengalami ADHD terlihat memiliki gejala ini, karena sangat
tergantung pada tingkat ADHD yang diidap.
Solusi
Diketahui ada dua cara mengatasi untuk menangani ADHD; pharmacological dan
nonpharmacological.
Penanganan pharmacological diterapkan tergantung pada hasil diagnosa dokter
dan psikolog. Umumnya dokter memberikan obat-obatan pada anak. Selama masa
terapi ini, sangat disarankan agar orang tua senantiasa berhubungan dengan
dokter. Hal yang penting diperhatikan saat terapi adalah dampak obat terhadap
anak, seperti; penurunan berat badan, perubahan selera makan, sulit tidur malam,
dan cenderung mengalami kepanikan.
Sedangkan nonpharmacological adalah cara alternatif menangangi ADHD tanpa
obat, yaitu; pendidikan khusus, terapi perikalu dan psikoterapi seluruh keluarga.
Hingga saat ini para ahli masih meneliti dampak penanganan alternatif ini dalam
mengembangkan disiplin dan rasa tanggung jawab pada anak pengidap ADHD.
Penanganan ADHD
Jika anak Anda diketahui mengidap ADHD, ada beberapa petunjuk praktis yang
sangat disarankan oleh para ahli: Atur dan batasi kegiatan individual anak, seperti
menonton televisi, bermain PS2, atau mendengarkan musik dengan earphone.
Tetapkan sebuah tugas sederhana untuk dilakukan oleh anak setiap hari, seperti;
membereskan mainannya, meletakkan handuk di gantungan sehabis mandi, dll.
Cara ini dapat melatih anak berkonsentrasi.
Kembangkan ketrampilan anak mengatur waktu dengan mengajaknya membuat
jadwal harian
Mengatur rutinitas anak berolahraga

Sumber:
V. Mark Durank & David H. Barlow.2007. Psikologi Anormal. jilid 2. edisi
keempat.Yogyakarta:Pustaka pelajar

Вам также может понравиться