Вы находитесь на странице: 1из 8

KARAKTERISTIK GEDUNG BERTINGKAT

Gedung bertingkat atau bangunan bertingkat merupakan bangunan


yang mempunyai lebih dari satu lantai secara vertikal. Gedung bertingkat
dibangun biasanya untuk menghemat penggunaan lahan di suatu kota atau
wilayah yang sudah sedemikian padat sehingga tidak memungkinkan lagi
untuk berkembang ke arah horizontal.
Pada

dasarnya

karakteristik

dari

gedung

bertingkat

dapat

dikelompokan menjadi :
1. Gedung Betingkat Rendah (Low Rise Building)
Gedung bertingkat rendah merupakan gedung dengan ketentuan jumlah
lantai antara 1 3 lantai, dan dengan ketinggian < 10 m.
2. Gedung Bertingkat Menengah (Medium Rise Building)
Gedung bertingkat menengah merupakan gedung dengen ketentuan
jumlah lantai antara 3 6 lantai, dan dengan ketinggian < 20 m.
3. Gedung Bertingkat Tinggi (High Rise Building)
Gedung bertingkat tinggi merupakn gedung dengen ketentuan jumlah
lantai di atas 6 lantai, dan dengan ketinggian > 20 m.
Ada empat hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan bangunan
atau gedung bertingkat, yaitu :
- Estetika

: sebagai dasar keindahan dan keserasian bangunan

yang mampu memberikan rasa bangga kepada pemiliknya.


- Fungsional
: disesuaikan dengan pemanfaatan dan
penggunaannya

sehingga

dalam

pemakaiannya

dapat

memberikan kenikmatan dan kenyamanan.


- Struktural : mempunyai struktur yang kuat dan mantap yang
dapat memberikan rasa aman untuk tinggal di dalamnya.
- Ekonomis : pendimensian elemen bangunan yang proporsional
dan penggunaan bahan bangunan yang memadai sehingga
bangunan awet dan mempunyai umur pakai yang panjang.
Berbeda dengan bangunan yang lain, proyek gedung bertingkat
memiliki karakteristik yang lebih spesifik, khususnya dalam teknologi
pelaksanaan proyek tersebut. Sifat yang spesifik ini perlu diperhatikan dalam
1

rangka penyusunan metode pelaksanaannya. Beberapa sifat spesifik yang


dimaksud, antara lain :
1. Urutan pekerjaan
Tiap bagian pekerjaan sangat terkait dengan bagian pekerjaan yang lain,
sehingga perlu adanya penyusunan untuk urutan pelaksanaannya. Bila
urutan penyusunan kegiatan tidak tepat, maka akan dapat menimbulkan
beberapa masalah pada pelaksanaan dan hal tersebut akan berdampak
pada efisiensi dari proyek tersebut. Urutan pekerjaan ini juga dipengaruhi
oleh perkembangan metode kerja yang akan selalu diperbaharui.
2. Jenis pekerjaan
Bangunan gedung, dikenal memiliki banyak jenis kegiatan

yang

memerlukan banyak jenis material dengan berbagai macam spesifikasi.


Jenis

material

konstruksi

juga

selalu

mengalami

perubahan

dan

perkembangan sesuai dengan penemuan yang baru. Untuk dapat


menyusun jenis

kegiatan pada

bangunan gedung

secara

lengkap

diperlukan menyusun work breakdown structure.


3. Kegiatan pengangkutan vertikal
Kegiatan ini merupakan bagian penting pada proyek gedung bertingkat
karena memiliki pengaruh yang besar terhadap kelancaran proyek. Oleh
karena itu sitem pengangkutan vertikal perlu diperhatikan secara baik.
Pengankutan itu meliputi angkutan untuk tenaga kerja maupun material
dan contoh alat yang digunakam adalah passenger hoist maupuntower
crane.
4. Keselamatan kerja
Karena sifat proyek dan area yang luas banyak kegiatan pekerjaan yang
rawan yang rawan terhadap kecelakaan baik yang disebabkan oleh
manusia, alat, material, desain, maupun metode yang digunakan. Oleh
karena itu diperlukan adanya safety plan agar keselamatan pekerjaan
maupun bangunan yang akan dibangun dapat terjaga.
5. Keterbatasan lokasi
Biasanya letak lokasi proyek yang berada di tengah kota memiliki area
kerja yang terbatas. Karena hal tersebut diperlukan adanya site plan yang
baik, untuk menjamin kelancaran proses pelaksanaan pekerjaan. Site

plan itu sendiri meliputi letak site office, gudang, tempat produksi besi,
tempat menaruh alat dan material, dan lain-lain.
6. Air tanah
Untuk bangunan gedung bertingkat yang memiliki basement yang dalam,
kondisi air tanah perlu diperhatikan karena cukup berpengaruh terhadap
proses pelaksanaan.
Dari kondisi-kondisi tersebut maka perlu adanya didahului dengan
pekerjaan-pekerjaan persiapan agar dapat menjamin tercapainya kelancaran
dan

keamanan

Pekerjaan-pekerjaan

persiapan

proses
tersebut

biasanya

tersebut.
masuk

dalam

pos preliminaries, dimana besar nilainya cukup berarti terhadap total biaya
proyek. Biasanya besarnya pos tersebut adalah 10% dari total nilai proyek.

PEKERJAAN SITE PLAN


Sebelum memulai pekerjaan konstruksi, terlebih dahulu diadakan
peninjauan terhadap keadaan lapangan sehingga mendapatkan gambaran
secara menyeluruh mengenai keadaan lapangan untuk menyusun kegiatan
persiapan pelaksanaan pekerjaan. Salah satu kegiatan dalam pelaksanaan
pekerjaan persiapan adalah penyusunan rencana lapangan (perencanaan
site plan).
Perencanaan site plan adalah perencanaan tata letak atau layout dari
fasilitan-fasilitas yang diperlukan selama masa pelaksanaan berlangsung.
Dalam merencanakan site plan untuk pekerjaan persiapan, diperlukan
perhitungan cermat untuk penempatan masing-masing fasilitas dan sarana
yang

diperlukan

dalam

menunjang

pelaksanaan

metode

pekerjaan

konstruksi.
Fasilitas-fasilitas

yang

diperlukan

selama

masa

pembangunan

meliputi :
1. Papan Nama Proyek
Papan nama proyek pada umumnya dibuat oleh kontraktor merupakan
identitas kontraktor yang terlibat dalam pekerjaan tersebut. Pada
umumnya sebuah proyek memiliki ketentuan umumnya seperti kapan
dimulai, kapan berakhir, berapa biayanya, siapa yang mengerjakan, siapa
yang

mengawasi,

sumber

dana,

dan

lain

sebagainya.

Dengan

dipasangnya papan nama proyek tersebut merupakan salah satu bentuk


keterbukaan antara penyedia jasa dengan pengguna jasa kepada
masyarakat luas.
2. Pagar Proyek
Pagar proyek berfungsi untuk mengamankan proyek dari gangguan luar
sehingga dapat memudahkan dalam melakukan kontrol keamanan, selain
itu pagar proyek juga berfungsi untuk menjaga keselamatan masyarakat
sekitar dari bahaya yang mungkin terjadi dalam melakukan aktifitas
pembangunan gedung. Konstruksi pagar proyek tergantung lokasi dan
4

tempat pekerjaan, dapat dibuat dengan menggunakan dinding beton atau


seng dan didukung oleh tiang-tiang besi atau kayu dan diikat dengan baut
pengikat pada jarak tertentu.
3. Pintu Keluar Masuk Proyek
Pintu keluar masuk proyek merupakan tempat yang dilalui orang / pekerja
dan kendaraan proyek untuk mobilisasi material sebagai gerbang yang
membatasi area lokasi proyek dengan lingkungan sekitar. Lokasi pintu
masuk dan keluar berada pada area proyek yang berhadapan langsung
dengan jalan utama. Hal ini bertujuan agar memudahkan semua pihak
yang berkepentingan dengan proyek menuju lokasi proyek. Penempatan
pintu keluar masuk jalan kerja proyek tidak boleh mengganggu arus lalu
lintas dan prasarana kota.
4. Pos Jaga
Pos jaga adalah tempat petugas keamanan proyek yang berfungsi
memudahkan pengawasan keamanan seluruh kegiatan proyek. Pos jaga
diletakkan di dekat pintu masuk proyek dan pada lokasi yang memerlukan
penjagaan tambahan.
5. Jalan Sementara Proyek
Jalan kerja adalah jalur lalu lintas kendaraan proyek, baik untuk truk
material, trukmixer maupun untuk mobilisasi alat alat berat. Konstruksi
jalan kerja bersifat sementara, tetapi dalam perencanaannya harus tetap
memperhitungkan beban lalu lintas yang akan melewatinya. Apabila jalan
masuk proyek tersebut melintasi trotoar dan saluran umum maka perlu
dibuat konstruksi pengaman berupa jembatan sementara untuk lalu lintas
kendaraan keluar dan masuk proyek dengan terlebih dahulu melaporkan
ke Dinas/Suku Dinas dan instansi terkait. Jalan kerja dibuat searah agar
memudahkan atau tidak mengganggu kegiatan pembangunan.
6. Lampu Penerangan Proyek
Lampu ini berguna untuk menerangi aktifitas pekerjaan dimalam hari
sehingga perlu ditempatkan pada titik-titik yang tepat dan bisa membuat
lampu yang dapat menyesuaikan lokasi pekerjaan.
7. Kantor Proyek (Direksi Keet)

Kantor

proyek

adalah

tempat

untuk

melaksanakan

pengawasan,

pengendalian pekerjaan dan pekerjaan administrasi proyek. Ruangan ini


dilengkapibeberapa fasilitas seperti ruang pimpinan, ruang rapat, ruang
kerja staf, mushola dan toilet. Kantor proyek ini dapat berupa bangunan
darurat terbuat dari tiang kayu, dinding papan ataupun bangunan
permanen yang selanjutnya dapat digunakan untuk tempat penjaga
malam dan sebagainya ataupun bangunan yang terdapat disekitar proyek
yang telah mendapat persetujuan pengguna jasa. Pada umumnya
dibangun diatas lahan yang tidak akan pernah terpakai.
8. Tower Crane
Penggunaan tower crane sebagai alat angkut pada bangunan gedung
bertingkat

harus

mempertimbangkan

diletakkan

pada

diameter

cakupan

titik
tower

yang

tepat

crane

yang

dengan
mampu

melayani seluruh lokasi proyek. Penempatan tower crane juga perlu


mempertimbangkan aspek gangguan dan kemudahan dalam melakukan
bongkar pasang alat berat.
9. Barak Pekerja dan Base Camp
Barak pekerja sebagai tempat penginapan tukang bangunan apabila
pekerja berasal dari luar kota sehingga bisa bertempat tinggal sementara
di lokasi pembangunan. Masing-masing dilengkapi dengan fasilitas kamar
mandi, toilet dan dapur. Penempatan base camp dan barak pekerja dibuat
terpisah. Base camp dan barak pekerja dibangun tidak jauh dari lokasi
proyek. Penempatan base camp dan barak pekerja di luar lokasi proyek
harus

memperhatikan

faktor

lingkungan

sekitar,

terutama

dalam

pembuatan sanitasi.
10. Gudang Material
Gudang material adalah tempat penyimpanan material, dimana kondisi
tempat tersebut harus dijaga agar tetap kering dan tidak lembab. Kondisi
gudang sangat mempengaruhi kualitas bahan dan peralatan yang
digunakan. Lokasi gudang material dan peralatan berada diluar area
bangunan yang akan dikerjakan. Untuk mempermudah proses bongkar
muat material, penempatan gudang tidak jauh dari jalan kerja dan dapat
dijangkau olehtower crane. Untuk mempermudah proses penerimaan
6

barang, gudang material sebaiknya diletakkan dekat dengan pintu masuk.


Gudang material dan peralatan juga harus diletakkan pada tempat yang
mudah dimonitor, sehingga terjamin keamanannya.
11. Los Kerja Besi dan Kayu
Los kerja besi adalah tempat pemotongan dan pembengkokan besi beton.
Los kerja kayu digunakan sebagai tempat pembuatan bekisting dan
pekerjaan kayu lainnya. Kedua fasilitas tersebut dibangun tanpa dinding
(los) tetapi tetap diberi penutup atap. Bentuk, ukuran dan konstruksi dari
los kerja besi dan kayu harus dapat menjamin keselamatan dan
ketentraman para pekerja yang bekerja di tempat tersebut. Penempatan
los kerja besi dan kayu tidak jauh daripenumpukan material dan berada di
dekat jalur kerja agar memudahkan proses pelaksanaannya.
12. Disposal Area
Lingkungan proyek yang bersih, rapi dan sehat akan membantu
meningkatkan produktivitas pekerja dan mengurangi terjadinya resiko
kecelakaan.

Oleh

karena

itu,

setiap

proyek

memerlukan

tempat

pembuangan (disposal area) untuk membantu menjaga kebersihan di


lokasi kerja. Umur sampah paling lama 1 x 24 jam sudah harus diangkut
keluar lokasi proyek. Pengelompokkan sampah sesuai dengan jenisnya
diperlukan untuk memudahkan proses pengangkutan.

DAFTAR PUSTAKA

Asiyanto.Metode Konstruksi Gedung Bertingkat.UIP


www.artikel-tekniksipil.blogspot.com/2012/02/bangunan-

bertingkat_28.html
www.fitriaridwan.blogspot.com/2013/03/site-layout.html
www.wm-site.com/manajemen-konstruksi-2/metode-pelaksanaanproyek

Вам также может понравиться