Вы находитесь на странице: 1из 12

KELOMPOK 3

Gonoroe

Definisi
Gonore

adalah penyakit seksual yang paling sering


terjadi . penyebab nya adalah bakteri neisseria
gonorrhae (diplococcus gram negatif). Dua sampai
sepuluh hari setelah terkena timbul urethiritis, dan
keluar nanah dari urethra. Munkin disertai rasa gatal ,
rasa panas, atau sakit di ujung meatus, terutama
sewaktu berkemih: 10-20% tidak bergejala (jan
tambayong, 2000).
Penyakit gonore adalah penyakit seksual yang sering
terjadi. Penyebabnya adalah bakteri Neisseria
gonorrhoeae (Diplococcus gram negatif) yang bersifat
purulen dan menyerang permukaan mukosa manapun
di tubuh manusia.

Etiologi & epidemiologi


ETIOLOGI

Gonore disebabkan oleh gonokokus yang ditemukan oleh Neisser


pada tahun 1879. Kuman ini masuk dalam kelompok Neisseria
sebagai N.gonorrhoeae bersama dengan 3 spesies lainnya yaitu,
N.meningitidis, N.catarrhalis dan N.pharyngis sicca.
Gonokok termasuk golongan diplokokus berbentuk biji kopi
dengan lebar 0,8 u dan pajang 1,6 u. Kuman ini bersifat tahan
asam, gram negatif, dan dapat ditemui baik di dalam maupun di
luar leukosit. Kuman ini tidak dapat bertahan hidup pada suhu 39
derajat Celcius, pada keadaan kering dan tidak tahan terhadap zat
disinfektan. Gonokok terdiri atas 4 tipe yaitu tipe 1, tipe 2, tipe 3
dan tipe 4. Namun, hanya gonokok tipe 1 dan tipe 2 yang bersifat
virulen karena memiliki pili yang membantunya untuk melekat
pada mukosa epitel terutama yang bertipe kuboidal atau lapis
gepeng yang belum matur dan menimbulkan peradangan (Daili,
2009).

EPIDEMIOLOGI

Di dunia, gonore merupakan IMS yang paling sering


terjadi sepanjang abad ke 20, dengan perkiraan 200 juta
kasus baru yang terjadi tiap tahunnya (Behrman, 2009).
Sejak tahun 2008, jumlah penderita wanita dan pria
sudah hampir sama yaitu sekitar 1,34 tiap 100.000
penduduk untuk wanita dan 1,03 tiap 100.000 penduduk
untuk pria (CDC, 2009). Sedangkan di Indonesia, dari
data rumah sakit yang beragam seperti RSU Mataram
pada tahun 1989 dilaporkan gonore yang sangat tinggi
yaitu sebesar 52,87% dari seluruh penderita IMS.
Sedangkan pada RS Dr.Pirngadi Medan ditemukan 16%
dari sebanyak 326 penderita IMS (Hakim, 2009).

Faktor Resiko
Studi

Epidemiologi menunjukkan faktor-faktor


risiko terjadinya gonore meliputi :
1.Adanya sumber penularan penyakit
2.Bergonta ganti pasangan seksual
3.Tidak menggunakan kondom pada saat
berhubungan seksual , penggunaan kondom
hanya sebagai pencegah kehamilan bukan
sebagai pencegah penularan penyakit
gonore, prostitusi, kebebasan individu dan
ketidaktahuan serta keterbatasan sarana
penunjang. (Daili, 2005 :4).

Manifestasi Klinis
Nyeri

perut
Rabas purulen
Disuria
Sering berkemih
Sakit saat berkemih
Atau tidak ada gejala sama sekali.

Komplikasi
Komplikasi

gonore sangat erat hubungannya dengan


susunan anatomi dan faal genitalia (Daili, 2009).
Komplikasi lokal pada pria dapat berupa tisonitis,
parauretritis, littrit is, dan cowperit is. Selain itu dapat pula
terjadi prostatitis, vesikulitis, funikulitis, epididimitis yang
dapat menimbulkan infertilitas. Sementara pada wanita
dapat terjadi servisitis gonore yang dapat menimbulkan
komplikasi salpingitis ataupun penyakit radang panggul
dan radang tuba yang dapat mengakibatkan infertilitas
atau kehamilan ektopik. Dapat pula terjadi komplikasi
diseminata seperti artrit is, miokarditis, endokarditis,
perikarditis, meningitis dan dermatitis. Infeksi gonore pada
mata dapat menyebabkan konjungtivitis hingga kebutaan
(Behrman, 2009 ).

Patofisiologi

Pemeriksaan Diagnostik
Beberapa

macam pemeriksaan laboratorium untuk deteksi Neisseria gonorrheae ;


langsung dengan pewarnaan gram Tampak kuman kokus
berpasangpasangan terletak di dalam dan di luar sel darah putih ( polimorfonuklear ).
Pemeriksaan ini berguna terutama pada kasus gonore yang bersifat simtomatis.
Pembiakan dengan pembenihan Thayer Martin Akan tampak koloni berwarna putih
keabuan, mengkilap dan cembung. Pembiakan dengan media kultur ini sangat perlu
terutama pada kasus-kasus yang bersifat asimtomatis.
Enzyme immunoassay Merupakan cara deteksi antigen gonokokus dari sekret genital,
namun sensitivitasnya masih lebih rendah dari metode kultur.
Polimerase Chain Reaction (PCR) Identifikasi gonokokus dengan PCR saat ini telah
banyak
Tes defenitif: dimana pada tes oksidasi akan ditemukan semua Neisseria akan
mengoksidasi dan mengubah warna koloni yang semula bening menjadi merah muda
hingga merah lembayung. Sedangkan dengan tes fermentasi dapat dibedakan
N.gonorrhoeae yang hanya dapat meragikan glukosa saja.
Pemeriksaan

Tes beta-laktamase: tes ini menggunakan cefinase TM disc dan akan tampak perubahan warna

koloni dari kuning menjadi merah.


Tes Thomson: tes ini dilakukan dengan menampung urine setelah bangun pagi ke dalam 2 gelas
dan tidak boleh menahan kencing dari gelas pertama ke gelas kedua.
Hasil dinyatakan positif jika gelas pertama tampak keruh sedangkan gelas kedua tampak jernih

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan

medis

Walaupun semua gonokokus sebelumnya sangansensitif

terhadap penicilin, banyak strain yang sekarang relatif


resisten. Terapi penicillin, amoksisilin, dan tetrasiklin masih
tetap merupakan pengobatan pilihan.
Untuk sebagian besar infeksi, penicillin G dalam aqua 4,8
unit ditambah 1 gr probonesid per- oral sebelum
penyuntikan penicillin merupakan pengobatan yang
memadai.
Spectinomycin berguna untuk penyakit gonokokus yang
resisten dan penderita yang peka terhadap penicillin. Dosis:
2 gr IM untuk pria dan 4 gr untuk wanita.
Pengobatan jangka panjang diperlukan untuk endokarditis
dan meningitis gonokokus.

Penatalaksanaan

keperawatn

Memberikan pendidikan kepada klien dengan

menjelaskan tentang:
Bahaya penyakit menular seksual
Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan
untuk pasangan seks tetapnya
Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan
memakai kondom jika tidak dapat dihindari.
Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa yang
akan datang

Daftar Pustaka
tambayong,

jan. 2000.patofisiologi untuk


keperawatan.jakarta:EGC
Garry F . ( 2006 ). Obstetri Williams Edisi 21, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 12 : 1668-1671.
Jawetz, Melnick, & Adelbergs ( 2001 ). Mikrobiologi Kedokteran
Edisi Pertama, Penerbit Salemba Medika Jakarta, 21 : 419-431.
Kayser ( 2005 ) Medical Microbiology, 4 : 274-276.
Martodihardjo Sunarko ( 2008 ) Uretritis Gonore dan Non
Gonore Diagnosis dan Pelaksanaan 1: 1 -7.
Murtiastutik Dwi ( 2008 ). Buku Ajar Infeksi Menular , Cetakan
1, Airlangga University Press Surabaya, 12 : 109-114.
Staf Pengajar FK UI ( 1994 ). Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran
Edisi Revisi, Penerbit Binarupa Aksara Jakarta, 20 : 143-153.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26065/4/Chapt
er%20II.pdf
. Diakses pada 27 Agustus 2015.

Вам также может понравиться