Вы находитесь на странице: 1из 33

MAKALAH PBL MANDIRI

BLOK 13
TUMBUH KEMBANG

DISUSUN OLEH :
GILANG BHASKARA
NIM : 10-2008-095
KELOMPOK A1

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
TAHUN 2009

KATA PENGANTAR
Masalah makanan / nutrisi memang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat
Indonesia. Indonesia sebagai Negara berkembang memang terkadang kesulitan bahan pangan
yang berhubungan dengan padat nya jumlah penduduk dalam negri. Hingga pada akhirnya kasus
malnutrisi / gizi buruk melanda negeri Indonesia ini Betapa mengerikan nya kita mendengar
tinggi nya insiden balita kekurangan nutrisi di surat kabar, televisi, atau media lainnya.
Makalah ini diharapkan dapat membantu pemahaman penulis dan pembaca dalam hal
pengertian gizi pada masa bayi hingga anak-anak khusus nya mengenai malnutrisi. Sehingga
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang gizi dari bayi hingga anak-anak kepada
masyarakat pada umum nya. Penulis sadar makalah ini masih menyimpan banyak kekurangan
karena itu kritik dan saran sangat diharapkan.
Akhir kata selamat membaca.

Jakarta, 23 Januari 2009


Gilang Bhaskara

DAFTAR ISI
01. Skenario......................................................................................................................................4
02. STEP 1 IDENTIFIKASI ISTILAH YANG TAK DIKETAHUI............................................4
03. STEP 2 IDENTIFIKASI MASALAH..4
04. STEP 3 ANALISA MASALAH.......5
05. STEP 4 HIPOTESIS..5
06. STEP 5 SASARAN PEMBELAJARAN..................................................................................5
07. STEP 6 HASIL BELAJAR MANDIRI6
08. Pemeriksaan ................. ............................................................................................................6
09. Etiologi................................ 21
10. Epidemiologi........24
11. Patofisiologi.....................................................................................................................24
12.Pemeriksaan Laboratorium.......................................................................................................25
13. Diagnosis.................................................................................................................................25
14. Differential Diagnosis.............................................................................................................26
15. Penatalaksanaan......................................................................................................................27
16. Pencegahan..............................................................................................................................28
17. Prognosis.................................................................................................................................29
18. Komplikasi..............................................................................................................................29
19. Penapisan Malnutrisi...............................................................................................................29
20. Daftar Pustaka.........................................................................................................................31

SKENARIO
Seorang anak laki-laki yang berusia 5 tahun, dibawa ibu nya ke poliklinik RS UKRIDA karena
belum dapat bicara. Pada anamnesa didapatkan bahwa pada saat pasien berusia 1 bulan, ia pernah
dirawat di RSUD Tarakan selama 3 minggu karena infeksi otak dan kejang. Riwayat trauma
kepala (-),
Pada pemeriksaan fisik didapatkan data sbb :
BB 12 kg,

TB 97 cm,

lingkar kepala 60 cm,

VS : T : 37, 3 C

RR 28 x/ mnt HR 102x / mnt

lingkar dada 50 cm

Pada pemeriksaan fisik ditemukan wajah anak tampak lebih tua daripada umur, mata sayu,
rambut kemerahan seperti jagung dan mudah rontok, kulit tidak keriput namun jaringan lemak
kulit sangat sedikit, perut sedikit membuncit, extremitas hipotrofik.
Pasien dapat berjalan dan berlari dengan baik, berdiri 1 kaki, naik sepeda roda tiga, dapat meniru
menggambar segitiga, serta mampu memakai dan melepaskan bajunya namun pasien hanya dapat
berkata mama, dada dan bergumam

STEP 1 IDENTIFIKASI ISTILAH YANG TAK DIKETAHUI


Extremitas Hipotrofik
Bergumam

STEP 2 IDENTIFIKASI MASALAH


1. Anak laki-laki usia 5 tahun belum dapat berbicara
2. Pemeriksaan Fisik : mata sayu, rambut kemerahan seperti jagung dan mudah rontok, kulit
tidak keriput namun jaringan lemak kulit sangat sedikit, perut sedikit membuncit,
extremitas hipotrofik.
3. Waktu berumur 1 tahun menderita infeksi otak dan kejang

STEP 3 ANALISA MASALAH

Fisik

Anamnesis

Penunjang

Pemeriksaan

Prognosis
Patofisiologi

Working

Diagnosi
s
Differentia
l

Terlambat bicara dan TB serta


BB berkurang

Penatalaksanaan

NonFarmakologi

Etiologi

Farmakologi

STEP 4 HIPOTESIS
Terlambat bicara dapat diakibatkan oleh infeksi otak dan malnutrisi

STEP 5 SASARAN PEMBELAJARAN


1. Pemeriksaan : Anamnesis, Fisik, Laboratorium
2. Etiologi dari penyakit
3. Perjalanan penyakit ( patofisiologi )
4. Diagnosis tentang penyakit pasien yang meliputi working dan differential diagnosis
5. Prognosis dan penyakit pasien
6. Penatalaksanaan secara farmakologis maupun non farmakologis

STEP 6 HASIL BELAJAR MANDIRI


1 Pemeriksaan
1.1. Anamnesis
Berbeda dengan orang dewasa, biasanya anak ditemani oleh orang tua atau pengasuhnya.
Ketika mewawancarai seorang anak, anda harus mempertimbangkan kebutuhan dan perspektif
anak dan pengasuhnya.
Mulailah anamnesis dengan menyapa dan menciptakan hubungan dengan setiap orang
yang ada. Panggil bayi atau anak dengan menyebutkan namanya dan jangan memanggilnya
dengan kata dia atau anak itu. Mintalah penjelasan tentang peran atau hubungan semua orang
dewasa dengan anak yang hadir.
Untuk menciptakan hubungan, kuncinya adalah menghadapi anak sesusai tingkat
pemikiran mereka. Gunakan pengalaman anda sendiri bersama anak untuk memandu cara anda
berinteraksi dengan mereka dalam situasi pelayanan kesehatan. Mempertahankan kontak mata
setinggi mata mereka, ikut bermain dengan mereka, dan berbicara tentang hal yang mereka sukai
selalu merupakan strategi yang baik.
Banyak informasi yang anda dapatkan tentang seorang anak dari keluarga.umumnya
anggota keluarga memberikan perhatian yang paling besar dan merupakan partner anda dalam
meningkatkan status kesehatan anak. Bersikap terbuka terhadap berbagai perilaku orang tua akan
membantu menciptakan persekutuan ini. Cara orang tua membesarkan anak akan mencerminkan
praktik budaya, sosioekonomi, dan keluarga. Strategi yang baik adalah memadang orang tua
sebagai pakar dalam hal perawatan anaknya dan peranan anda disini adalah sebagai konsultan.

1.2. Pemeriksaan Fisik Pada Anak


1.2.1 Pemeriksaan Antropometri

Komponen penting dalam pemeriksaan antropometri anak meliputi pengukuran tinggi


badan, berat badan, dan lingkaran kepala. Penyimpangan dari nilai- nilai ini merupakan indicator
utama dan satu satunya yang menunjukkan penyakit.
A. Tinggi badan
Bagi anak yang berusia lebih dari 2 tahun, pengukuran tinggi badan dapat dilakukan
secara optimal dengan menggunakan stadiometer yang dipasang pada dinding. Minta anak
berdiri dengan kedua tumit, bagian punggung serta kepalanya mengenai tembok atau
bagian belakang stadiometer. Jika menggunakan tembok yang dilengkapi dengan
penggaris berukuran, pastikan untuk mendapatkan selembar papan atau permukaan yang
rata di atas puncak kepala anak dengan sudut tegak lurus terhadap penggaris tersebut. Alat
penimbang berat badan yang dilengkapi pengukur tinggi bukanlah alat yang akurat
mengukur tinggi badan.
Untuk anak dibawah 2tahun, lakukanlah pengukuran panjang badan dengan
menempatkan bayi atau anak dalam posisi berbaring telentang pada papan pengukur atau
di tempat nampan bayi pada alat timbang bayi. Pengukuran langsung panjang bayi
menggunakan pita pengukur bukanlah acara yang akurat kecuali terdapat tenaga asisten
yang menolong memegang bayi tersebut agar tidak bergerak dengan sendi pangkal paha
dan lutut berada dalam posisi ekstensi.
B. Berat badan
Lakukan penimbangan berat badan bayi secara langsung dengan alat timbang bayi;
cara ini lebih akurat daripada metode tidak-langsung yang berdasarkan penimbangan
bersama ibu dan anaknya dan kemudian mengurangi total berat tersebut dengan berat
badan ibu. Bayi harus hanya menggunakan popok atau ditimbang dalam keadaan
telanjang. Anak yang dapat berdiri harus ditimbang hanya dengan menggunakan celana
dalam pada alat timbangan berdiri. Idealnya, pengukuran berat dan tinggi badan secara
serial harus menggunakan alat ukur yang sama.
C. Lingkar kepala

Lingkar kepala bayi harus diukur selama usia 2 tahun pertama, walau pengukuran ini
dapat dilakukan pada segala usia untuk menilai pertumbuhan kepala anak. Lingkar kepala
bayi mencerminkan laju pertumbuhan cranium dan otak. Pada anak yang lebih tua, ukuran
kepala dipengaruhi oleh factor genetic, dan pengukuran kepala orang tua mungkin
bermanfaat kalau anak mereka memiliki ukuran kepala yang abnormal.
Untuk mengukur lingkar kepala, tempatkan pita pengukur pada prominensia
oksipitalis, parietalis, dan frontalis sehingga didapat hasil pengukuran lingkar yang
maksimal. Pada bayi, pengukuran ini paling baik bia dilakukan pada saat bayi dibaringkan
telentang. Mungkin anda perlu melakukan beberapa kali pengukuran dan jika demikian,
gunakan hasil pengukuran yang paling besar.

1.2.2 Pemeriksaan Fisik Umum.


A. Tekanan darah
Anak akan mengalami peningkatan tekanan darah saat melakukan aktifitas fisik,
menangis, dan berada dalam keadaan cemas. Meskipun anak kecil mula-mula mengalami
rasa cemas, sebagian besar anak akan merasa kooperatif ketika prosedur pemeriksaan
tekanan darah sudah dijelaskan dan diperagakan sebelumnya. Jika tekanan darah pada
awal pemeriksaan meninggi,

anda dapat mengukurnya sekali lagi pada akhir

pemeriksaan; salah satu trik untuk memudahkan pengukuran ini, adalah dengan
membiarkan manset melilit pada lengan anak dan mengurangi pengukurannya kemudian.
Hasil pengukuran yang tinggi harus dikonfirmasikan dengan beberapa kali pengukuran
sebelumnya.
Lakukan pemilihan manset tensimeter sebagaimana yang dilakukan pada pasien
dewasa. Manset tersebut harus cukup lebar untuk menutupi dua per tiga lengan atas atau
tungkai atas. Manset yang lebih sempit akan memberikan hasil peningkatan tekanan darah
yang salah, sedangkan manset yang lebih lebar akan mengurangi hasil pengukuran yang
sebenarnya dan mengganggu penempatan ujung membrane stetoskop yang tepat diatas
pembuluh arteri.
Seperti pada orang dewasa, titik dengan bunyi korotkoff menghilang, menunjukkan
tekanan diastolic. Khusus pada anak yang gemuk, bunyi korotkoff kadang kadang sulit
8

didengar. Pada keadaan seperti ini, anda dapat menggunakan metode palpasi untuk
menentukan tekanan darah sistolik dengan mengingat tekanan sistolik yang diukur dengan
cara palpasi lebih rendah lebih-kurang 10 mmHg dibanding tekanan sistolik yang diukur
dengan cara auskultasi.
Pengukuran tekanan darah sistolik yang paling mudah dilakukan pada bayi dan anak
kecil adalah dengan menggunakan metode Doppler yang akan mendeteksi getaran aliran
darah arterial; hasil pemeriksaan lalu dikonversikan secara otomatis oleh alat Doppler
menjadi tingkat tekanan darah sistolik.
B. Denyut nadi
Frekuensi jantung pada bayi dan anak cukup bervariasi. Frekuensi jantung pada usia
ini lebih sensitive terhadap pengaruh keadaan sakit, aktifitas fisik, dan keadaan emosi
dibanding pada orang dewasa. Strategi terbaik adalah dengan palpasi arteri femoralis di
daerah inguinal atau palpasi arteri brakialis pada fosa antekubiti, atau dengan auskultasi
jantung.
C. Frekuensi pernapasan
Seperti halnya frekuensi jantung, frekuensi pernapasan pada bayi dan anak memiliki
kisaran yang lebih lebar serta bersifat lebih responsive terhadap keadaan sakit, aktifitas
fisik, dan emosi jika dibanding dengan frekuensi pernapasan orang dewasa.
Pada anak yang kecil, amati gerakan dinding dada selama satu menit atau dua kali
interval yang lamanya masing-masing 30 detik; pengamatan sebaiknya dilakukan sebelum
tindakan yang dapat menstimulasi gerakan napas tersebut. Auskultasi langsung pada dada
atau penempatan stetoskop didepan mulut pasien juga dapat membantu kita dalam
menghitung frekuensi pernapasan; namun, cara pengukuran ini dapat memberikan hasil
yang salah jika anak merasa terganggu.

1.3 Pemeriksaan Neurologis


Di atas usia bayi, pada saat reflex primitive sudah menghilang, pemeriksaan neurologi
meliputi komponen pemeriksaan yang dievaluasi pada pasien dewasa.
9

Bagian terpenting dalam pemeriksaan motorik pada anak adalah mengamati cara berjalan
saat berjalan dan, terutama, saat berlari. Perhatikan setiap ketidaksimetrisan, kelemahan, cara
berjalan yang goyah atau aneh yang abnormal. Cobalah anak untuk berjalan dengantumit
dirapatkan pada ujung ibu jari kaki, melonjak, dan melompat ke depan. Gunakan mainan untuk
menguji koordinasi dankekuatan ekstremitas atas.
Jika anda mengkhawatirkan kekuatan anak, minta anak untuk berbaring di lantai,
kemudian berdiri; amati tahap-tahap dalam melakukan gerakan tersebut. Sebagian besar anak
normal akan duduk dahulu, kemudian menekuk sendi lutut serta meluruskan lengannya untuk
bertumpu pada lantai dan akhirny berdiri.
Kecenderungan menggunakan tangan terlihat pada kebanyakan anak yang sudah berusia 2
tahun dan jarang ditemukan pada anak yang berusia kurang dari 18 bulan.
Pemeriksaan sensorik dapat dilakukan dengan menggunakan bola kapas atau dengan
menggelitik anak. Cara ini sebaiknya dikerjakan dengan meminta anak menutup matanya. Jangan
menggunakan jarum atau benda lain untuk menilai sensasi anak karena perbuatan ini dapat
mengakibatkan anak tidak kooperatif dan tidak senang.
Reflex tendon dapat diuji seperti pasien dewasa. Pertama tama peragakan penggunaan
palu reflex pada tangan anak untuk meyakinkan bahwa pemeriksaan ini tidak akan menyakiti
dirinya. Anak akan merasa senang jika lututnya melonjak ketika anda memeriksa reflex lutut.
Anda perlu sikap kooperatif anak dan kesediaannya untuk menutup mata pada saat pemeriksaan
dikerjakan karena rasa tegang akan mempengaruhi hasil pemeriksaan.
Pemeriksaan fungsi serebelum dapat dilakukan dengan meminta anak menggunakan jari
tangannya untuk menunjuk hidungnya dan melakukan gerakan tangan atau jari tangan silih
berganti dengan cepat. Anak di atas umur 5 tahun harus dapat membedakan kanan dan kiri
sehingga anda dapat memintanya melakukan tugas pembedaan kanan-kiri sebagaimana dilakukan
pada pasien dewasa.

1.3.1 Pelaksanaan dan Penilaian Pemeriksaan Sistem Neurologis

Persiapan Alat
-

Penlight
1

Penggaris

Kapas lilin

Bahan / benda untuk dcium

Jarum

Air hangat atau dingin.

Gula / garam

Persiapan lingkungan
-

Menyuiapkan lingkungan yang tenang

Memaasang tirai sekitar pasien

Persiapan Pasien
Melakukan pendekatan kepada anak / ibu dan menjelaskan tentrang pemeriksaan yang akan
dilakukan.
Pelaksanaan
1. TES FUNGSI SEREBRAL
a. Tingkat kesedaran GCS ( Nilai normal 15 )
1)

Respon membuka mata = 4

2)

Respon verbal

3)

Respon motorik

= 5
= 6

Pemeriksaan :
1) Respon mata

Membuka mata spontan

(4)

Buka mata atas perintah

(3)

Buka mata terhadap nyeri

(2)

Tidak ada respon

(1)

2) Respon verbal

Respon verbal

tepat

(5)

Bingung

(4)

Berkata-kata respon tidak tepat

(3)

Respon tidak bermakana

(2)
1

Tidak ada respon

(1)

3) Respon motorik

Sesuai perintah verbal

(6)

Mengenali nyeri local

Menarik diri dari rangsangan nyeri (4)

Fleksi abnormal

Ektensi abnormal ( Decerebrasi ) (2)

Tidak da respon

(5)

( Dekortikasi ) (3)

(1)

b. Status mental
-

Orentasi

Daya ingat

Perhatian dan Perhitungan

Fungsi bahasa

c.

Pengkajian bicara
-

Proeses resertif : ucap baca

Proses exspresive : ekspresi

2. Tes Funfsi Cerebelum


a. Untuk keseimbangan : Jalan dengan satu kaki dalam satu garis luus
b. Fungsi koordinasi
c. Postur tubuh
3. Tes fungsi sensorik
a. Rasa sakit
b. Vibrasi : Pemeriksaan dengan garpu tala
c. Posisi : ujung jari jari disentuh dengan ibu jari.
d. Sentuhan kapas
e. Diskriminasi: stereogenesis, grafhestesia, two poin stimulation.
4. Tes Fungsi Motorik
Terdapat 3 hal yang perlu diperhatikan :
1)Masa otot

: Hipertropi, normal, atropi.


1

2) Tonus otot : Hipertonik atau hipotonik


3) Kekuatan otot : Pemeriksa menggerakan pasien menahan tau pasien menggerakan pasien
menahan.
Penilaian :
0

Tidak ada kontraksi

Terlihat kontraksi tapi tidak ada pergerakan pada sendi

Ada gerakan pada sendi tapi tidak dapat melawan grafitasi

Bisa melawan gravitasi tapi tidak bisa menahan tahanan pemeriksa

Bisa bergerak melawan tahanan pemeriksa dengan tahanan minimal

Dapat melawan kekuatan pemeriksa dengan kekuatan maksimal.

1.4 Pemeriksaan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak


1.4.1 Growth chart
Banyak orang tua terlalu terpaku pada standar berat badan yang sering terdapat di
beberapa publikasi dan langsung panik begitu Dokter mendiagnosa si kecil kurang gizi hanya
karena berat badannya yang dianggap minumum. Anak yang gemuk tidak berarti sehat dan anak
yang kuruspun tidak berarti tidak sehat.
Salah satu alat yang dapat digunakan untuk memonitor perkembangan berat badan sikecil
adalah Growth Chart. Growth chart merupakan suatu tabel yang dapat digunakan untuk
mengukur dan mendokumentasikan perkembangan berat badan dan tinggi badan seorang anak.
Growth chart dibuat berdasarkan pertumbuhan anak yang dipantau secara rutin. Data yang
dibutuhkan adalah berat & tinggi badan anak yang di-plot ke dalam tabel Growth Chart.
Kemudian dari growth chart tersebut dapat terlihat suatu tren atau pola pertumbuhan untuk tiap
anak, sehingga orang tua dapat mengetahui secara dini apakah terdapat masalah atau
pertumbuhan memprihatinkan.

Ketika kita membuka grafik pertumbuhan, maka kita akan melihat 7 kurva dengan pola
yg sama. Tiap kurva tsb mewakili persentil yg berbeda : 5th, 10th, 25th, 50th, 75th, 90th, dan
1

95th. Persentil 50th menunjukkan rata-rata nilai pada umur tsb. Selain itu ada juga grafik dengan
tambahan persentil 10th, 25th, 50th, 75th, 90th, dan 97th Biasanya dokter menggunakan grafik
ini jika angka yang di-plot berada di luar dari kurva yg standar.
Persentil menunjukkan persentase nilai pada umur tsb dari suatu populasi. Misalnya,
seorang anak memiliki BB di persentil 20th, berarti 80% dari anak-anak sebayanya memiliki
berat di atas anak tsb, dan 20% lainnya memiliki berat di bawah anak tsb.
Pertumbuhan seorang anak akan di-plot pada persentil tsb. Untuk mempelajari lebih jauh
tentang bagaimana membaca atau menginterpretasikan grafik tsb, perhatikan contoh berikut.
Seorang bayi yg memiliki lingkar kepala persentil 90th akan di-plot disebelah kanan dari kurva
kedua dari atas pada grafik pertumbuhan. Jadi termasuk kurva persentil 90th.
Artinya lingkar kepala bayi tsb termasuk >= 90% dari total populasi anak seusianya yang
ada di negara tsb. Sedangkan 10% dari populasi anak memiliki ukuran lebih dari itu. Jika berat
badan seorg anak berumur 4 tahun berada pada persentil 20th, berarti ia berada pada kurva di
antara 10th dan 25th. Ini artinya juga 80% dari anak-anak sebayanya memiliki berat di atas anak
tsb, dan 20% lainnya memiliki berat di bawah anak tsb. Kesimpulannya, besar atau rendahnya
persentil tidak berarti menunjukkan adanya masalah. Seorang bayi dengan lingkar kepala di
persentil 90th dapat memiliki berat badan & tinggi badan di persentil 90th. Ini artinya dia
termasuk anak normal yang berperawakan besar. Bisa jadi ia anak dari seorang atlet. Sebaliknya,
anak yg memiliki berat badan di persentil 20th bisa jadi memiliki orang tua yang tinggi &
beratnya juga di bawah rata-rata. Jadi sangat normal jika sang anak berada pada persentil 20th.
Namun demikian, ada juga pola grafik yang naik tajam atau turun drastis atau grafik berada pada
kurva paling ekstrim (di luar dari semua kurva).
Sebagai contoh, seorang anak memiliki berat badan (BB) di bawah persentil 5th, maka ia
dimasukkan dalam kategori underweight (BB kurang). Sedangkan anak dg BB di persentil 85th
akan dimasukkan dalam kategori overweight (beresiko obesitas) dan mereka yg memiliki BB di
persentil di atas 95th digolongkan dalam obesitas. Terkadang ada juga grafik dengan kurva
melebihi persentil 95th atau saling silang antar kurva persentil. Misalkan, awalnya ia berada di
kurva persentil 40th kemudian langsung loncat ke persentil 75th. Artinya tanpa melewati persentil
50th dan 75th. Jika hal tsb terjadi, maka perlu diperhatikan penyebab terjadinya kondisi tsb. Di
lain pihak, dapat juga terjadi pengukuran atau pola grafik jatuh di bawah persentil 5th atau saling
silang antar kurva persentil. Misalkan, turun drastis dari persentil 50th ke 20th. Jika hal itu
1

terjadi, maka dokter akan mengevaluasi kemungkinan adanya gangguan kesehatan yg


mempengaruhi pertumbuhan sang anak. Apa yang dapat growth chart jelaskan tentang
pertumbuhan anak kita ? Meskipun grafik pertumbuhan (growth chart) adalah alat ukur yg sangat
berharga, alangkah baiknya dokter ataupun orang tua tidak terfokus pada angka-angka atau kurva
yg terdapat dalam grafik. Sebaliknya, angka-angka tsb seharusnya dilihat sbg sebuah trend.
Grafik pertumbuhan dapat juga memberikan kesan yg salah tentang kondisi pertumbuhan anak
kita. Contohnya, seorang anak memiliki tinggi badan (TB) di persentil 5th. Bukan berarti ia
memiliki masalah kesehatan. Apalagi jika pola grafik atau trend kurvanya menunjukkan bahwa ia
memang selalu berada di kurva persentil 5th (sejak bayi hingga kini, sang anak selalu berada
dalam kurva persentil 5th). Analisanya, bisa jadi sang anak mendapatkan gen pendek dari sang
orang tua yg juga pendek.
Jika dokter atau orangtua terpaku pada angka di grafik pertumbuhan (bukan trend grafik
pertumbuhan), maka bisa jadi kita akan salah menilai pertumbuhan anak kita. Khawatir terhadap
hal yg salah. Ketika grafik pertumbuhan dibaca & dianalisa berulang kali, maka grafik tsb akan
mengungkapkan suatu pola pertumbuhan. Pola tersebut akan memberitahukan kita bagaimana
pertumbuhan anak kita dibandingkan dengan anak-anak sebayanya. Selain itu, pola tsb juga
menunjukkan kepada kita bagaimana progress sang anak dari pengukuran sebelumnya. Grafik
pertumbuhan akan sangat bermanfaat jika dilihat sbg pola pertumbuhan anak dibandingkan
dengan melihat angka per angka.

1.4.2 Child development ( Denver Test )


Denver II adalah revisi utama dari standardisasi ulang dari Denver Development
Screening Test (DDST) dan Revisied Denver Developmental Screening Test (DDST-R). Adalah
salah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak. Tes ini bukan tes
diagnostik atau tes IQ. Waktu yang dibutuhkan 15-20 menit.
a. Aspek Perkembangan yang dinilai
Terdiri dari 125 tugas perkembangan.
Tugas yang diperiksa setiap kali skrining hanya berkisar 25-30 tugas
Ada 4 sektor perkembangan yang dinilai:
1

1) Personal Social (perilaku sosial)


Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi
dengan lingkungannya.
2) Fine Motor Adaptive (gerakan motorik halus)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan
gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil,
tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.
3) Language (bahasa)
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara
spontan
4) Gross motor (gerakan motorik kasar)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
b. Alat yang digunakan
Alat peraga: benang wol merah, kismis/ manik-manik, Peralatan makan, peralatan gosok
gigi, kartu/ permainan ular tangga, pakaian, buku gambar/ kertas, pensil, kubus warna
merah-kuning-hijau-biru, kertas warna (tergantung usia kronologis anak saat diperiksa).
Lembar formulir DDST II
Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes dan cara
penilaiannya.
c. Prosedur DDST terdiri dari 2 tahap, yaitu:
1) Tahap pertama: secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia:
3-6 bulan
9-12 bulan
18-24 bulan
3 tahun
4 tahun
5 tahun
2) Tahap kedua: dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan perkembangan pada
tahap pertama. Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi diagnostik yang lengkap.
1

d. Penilaian
Jika Lulus (Passed = P), gagal (Fail = F), ataukah anak tidak mendapat kesempatan
melakukan tugas (No Opportunity = NO).
CARA PEMERIKSAAN DDST II
1. Tetapkan umur kronologis anak, tanyakan tanggal lahir anak yang akan diperiksa. Gunakan
patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk satu tahun.
2. Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah, jika sama dengan atau
lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas.
3. Tarik garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garis horisontal tugas perkembangan
pada formulir DDST.
4. Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan berapa yang F.
5. Berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam: Normal, Abnormal, Meragukan dan
tidak dapat dites.
1) Abnormal
a) Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih
b) Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan Plus 1 sektor atau
lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus
pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia .
2) Meragukan
a) Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih
b) Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama
tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.
3) Tidak dapat dites
Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau meragukan.
4) Normal
Semua yang tidak tercantum dalam kriteria di atas.
Pada anak-anak yang lahir prematur, usia disesuaikan hanya sampai anak usia 2 tahun:
Contoh perhitungan anak dengan prematur:

An. Lula lahir prematur pada kehamilan 32 minggu, lahir pada tanggal 5 Agustus 2006.
Diperiksa perkembangannya dengan DDST II pada tanggal 1 April 2008. Hitung usia
kronologis An. Lula!
Diketahui:
Tanggal lahir An. Lula : 5-8-2006
Tanggal periksa : 1-4-2008
Prematur : 32 minggu
Ditanyakan:
Berapa usia kronologis An. Lula?
Jawab:
2008 4 1 An. Lula prematur 32 minggu
2006 8 5 Aterm = 37 minggu
_________ - Maka 37 32 = 5 minggu
1 7 -26
Jadi usia An. Lula jika aterm (tidak prematur) adalah 1 tahun 7 bulan 26 hari atau
1 tahun 8 bulan atau 20 bulan
Usia tersebut dikurangi usia keprematurannya yaitu 5 minggu X 7 hari = 35 hari, sehingga
usia kronologis An. Lula untuk pemeriksaan DDST II adalah:
1 tahun 7 bulan 26 hari 35 hari = 1 tahun 6 bulan 21 hari
Atau
1 tahun 7 bulan atau 19 bulan
Interpretasi dari nilai Denver II
Advanced
Melewati pokok secara lengkap ke kanan dari garis usia kronologis (dilewati pada kurang
dari 25% anak pada usia lebih besar dari anak tersebut)
OK
Melewati, gagal, atau menolak pokok yang dipotong berdasarkan garis usia antara
persentil ke-25 dan ke-75
Caution
2

Gagal atau menolak pokok yang dipotong berdasarkan garis usia kronologis di atas atau
diantara persentil ke-75 dan ke-90
Delay
Gagal pada suatu pokok secara menyeluruh ke arah kiri garis usia kronologis; penolakan
ke kiri garis usia juga dapat dianggap sebagai kelambatan, karena alasan untuk menolak
mungkin adalah ketidakmampuan untuk melakukan tugas tertentu
Interpretasi tes
Normal
Tidak ada kelambatan dan maksimum dari satu kewaspadaan
Suspect
Satu atau lebih kelambatan dan/ atau dua atau lebih banyak kewaspadaan
Untestable
Penolakan pada satu atau lebih pokok dengan lengkap ke kiri garis usia atau pada lebih
dari satu pokok titik potong berdasarkan garis usia pada area 75% sampai 90%
Rekomendasi untuk rujukan tes Suspect dan Untestable:
Skrining ulang pada 1 sampai 2 minggu untuk mengesampingkan faktor temporer

Dari gejala fisik yang ditemukan, kemungkinan yang dapat terjadi adalah : kwashiorkor,
marasmus , atau infeksi kronis.

2 Etiologi
2.1 Kwashiorkor
Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang berlansung
kronis. Faktor yang dapat menyebabkan hal tersbut diatas antara lain (5):
1. Pola makan

Protein (dan asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh dan
berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semua
makanan mengandung protein/ asam amino yang memadai. Bayi yang masih menyusui
umumnya mendapatkan protein dari ASI yang diberikan ibunya, namun bagi yang tidak
memperoleh ASI protein adri sumber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu dan lain-lain)
sangatlah dibutuhkan

(6)

. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi

anak berperan penting terhadap terjadi kwashiorkhor, terutama pada masa peralihan ASI
ke makanan pengganti ASI (2).
2. Faktor sosial
Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, keadaan sosial dan politik tidak
stabil (7), ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan tertentu dan sudah berlansung
turun-turun dapat menjadi hal yang menyebabkan terjadinya kwashiorkor (5).
3. Faktor ekonomi
Kemiskinan keluarga/ penghasilan yang rendah yang tidak dapat memenuhi kebutuhan
berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi, saat dimana ibunya pun tidak
dapat mencukupi kebutuhan proteinnya (2).
4. Faktor infeksi dan penyakit lain
Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara MEP dan infeksi. Infeksi derajat
apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Dan sebaliknya MEP, walaupun dalam derajat ringan
akan menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi.

2.2. Marasmus
Marasmus ialah suatu bentuk kurang kalori-protein yang berat. Keadaan ini merupakan hasil
akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi. Selain factor lingkungan,
ada beberapa factor lain pada diri anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh
terhadap terjadinya marasmus.

Secara garis besar sebab-sebab marasmus ialah sebagai berikut :


1. Masukan makanan yang kurang
Marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit, pemberian makanan yang tidak sesuai
dengan dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak; misalnya pemakaian secara luas
susu kaleng yang terlalu encer.
2. Infeksi
Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enternal misalnya infantile
gastroenteritis, bronchopneumonia, pielonephritis dan sifilis kongenital.
3. Kelainan struktur bawaan
Misalnya: penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschprung, deformitas palatum, palatoschizis,
micrognathia, stenosis pylorus, hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pancreas.
4. Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus
Pada keadaan-keadaan tersebut pemberian ASI kurang akibat reflek mengisap yang kurang kuat.
5. Pemberian ASI
Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang cukup.
6. Ganguan metabolik
Misalnya: renal asidosis, idiophatic hypercalcemia, galactosemia, lactose intolerance.
7. Tumor hypothalamus
Jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila penyebab marasmus yang kurang akan menimbulkan
marasmus.
8. Penyapihan
Penyapihan yang terlalu disini disertai dengan pemberian makanan yang kurang akan
menimbulkan marasmus.
9. Urbanisasi
Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk timbulnya marasmus,
meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula perubahan kebiasaan penyapihan dini dan kemudian
diikuti pemberian susu manis dan susu yang terlalu encer akibat dari tidak mampu membeli susu;
dan bila disertai dengan infeksi berulang terutama gastro enteristis akan menyebabkan anak jatuh
dalam marasmus.

3 Epidemiologi
Kasus ini sering dijumpai di daerah miskin, persediaan makanan yang terbatas, dan tingkat
pendidikan yang rendah. Penyakit ini menjadi masalah di negara-negara miskin dan berkembang
di Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Asia Selatan. Di negara maju sepeti Amerika
Serikat kwashiorkor merupakan kasus yang langka.
Berdasarkan SUSENAS ( survey sosial ekonomi nasional) (2002), 26% balita di Indonesia
menderita gizi kurang dan 8% balita menderita gizi buruk (marasmus, kwashiorkor, marasmuskwashiorkor) .

4 Patofisiologi
Sebenarnya malnutrisi merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat banyak faktor.
Faktor-faktor ini dapat digolongkan atas tiga faktor penting yaitu : tubuh sendiri (host), agent
(kuman penyebab), environment (lingkungan). Memang factor diet (makanan) memegang
peranan penting tetapi faktor lain ikut menentukan.
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebih,
karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya. Kelainan yang
mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang menyebabkan edema dan
perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet, akanterjadi kekurangan berbagai asam
amino esensial dalam serum yang diperlukan untuk sintesis dan metabolisme. Selama diet
mengandung cukup KH, maka produksi insulin akan meningkat dan sebagian asam amino dalam
serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan ke jaringan otot. Makin
berkurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin
hepar, yang berakibat timbulnya edema. Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan
beta-lipoprotein, sehingga transport lemak dari hati ke depot terganggu, dengan akibat terjadinya
penimbunan lemak di hati.

5. Pemeriksaan Laboratorium
Penurunan kadar albumin serum merupakan perubahan yang paling khas. Ketonuria sering ada
pada stadium awal kekurangan makan tetapi sering sekali menghilang pada waktu akhir. Harga
glukosa darah rendah tetapi kurve toleransi glukosa dapat bertipe diabetic. Ekskresi
hidroksiprolin urin yang berhubungan dengan kreatinin dapat turun. Angka asam amino esensial
plasma dapat turun relative terhadap angka asam amino non-esensial, dan dapat menambah
aminoasiduria. Defisiensi kalium dan magnesium sering ada. Kadar kolesterol serum rendah,
tetapi kadar ini kembali ke normal sesuadah beberapa hari pengobatan. Angka amylase, esterase,
kolinesterase, transaminase, lipase, alkaline fosfatase serum turun. Ada penurunan aktivitas
enzim pancreas dan santhin oksidase, tetapi angka kembali normal segera sesudah mulai
pengobatan. Anemia dapat normositik, mikrositik atau makrositik. Tanda-tanda defisiensi vitamin
dan mineral biasanya jelas. Pertumbuhan tulang biasanya terlambat. Sekresi hormone
pertumbuhan mungkin bertambah.

6. Diagnosis
6.1 Manifestasi Klinik Kwashiorkor
1. Secara umum anak tampak sembab, letargik, cengeng, dan mudah terangsang. Pada tahap
lanjut anak menjadi apatik, sopor atau koma.
2. Gejala terpenting adalah pertumbuhan yang terhambat, berat dan tinggi badan lebih rendah
dibandingkan dengan BB baku. Penurunana BB ini tidak mencolok atau mungkin
tersamar bila dijumpai edema anasarka.
3. Sebagian besar kasus menunjukkan adanya edema, baik derajat ringan maupun berat.
Edema ini muncul dini, pertama kali terjadi pada alat dalam, kemudian muka, lengan,
tungkai, rongga tubuh, dan pada stadium lanjut mungkin edema anasarka.
4. Jaringan otot mengecil dengan tonusnya yang menurun, jaringan subkutan tipis dan
lembek.

5. Kelainan gastrointestinal yang mencolok adalah anoreksia dan diare. Diare terdapat pada
sebagian besar penderita, yang selain infeksipenyebabnya mungkin karena gangguan
fungsi hati, pankreas, atau usus (atrofi). Intoleransi laktosa juga bisa terjadi.
6. Rambut berwarna pirang, berstruktur kasar dan kaku, serta mudah dicabut. Pada taho
lanjut, terlihat lebih kusam, jarang, kering, halus, dan berwarna pucat atau putih, juga
dikenal signo de bandero.

6.2 Manifestasi Klinik Marasmus


1. Penampilan : Muka seorang penderita marasmus menunjukkan wajah seorang tua. Anak
terlihat sangat kurus (vel over been) karena hilangnya sebagian besar lemak dan otot-ototnya
2. Perubahan Mental : Anak menangis, juga setelah mendapat makan oleh sebab masih merasa
lapar. Kesadaran yang menurun (apatis terdapat pada penderita marasmus yang berat )
3. Kelainan pada kulit tubuh : Kulit biasanya kering, dingin, dan mengendor disebabkan
kehilangan banyak lemak dibawah kulit serta otot-ototnya.
4. Kelainan pada rambut kepala : Walaupun tidak sering seperti pada penderita kwashiorkor,
adakalanya tampak rambut yang kering, tipis dan mudah rontok.
5. Lemak di bawah kulit : Lemak subkutan menghilang hingga turgor kulit mengurang.
6. Otot-otot : Otot-otot atrofis, hingga tulang-tulang terlihat lebih jelas (gambar 10.15).
7. Saluran pencernaan : Penderita marasmus lebih sering menderita diare atau konstipasi.
8. Jantung : Tidak jarang terdapat bradikardi.
9. Tekanan darah : Pada umumnya tekanan darah penderita lebih rendah dibandingkan dengan
anak sehat seumur.
10. Saluran nafas : Terdapat pula frekuensi pernafasan yang mengurang.
11. Sistem darah : Pada umumnya ditemukan kadar hemoglobin yang agak rendah.

7 Differential Diagnosis
Diagnose banding kehilangan protein adalah infeksi kronik, penyakit menyebabkan kehilangan
protein berlebihan melalui urine atau tinja, dan keadaan ketidakmampuan metabolic untuk
mensintesis protein.
2

Perbedaan Kwashiorkor dan Marasmus


Gejala / tanda klinis
Wajah

Kwashiorkor
Bulat seperti bulan

Marasmus
Runcing, kurus, tampak lebih

Sinar Mata
Status Mental
Rambut

Sayu
Apatis
Kemerahan, jarang, kasar,

tua
Sayu
Cengeng
Hitam, masih normal

Jar.Lemak Sub kutis


Kulit

mudah dicabut / rontok


Masih ada
Tidak keriput kecuali pada

Sangat sedikit / tidak ada


Keriput, longgar

Dermatosis
Torak : - Iga

aksila / lipatan
Sering ( crazy pavement )
Masih tampak Normal

Tidak ada
Seperti gambang

- Sela iga
Abdma : - Bentuk

Kadang tertutup oedem


Biasa / cembung

Cekung
Cekung / Scaphoid

Membesar, mengecil jika

Normal, jarang membesar

Hepar

sirosis
- Asites
Ekstremitas : - Otot

Kadang +
Hipotrofik

Tidak ada
Hipotrofik / Atrofik

- Edema
Antropometri : BB

+ ( selalu )
> 60 % BB-baku

Tidak ada
< 60 % BB=baku

TB

<

<<

BB / TB
Laboratorium : Albumin

Turun / normal
<<

Sangat turun
<

Kolesterol

<

<

Atau dapat juga gejala-gejala penyakit berikut :

7. 1 Akrodermatitis Enteropatika
Merupakan penyakit autosom resesif yang jarang ditemukan, disebabkan oleh kegagalan
menyerap seng dalam jumlah yang cukup dari makanan. Tanda dan gejala awal biasanya timbul
dalam beberapa bulan pertama kehidupab, sering setelah penyapihan. Eripsi kutan terdiri dari lesi
kulit psoriasis formis atau vesikulobulosa, eksimatosa, kering, berskuama yang tersebat simetris
2

pada perioral, akral, dan daerah perineal dan pada pipi, lutut, dan siku. Rambut sering berwarna
kemerahan yang aneh dan berbagai tingakatan alopesia merupakan gambaran khas penyakit ini.
Manifestasi okuler meliputi fotofobia, konjungtivitis, blefariatis, dan distrofi kornea, dapat
dideteksi dengan lampu celah. Manifestasi yang menyertai termasuk diare kronis, stomatitis,
glositis, paronikia, distrofi kuku, retardasi pertumbuhan, iritabilitas, penyembuhan luka yang
lama, infeksi bakteri interkueren, dan superinfeksi oleh Candidi albicans.

7.2 Defisiensi Asam Lemak Esensial


Menyebabkan dermatitis menyeluruh dengan skuama yang tersusun dari plak berdeskuamasi
tebal dan eritematosa. Erupsi telah diinduksi secara eksperimental pada hewan yang diberi makan
rendah lemak dan telah diteliti pada penderita dengan malabsorpsi berat kronis seperti sindrom
usus pendek dan pada individu yang berdiet rendah loemak bebas. Manifestasi tambahan
defisiens asam lemak esensial meliputi alopesia, trombositopenia, dan kegagalan pertumbuhan.
Lapisan menyerupai tanduk pada kulit terganggu dan kehilangan air melalui erpidermis
bertambah. Permberian asam linoleat topikal yang terdapat pada biji bunga matahari dapat
mengurangi manifestasi klinis dan biokimia kulit. Sebaiknya diberi nutrisi tepat.

7.3 Kistik Fibrosis


Lima sampai 10% penderita dengan kistik fibrosis mengalami malnutrisi kalori protein. Ruam
pada bati denhgan kistik fibrosis dan malnutrisi jarang dijumpai tetapi tampak pada usia 6 bulan.
Erupsi pemulaan terdiri dari papula eritematosa berskuama dan tumbuh dalam waktu 1-3 bulan
membentuk plak dekuamasi luas. Ruam lebih nyata disekitar mulit dan perineum dan pada
ekstremitas bawah atas. Dapat terjadi alopesia, tetapi membran mukosa dan kuku tidak terkena.

7.4 Pellagra
Penyakit ini berupa edem, eritema, dan perasaan terbakar pada daerah terpapar sinar matahari
pada wajah, leher, dan bagian dorsal tangan, lengan atas dan kaku. Lesi pellagra juga dapat
dibangkitkan dengan luka bakar, tekanan, gesekan, dan peradangan, erupsi pada wajah sering
diikuti penyebaran kupu-kupu dan dermatitis di sekeliling leher yang disebut kaling Casal. Lepuh
dan skuama terjadi dan kulit menjadi makin kering, kasar, tebal, retak, dan hiperpigmentasi.
Infeksi kulit jarang berat. Pellagra berkembang pada individu dengan pemasukan diet yang tidak
2

mencukupi atau absorpsi niasin dan triptofan. Pemberian isoniazid, 6-merkaptopurin atau 5fluorourasil juga dapat mengakibatkan oellagra. Suplementasi nikotinamid dan menghindari
matahari merupakan terapi utama.

8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan segera tiap masalah akut seperti masalah diare berat, gagal ginjal, dan
syok dan akhirnya penggantian nutrient yang hilang sangat penting. Dehidrasi sedang atau berat,
infeksi nampak atau dugaan, tanda-tanda mata dari defisiensi vitamin A, anemia berat,
hipoglikemia, diare terus-menerus atau berulang, lesi kulit dan membrane mukosa, anoreksia dan
hipotermia semua harus diobati. Untuk dehidrasi ringan sampai sedang, cairan diberikan oral atau
dengan pipa nasogastik. Sedangkan dehidrasi berat, cairan intravena diperlukan. Jika cairan
intravena tidak dapat diberikan, infuse intraosseus (sum-sum tulang belakang) atau
intraperitoneal 70 mL/kg larutan Ringer Laktat setengah kuat untuk menyelamatkan jiwa.
Antibiotik efektif harus diberikan parenteral selama 10 hari.
Bila dehidrasi terkoreksi, makanan peroral mulai dengan makanan susu encer sedikit
sering; kekentalan dan volume sedikit demi sedikit ditambah dan frekuensi dikurangi selama 5
hari berikutnya. Pada hari 6-8, anak harus mendapat 150 mL/kg/24 jam dalam 6 kali makan. Susu
sai atau yogurt untuk anak intoleran laktosa harus dibuat dengan 50 gr gula/L. Pada masa
penyembuhan, makanan energy tinggi terbuat dari susu, minyak dan gula yang diperlukan. Susu
skim, hidrolisat casein atau campuran asam amino sintetik sapat digunakan untuk menambah
cairan dasar dan regimen nutrisi.
Bila diet kalori tinggi dan protein tinggi diberikan terlalu awal atau cepat, hati dapat
menjadi besar, abdomen menjadi sangat kembung dan anak membaiknya lebih lambat. Lemak
sayur dapat diserap lebih baik daripada lemak susu sapi. Toleransi glukosa yang terganggu dapat
diperbaiki pada beberapa anak yang terkena dengan pemberian 250 g kromium klorida. Vitamin
dan mineral, terutama vitamin A, kalium dan magnesium diperlukan sejak permulaan
pengobatan. Besi dan asam folat biasanya memperbaiki anemia.

Infeksi bakteri harus diobati bersamaan dengan terapi diet, sedang pengobatan infestasi
parasit, jika tidak berat, dapat ditunda samapi penyembuhan mulai berlangsung.
Sesudah pengobatan dimulai, penderita dapat kehilangan berat badannya selama beberapa
minggu karena menghilangnya udem yang tampak dan tidak tampak. Enzim serum dan usus
kembali ke normal, penyerapan lemak dan usus kembali membaik.
Jika pertumbuhan dan perkembangan secara luas terganggu, retardasi mental dan fisik
dapat permanen. Makin muda bayi pada saat kekurangan, makin rusak pengaruh jangka lamanya.
Defisit dalam kemampuan pengertian dan abstrak terutama berakhir lama.

9. Pencegahan
Tindakan pencegahan penyakit KEP bertujuan untuk mengurangi insidensi KEP dan menurunkan
angka kematian sebagai akibatnya. Usaha disebut tadi mungkin dapat ditanggulangi oleh petugas
kesehatan tanpa menunggu perbaikan status social dan ekonomi golongan yang berkepentingan.
Akan tetapi tujuan yang lebih luas dalam pencegahan KEP ialah memperbaiki pertumbuhan fisik
dan perkembangan mental anak-anak Indonesia sehingga dapat menghasilkan manusia Indonesia
yang dapat bekerja baik dan memiliki kecerdasan yang cukup.
Ada berbagai macam cara intervensi gizi, masing-masing untuk mengatasi satu atau lebih dari
satu factor dasar penyebab KEP (Austin, 1981), yaitu :
1. Meningkatkan hasil produksi pertanian, supaya persediaan bahan makanan menjadi lebih
banyak, yang sekaligus merupakan tambahan penghasilan rakyat.
2. Penyediaan makanan formula yang mengandung tinggi protein dan tinggi energi untuk anakanak yang disiplin. Makanan demikian pada umumnya tidak terdapat dalam diet tradisi, tetapi
sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat pada anak-anak berumur 6 bulan
keatas. Formula tersebut dapat diberikan dalam program pemberian makanan suplementer
maupun dipasarkan dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat. Pembuatan makanan
demikian juga dapat diajarkan pada masyarakat sendiri sehingga juga merupakan pendidikan gizi.
3. Memperbaiki infrastruktur pemasaran. Infrastruktur pemasaran yang tidak baik akan
berpengaruh negative terhadap harga maupun kualitas bahan makanan.
4. Subsidi harga bahan makanan. Interfensi demikian bertujuan untuk membantu mereka yang
3

sangat terbatas penghasilannya.


5. Pemberian makanan suplementer. Dalam hal ini makanan diberikan secara cuma-cuma atau
dijual dengan harga minim. Makanan semacam ini terutama ditujukan pada anak-anak yang
termasuk golongan umur rawan akan penyakit KEP.
6. Pendidikan gizi. Tujuan pendidikan gizi ialah untuk mengajar rakyat mengubah kebiasaan
mereka dalam menanam bahan makanan dan cara menghidangkan makanan supaya mereka dan
anak-anaknya mendapat makanan yang lebih baik mutunya.

10. Prognosis
Penanganan dini pada kasus-kasus kwashiorkor umumnya memberikan hasil yang baik.
Penanganan yang terlambat (late stages) mungkin dapat memperbaiki status kesehatan anak
secara umum, namun anak dapat mengalami gangguan fisik yang permanen dan gangguan
intelektualnya. Kasus-kasus kwashiorkor yang tidak dilakukan penanganan atau penanganannya
yang terlambat, akanmemberikan akibta yang fatal .
Malnutrisi yang hebat mempunyai angka kematian yang tinggi, kematian sering disebabkan
oleh karena infeksi sering tidak dapat dibedakan antara kematian karena infeksi atau karena
malnutrisi sendiri.. Dalam beberapa hal walaupun kelihatannya pengobatan adekuat, bila
penyakitnya progesif kematian tidak dapat dihindari, mungkin disebabkan perubahan yang
irreversibel dari sel-sel tubuh akibat under nutrition.

11. Komplikasi
Anak dengan kwashiorkor akan lebih mudah untuk terkena infeksi dikarenakan lemahnya
sistem imun. Tinggi maksimal dan kempuan potensial untuk tumbuh tidak akan pernah dapat
dicapai oleh anak dengan riwayat kwashiorkor. Bukti secara statistik mengemukakan bahwa
kwashiorkor yang terjadi pada awal kehidupan (bayi dan anak-anak) dapat menurunkan IQ secara
permanen.

12. Penapisan ( Screening ) Malnutrisi


3

Penapisan malnutrisi yang dilakukan sebaiknya dengan metode mudah dan cepat. Metode yang
digunakan sebaiknya dapat mendeteksi seluruh pasien dengan risiko gangguan nutrisi. Ada empat
hal untuk mempredksi kemungkinan terjadinya malnutrisi pada seseorang yaitu berat badan
turun, asupan makan terakhir yang kurang, BMI saat diperiksa, dan berat nya penyakit. Salah satu
model yang digunakan untuk penapisan malnutrisi adalah yang digunakan oleh University
hospital of Nottingham
A

Indeks Massa tubuh ( kg / m2 )


a. > 20

=0

b. 18-20

=1

c. < 18
=2
Besar nya penurunan BB yang tidak diketahui
dalam 3 bulan terakhir

a. Tidak ada

=0

b. < 3 kg

=1

c. > 3 kg
=2
Asupan makanan yang terganggu dalam satu bulan
terakhir
a. Tidak ada

=0

b. Ya
=1
Faktor stress dan berat nya penyakit
a. Tidak ada
b. Moderate*
c. Berat**

=0
=1
=2

Penapisan = jika total skor 0-2 tidak perlu intervensi, jika total skor 3-4 diawasi dan dinilai dalam
1 minggu perawatan, jika > atau = 5 perlu intervensi nutrisi
* Pembedahan minor dan tanpa komplikasi, infeksi ringan, penyakit kronis ringan, diabetes
mellitus.
** Luka multiple, fraktur dan luka bakar multiple, trauma kepala, sepsis berat, kanker, bedah
mayor, komplikasi pasca bedah
3

DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo, Aru W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta : FK UI ; 2006. h. 313
2. Behrman RE, Kliegman R, Arvin AM. Nelson ilmu kesehatan anak. Edisi XV. Jakarta: EGC;
2000.h.211-3, 2326-7.
3. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Buku kuliah ilmu kesehatan anak. Jakarta:
Percetakan Infomedika Jakarta;2002.h.361-5.
4. Kamus Kedokteran Dorland Ed.29
5. Sumber lain
http://stikeskabmalang.wordpress.com/2009/09/01/konsep-marasmus/
www.scribd.com/doc/16551792/pemeriksaan-fisik-anak
http://medicafarma.blogspot.com/2008/03/kwashiorkor.html
http://beingmom.org/2006/08/pertumbuhan-ideal-pada-anak/

Вам также может понравиться

  • Referat Extrapiramidal
    Referat Extrapiramidal
    Документ25 страниц
    Referat Extrapiramidal
    Melissa Lee
    Оценок пока нет
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Документ1 страница
    Kata Pengantar
    kir4_yamat0
    Оценок пока нет
  • STUDI KOHORT
    STUDI KOHORT
    Документ32 страницы
    STUDI KOHORT
    kir4_yamat0
    100% (1)
  • Abortus Provokatus
    Abortus Provokatus
    Документ29 страниц
    Abortus Provokatus
    yunii
    100% (1)
  • Gilang Bhaskara 10 2008 095
    Gilang Bhaskara 10 2008 095
    Документ33 страницы
    Gilang Bhaskara 10 2008 095
    kir4_yamat0
    Оценок пока нет
  • HUKUM
    HUKUM
    Документ8 страниц
    HUKUM
    kir4_yamat0
    Оценок пока нет
  • Nistagmus
    Nistagmus
    Документ2 страницы
    Nistagmus
    kir4_yamat0
    Оценок пока нет
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Документ1 страница
    Daftar Pustaka
    kir4_yamat0
    Оценок пока нет
  • Sambungan
    Sambungan
    Документ4 страницы
    Sambungan
    kir4_yamat0
    Оценок пока нет
  • Tgs Faal EKG
    Tgs Faal EKG
    Документ4 страницы
    Tgs Faal EKG
    kir4_yamat0
    Оценок пока нет
  • GVGHVGHVHG
    GVGHVGHVHG
    Документ5 страниц
    GVGHVGHVHG
    kir4_yamat0
    Оценок пока нет
  • Kata Pengantarzzzzzz
    Kata Pengantarzzzzzz
    Документ1 страница
    Kata Pengantarzzzzzz
    kir4_yamat0
    Оценок пока нет
  • Hahah
    Hahah
    Документ25 страниц
    Hahah
    kir4_yamat0
    Оценок пока нет
  • JKNFJKNSDKFNKDFSN
    JKNFJKNSDKFNKDFSN
    Документ21 страница
    JKNFJKNSDKFNKDFSN
    kir4_yamat0
    Оценок пока нет
  • DFTR
    DFTR
    Документ1 страница
    DFTR
    yunii
    Оценок пока нет
  • Scribd Jimbetz
    Scribd Jimbetz
    Документ11 страниц
    Scribd Jimbetz
    kir4_yamat0
    Оценок пока нет
  • Makalah Klompok d3 Blok 30
    Makalah Klompok d3 Blok 30
    Документ40 страниц
    Makalah Klompok d3 Blok 30
    kir4_yamat0
    Оценок пока нет
  • Penda Hulu An
    Penda Hulu An
    Документ14 страниц
    Penda Hulu An
    kir4_yamat0
    Оценок пока нет
  • Tugas Farmako
    Tugas Farmako
    Документ2 страницы
    Tugas Farmako
    kir4_yamat0
    Оценок пока нет
  • Demam Berdarah Dengue
    Demam Berdarah Dengue
    Документ4 страницы
    Demam Berdarah Dengue
    Musmul Alqorub
    Оценок пока нет
  • Peredaran Darah Vena
    Peredaran Darah Vena
    Документ12 страниц
    Peredaran Darah Vena
    kir4_yamat0
    Оценок пока нет
  • Biokim
    Biokim
    Документ7 страниц
    Biokim
    kir4_yamat0
    Оценок пока нет
  • Demam Berdarah Dengue
    Demam Berdarah Dengue
    Документ4 страницы
    Demam Berdarah Dengue
    Musmul Alqorub
    Оценок пока нет
  • Pengaruh Pilokarpin
    Pengaruh Pilokarpin
    Документ1 страница
    Pengaruh Pilokarpin
    kir4_yamat0
    Оценок пока нет
  • Blok 13 PBL Tambahan
    Blok 13 PBL Tambahan
    Документ3 страницы
    Blok 13 PBL Tambahan
    kir4_yamat0
    Оценок пока нет
  • Praktikum Kesanggupan Kardiovaskular
    Praktikum Kesanggupan Kardiovaskular
    Документ7 страниц
    Praktikum Kesanggupan Kardiovaskular
    kir4_yamat0
    Оценок пока нет
  • Tgs Faal EKG
    Tgs Faal EKG
    Документ4 страницы
    Tgs Faal EKG
    kir4_yamat0
    Оценок пока нет
  • Berat Mencit
    Berat Mencit
    Документ3 страницы
    Berat Mencit
    Gilang Bhaskara
    Оценок пока нет
  • Biokim
    Biokim
    Документ7 страниц
    Biokim
    kir4_yamat0
    Оценок пока нет
  • Gilang Bhaskara 10 2008 095
    Gilang Bhaskara 10 2008 095
    Документ29 страниц
    Gilang Bhaskara 10 2008 095
    kir4_yamat0
    Оценок пока нет