Вы находитесь на странице: 1из 14

NAMA :

KATOLIK

HARI/TANGGAL :

Ensiklik Paus Fransiskus, Laudato si' ((Praise be to you, my Lord- Semoga Engkau Dipuji).

NAMA :

KATOLIK

HARI/TANGGAL :

SEKILAS TENTANG LAUDATO SI', ENSIKLIK TERBARU PAUS FRANSISKUS


Kemarin, Kamis, 18 Juni 2015, telah diluncurkan ensiklik terbaru Paus Fransiskus, Laudato si'
(Semoga Engkau Dipuji). Mulai hari ini, saya akan mencoba menawarkan gambaran sekilas dari 191
halaman Ensiklik tersebut dan poin-poin pentingnya, bersama dengan ringkasan dari masing-masing
babnya yang berjumlah enam ("Apa yang terjadi dengan tempat tinggal bersama kita", "Injil
Penciptaan", "Akar manusia dari krisis ekologi", "ekologi menyeluruh", "Garis pendekatan dan
tindakan", serta "pendidikan ekologis dan spiritualitas"). Ensiklik tersebut diakhiri dengan doa
antaragama untuk bumi kita dan doa Kristen untuk Ciptaan.
"Dunia macam apa yang kita ingin tinggalkan bagi orang-orang yang datang setelah kita, bagi anakanak yang sekarang sedang tumbuh?" (160). Pertanyaan ini adalah jantung dari Laudato si'
(Semoga Engkau dipuji), ensiklik antisipasi tentang kepedulian akan tempat tinggal bersama oleh
Paus Fransiskus. "Pertanyaan ini tidak seharusnya dilakukan dengan lingkungan semata dan dalam
keterasingan; persoalan tidak dapat didekati sepotong-sepotong". Hal ini membawa kita untuk
bertanya pada diri kita sendiri tentang arti keberadaan dan nilai-nilainya di dasar kehidupan sosial:
"Apa tujuan hidup kita di dunia ini? Apa tujuan dari karya kita dan seluruh upaya kita? Apa yang
perlu dilakukan terhadap bumi milik kita?". "Jika kita tidak bergumul dengan persoalan-persoalan
yang lebih mendalam ini - kata Paus Fransiskus - saya tidak percaya bahwa kepedulian kita
terhadap ekologi akan menghasilkan hasil yang signifikan".

NAMA :

KATOLIK

HARI/TANGGAL :

Ensiklik ini mengambil namanya dari doa permohonan Santo Fransiskus, "Segala puji bagi-Mu,
Tuhanku", dalam Kidung Sang Surya-nya. Hal ini mengingatkan kita bahwa bumi, tempat tinggal
bersama kita "adalah seperti seorang saudari yang dengannya kita berbagi hidup kita dan seorang
ibu yang cantik yang membuka lengannya untuk memeluk kita". Kita telah lupa bahwa "kita sendiri
adalah debu tanah; tubuh kita sesungguhnya terdiri dari unsur-unsurnya, kita menghirup udaranya
dan kita menerima hidup dan penyegaran dari perairannya".
Sekarang, bumi ini, yang teraniaya dan tersiksa, sedang meratap, dan erangannya bergabung
dengan mereka semua orang-orang yang meninggalkan dunia. Paus Fransiskus mengajak kita
untuk mendengarkan mereka, mendesak masing-masing dan setiap orang - individu, keluarga,
komunitas setempat, bangsa dan masyarakat internasional - kepada "pertobatan ekologi", sesuai
dengan ungkapan Santo Yohanes Paulus II. Kita diundang untuk "mengubah arah" dengan
mengambil keindahan dan tanggung jawab tugas "peduli akan tempat tinggal bersama kita". Pada
saat yang sama, Paus Fransiskus mengakui bahwa "ada sebuah kepekaan yang tumbuh untuk
lingkungan dan kebutuhan untuk melindungi alam, bersama dengan sebuah kekhawatiran yang
tumbuh, murni maupun menyedihkan, untuk apa yang terjadi pada planet kita". Sebuah sinar
harapan mengalir melalui seluruh Ensiklik, yang memberikan pesan pengharapan yang jelas. "Umat
manusia masih memiliki kemampuan untuk bekerja sama dalam membangun tempat tinggal
bersama kita". "Pria dan wanita masih mampu turut campur secara positif". "Semua itu tidak hilang.
Umat manusia, seraya mampu akan yang terburuk, juga mampu bangkit di atas diri mereka sendiri,
memilih kembali apa yang baik, dan membuat sebuah awalan baru".
Paus Fransiskus tentu saja mengamanatkan umat Katolik, mengutip Yohanes Paulus II: "Orangorang Kristen pada gilirannya 'menyadari bahwa tanggung jawab mereka dalam penciptaan, dan
tugas mereka terhadap alam dan Sang Pencipta, adalah sebuah bagian penting dari iman mereka'".
Paus Fransiskus mengusulkan khususnya "untuk masuk ke dalam dialog dengan semua orang
tentang tempat tinggal bersama kita". Dialog berjalan sepanjang teks dan bab 5 menjadi alat untuk
mengatasi dan memecahkan masalah-masalah. Sejak awal, Paus Fransiskus mengingatkan bahwa
"Gereja-Gereja dan jemaat-jemaat Kristen lainnya - dan agama-agama lainnya - juga telah
menyatakan keprihatinan yang mendalam dan menawarkan permenungan-permenungan berharga"
tentang tema ekologi. Memang, kontribusi tersebut secara tegas datang, dimulai dengan tema dari
"Patriark Ekumenis Bartolomeus yang terkasih", secara luas dikutip sejumlah 8-9. Pada beberapa
kesempatan, lalu, Paus Fransiskus berterima kasih kepada para pelaku utama dari upaya ini individu-individu maupun lembaga-lemabag dan institusi-institusi. Beliau mengakui bahwa
"permenungan dari berbagai ilmuwan, filsuf, teolog dan kelompok-kelompok sipil, semuanya [...]
telah memperkaya pemikiran Gereja tentang pertanyaan-pertanyaan ini". Beliau mengajak semua
orang untuk mengakui "kontribusi kaya yang bisa dibuat agama-agama menuju sebuah ekologi
menyeluruh dan pengembangan penuh kemanusiaan".
Rancangan perjalanan Ensiklik dipetakan dalam nomor 15 dan dibagi menjadi enam bab. Dimulai
dengan menghadirkan situasi terkini berdasarkan temuan ilmiah terbaik yang tersedia hari ini,
selanjutnya, ada sebuah tinjauan Alkitab dan tradisi Yahudi-Kristen. Akar permasalahan dalam
teknokrasi dan dalam pemusatan diri yang berlebihan dari manusia dibahas. Ensiklik mengusulkan

NAMA :

KATOLIK

HARI/TANGGAL :

sebuah "ekologi menyeluruh, yang dengan jelas menghormati dimensi manusiawi dan sosialnya",
terkait erat dengan pertanyaan lingkungan. Dalam perspektif ini, Paus Fransiskus mengusulkan
untuk memulai sebuah dialog yang jujur di setiap tingkat kehidupan sosial, ekonomi dan politik, yang
membangun proses pengambilan keputusan yang transparan, dan mengingatkan bahwa tidak ada
rancangan yang dapat menjadi efektif jika tidak dijiwai oleh hati nurani yang terbentuk dan
bertanggung jawab. Gagasan-gagasan diajukan untuk membantu pertumbuhan ke arah ini di tingkat
pendidikan, spiritual, gerejani, politik dan teologis. Teks berakhir dengan dua doa; satu doa yang
ditawarkan untuk berbagi dengan semua orang yang percaya di dalam "Allah yang adalah Pencipta
yang Mahakuasa", dan doa lainnya untuk orang-orang yang mengaku beriman kepada Yesus
Kristus, yanf diselingi oleh refren "Segala puji bagi-Mu!" yang membuka dan menutup Ensiklik.
Beberapa tema utama melintasi teks yang dibahas dari berbagai sudut pandang yang berbeda,
berjalan mondar-mandir dan menyatukan teks: hubungan intim antara orang miskin dan kerapuhan
planet, keyakinan bahwa segala sesuatu di dunia terhubung, kritik terhadap paradigma dan bentuk
kekuasaan baru yang berasal dari teknologi, panggilan untuk mencari cara lain untuk memahami
ekonomi dan kemajuan, nilai yang tepat untuk setiap ciptaan, makna manusiawi ekologi, kebutuhan
untuk debat yang terus terang dan jujur, tanggung jawab serius terhadap kebijakan-kebijakan
internasional dan setempat, budaya membuang dan usulan sebuah gaya hidup baru.
Bersambung .....

SERUAN PERTOBATAN EKOLOGIS: LAUDATO SI : MEMELIHARA


(BUMI) SEBAGAI RUMAH KITA BERSAMA (ON CARE FOR OUR
COMMON HOME).

NAMA :

KATOLIK

HARI/TANGGAL :

Para imam, bruder, suster serta kaum pria-wanita,


orang muda dan dewasa, anak-anak di seluruh wilayah Keuskupan Bogor!
Selamat berjumpa. Semoga kami menjumpai saudara-saudari sekalian dalam suasana
hati yang dipenuhi oleh sukacita Injil. Perjuangan hidup hendaklah tidak menggerus
energy positif dari nurani kita semua.
Dalam konteks mewujudkan spirit hidup Sentire cum Ecclesiae Christi, saya mengajak
saudara-saudari sekalian untuk bersama menyimak, merefleksikan dan mewujudkan
dalam hidup isi Ensiklik terbaru, yang dikeluarkan di Vatikan tanggal 18 Juni 2015.
Ensiklik artinya surat Paus sebagai Uskup Roma dan pemimpin Gereja Katolik dunia,
yang berisi ajaran Sri Paus mengenai iman dan kesusilaan. Ensiklik ini
berjudul TERPUJILAH ENGKAU (TUHAN): MEMELIHARA RUMAH KITA
BERSAMA (LAUDATO SI, ON CARE FOR OUR COMMON HOME).

Isi menarik dari rahim Ensiklik ini


Ensiklik ini terdiri atas 6 bab:
(1) Apa yang sedang terjadi pada rumah kita bersama ini (Ibu Pertiwi);
(2) Injil tentang Alam Ciptaan Tuhan;
(3) Akar manusiawi dari Krisis Ekologis;
(4) Ekologi yang utuh (integral);

NAMA :

KATOLIK

HARI/TANGGAL :

(5) Garis Kebijakan Pendekatan dan Tindakan-tindakan konret (program-program);


(6) Pendidikan dan spiritualitas Ekologis.
Pertanyaan dasar yang menjadi jantung dari Ensiklik ini ialah Bumi macam apa yang
hendak kita wariskan kepada generasi baru sesudah kita hidup, kepada anak-anak
yang sedang bertumbuh?. Pertanyaan ini menyentuh makna eksistensial hidup ini dan
nilai-nilai sosial dari hidup itu sendiri. Apa tujuan hidup kita di dunia ini, apa maksud
dari pekerjaan dan usaha-usaha kita, apa yang dunia butuhkan dari kita, merupakan
serangkaian pertanyaan dasar yang disuguhkan. Paus berkeyakinan bahwa panggilan
memelihara lingkungan hidup tidak bisa terlepas dari bagaimana manusia memberi
makna dan cara manusia melaksanakan hidupnya di bumi pertiwi ini.
Kenangan Paus akan Santo Fransiskus dari Assisi (1181-1226)
Dalam menyusun ensiklik ini, kami berkeyakinan bahwa Paus Fransiskus
mengenangkan spirit iman santo Fransiskus dari Assisi berkaitan dengan
pandangannya terhadap makhluk ciptaan Tuhan. Maka nama ensiklik Laudato si
(Praise be to you, my Lord) ini diambil dari seruan santo Fransiskus dari Assisi berjudul
Terpujilah Engkau Tuhanku dalam Kidung Saudara Matahari atau Puja-pujian
Mahkluk-makhluk ciptaan. Menyitir penghayatan santo Fransiskus dari Assisi, Paus
mengajak kita semua untuk memandang ibu bumi ini sebagai saudari, rumah kita
bersama. Sebagai saudari, kita mestinya berbagi kehidupan dan memuji keindahan ibu
bumi ini yang lengannya terbuka lebar untuk memeluk kita semua. Hendaklah kita
jangan lupa bahwa kita berasal dari tanah; badan jasmani kita dibentuk dari elemenelemen bumi, kita menghirup udara bumi dan menikmati kehidupan dan kesegaran dari
air yang dialirkan oleh ibu bumi ini.
Paus mengingatkan kita akan prilaku manusia terhadap ibu bumi ini. Bumi pertiwi
diperlakukan secara semena-mena, dieksploitir, diporak-porandakan. Semuanya itu
disebabkan oleh keserakahan serta arogansi dan rendahnya rasa menghormati
manusia terhadap saudarinya, ibu bumi ini.
Pertobatan Ekologis santo Yohanes Paulus II
Menghadapi tindakan keserakahan dan arogansi manusia terhadap saudarinya ibu
bumi, Paus mengangkat kembali seruan atraktif santo Yohanes Paulus II agar manusia
melakukan Pertobatan Ekologis. Kita diajak untuk berbalik, memutar haluan,
merubah pola pikir dan pola bertindak kita sebagai penghuni ibu pertiwi masa kini.

NAMA :

KATOLIK

HARI/TANGGAL :

Pola pikir dan bertindak baru perlu dikumandangkan. Pola baru itu berkenaan dengan
cara lebih memandang keindahan dan rasa tanggung jawab kita untuk melestarikan
rumah kita bersama ini dari pada mengeksploitasi habis-habisan isi perut bumi dan
menghilangkan keindahan saudari kita ini.
Energi positip Ensiklik ini: secercah harapan yang kian membesar
Sentuhan humanis ensiklik ini melekat pada karakter pribadi Paus Fransiskus, pencetus
surat apostolic Evangelii Gaudium. Kesegaran hidup penuh sukacita injili ditampilkan.
Paus menegaskan bahwa ditengah hiruk pikuk pemerkosaan terhadap ibu bumi yang
dilakukan saudara-saudari manusia tamak, arogan, sesungguhnya ada secercah
harapan. Tidak sedikit saudara-saudari manusia di planet ini mempunyai jiwa serta
semangat memelihara ibu bumi, rumah kita bersama ini. Dimana-mana berkecambah
dan bertumbuh subur kesadaran di kalangan manusia berhati baik untuk
memperhatikan lingkungan, menjaga alam, memelihara air, menumbuhkan pohonpohonan, mengatasi polusi udara. Pengakuan akan realitas positif ini menjadi bagian
intrinsik dari ensiklik ini. Mengakui kenyataan ini, Paus Fransiskus menegaskan: Kita
manusia ini mempunyai kemampuan untuk melahirkan tindakan yang positif terhadap
ibu bumi, walau tidak disangkal anda juga anak manusia yang bertindak semena-mena
terhadap saudari ibu bumi. Marilah kita memilih untuk mengembangkan kemampuan
positip pada diri kita. Inilah saatnya kita memulai lagi bertindak dalam semangat
pertobatan ekologis.
Seruan Pertobatan ekologis: Dialog ekumenis, antar umat
beragama dan dialog kemanusiaan
Ensiklik ini bermuara pula pada inti hidup manusia. Peristiwa perjumpaan antar
manusia ditempatkan selaras dengan perhatian untuk memelihara ibu bumi. Paus
Fransiskus mengalamatkan ajarannya ini pertama-tama tertuju kepada umat katolik.
Beliau mengingatkan: Sadarilah tanggung jawab kita terhadap alam ciptaan Tuhan dan
kewajiban mereka terhadap alam semesta dan Pencipta. Pelaksanaan tanggung jawab
dan kewajiban ini merupakan bagian integral dan esensial dari hidup beriman. Tetapi
Paus Fransiskus mengarahkan pandangannya terhadap sesama umat manusia yang
mendiami planet bumi ini. Diakuinya bahwa ada gerakan-gerakan memeliharan ibu
bumi yang dimotori oleh Gereja-gereja Kristen lainnya dan juga umat beragama lain.
Diakuinya pula institusi, yayasan-yayasan kemanusiaan yang mengutamakan
penyelamatan ibu bumi. Menyadari realitas yang menggembirakan ini, Paus Fransiskus

NAMA :

KATOLIK

HARI/TANGGAL :

mengajak kita sekalian untuk meningkatkan gerakan dialog antar umat manusia dengan
fokus pada Laudato si, memelihara rumah kita bersama.

NAMA :

KATOLIK

HARI/TANGGAL :

Kardinal Tagle menjelaskan pola pikir Paus Fransiskus hingga kemudian


terbitlah Laudato Si ensiklik terpanjang dalam sejarah.
Menurut Kardinal Tagle, ensiklik Laudato Si banyak mengambil garis pemikiran dari
hasil refleksi Bapa Suci sendiri dan itu berpijak pada pengalaman beliau menjadi
pemimpin umat katolik di Amerika Latin (baca: Argentina). Namun, dalam banyak hal
refleksi kekhasan Asia juga muncul, ujar Kardinal yang murah senyum ini.
Titik fokus perhatian Paus dan Gereja Katolik adalah soal (planet) Bumi, tempat semua
manusia hidup dan berpijak dan darimana mendapatkan sumber makan-minum.
Intinya, apa sumbangan manusia terhadap Bumi agar lahan bersama tempat hidup
umat manusia ini senantiasa terjaga agar masa depan anak cucu kita tetap bisa
berlangsung.
Kalau sejak beberapa waktu lalu sudah bergaung model pembangunan, nah sekarang
pertanyaannya demikian Kardinal Tagle model pembangunan seperti apa yang bisa
menjamin terselenggaranya kehidupan masa depan. Jadi, kita bertanya pada para
pemimpin bangsa, negara, politisi, parlemen, dan masyarakat bisnis: kalian sedang
melakukan model pembangunan seperti apa agar Bumi tetap menjadi tempat hidup
yang nyaman bagi semua mahkluh penghuni Bumi ini: flora, fauna dan umat
manusia?, kata Kardinal Tagle memberi pengantar tentang fokus penting yang kini
menjadi perhatian Gereja Katolik.
Di situlah, kata Kardinal Tagle, orang mulai bicara tentang sustainable
development(pembangunan yang berkelanjutan) yang tetap menaruh perhatian besar
pada aspek konservasi alam dan lingkungan, keserasian alam dan mahkluk hidup, dan
seterusnya.
Singkat kata, demikian penegasan Sang Kardinal yang pernah digadang-gadang
menjadi Paus ini, mulai sekarang rawatlah Bumi dengan seksama, hati-hati dan penuh
cinta agar menyelamatkan generasi umat manusia sekarang terutama yang miskin
dan tertindas dan generasi masa depan.

NAMA :

KATOLIK

HARI/TANGGAL :

Tentang jiwa Ensiklik Laudato Si, Kardinal Tagle menjelaskan mengenai empat tahapan
penting dalam sistematika refleksi Bapa Suci Paus Fransiskus dalam ensiklik yang
kental dengan nuansa memelihara lingkungan hidup ini.
Keempat tahapan langkah itu adalah seeing, judging, act, dan terakhir
adalah celebration. Kemudian, Sang Kardinal dengan singkat mengurai isi masingmasing tahapan refleksi tersebut.
1. Seeing
Mari kita lihat secara seksama apa yang tengah terjadi di sekitar kita. Sudah begitu
jamak terjadi apa yang sering disebut scientific research. Namun, bumi yang kita injak
dan dimana kita hidup ini tetap saja menyaksikan apa itu polusi, sampah berserakan
dimana-mana, kematian bayi, perubahan iklim, semangat gonta-ganti barang demi
penampilan (the culture of throwing), makin sedikit tersedianya air bersih, makin
berkurangnya keaneka ragaman hayati.
Jadi, meski riset ilmiah tetap banyak dilakukan, namun sejatinya quality of life umat
manusia makin cenderung merosot, kata Kardinal Tagle.
Pada konteks itulah, Gereja Katolik (baca; Paus Fransiskus) bertanya kepada para
pemimpin dunia, tokoh masyarakat, politisi, anggota parlemen, dan juga para
pemimpin agama itu sendiri: apa yang sebenarnya telah kalian perbuat terhadap Bumi
kita?
Paus melihat bahwa telah terjadi kelambanan respon yang ditunjukkan oleh para tokoh
kunci pemegang kekuasaan dan pengambil keputusan ini. Padahal, kualitas hidup
manusia semakin menurun.
2. Judging the situation
Merefleksikan semua hal di atas dan berangkat dari perspektif catholic wisdom dan
interdisciplinary sciences, Gereja Katolik melalui Paus Fransiskus mengajak umat
manusia untuk melakukan katakanlah semacam penelitian batin.
Berpijak dari Kitab Kejadian. Kardinal Tagle menegaskan bahwa Bumi adalah ciptaan
Tuhan (Sang Kreator Ilahi). Tuhan memberi kuasa pada manusia untuk mengolah Bumi

NAMA :

KATOLIK

HARI/TANGGAL :

dan bukan menguasai dan memanipulasinya secara massif dan habis-habisan.


Melainkan memotivasi kita untuk menjadi liberator, pembebas, ujarnya.
Itu berarti, Gereja Katolik mengajak kita semua untuk berlaku layaknya seorang
liberator yang membebaskan Bumi dari perilaku egois manusia yang maunya hanya
eksploitasi. Kita harus membebaskan Bumi dari perilaku yang merusak lingkungan,
mendorong orang untuk bersikap ramah terhadap Bumi demi masa depan generasi
setelah kita-kita ini.
Bumi bukan hanya untuk generasi sekarang. Melainkan Bumi untuk generasi anak-cucu
kita. Apa yang kita lakukan atau putuskan sekarang, punya dampak luar biasa untuk
generasi mendatang.
Yang perlu kita canangkan bersama adalah semangat stewardship dalam merawat
Bumi, tegasnya.
Kenapa manusia sampai berlaku eksploitatif?
Di sinilah Sang Kardinal mulai membicarakan tentang causes, consequences and
effects. Menurut dia, salah satu pemicu perilaku manusia yang ekspolitatif adalah
derasnya pemakaian teknologi tapi tanpa batas (technology without limit).
Harus ada yang namanya self-restraint. Semacam spirituality of limit, kata Sang
Kardinal.
Kita tidak mungkin membiarkan orang berbuat seenak udelnya sendiri tanpa intervensi
orang lain. Hukum itu dibuat oleh manusia untuk membatasi kebebasan manusia
jangan sampai tidak batas.
Mari tunjukkan respect to the nature sekaligus membangkitkan kembali rasa tanggung
jawab masyarakat terhadap kelangsung bumi, tandasnya.
Mengapa ini perlu?
Sang Kardinal lalu memberi contoh bagaimana kita sekarang ini sampai tidak tahu lagi
apa yang kita minum dan makan ini masih mengandung elemen-elemen yang alami

KATOLIK

NAMA :

HARI/TANGGAL :

dan sehat. Jangan-jangan sudah ada bahan-bahan kimia yang masuk dalam makanminum kita sehingga bukannya sehat tapi malah sakit, gugatnya.
3. Act
Pada bagian ini disinggung beberapa pokok pikiran. Antara lain apa yang disebutnya;

Integral ecology yang harus melihat semua aspek (ekonomi, sosial,


manusiawi, lingkungan) dalam sebuah bingkai bersama.

Cultural ecology dimana perhatian pada para


penduduk indigenious tribal perlu mendapat porsinya.

Ecology of daily life dengan memperhatikan tersedianya open public space


tempat anak-anak bisa bermain, transportasi yang aman dan layak, cara
penanaman apakah memakai pestisida atau tidak.

Sederet langkah bisa ditempuh dalam skala lokal, nasional dan internasional.
Barangkal sudah menjadi kepentingan kita bersama untuk meninjau kembali semua
langkah dan kebijakan yang dulu pernah diambil oleh para pemangku pengambil
keputusan, kata Kardinal Tagle.
Jadi, mari kita tantang semua pihak yang mengambil posisi pengambil keputusan itu
untuk berlaku:

Tell the truth.

Be honest to us.

Jangan biarkan mekanisme kekuatan pasar berjalan tanpa kendali.

Bisnis bukan hanya mencari profit, tapi juga human


development. Sudahkah misalnya Gereja Katolik Indonesia mengajak para
pengusaha katolik untuk tidak hanya memikirkan untung tapi pembangunan
manusia?, gugat Sang Kardinal.

Berkaitan dengan itu, menjadi penting untuk mempraktikkan pendidikan ekologi kepada
semua orang, terutama mulai dari anak-anak untuk belajar mematikan listrik bila tidak
digunakan, hemat pemakaian air, memakai bahan yang bisa didaur ulang, hidup hemat
dan sederhana, berlaku ramah terhadap semua orang.
BANYAK orang kini menjadi gila kerja. Semua waktu dipakai untuk bekerja hingga
kemudian benar-benar menjadi budak kerja. Dalam konteks Ensiklik Laudato Si,
Kardinal Tagle mengatakan ada saatnya kita perlu mengambil waktu jeda untuk

NAMA :

KATOLIK

HARI/TANGGAL :

beristirahat. Ia mengambil contoh dari perjalanan tiga hari di Indonesia. Saat tiba di
kamar, dia kemudian merenungkan kapan kamar hotel ini bisa istirahat? Begitu
dia check out, maka orang lain sudah mengantri untuk masuk kamar tersebut.
Nah, bekerja ada saatnya ambil jeda untuk istirahat. Untuk recuperate. Time for
yourself, your family and your social life, kata Sang Kardinal.
Dunia bisnis dengan kerja mati-matian hanya untuk mendatangkan profit bagi
perusahaan, ujung-ujung yang tergilas adalah kaum yang lemah. Nah, istirahat itu
penting untuk bisa mendengarkan suara mereka, kata Sang Kardinal.
Bagaimana menyebarkan virus kebaikan ini di masyarakat?
Belajar dari pengalamannya sendiri di Filipina dimana Gereja Katolik berhasil
menggandeng organisasi-organisasi keagamaan, maka sudah waktunya Gereja Katolik
Indonesia melakoni hal sama. Kerjakan itu melalui pendekatan dengan para pemimpin
agama karena mereka punya gerbong pengikut yang banyak, tandasnya.
Menjawab pertanyaan Sesawi.Net di akhir sesi tanya jawab,

sejauh mana Laudato

Sisejak dikumandangakan dua bulan lalu berhasil membentuk opini baru di tataran
publik, Sang Kardinal menjawab taktis-teologis. Mungkin bisa dikatakan ini karya Roh
Kudus ya, karena dalam waktu singkat Paus Fransiskus berhasil menerbitkan ensiklik
yang luar biasa ini.
Sebagai Jesuit, kata Sang Kardinal, metode refleksinya sangat jelas mengikuti
spiritualitas Ignatian.
Dampaknya akan bisa terasakan, misalnya, ketika di bulan September 2015 ini Paus
Fransiskus akan mengunjungi Amerika Serikat dan berkesempatan berpidato di depan
Kongres Amerika. Ini suatu peristiwa politik sangat penting, karena Kongres itu medan
politik tingkat tinggi di Amerika dengan jaringan luar biasa di kalangan pebisnis, militer,
dan politik, kata Kardinal.
Berikutnya adalah agenda Paus berpidato di depan Majelis Umum PBB. Terakhir adalah
kehadiran Paus di forum internasional di Paris bulan Desember 2015 dimana perhatian
dunia akan mengarah pada salah satu isu global maha penting saat ini: climate change.

NAMA :

KATOLIK

HARI/TANGGAL :

Nah, untunglah ensiklik Laudato Si sudah lahir sebelum rentetan peristiwa-peristiwa


sangat penting ini, jelasnya.
Maka bisa dimengerti pula, Laudato Si juga menimbulkan perdebatan sengit baik di
kalangan Gereja maupun di luar. Katakanlah, orang di luaran sana sampai bilang,
sebaiknya Bapa Suci jangan masuk ke ranah politik, jangan bicara mengenai masalah
lingkungan dan seterusnya.
Sejauh itu menyangkut masalah manusia, kata Sang Kardinal, rasanya Gereja Katolik
memang harus omong.

Вам также может понравиться