Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
I. PENDAHULUAN
Salah satu arah pembangunan jangka panjang nasional yang tercantum dalam UndangUndang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) 2005-2025 adalah mewujudkan bangsa yang berdaya saing. Kemampuan bangsa
untuk berdaya saing tinggi merupakan kunci bagi tercapainya kemajuan dan kemakmuran
bangsa. Untuk memperkuat daya saing bangsa, pembangunan nasional dalam jangka
panjang diarahkan salah satunya adalah untuk memperkuat perekonomian domestik
berbasis keunggulan di setiap wilayah menuju keunggulan kompetitif dengan membangun
keterkaitan sistem produksi, distribusi, dan pelayanan di dalam negeri.
Untuk
mengembangkan
perekonomian
nasional,
khususnya
sektor
industri
dan
September 2009.
Pengembangan KEK diharapkan dapat menjadi salah satu solusi bagi banyak hal seperti
menekan urbanisasi ke kota-kota besar, penyerapan tenaga kerja, pertumbuhan ekonomi
kawasan dan pada akhirnya berkurangnya tingkat kemiskinan. Keberadaan KEK diharapkan
mendorong kegiatan ekspor, meningkatkan investasi serta dapat mendorong pertumbuhan
wilayah sekitarnya. Secara luas, pengembangan KEK merupakan upaya peningkatan daya
saing Indonesia yang masih rendah dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya.
Dalam pelaksanaan pengembangan KEK perlu didukung oleh ketersediaan infrastruktur
pekerjaan umum (PU) dan permukiman. Ketersediaan infrastruktur yang berkualitas
merupakan salah satu faktor penentu daya tarik suatu kawasan/wilayah. Selain itu kinerja
infrastruktur merupakan faktor kunci dalam menentukan daya saing global. Tantangan
penyelenggaraan infrastruktur PU dan permukiman dalam mendukung pengembangan KEK
kedepan adalah bagaimana meningkatkan ketersediaan infrastruktur yang berkualitas dan
kinerjanya dapat diandalkan agar daya tarik dan daya saing Indonesia dalam konteks global
dapat membaik.
Dalam rangka mendorong pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) sebagai salah satu
upaya
untuk
penguatan
daya
saing
perekonomian,
diperlukan
kajian
kebijakan
II.
karakteristik suatu wilayah. Konsep kawasan ekonomi dan kawasan strategis nasional di
Indonesia yang telah diterapkan adalah Kawasan Andalan, Kawasan Ekonomi Terpadu
(KAPET), Kawasan Berikat, dan Kawasan Pelabuhan Bebas dan Perdagangan Bebas (KPBPB).
Selanjutnya, Indonesia akan mencoba untuk mengembangkan Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK) guna mengikuti persaingan perkembangan wilayah internasional. Selain itu juga akan
dikembangkan Koridor Ekonomi (KE) yang akan menciptakan konektivitas nasional agar
aktivitas ekonomi dapat berjalan dengan lancar dan mudah, baik di dalam pulau maupun
antar pulau.
Kawasan Andalan, KAPET, Kawasan Berikat, KPBPB dan KE dibentuk untuk pengembangan
wilayah dengan skala nasional, sedangkan KEK memiliki konsep yang dipersiapkan untuk
menjadi kawasan yang bertaraf internasional. Adapun konsep yang tidak jauh berbeda
dengan KEK adalah KPBPB. Namun, pada dasarnya kedua kawasan ini memiliki tujuan
pengembangan yang sangat berbeda. KPBPB dibentuk sebagai pintu untuk membuka
hubungan dengan negara lain dalam bidang pelabuhanan dan perdagangan, tetapi bentuk
kawasan secara keseluruhan tidak harus bertaraf internasional. Sedangkan KEK sebagai
kawasan khusus memiliki berbagai jenis aktivitas dan berdaya saing global guna
meningkatkan perekonomian nasional. Pada tabel 1 merupakan hasil sintesa mengenai
karakteristik kawasan ekonomi dan kawasan strategis nasional di Indonesia agar dapat
membedakan konsep KEK dengan kawasan lainnya secara rinci, namun KE tidak termasuk di
dalamnya karena belum memiliki kerangka hukum untuk penetapan dan pengembangan
kawasan tersebut.
III.
Dari sintesa pelaksanaan kawasan ekonomi khusus di beberapa negara, secara umum
karakteristik KEK dapat dikelompokkan ke dalam dua model generik pelaksanaan KEK yang
telah diterapkan, yaitu:
1.
KEK sebagai sebuah terminologi makro untuk kawasan yang ditetapkan untuk
menyediakan lingkungan yang secara internasional kompetitif serta bebas dari
berbagai hambatan berusaha dalam rangka memacu peningkatan ekspor nasional.
Konsep ini dapat ditemukan di negara India dan Filipina. Di India dikenal tiga jenis
umum Special Economic Zone (SEZ) meliputi : (a) SEZ for multiproduct, yaitu SEZ yang
terdiri dari sejumlah perusahaan yang tergolong dalam lebih dari satu sektor, yang di
Executive Summary
dalamnya juga terdapat kegiatan perdagangan dan pergudangan; (b) SEZ for specific
sector, yaitu SEZ bagi satu sektor tertentu saja (bisa lebih dari satu perusahaan) atau
SEZ untuk berbagai pelayanan satu sektor, seperti dalam pelabuhan atau bandar
udara; dan (c) SEZ for Free Trade and Warehouse yaitu SEZ yang secara khusus
menyediakan pelayanan fasilitas kegiatan perdagangan bebas dan pergudangan,
fasilitasnya bisa untuk kegiatan yang multi sektor maupun untuk satu sektor tertentu
saja. Di Filipina, kawasan-kawasan semacam ini dapat berbentuk Industrial Estates
(IES), Export Processing Zones (EPZs), Free Trade Zone, dan Tourist/Recreational
Centers.
2.
KEK sebagai sebuah model untuk menyebutkan kawasan dengan kebijakan ekonomi
terbuka yang didalamnya mencakup Free Trade Zone (FTZ), Export Processing Zone
(EPZ), pelabuhan (Port), High Tech Industrial Estate dan lain sebagainya atau dikenal
dengan sebutan zones within zone. Konsepsi ini memberikan otoritas kepada badan
pelaksana untuk mengoperasikan KEK secara penuh atas mandat dari pemerintah
pusat.
Executive Summary
Tabel 1
Karakteristik Kawasan Ekonomi dan Strategis Nasional di Indonesia
Kawasan Andalan
Kawasan Berikat
KAPET
Undang-Undang No. 36
Tahun 2000.
Undang-Undang No. 39
Tahun 2009.
Penetapan
Kawasan
Tujuan
Pembentukan
Kawasan
Pengelola
Kawasan
(kelembagaan)
Ditetapkan dengan
Keputusan Menteri.
Untuk memudahkan dan
mempercepat proses impor
dan ekspor, meningkatkan
ekspor non migas khususnya
ekspor industri manufaktur,
meningkatkan dan
mempercepat investasi, baik
PMA maupun PMDN,
membuka atau menyerap
tenaga kerja serta memberi
peluang bagi proses alih
teknologi.
Penyelenggara dan
pengusaha Kawasan Berikat
yang berbadan hukum.
Dasar Kebijakan
Definisi
Executive Summary
KPBPB
Ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
Sebagai tempat untuk
mengembangkan usahausaha di bidang
perdagangan, jasa, industri,
pertambangan dan energi,
transportasi, maritim dan
perikanan, pos dan
telekomunikasi, perbankan,
asuransi, pariwisata, dan
bidang-bidang lainnya.
KEK
Kawasan Andalan
Kawasan Berikat
KAPET
KPBPB
KEK
1. Pemasukan dan
pengeluaran barang ke
dan dari KPBPB melalui
pelabuhan dan bandar
udara yang ditunjuk dan
berada di bawah
pengawasan pabean
diberikan pembebasan
bea masuk, PPN,
PPnBM, dan Cukai.
2. Pemasukan barang
konsumsi dari luar
Daerah Pabean untuk
kebutuhan penduduk di
KPBPB diberikan
pembebasan bea masuk,
PPN, PPnBM, dan
cukai.
1. Mengembangkan usahausaha di bidang
perdagangan, jasa,
industri, pertambangan
dan energi, transportasi,
maritim dan perikanan,
pos dan telekomunikasi,
perbankan, asuransi,
pariwisata, dan bidangbidang lainnya.
2. Jangka waktu kawasan
adalah 70 tahun
terhitung sejak
ditetapkan.
3. Jumlah dan jenis barang
yang diberikan fasilitas
ditetapkan oleh Badan
Pengusahaan.
4. Penyediaan dan
pengembangan
Fasilitas
1. Fasilitas kepabeanan
berupa pengangguhan bea
masuk.
2. Fasilitas perpajakan.
3. Kemudahan perizinan.
1. Perwujudan struktur
pemanfaatan ruang
nasional (RTRWN).
2. Ada RTRW Propinsi serta
RTRW Kabupaten/Kota.
1. Mempunyai batas-batas
yang jelas berikut peta
lokasi/tempat dan rencana
tata letak/denah yang akan
dijadikan Kawasan Berikat.
2. Berlokasi di kawasan
industri atau kawasan
budidaya yang sesuai
dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah yang telah
ditetapkan.
3. Memiliki Surat Izin Tempat
Usaha, Dokumen
Lingkungan Hidup, dan izin
lainnya yang diperlukan
dari instansi teknis terkait.
Executive Summary
Kawasan Andalan
Kawasan Berikat
Penyelenggaraan
Infrastruktur PU
dan Permukiman
Pembangunan infrastruktur
kawasan berikat difasilitasi
oleh pemerintah dan
penyelenggara Kawasan
Berikat. Besarnya biaya untuk
pembangunan infrastruktur
tersebut diperoleh dari APBN
atau APBD, perusahaan yang
berada di dalam kawasan
tersebut, serta investor
domestik ataupun asing.
Faktor-faktor
Penyebab
Keberhasilan atau
Kegagalan
Pengembangan
Kawasan
Permasalahan yang
menyebabkan kegagalan
kawasan berikat diantaranya:
1. Inefisiensi pengelolaan
kawasan.
2. Impor yang bebas bea
KAPET
Executive Summary
KPBPB
KEK
beberapa zona
pengolahan ekspor,
logistik, industri,
pengembangan
teknologi, pariwisata,
energi, dan/atau ekonomi
lain.
6. KEK harus siap
beroperasi dalam waktu
paling lama 3 tahun sejak
ditetapkan.
7. Mata uang rupiah
merupakan alat
pembayaran yang sah di
KEK.
Standar infrastruktur PU dan
permukiman minimal dalam
KEK ditetapkan oleh Dewan
Nasional yang dituangkan
dalam Rencana Induk
Nasional dan kebijakan
umum yang terkait. Pihak
yang melaksanakan
pengembangan infrastruktur
PU dan permukiman tersebut
adalah Dewan Kawasan
yang dapat dilakukan melalui
pola kemitraan atau
kerjasama pengadaan
investasi antara pemerintah
pusat, swasta, dan
masyarakat.
Pengembangan KEK dapat
dikatakan berhasil apabila:
1. Adanya komitmen yang
kuat antara pemerintah
daerah, kebijakan fiskal
dan nonfiskal, serta
Penyelenggaraan
infrastruktur PU dan
permukiman dikoordinasikan
kepada Badan Pengusahaan
KPBPB sebagai pengelola.
Adapun dana yang
dibutuhkan dalam memenuhi
infrastruktur dan perumahan
tersebut diperoleh dari
APBN, APBD, serta sumbersumber lain yang tidak
bertentangan dengan
peraturan perundangundangan yang berlaku.
Kawasan Andalan
karena:
1. Menekankan pada sisi
pengelolaan project
oriented.
2. Kurang terfokus pada
kesinambungan program
jangka panjang.
3. Dan masalah-masalah
lainnya yang berkaitan
dengan pengembangan
wilayah.
Kawasan Berikat
3.
4.
5.
6.
KAPET
KPBPB
KEK
2. Ketersediaan fasilitas
kepelabuhan belum
optimal, dan belum
adanya penentuan
pelabuhan untuk
pemasukan dan
pengeluaran barang.
3. Adanya ketentuan
mengenai barang
larangan dan pembatasan
yang berlaku nasional.
4. Teknis dan sistem
prosedur kepabeanan
yang ada belum diatur
secara tegas.
5. Menurunnya daya tarik
penanaman modal oleh
investor asing dan
domestik.
6. Penerimaan negara dari
pajak tidak sebanding
dengan potensi kerugian
akibat pemberian fasilitas
fiskal dan non fiskal.
7. Pengembangan KPBPB
yang diharapkan dapat
meningkatkan ekspor
daripada impor, ternyata
impor masih
mendominasi daripada
ekspor.
Executive Summary
Berbagai bentuk zona ekonomi yang telah dikenal dan diterapkan di beberapa negara di
dunia dapat digambarkan dalam tabel berikut ini.
Tabel 2
Bentuk Zona Ekonomi
Lokasi
Kegiatan
ekonomi
Bervariasi
mulai dari
2,4 km400 km
Campuran
Multi sektor
Multi
market
Mendukung
perdagangan
khususnya
ekspor
<50 Ha
Pelabuhan
dan
Bandar
Udara
Dominasi
oleh
perdaganga
n,
khususnya
terkait
processing
dan jasa
pelayanan
Didomi
nasi
ekspor
Export
Processing
Zone (EPZ)
Orientasi
ekspor
Bervariasi
mulai dari
20 Ha1.600 Ha
Pelabuhan
dan
Bandar
Udara
Didominasi
kegiatan
manufaktur
Ekspor
Industrial
Zones/Park
Pengembangan
industri
<100 Ha
Campuran
Industri
Domest
ik dan
ekspor
Varian
Tujuan
Special
Economic
Zone (SEZ)
Pembangunan
terintegrasi
untuk menarik
investasi dan
penciptaaan
lapangan kerja
Free Trade
Zone (FTZ)
Besaran
Kawasan
Pasar
Pengaturan
Pembelian
Domestik
Diatur sebagai
kegiatan impor
untuk SEZ,
pembebasan
dari berbagai
aturan fiskal
dan PPN
Pada
umumnya
diatur sebagai
kegiatan
impor, untuk
SEZ
pembebasan
dari berbagai
aturan fiskal
dan PPN
Pembelian
domestik dan
diberlakukan
pajak
perdagangan
domestik
Pembelian
domestik
Kewenangan
pengelolaan
kawasan
Otorita
kawasan
terpisah dari
pemerintah
lokal
Otorita
kawasan
terpisah dari
pemerintah
lokal
Pada
umumnya di
bawah otorita
pemerintah
pusat atau
pemerintah
lokal
Pada
umumnya di
bawah otoritas
pemerintah
pusat atau
pemerintah
lokal
Dilihat dari arealnya, bentuk SEZ di India dan Cina memakai pola zone-within-zone dengan
areal relatif luas sehingga dalam kawasan SEZ tersebut dicakup berbagai jenis kawasan,
baik untuk kepentingan industri, perdagangan, jasa, serta permukiman. Demikian pula
halnya dengan Filipina, khususnya pada lokasi bekas pangkalan militer yang diubah menjadi
SEZ, seperti Subic dan Clark. Untuk Malaysia dan Thailand, karena acuannya adalah Free
Trade Zone maka arealnya lebih terbatas. Dalam beberapa tahun terakhir, di Malaysia
dikembangkan pola yang lebih luas yaitu pengembangan koridor-koridor dengan batasan
yang lebih longgar, seperti di Iskandar Development Region yang merupakan koridor
pembangunan yang dilaksanakan di bagian selatan Johor sehingga koridor ini juga dikenal
sebagai South Johor Economic Region (SJER). Demikian pula di Thailand yang membagi
Executive Summary
negaranya menjadi tiga region dan memberikan insentif dan kemudahan yang berbedabeda.
Pola pembinaan di kelima negara menunjukkan bahwa penanganan pengembangan kawasan
khusus seluruhnya menunjukkan peranan pemerintah pusat dalam penetapan kebijakan
lebih dominan dibandingkan dengan peranan pemerintah daerah. India yang membentuk
Board of Approval di India, sedang di Filipina dengan pembentukan PEZA, di Cina badan
yang dibentuk adalah bagian dari pemerintah pusat yaitu Kementerian Perhubungan dan
pemerintah provinsi, atau Malaysia dan Thailand yang langsung ditangani oleh Menteri
Keuangan masing-masing. Peranan Pemerintah Pusat tersebut tidak terbatas pada
kebijakan insentif saja, tetapi mencakup pula kriteria, pemilihan lokasi, sampai dengan
pengawasan dalam operasionalnya.
Dalam proses penetapan, India dan Filipina menempuh jalur 2 langkah, yaitu melalui letter
of approval di India, sedang di Filipina dengan President Proclamation. Sesudah langkah
tersebut dan lokasinya sudah siap maka SEZ baru dioperasikan melalui SEZ Notification di
India dan Registration Agreement di Filipina. Untuk Malaysia dan Thailand dapat langsung
ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Adapun di Cina ditetapkan oleh Menteri Perhubungan.
Berdasarkan kajian terhadap pengalaman di lima negara tersebut dan melihat kondisi
obyektif yang ada, maka pengembangan KEK di Indonesia sebaiknya mengambil pola
seperti yang dilakukan di Filipina, Cina dan India, yang intinya sebagai berikut :
Di tingkat pusat dibentuk semacam national board yang bertanggung jawab di bidang
kebijakan umum serta penetapan lokasi SEZ;
Penetapan lokasi SEZ dapat mengikuti pola dua tahap, yaitu tahap pertama deklarasi
dan tahap kedua operasionalisasi;
Insentif yang diberikan seyogyanya juga dapat bersaing dengan yang diberikan oleh
negara-negara tetangga;
Kemitraan pemerintah dan swasta merupakan hal yang wajar dalam berbagai skema
pembangunan, termasuk skema KEK.
Executive Summary
10
Hal yang diterapkan oleh SEZ Cina dan perlu dilakukan dalam mempersiapkan kawasan
ekonomi khusus, setidaknya ada empat karakteristik, yaitu:
Menyediakan berbagai macam fasilitas umum seperti suplai air dan listrik dengan baik
dipersiapkan dan upaya penciptaan iklim investasi yang kondusif bagi investasi asing;
Perlakuan yang khusus dalam kaitannya dengan pajak dan penggunaan lahan yang
diberikan kepada perusahaan-perusahaan dalam rangka menarik investasi dari mereka;
SEZ dioperasikan dengan cara yang sama dengan ekonomi pasar bebas.
Pengembangan
Kawasan Ekonomi
Sabang ditetapkan
sebagai KPBPB pada
tahun 1965. Namun,
pada tahun 1985
status Sabang sebagai
KPBPB dicabut karena
Jumlah
Penduduk
Pertumbuhan
Ekonomi
Pada
tahun
2007,
jumlah
penduduk
sebesar
Pertumbuhan
ekonomi
Sabang pada
tahun 2007
yaitu 3,69%.
Executive Summary
Kelembagaan
Dikelola oleh
Badan
Pengusahaan
Sabang.
11
Kawasan
Pengembangan
Kawasan Ekonomi
dibukanya KPBPB di
paling barat, berada
Kawasan Batam.
pada jalur lalu
lintas pelayaran dan
Tahun 1998 Kota
penerbangan
Sabang dijadikan
internasional dan
sebagai KAPET dengan
berdekatan dengan
Keppes No. 171/1998
Singapura, Malaysia,
Pada tahun 2000,
& Thailand.
Sabang kembali
ditetapkan sebagai
KPBPB.
Batam
Pada tahun 2007,
Terdiri dari daratan
Batam mengembangkan
dan lautan dengan
kawasannya sebagai
luas daratan sebesar
KPBPB bersama Bintan
715 Km2.
dan Karimun.
Berada pada jalur
lalu lintas pelayaran
dan penerbangan
internasional, dan
berdekatan dengan
Singapura, Malaysia,
& Thailand.
Bintan
Pengembangan
Terdiri dari daratan
kawasan di Bintan
dan lautan dengan
sebagai kawasan
luas daratan sebesar
strategis nasional baru
1.319,51 km2.
dimulai pada tahun
Berada pada jalur
2007 dengan
lalu lintas pelayaran
ditetapkannya sebagai
dan penerbangan
KPBPB bersama Batam
internasional, dan
dan Karimun.
berdekatan dengan
Singapura, Malaysia,
& Thailand.
Biak
Biak telah ditetapkan
Terdiri dari daratan
sebagai KAPET pada
dan lautan dengan
tahun 1996. Cakupan
luas daratan sebesar
wilayah dalam
2.888 km.
pengembangan KAPET
Terletak disebelah
terdiri dari 5
utara tepat di bibir
kabupaten yang ada di
Samudera Pasifik.
Papua dan berpusat di
Kabupaten Biak
Numfor.
Suramadu Suramadu yang
Berupa daratan yang
diusulkan Pemprov
berada di pulau
untuk menjadi KEK
yang berbeda,
berdasarkan
Surabaya berada di
pertimbangan adanya
Pulau Jawa dan
Jembatan Suramadu
Bangkalan di Pulau
yang menghubungkan
Madura.
Kota Surabaya dengan
Luas Surabaya dan
Pulau Madura yang
Bangkalan yaitu
menjadi embrio
1.634,5 km2
perkembangan
(Surabaya 374,36
kawasan.
km2 dan Bangkalan
1.260,14 Km2).
Jumlah
Penduduk
Pertumbuhan
Ekonomi
Kelembagaan
33.007
jiwa.
Pada
tahun
2007,
jumlah
penduduk
sebesar
724.315
jiwa.
Pertumbuhan
ekonomi
Batam pada
tahun 2007
yaitu 7,6%.
Dikelola oleh
Badan
Pengusahaan
Batam.
Pada
tahun
2007,
jumlah
penduduk
sebesar
122.677
jiwa.
Pertumbuhan
ekonomi
Bintan pada
tahun 2007
yaitu 5,31%.
Dikelola oleh
Badan
Pengusahaan
Bintan.
Pada
tahun
2005,
jumlah
penduduk
sebesar
113.682
jiwa.
Pertumbuhan
ekonomi Biak
pada tahun
2007
yaitu 8,30%.
Dikelola oleh
Badan
Pengelola
Biak.
Pada
tahun 2008
di
Surabaya
sebesar
2.902.507
jiwa,
sedangkan
di
Bangkalan
sebesar
956.996
jiwa.
Pertumbuhan
ekonomi
Surabaya
pada tahun
2007 yaitu
6,33%.
Dikelola oleh
Badan
Pengembangan
Wilayah
Surabaya
Madura.
Executive Summary
12
Kawasan
Pengembangan
Kawasan Ekonomi
Jumlah
Penduduk
Pertumbuhan
Ekonomi
Kelembagaan
Pada umumnya kondisi infrastruktur di wilayah usulan lokasi KEK masih belum memadai
untuk menjadi KEK, hal ini berdasarkan analisa tingkat pelayanan infrastruktur PU dan
permukiman
dengan
membandingkan
kondisi
eksisting
infrastruktur
dengan
SPM
Infrastruktur Perkotaan. Jika wilayah usulan lokasi KEK tidak mampu memberi pelayanan
sesuai dengan standar perkotaan, dikhawatirkan kota-kota tersebut juga tidak mampu
memberi pelayanan infrastruktur sebagai KEK yang bertaraf internasional. Hal ini perlu
diperhatikan karena pelayanan infrastruktur merupakan pertimbangan utama investor
dalam menanamkan modal dan syarat utama dalam pengembangan kawasan.
Dasar Pertimbangan
Di dalam KEK terdapat
pelabuhan dan bandara
sebagai prasarana
perhubungan
internasional, sehingga
dalam KEK memerlukan
akses berupa jalan dari
dan ke pelabuhan dan
bandara.
Jaringan jalan akan
dilewati kendaraan dengan
Standar Pelayanan
Kuantitas
Kualitas
Executive Summary
13
Jenis
Infrastruktur
2. Air Bersih
Dasar Pertimbangan
volume yang cukup besar,
dan jenis kendaraan yang
besar pula seperti truk,
kontainer, dll.
Di dalam KEK akan
terdapat berbagai zona,
sehingga diperlukan
jaringan jalan yang
menghubungkan seluruh
zona tersebut.
Di dalam KEK terdapat
kawasan industri, sehingga
distribusi air bersih
semakin besar.
Seluruh zona yang ada di
KEK harus terlayani air
bersih.
3. Sanitasi dan
Pengolahan
Limbah
4. Drainase
Standar Pelayanan
Kuantitas
Kualitas
lebar jalan 7m
dengan lebar bahu
jalan masing-masing
1,5m.
Sistem jaringan
dengan
memanfaatkan
seluruh potensi air
baku.
Distribusi air bersih
60-220 lt/org/hari
untuk zona
permukiman.
Distribusi air bersih
30-50 lt/org/hari
untuk lingkungan
perumahan.
Distribusi air bersih
untuk zona industri:
- Air domestik 150250 lt/hari
- Air non domestik
1000-2500 lt/hari.
Sarana sanitasi
individual dan
komunal:
- Toilet
RT/Jamban/MCK
- Septik Tank
Penanganan lumpur
tinja untuk
mendukung onsite
system:
- Truk Tinja
- IPLT
Sistem penyaluran
drainase
menggunakan sistem
kombinasi yang
menggabungkan air
kotor rumah tangga
dan air hujan.
Saluran tersier
dirancang untuk
melayani wilayah
tangkapan seluas 0 5ha, sekunder 5 25ha, dan primer 25
- 50ha.
Limbah dialirkan ke
septic tank, tanpa ada
kebocoran dan bau.
Tidak ada rembesan
langsung/pencemaran
air tinja dari septic
tank ke air tanah.
Pengolahan lumpur
tinja selanjutnya di
IPLT.
Tidak terjadi
genangan atau banjir,
bila terjadi genangan
rata-rata < 30 cm,
lama genangan < 2
jam.
Frekuensi kejadian
Banjir < 2 kali
setahun.
Executive Summary
14
Jenis
Infrastruktur
5. Persampahan
Standar Pelayanan
Dasar Pertimbangan
Pengelolaan sampah
terlayani hingga seluruh
zona di dalam KEK.
Sistem pengolahan sampah
menggunakan cara yang
ramah lingkungan.
Kuantitas
Bentuk saluran
tersier sampai
sekunder dirancang
segiempat dilengkapi
perkerasan dari
pasangan batu kali.
Sistem pengelolaan
sampah
dioperasionalkan di
seluruh zona.
Terdapat
penanganan khusus
terhadap limbah B3.
Penanganan sampah
100% di setiap zona.
Kualitas
2.
3.
4.
5.
6.
Executive Summary
15
2.
3.
c.
4.
5.
6.
Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, and Threats) ini digunakan untuk
memetakan potensi dan masalah, baik secara internal ataupun eksternal, terkait dengan
pengembangan kawasan serta penyelenggaraan infrastruktur PU dan permukiman di
wilayah usulan lokasi KEK. Hasil analisis ini dapat digunakan sebagai aplikasi alat bantu
pengambilan keputusan atau kebijakan.
Executive Summary
16
Tabel 5
Analisis SWOT Penyelenggaraan Infrastruktur PU dan Permukiman Untuk Mendorong Pengembangan KEK di Kawasan Sabang
STRENGTH
FAKTOR
INTERNAL
FAKTOR
EKSTERNAL
WEAKNESS
1. Pelayanan infrastruktur PU dan permukiman belum optimal.
2. Masalah lingkungan, seperti banjir dan penumpukan sampah
yang dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan.
3. Terbatasnya dana dalam pengembangan kawasan dan
infrastruktur.
4. Pembagian peran Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Badan
Pengelola dalam penyelenggaraan infrastruktur.
OPPORTUNITIES
STRATEGI Strength-Opportunities
STRATEGI Weakness-Opportunities
THREATS
STRATEGI Strength-Threats
STRATEGI Weakness-Threats
Executive Summary
17
Tabel 6
Analisis SWOT Penyelenggaraan Infrastruktur PU dan Permukiman Untuk Mendorong Pengembangan KEK di Kawasan Batam
STRENGTH
FAKTOR
INTERNAL
FAKTOR
EKSTERNAL
OPPORTUNITIES
1. Menjadi sebuah pintu gerbang bagi
perdagangan dunia.
2. Semakin berkembangnya Sumatera
dan terbukanya jenis usaha baru.
3. Meningkatnya investor dan
hubungan kerjasama antara
Indonesia dengan negara lain.
4. Meningkatnya pendapatan nasional.
THREATS
1. Menurunnya daya saing ekonomi
Batam dengan Free Trade Zone di
negara lain.
2. Tidak adanya kebijakan yang
terkait dengan investasi, misalnya
kebijakan tentang infrastruktur,
sarana dan prasarana.
Executive Summary
WEAKNESS
1. Pelayanan infrastruktur belum memadai.
2. Tidak ada pembagian kelas jalan nasional, provinsi dan lokal.
3. Masalah lingkungan, seperti banjir dan penumpukan sampah
yang dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan.
4. Terbatasnya dana dalam pengembangan kawasan dan
infrastruktur.
5. Belum terciptanya koordinasi yang baik antar lembaga
pemerintah sehingga terjadi inkonsistensi dan tumpang tindih
kebijakan ekonomi antar sektor atau instansi.
STRATEGI Weakness-Opportunities
1. Meningkatkan pelayanan infrastruktur untuk mendukung
kawasan menjadi pintu gerbang bagi perdagangan dunia (W1;
O1).
2. Mengatasi masalah lingkungan (seperti banjir dan
persampahan) untuk menangkap peluang berkembangnya
Sumatera dan terbukanya jenis usaha baru (W3; O2)
3. Pembagian kelas jalan nasional, provinsi dan lokal, serta
terciptanya koordinasi yang baik antar lembaga pemerintah
dapat meningkatkan investor, kerjasama antara Indonesia
dengan negara lain, dan meningkatnya pendapatan nasional
yang akan memenuhi kebutuhan dana untuk pengembangan
kawasan dan infrastruktur (W2,4,5 ; O3,4).
STRATEGI Weakness-Threats
1. Meningkatkan pelayanan infrastruktur dan mengatasi masalah
lingkungan untuk menekan ancaman menurunnya daya saing
ekonomi Batam dengan Free Trade Zone di negara lain (W1,3 ;
T1).
2. Pembagian kelas jalan nasional, provinsi dan lokal, serta
terciptanya koordinasi yang baik antar lembaga pemerintah
dapat mendorong penyusunan kebijakan yang terkait dengan
investasi, misalnya kebijakan tentang infrastruktur, sarana dan
prasarana agar dana yang dibutuhkan untuk mengembangkan
infrastruktur terpenuhi (W2,3,4 ; T2).
18
Tabel 7
Analisis SWOT Penyelenggaraan Infrastruktur PU dan Permukiman Untuk Mendorong Pengembangan KEK di Kawasan Bintan
STRENGTH
FAKTOR
INTERNAL
FAKTOR
EKSTERNAL
OPPORTUNITIES
1. Menjadi sebuah pintu gerbang bagi
perdagangan dunia.
2. Semakin berkembangnya Sumatera
dan terbukanya jenis usaha baru.
3. Meningkatnya investor dan
hubungan kerjasama antara
Indonesia dengan negara lain.
4. Meningkatnya pendapatan nasional.
THREATS
1. Menurunnya daya saing ekonomi
Bintan dengan Free Trade Zone di
negara lain.
2. Tidak adanya kebijakan yang
terkait dengan investasi, misalnya
kebijakan tentang infrastruktur,
sarana dan prasarana.
Executive Summary
WEAKNESS
1. Pelayanan infrastruktur belum memadai.
2. Masalah lingkungan perkotaan belum teratasi dengan baik.
3. Terbatasnya dana dalam pengembangan kawasan dan
infrastruktur.
4. Koordinasi dan komitmen antar lembaga pemerintah sehingga
terjadi inkonsistensi dan tumpang tindih kebijakan ekonomi
antar sektor atau instansi.
STRATEGI Weakness-Opportunities
1. Meningkatkan pelayanan infrastruktur dan mengatasi masalah
lingkungan perkotaan merupakan peluang Bintan untuk menjadi
sebuah pintu gerbang bagi perdagangan dunia, semakin
berkembangnya Sumatera, dan terbukanya jenis usaha baru
(W1,2 ; O1,2).
2. Adanya koordinasi dan komitmen yang kuat antar lembaga
pemerintah dapat meningkatkan investor dan hubungan
kerjasama antara Indonesia dengan negara lain yang akan
memenuhi kebutuhan dana dalam pengembangan kawasan dan
infrastruktur dan mempengaruhi pendapatan nasional (W3,4 ;
O3,4)
STRATEGI Weakness-Threats
1. Meningkatkan pelayanan infrastruktur dan mengatasi masalah
lingkungan perkotaan untuk menekan ancaman menurunnya
daya saing ekonomi Bintan dengan Free Trade Zone di negara
lain (W1,2 ; T1).
2. Adanya koordinasi dan komitmen yang kuat antar lembaga
pemerintah dapat mendukung tersusunnya kebijakan yang
terkait dengan investasi, misalnya kebijakan tentang
infrastruktur, sarana dan prasarana agar dana yang dibutuhkan
untuk mengembangkan kawasan dan infrastruktur tersebut
terpenuhi (W3,4 ; T2).
19
Tabel 8
Analisis SWOT Penyelenggaraan Infrastruktur PU dan Permukiman Untuk Mendorong Pengembangan KEK di Kawasan Biak
FAKTOR
INTERNAL
FAKTOR
EKSTERNAL
OPPORTUNITIES
1. Meningkatnya investor dan
hubungan kerjasama antara
Indonesia dengan negara lain.
2. Meningkatnya pendapatan
nasional.
THREATS
1. Tumpang tindihnya peraturan di
tingkat daerah dengan aturan
yang lebih tinggi.
2. Iklim investasi tidak kondusif.
3. Tidak berdaya saing
internasional.
STRENGTH
1. Lokasi berada disebelah utara tepat di bibir Samudera
Pasifik.
2. Adanya BP KAPET Biak sebagai pengelola yang dapat
menjadi embrio pengelola KEK.
3. Terdapat lembaga donor yang membantu dalam
pengembangan infrastruktur.
WEAKNESS
1. Dukungan infrastruktur tidak memadai.
2. Terbatasnya dana dalam pengembangan kawasan dan
infrastruktur.
3. Lemahnya koordinasi antar lembaga pemerintah dan
kapasitas keanggotaannya.
STRATEGI Strength-Opportunities
1. Adanya BP KAPET Biak sebagai pengelola yang dapat
menjadi embrio pengelola KEK dan lembaga donor yang
membantu dalam pengembangan infrastruktur merupakan
kekuatan untuk meningkatkan investor dan hubungan
kerjasama antara Indonesia dengan negara lain dan
meningkatkan pendapatan nasional (S2,3 ; O1,2)
STRATEGI Weakness-Opportunities
1. Dukungan infrastruktur yang memadai dan meningkatkan
koordinasi antar lembaga pemerintah dan kapasitas
keanggotaannya untuk menangkap peluang meningkatnya
investor, hubungan kerjasama antara Indonesia dengan
negara lain, dan pendapatan nasional yang akan memenuhi
kebutuhan dana dalam pengembangan kawasan dan
infrastruktur (W1,2,3 ; O1,2).
STRATEGI Strength-Threats
1. Adanya BP KAPET Biak sebagai pengelola yang dapat
menjadi embrio pengelola KEK dapat mengusulkan
komitmen yang jelas antara peraturan di tingkat daerah
dengan aturan yang lebih tinggi (S2 ; T1).
2. Lokasi yang berada disebelah utara tepat di bibir Samudera
Pasifik dan adanya lembaga donor yang membantu dalam
pengembangan infrastruktur merupakan kekuatan untuk
menekan ancaman iklim investasi tidak kondusif dan
kawasan tidak berdaya saing internasional (S1,3 ; T2,3).
Executive Summary
STRATEGI Weakness-Threats
1.
2.
20
Tabel 9
Analisis SWOT Penyelenggaraan Infrastruktur PU dan Permukiman Untuk Mendorong Pengembangan KEK di Kawasan Suramadu
STRENGTH
WEAKNESS
OPPORTUNITIES
STRATEGI Strength-Opportunities
STRATEGI Weakness-Opportunities
THREATS
STRATEGI Strength-Threats
STRATEGI Weakness-Threats
FAKTOR
INTERNAL
FAKTOR
EKSTERNAL
Executive Summary
21
VIII. KEBIJAKAN
PENYELENGGARAAN
INFRASTRUKTUR
PU
DAN
Ekonomi
Khusus;
(ii)
meningkatkan
peran
serta
seluruh
pemangku
komitmen
kelembagaan
yang
terkait
dengan
pembangunan
22
swasta
(public-private
partnership)
dalam
pembangunan
infrastruktur;
(iii)
Executive Summary
23
iii. Menciptakan iklim yang kondusif bagi dunia usaha (swasta) untuk turut
berperanserta secara aktif dalam memberikan pelayanan air minum melalui
kerjasama pemerintah-swasta (public-private partnership).
3. Arah Kebijakan Penyelenggaraan Jalan
i. Mengintegrasikan jaringan jalan ke seluruh wilayah Kawasan Ekonomi Khusus guna
memperlancar mobilisasi dan distribusi barang.
ii. Membangun jalan dengan kapasitas yang memadai dan aman untuk segala jenis
moda angkutan.
iii. Penyelenggaraan infrastruktur jalan dilakukan dengan penataan kelembagaan
melalui pengaturan kembali kewenangan dan tanggung jawab antara Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah, dan Dewan Kawasan.
iv. Mendorong keterlibatan peran swasta dalam penyelenggaraan infrastruktur jalan.
4. Arah Kebijakan Pengelolaan Air Limbah
i. Menggunakan inovasi dan teknologi tinggi dalam pengelolaan air limbah.
ii. Menyusun masterplan pengolahan air limbah pada Kawasan Ekonomi Khusus.
iii. Meningkatkan kapasitas Dewan Kawasan dan Administrator dalam penyelenggaraan
infrastruktur pengolahan air limbah.
iv. Menciptakan iklim yang kondusif bagi dunia usaha (swasta) untuk turut
berperanserta secara aktif dalam memberikan pelayanan pengolahan air limbah
melalui kerjasama pemerintah-swasta (public-private partnership).
5. Arah Kebijakan Penyelenggaraan Drainase
i. Menciptakan kesadaran seluruh stakeholders terhadap pentingnya peningkatan
pelayanan drainase.
ii. Menyusun masterplan drainase pada Kawasan Ekonomi Khusus.
iii. Menciptakan iklim yang kondusif bagi dunia usaha (swasta) untuk turut
berperanserta secara aktif dalam memberikan pelayanan pengelolaan drainase
melalui kerjasama pemerintah-swasta (public-private partnership).
6. Arah Kebijakan Pengelolaan Sampah
i. Menciptakan
kesadaran
kepada
seluruh
stakeholder
terhadap
pentingnya
Executive Summary
24
iii. Menggunakan inovasi dan teknologi tinggi serta ramah lingkungan dalam
pengolahan sampah.
iv. Menciptakan iklim yang kondusif bagi dunia usaha (swasta) untuk turut
berperanserta secara aktif dalam memberikan pelayanan pengelolaan sampah
melalui kerjasama pemerintah-swasta (public-private partnership), baik dalam
handling-tranportation maupun dalam pengelolaan TPA.
IX. PENUTUP
a.
Kesimpulan
dengan
membandingkan
kondisi
eksisting
infrastruktur
dengan
SPM
Infrastruktur Perkotaan. Jika wilayah usulan lokasi KEK tidak mampu memberi pelayanan
sesuai dengan standar perkotaan, dikhawatirkan kota-kota tersebut juga tidak mampu
memberi pelayanan infrastruktur sebagai KEK yang bertaraf internasional. Hal ini perlu
diperhatikan karena pelayanan infrastruktur merupakan pertimbangan utama investor
dalam menanamkan modal dan syarat utama dalam pengembangan kawasan.
Arah kebijakan dan strategi yang telah dirumuskan pada kajian ini merupakan prinsip dan
strategi yang perlu diperhatikan dalam melakukan tindakan untuk mengembangkan
infrastruktur PU dan permukiman guna mendorong pengembangan KEK. Selain itu, arah
kebijakan yang disusun dapat menjadi acuan bagi pemerintah dalam merumuskan lebih
lanjut kebijakan dan strategi penyelenggaraan infrastruktur bidang PU dan permukiman
sesuai dengan kondisi dan karakteristik permasalahan yang dihadapi wilayah usulan lokasi
KEK pada umumnya.
Executive Summary
25
b. Rekomendasi
1. Kajian yang mendalam mengenai tugas dan wewenang untuk pemantapan
kelembagaan, serta upaya untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan.
Dalam upaya mewujudkan Kawasan Ekonomi Khusus yang berdaya saing, diperlukan
komitmen kelembagaan yang kuat yang kuat, baik kelembagaan di Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, ataupun Badan Pengelola. Untuk itu diperlukan kajian yang
mendetail mengenai tugas dan wewenang yang jelas di setiap kelembagaan yang
bertujuan untuk mempermudah proses pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus.
Dengan jelasnya pembagian tugas dan wewenang antar kelembagaan, dapat
mempermudah prosedur yang dijalani dan tidak ada peran ganda antar kelembagaan
dalam urusan pengembangan kawasan dan infrastruktur pada Kawasan Ekonomi
Khusus. Selain itu juga diperlukan upaya peningkatan kapasitas kelembagaan agar
pembagian tugas dan wewenang yang jelas nantinya dapat dilaksanakan dengan
optimal sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Peningkatan kapasitas kelembagaan
merupakan suatu hal yang krusial sebagai upaya untuk mewujudkan kelembagaan yang
kokoh demi kelancaran operasi Kawasan Ekonomi Khusus.
2. Pengembangan model kemitraan Pemerintah, Swasta dan Masyarakat dalam
pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus dan penyelenggaraan infrastrukturnya.
Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus pada umumnya tidak dapat dilaksanakan oleh
pemerintah secara mandiri, terutama adanya permasalahan kebutuhan dana yang
sangat besar sedangkan dana pemerintah sangat terbatas. Oleh karena itu diperlukan
kajian pengembangan model kemitraan agar banyak investor yang berminat untuk
bekerja sama dalam mengembangkan Kawasan Ekonomi Khusus dan penyelenggaraan
infrastrukturnya. Model kemitraan yang akan dirumuskan nanti diharapkan dapat
menjadi kekuatan untuk menarik investor guna mengembangkan Kawasan Ekonomi
Khusus.
3. Kajian kebijakan tentang pola pendanaan untuk pengembangan Kawasan Ekonomi
Khusus dan penyelenggaraan infrastrukturnya.
Pendanaan merupakan permasalahan klasik di Indonesia dalam mengembangkan suatu
kawasan. Apalagi pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus ini akan dikembangkan
dengan pelayanan yang bertaraf internasional, sehingga dana yang dibutuhkan sangat
besar. Untuk membantu permasalahan ini, maka diperlukan kajian kebijakan tentang
Executive Summary
26
arahan
lokasi
Kawasan
Ekonomi
Khusus
yang
terintegrasi
dengan
kesimpulan
diatas
bahwa
pengembangan
Koridor
Ekonomi
akan
meningkatkan integrasi dan konektivitas bagi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Sebagai
konsekuensi dari keterkaitan KEK dan KE maka pengembangan KEK harus berlokasi
pada Koridor Ekonomi yang akan dikembangkan. Untuk itu diperlukan penentuan
arahan lokasi KEK yang sesuai dengan pengembangan 6 (enam) Koridor Ekonomi yang
direncakana, serta mengidentifikasi kebutuhan infrastruktur, baik pada Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) maupun kebutuhan infrastruktur yang menghubungkan antar
kawasan yang menghubungkan KEK sebagai salah satu Node dengan Nodes yang lain
serta Hubs dalam Koridor Ekonomi (KE).
Executive Summary
27