Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
informasi.
Informasi
dikumpulkan
oleh
sistem
sensorik,
usia antara 30-50 tahun. SGB dialami laki-laki dan perempuan sama
seringnya. Kesembuhan terjadi spontan dan komplet pada 95% pasien sekalipun
gangguan motorik atau refleks yang ringan dapat menetap pada kaki dan tungkai.
Prognosis sindrom ini paling baik jika keluhan dan gejala sudah menghilang
sebelum 15 hingga 20 hari sesudah awitan penyakit.2
Sindroma Guillain-Barre (SGB) merupakan penyebab kelumpuhan yang
cukup sering dijumpai pada usia dewasa muda. SGB ini seringkali mencemaskan
penderita dan keluarganya karena terjadi pada usia produktif, apalagi pada
beberapa keadaan dapat
dengan pemasukan
ialah Ensefalomielitis
diseminata Akuta,
Skeloris
multipleks,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
Sindrom Guillain-Barre (poliradikuloneuropati demielinasi inflamatorik
akut) merupakan paralisis asendens yang dapat membawa kematian dan disertai
dengan kelemahan yang dimulai pada ekstremitas distal tapi kemudian dengan
cepat menjalar ke otot-otor proksimal. Terjadi demielinasi segmental dan sel-sel
inflamasi kronik yang mengenai radiks saraf serta saraf perifer. Kelainan ini
dimediasi oleh imun dan sering terjadi sesudah infeksi virus (sitomegalovirus,
Virus Epstein Barr) atau campylobacter jejuni.5
II.2 Struktur dan Fungsi Normal Sistem saraf
Fungsi utama neuron adalah menerima, memadukan, dan menyalurkan
informasi ke sel lain. Neuron terdiri dari tiga bagian: dendrit, yaitu tonjolan
memanjang yang menerima informasi dari lingkungan atau dari neuron lain;
badan sel, yang mengandung nukleus dan akson, yang panjangnya dapat mencapai
1 meter dan menghantarkan impuls ke otot, kelenjar, atau neuron lain. Sebagian
besar neuron bersifat multipolar, yang mengandung satu akson dan beberapa
dendrit. Neuron bipolar memiliki satu dendrit dan satu akson dan ditemukan di
ganglion cochleare dan vestibulare, retina, serta mukosa olfaktorik. Ganglion
sensorik spinal mengandung neuron-neuron pseudounipolar yang memiliki suatu
tonjolan yang keluar dari badan sel dan terbagi menjadi dua cabang, satu
memanjang ke medula spinalis dan yang lain memanjang ke perifer. Akson dan
dendrit biasanya bercabang-cabang
Percabangan dendrit dapat sangat rumit, dengan akibat bahwa satu neuron dapat
menerima ribuan masukan. Setiap cabang akson berakhir di sel berikutnya di
sinaps, yakni suatu struktur khusus untuk menyalurkan informasi dari akson ke
otot, ke kelenjar atau
sepanjang akson.1
Mielinisasi meningkatkan kecepatan hantaran potensial aksi. Mielin
terutama terdiri dari lipid. Selaput mielin berfungsi sebagai insulator, sperti karet
yang membungkus kabel listrik, untuk mencegah arus bocor menembus bagian
membran yang bermielin. Mielin sebenarnya bukan bagian dari sel saraf tetapi
terdiri dari sel-sel pembentuk mielin terpisah yang membungkus diri mengelilingi
akson seperti kue bolu gulung. Hilangnya mielin memperlambat transmisi impuls
pada neuron yang terkena. Pembentukan jaringan parut berkaitan dengan
kerusakan mielin dapat juga merusak akson dibawahnya yang semakin
menggangu perambatan potensial aksi.7
Susunan saraf mempunyai reaksi imunologik terhadap antigen-antigen yang
berasal dari susunan saraf itu sendiri. Autoantigenik neural ini tidak patologik
selama toleransi imunologik masih ada. Tetapi karena suatu sebab, toleransi
imunologik itu dapat dihilangkan dan timbullah proses auto-imunopatologik yang
mengakibatkan timbulnya kerusakan jaringan. Apa yang dinamakan sel T itu
ternyata sebuah limfosit yang mempunyai struktur kimiawi lipopolisakarida.
5
Menurut teori yang diuraikan maka beberapa penyakit nerologik disebabkan oleh
proses imunopatologik dan auto-imunopatologik.
usia rata-rata 23,5 tahun. Insiden tertinggi pada bulan April s/d Mei dimana terjadi
pergantian musim hujan dan kemarau.4
II.4 Etiologi
Penyebab sindrom Guillein-Barre sampai saat ini belum diketahui
(idiotaptik) dan termasuk dalam kelompok penyakit autoimun. Akibat suatu
infeksi atau kedaan tertentu yang mendahului GBS akan timbul autoantibodi atau
imunitas seluler terhadap jaringan saraf perifer.9
II.5 Patofisiologi
Manifestasi patologis yang utama adalah demielinisasi segmental saraf
perifer. Keadaan ini menghalangi transmisi impuls elektris yang normal
disepanjang radiks saraf sensoris. Karena sindrom ini menyebabkan inflamasi dan
perubahan degeneratif pada radiks saraf posterior (sensoris) maupun anterior
(motorik), maka tanda-tanda gangguan sensoris dan motorik akan terjadi secara
bersamaan.2
Mekanisme imun seluler dan humoral tampak ikut berperan, lesi inflamasi
awal akan menyebabkan infiltrasi limfosit dan makrofag pada komponen mielin.
Pada gambaran dengan mikroskop elektron tampak bahwa makrofag merusak
selubung mielin. Faktor imun humoral seperti antibodi, antimielin dan
komplemen ikut berperan dalam proses opsonisasi makrofag pada sel Schwann.
Proses ini dapat diamati baik pada radiks saraf, saraf tepi, dan saraf kranialis.
Sitokin ikut pula berperan, hal ini ditunjukkan dengan korelasi klinik Tumor
Necrotic Factor (TNF) dengan beratnya kelainan elektrofisiologik. Respon imun
7
oleh
2. Kelemahan otot yang pertama-tama terasa pada lengan (tipe descenden) atau
terjadi sekaligus pada lengan dan tungkai akibat terganggunya transmisi impuls
melalui radiks syaraf anterior.
3. Tidak terdapat kelemahan otot atau hanya mengenai nervus fasialis (pada
bentuk yang ringan).
4. Parestesia yang kadang-kadang mendahului kelemahan otot, tetapi akan
menghilang dengan cepat; keluhan ini terjadi karena terganggunya transmisi
impuls melalui radiks syaraf dorsalis.
5. Diplegia yang mungkin disertai oftalmoplegia (paralisis okuler) akibat
terganggunya transmisi impuls melalui radiks saraf motorik dan terkenanya
nervus kranialis III,IV, serta VI.
6. Disfagia atau Disartria dan yang lebih jarang terjadi, kelemahan otot yang
dipersarafi nervus kranialis XI (nervus aksesorius spinalis)
7. Hipotonia dan arefleksia akibat terganggunya lengkung refleks.
Penegakan diagnosa SGB, yaitu secara klinis, berbagai pemeriksaan penunjang
lain (LP, seroimunologi, dan neurofisiologi) yang dapat membantu dalam
penegakan diagnosa.
II.7 Diagnosis
Diagnosis GSB berdasarkan anamnesa, pemeriksaan klinis yang spesifik,
disosiasi sito albuminik dan kelainan elektrofisiologis (EMG).9
Kriteria klinik yang dipakai secara luas dalam diagnosa SGB adalah kriteria
Asbury, yaitu sebagai berikut:3
Kriteria diagnosis
a. Kriteria yang harus ada
1.
2.
1.
2.
Relatif simetris
3.
4.
5.
6.
7.
Tanpa demam
8.
9.
10.
1.
Asimetris
2.
3.
4.
d. Mengeksklusikan diagnosa
1.
2.
10
11
12
II.11 Prognosis
Kematian penderita GBS berkisar antara 2%-10% dengan penyebab
kematian karena kegagalan pernafasan, gangguan fungsi otonom, infeksi paru,
dan emboli paru. Sebagian besar penderita (60 80%) sembuh secara sempurna
dalam waktu 6 bula, sebagian kecil (7-22 %) sembuh dalam waktu 12 bulan
dengan kelainan motorik ringan dan atrofi otot-otot kecil di tangan dan kaki.
Sekitar 3 5 % penderita mengalami relaps.9
Kajian yang dilakukan oleh Berger dan Pulley, (2000) memperlihatkan
bahwa prognosis SGB tergantung pada progresivitas penyakit, derajat degenerasi
aksonal, dan umur pasien. Faktor prediktor prognosis yang buruk dalam penelitian
Lyu dkk, (1997) adalah : (1) usia > 40 tahun, (2) amplitudo CMAP yang rendah,
dan (3) perlunya ventilasi mekanik. Sebuah penelitian prospektif lain dengan
waktu follow-up 1 tahun terhadap 79 pasien SGB dilakukan oleh Ress dkk, (1998)
memperlihatkan bahwa usia tua (>=60 tahun) merupakan faktor prediktor
prognosis yang buruk untuk tidak tercapainya pemulihan sempurna (p=0.05; odds
ratio 0.35; 95% CI 0.12-1.00). Penelitian lain oleh Kuwabara dkk, (2001)
menunjukkan bahwa refleks tendo yang positif merupakan salah satu prediktor
tercapainya pemulihan SGB yang cepat (skala Hughes meningkat 2 skor dalam
waktu 14 hari) (44% : 9%, p=0,01).3
13
BAB III
KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
15
16