Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BLOK 13
TUMBUH KEMBANG
DISUSUN OLEH :
GILANG BHASKARA
NIM : 10-2008-095
KELOMPOK A1
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
TAHUN 2009
KATA PENGANTAR
Masalah makanan / nutrisi memang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat
Indonesia. Indonesia sebagai Negara berkembang memang terkadang kesulitan bahan pangan
yang berhubungan dengan padat nya jumlah penduduk dalam negri. Hingga pada akhirnya kasus
malnutrisi / gizi buruk melanda negeri Indonesia ini Betapa mengerikan nya kita mendengar
tinggi nya insiden balita kekurangan nutrisi di surat kabar, televisi, atau media lainnya.
Makalah ini diharapkan dapat membantu pemahaman penulis dan pembaca dalam hal
pengertian gizi pada masa bayi hingga anak-anak khusus nya mengenai malnutrisi. Sehingga
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang gizi dari bayi hingga anak-anak kepada
masyarakat pada umum nya. Penulis sadar makalah ini masih menyimpan banyak kekurangan
karena itu kritik dan saran sangat diharapkan.
Akhir kata selamat membaca.
DAFTAR ISI
01. Skenario......................................................................................................................................4
02. STEP 1 IDENTIFIKASI ISTILAH YANG TAK DIKETAHUI............................................4
03. STEP 2 IDENTIFIKASI MASALAH..4
04. STEP 3 ANALISA MASALAH.......5
05. STEP 4 HIPOTESIS..5
06. STEP 5 SASARAN PEMBELAJARAN..................................................................................5
07. STEP 6 HASIL BELAJAR MANDIRI6
08. Pemeriksaan ................. ............................................................................................................6
09. Etiologi................................ 21
10. Epidemiologi........24
11. Patofisiologi.....................................................................................................................24
12.Pemeriksaan Laboratorium.......................................................................................................25
13. Diagnosis.................................................................................................................................25
14. Differential Diagnosis.............................................................................................................26
15. Penatalaksanaan......................................................................................................................27
16. Pencegahan..............................................................................................................................28
17. Prognosis.................................................................................................................................29
18. Komplikasi..............................................................................................................................29
19. Penapisan Malnutrisi...............................................................................................................29
20. Daftar Pustaka.........................................................................................................................31
SKENARIO
Seorang anak laki-laki yang berusia 5 tahun, dibawa ibu nya ke poliklinik RS UKRIDA karena
belum dapat bicara. Pada anamnesa didapatkan bahwa pada saat pasien berusia 1 bulan, ia pernah
dirawat di RSUD Tarakan selama 3 minggu karena infeksi otak dan kejang. Riwayat trauma
kepala (-),
Pada pemeriksaan fisik didapatkan data sbb :
BB 12 kg,
TB 97 cm,
VS : T : 37, 3 C
lingkar dada 50 cm
Pada pemeriksaan fisik ditemukan wajah anak tampak lebih tua daripada umur, mata sayu,
rambut kemerahan seperti jagung dan mudah rontok, kulit tidak keriput namun jaringan lemak
kulit sangat sedikit, perut sedikit membuncit, extremitas hipotrofik.
Pasien dapat berjalan dan berlari dengan baik, berdiri 1 kaki, naik sepeda roda tiga, dapat meniru
menggambar segitiga, serta mampu memakai dan melepaskan bajunya namun pasien hanya dapat
berkata mama, dada dan bergumam
Fisik
Anamnesis
Penunjang
Pemeriksaan
Prognosis
Patofisiologi
Working
Diagnosi
s
Differentia
l
Penatalaksanaan
NonFarmakologi
Etiologi
Farmakologi
STEP 4 HIPOTESIS
Terlambat bicara dapat diakibatkan oleh infeksi otak dan malnutrisi
Lingkar kepala bayi harus diukur selama usia 2 tahun pertama, walau pengukuran ini
dapat dilakukan pada segala usia untuk menilai pertumbuhan kepala anak. Lingkar kepala
bayi mencerminkan laju pertumbuhan cranium dan otak. Pada anak yang lebih tua, ukuran
kepala dipengaruhi oleh factor genetic, dan pengukuran kepala orang tua mungkin
bermanfaat kalau anak mereka memiliki ukuran kepala yang abnormal.
Untuk mengukur lingkar kepala, tempatkan pita pengukur pada prominensia
oksipitalis, parietalis, dan frontalis sehingga didapat hasil pengukuran lingkar yang
maksimal. Pada bayi, pengukuran ini paling baik bia dilakukan pada saat bayi dibaringkan
telentang. Mungkin anda perlu melakukan beberapa kali pengukuran dan jika demikian,
gunakan hasil pengukuran yang paling besar.
pemeriksaan; salah satu trik untuk memudahkan pengukuran ini, adalah dengan
membiarkan manset melilit pada lengan anak dan mengurangi pengukurannya kemudian.
Hasil pengukuran yang tinggi harus dikonfirmasikan dengan beberapa kali pengukuran
sebelumnya.
Lakukan pemilihan manset tensimeter sebagaimana yang dilakukan pada pasien
dewasa. Manset tersebut harus cukup lebar untuk menutupi dua per tiga lengan atas atau
tungkai atas. Manset yang lebih sempit akan memberikan hasil peningkatan tekanan darah
yang salah, sedangkan manset yang lebih lebar akan mengurangi hasil pengukuran yang
sebenarnya dan mengganggu penempatan ujung membrane stetoskop yang tepat diatas
pembuluh arteri.
Seperti pada orang dewasa, titik dengan bunyi korotkoff menghilang, menunjukkan
tekanan diastolic. Khusus pada anak yang gemuk, bunyi korotkoff kadang kadang sulit
8
didengar. Pada keadaan seperti ini, anda dapat menggunakan metode palpasi untuk
menentukan tekanan darah sistolik dengan mengingat tekanan sistolik yang diukur dengan
cara palpasi lebih rendah lebih-kurang 10 mmHg dibanding tekanan sistolik yang diukur
dengan cara auskultasi.
Pengukuran tekanan darah sistolik yang paling mudah dilakukan pada bayi dan anak
kecil adalah dengan menggunakan metode Doppler yang akan mendeteksi getaran aliran
darah arterial; hasil pemeriksaan lalu dikonversikan secara otomatis oleh alat Doppler
menjadi tingkat tekanan darah sistolik.
B. Denyut nadi
Frekuensi jantung pada bayi dan anak cukup bervariasi. Frekuensi jantung pada usia
ini lebih sensitive terhadap pengaruh keadaan sakit, aktifitas fisik, dan keadaan emosi
dibanding pada orang dewasa. Strategi terbaik adalah dengan palpasi arteri femoralis di
daerah inguinal atau palpasi arteri brakialis pada fosa antekubiti, atau dengan auskultasi
jantung.
C. Frekuensi pernapasan
Seperti halnya frekuensi jantung, frekuensi pernapasan pada bayi dan anak memiliki
kisaran yang lebih lebar serta bersifat lebih responsive terhadap keadaan sakit, aktifitas
fisik, dan emosi jika dibanding dengan frekuensi pernapasan orang dewasa.
Pada anak yang kecil, amati gerakan dinding dada selama satu menit atau dua kali
interval yang lamanya masing-masing 30 detik; pengamatan sebaiknya dilakukan sebelum
tindakan yang dapat menstimulasi gerakan napas tersebut. Auskultasi langsung pada dada
atau penempatan stetoskop didepan mulut pasien juga dapat membantu kita dalam
menghitung frekuensi pernapasan; namun, cara pengukuran ini dapat memberikan hasil
yang salah jika anak merasa terganggu.
Bagian terpenting dalam pemeriksaan motorik pada anak adalah mengamati cara berjalan
saat berjalan dan, terutama, saat berlari. Perhatikan setiap ketidaksimetrisan, kelemahan, cara
berjalan yang goyah atau aneh yang abnormal. Cobalah anak untuk berjalan dengantumit
dirapatkan pada ujung ibu jari kaki, melonjak, dan melompat ke depan. Gunakan mainan untuk
menguji koordinasi dankekuatan ekstremitas atas.
Jika anda mengkhawatirkan kekuatan anak, minta anak untuk berbaring di lantai,
kemudian berdiri; amati tahap-tahap dalam melakukan gerakan tersebut. Sebagian besar anak
normal akan duduk dahulu, kemudian menekuk sendi lutut serta meluruskan lengannya untuk
bertumpu pada lantai dan akhirny berdiri.
Kecenderungan menggunakan tangan terlihat pada kebanyakan anak yang sudah berusia 2
tahun dan jarang ditemukan pada anak yang berusia kurang dari 18 bulan.
Pemeriksaan sensorik dapat dilakukan dengan menggunakan bola kapas atau dengan
menggelitik anak. Cara ini sebaiknya dikerjakan dengan meminta anak menutup matanya. Jangan
menggunakan jarum atau benda lain untuk menilai sensasi anak karena perbuatan ini dapat
mengakibatkan anak tidak kooperatif dan tidak senang.
Reflex tendon dapat diuji seperti pasien dewasa. Pertama tama peragakan penggunaan
palu reflex pada tangan anak untuk meyakinkan bahwa pemeriksaan ini tidak akan menyakiti
dirinya. Anak akan merasa senang jika lututnya melonjak ketika anda memeriksa reflex lutut.
Anda perlu sikap kooperatif anak dan kesediaannya untuk menutup mata pada saat pemeriksaan
dikerjakan karena rasa tegang akan mempengaruhi hasil pemeriksaan.
Pemeriksaan fungsi serebelum dapat dilakukan dengan meminta anak menggunakan jari
tangannya untuk menunjuk hidungnya dan melakukan gerakan tangan atau jari tangan silih
berganti dengan cepat. Anak di atas umur 5 tahun harus dapat membedakan kanan dan kiri
sehingga anda dapat memintanya melakukan tugas pembedaan kanan-kiri sebagaimana dilakukan
pada pasien dewasa.
Persiapan Alat
-
Penlight
1
Penggaris
Kapas lilin
Jarum
Gula / garam
Persiapan lingkungan
-
Persiapan Pasien
Melakukan pendekatan kepada anak / ibu dan menjelaskan tentrang pemeriksaan yang akan
dilakukan.
Pelaksanaan
1. TES FUNGSI SEREBRAL
a. Tingkat kesedaran GCS ( Nilai normal 15 )
1)
2)
Respon verbal
3)
Respon motorik
= 5
= 6
Pemeriksaan :
1) Respon mata
(4)
(3)
(2)
(1)
2) Respon verbal
Respon verbal
tepat
(5)
Bingung
(4)
(3)
(2)
1
(1)
3) Respon motorik
(6)
Fleksi abnormal
Tidak da respon
(5)
( Dekortikasi ) (3)
(1)
b. Status mental
-
Orentasi
Daya ingat
Fungsi bahasa
c.
Pengkajian bicara
-
Ketika kita membuka grafik pertumbuhan, maka kita akan melihat 7 kurva dengan pola
yg sama. Tiap kurva tsb mewakili persentil yg berbeda : 5th, 10th, 25th, 50th, 75th, 90th, dan
1
95th. Persentil 50th menunjukkan rata-rata nilai pada umur tsb. Selain itu ada juga grafik dengan
tambahan persentil 10th, 25th, 50th, 75th, 90th, dan 97th Biasanya dokter menggunakan grafik
ini jika angka yang di-plot berada di luar dari kurva yg standar.
Persentil menunjukkan persentase nilai pada umur tsb dari suatu populasi. Misalnya,
seorang anak memiliki BB di persentil 20th, berarti 80% dari anak-anak sebayanya memiliki
berat di atas anak tsb, dan 20% lainnya memiliki berat di bawah anak tsb.
Pertumbuhan seorang anak akan di-plot pada persentil tsb. Untuk mempelajari lebih jauh
tentang bagaimana membaca atau menginterpretasikan grafik tsb, perhatikan contoh berikut.
Seorang bayi yg memiliki lingkar kepala persentil 90th akan di-plot disebelah kanan dari kurva
kedua dari atas pada grafik pertumbuhan. Jadi termasuk kurva persentil 90th.
Artinya lingkar kepala bayi tsb termasuk >= 90% dari total populasi anak seusianya yang
ada di negara tsb. Sedangkan 10% dari populasi anak memiliki ukuran lebih dari itu. Jika berat
badan seorg anak berumur 4 tahun berada pada persentil 20th, berarti ia berada pada kurva di
antara 10th dan 25th. Ini artinya juga 80% dari anak-anak sebayanya memiliki berat di atas anak
tsb, dan 20% lainnya memiliki berat di bawah anak tsb. Kesimpulannya, besar atau rendahnya
persentil tidak berarti menunjukkan adanya masalah. Seorang bayi dengan lingkar kepala di
persentil 90th dapat memiliki berat badan & tinggi badan di persentil 90th. Ini artinya dia
termasuk anak normal yang berperawakan besar. Bisa jadi ia anak dari seorang atlet. Sebaliknya,
anak yg memiliki berat badan di persentil 20th bisa jadi memiliki orang tua yang tinggi &
beratnya juga di bawah rata-rata. Jadi sangat normal jika sang anak berada pada persentil 20th.
Namun demikian, ada juga pola grafik yang naik tajam atau turun drastis atau grafik berada pada
kurva paling ekstrim (di luar dari semua kurva).
Sebagai contoh, seorang anak memiliki berat badan (BB) di bawah persentil 5th, maka ia
dimasukkan dalam kategori underweight (BB kurang). Sedangkan anak dg BB di persentil 85th
akan dimasukkan dalam kategori overweight (beresiko obesitas) dan mereka yg memiliki BB di
persentil di atas 95th digolongkan dalam obesitas. Terkadang ada juga grafik dengan kurva
melebihi persentil 95th atau saling silang antar kurva persentil. Misalkan, awalnya ia berada di
kurva persentil 40th kemudian langsung loncat ke persentil 75th. Artinya tanpa melewati persentil
50th dan 75th. Jika hal tsb terjadi, maka perlu diperhatikan penyebab terjadinya kondisi tsb. Di
lain pihak, dapat juga terjadi pengukuran atau pola grafik jatuh di bawah persentil 5th atau saling
silang antar kurva persentil. Misalkan, turun drastis dari persentil 50th ke 20th. Jika hal itu
1
d. Penilaian
Jika Lulus (Passed = P), gagal (Fail = F), ataukah anak tidak mendapat kesempatan
melakukan tugas (No Opportunity = NO).
CARA PEMERIKSAAN DDST II
1. Tetapkan umur kronologis anak, tanyakan tanggal lahir anak yang akan diperiksa. Gunakan
patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk satu tahun.
2. Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah, jika sama dengan atau
lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas.
3. Tarik garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garis horisontal tugas perkembangan
pada formulir DDST.
4. Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan berapa yang F.
5. Berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam: Normal, Abnormal, Meragukan dan
tidak dapat dites.
1) Abnormal
a) Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih
b) Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan Plus 1 sektor atau
lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus
pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia .
2) Meragukan
a) Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih
b) Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama
tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.
3) Tidak dapat dites
Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau meragukan.
4) Normal
Semua yang tidak tercantum dalam kriteria di atas.
Pada anak-anak yang lahir prematur, usia disesuaikan hanya sampai anak usia 2 tahun:
Contoh perhitungan anak dengan prematur:
An. Lula lahir prematur pada kehamilan 32 minggu, lahir pada tanggal 5 Agustus 2006.
Diperiksa perkembangannya dengan DDST II pada tanggal 1 April 2008. Hitung usia
kronologis An. Lula!
Diketahui:
Tanggal lahir An. Lula : 5-8-2006
Tanggal periksa : 1-4-2008
Prematur : 32 minggu
Ditanyakan:
Berapa usia kronologis An. Lula?
Jawab:
2008 4 1 An. Lula prematur 32 minggu
2006 8 5 Aterm = 37 minggu
_________ - Maka 37 32 = 5 minggu
1 7 -26
Jadi usia An. Lula jika aterm (tidak prematur) adalah 1 tahun 7 bulan 26 hari atau
1 tahun 8 bulan atau 20 bulan
Usia tersebut dikurangi usia keprematurannya yaitu 5 minggu X 7 hari = 35 hari, sehingga
usia kronologis An. Lula untuk pemeriksaan DDST II adalah:
1 tahun 7 bulan 26 hari 35 hari = 1 tahun 6 bulan 21 hari
Atau
1 tahun 7 bulan atau 19 bulan
Interpretasi dari nilai Denver II
Advanced
Melewati pokok secara lengkap ke kanan dari garis usia kronologis (dilewati pada kurang
dari 25% anak pada usia lebih besar dari anak tersebut)
OK
Melewati, gagal, atau menolak pokok yang dipotong berdasarkan garis usia antara
persentil ke-25 dan ke-75
Caution
2
Gagal atau menolak pokok yang dipotong berdasarkan garis usia kronologis di atas atau
diantara persentil ke-75 dan ke-90
Delay
Gagal pada suatu pokok secara menyeluruh ke arah kiri garis usia kronologis; penolakan
ke kiri garis usia juga dapat dianggap sebagai kelambatan, karena alasan untuk menolak
mungkin adalah ketidakmampuan untuk melakukan tugas tertentu
Interpretasi tes
Normal
Tidak ada kelambatan dan maksimum dari satu kewaspadaan
Suspect
Satu atau lebih kelambatan dan/ atau dua atau lebih banyak kewaspadaan
Untestable
Penolakan pada satu atau lebih pokok dengan lengkap ke kiri garis usia atau pada lebih
dari satu pokok titik potong berdasarkan garis usia pada area 75% sampai 90%
Rekomendasi untuk rujukan tes Suspect dan Untestable:
Skrining ulang pada 1 sampai 2 minggu untuk mengesampingkan faktor temporer
Dari gejala fisik yang ditemukan, kemungkinan yang dapat terjadi adalah : kwashiorkor,
marasmus , atau infeksi kronis.
2 Etiologi
2.1 Kwashiorkor
Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang berlansung
kronis. Faktor yang dapat menyebabkan hal tersbut diatas antara lain (5):
1. Pola makan
Protein (dan asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh dan
berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semua
makanan mengandung protein/ asam amino yang memadai. Bayi yang masih menyusui
umumnya mendapatkan protein dari ASI yang diberikan ibunya, namun bagi yang tidak
memperoleh ASI protein adri sumber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu dan lain-lain)
sangatlah dibutuhkan
(6)
anak berperan penting terhadap terjadi kwashiorkhor, terutama pada masa peralihan ASI
ke makanan pengganti ASI (2).
2. Faktor sosial
Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, keadaan sosial dan politik tidak
stabil (7), ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan tertentu dan sudah berlansung
turun-turun dapat menjadi hal yang menyebabkan terjadinya kwashiorkor (5).
3. Faktor ekonomi
Kemiskinan keluarga/ penghasilan yang rendah yang tidak dapat memenuhi kebutuhan
berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi, saat dimana ibunya pun tidak
dapat mencukupi kebutuhan proteinnya (2).
4. Faktor infeksi dan penyakit lain
Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara MEP dan infeksi. Infeksi derajat
apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Dan sebaliknya MEP, walaupun dalam derajat ringan
akan menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi.
2.2. Marasmus
Marasmus ialah suatu bentuk kurang kalori-protein yang berat. Keadaan ini merupakan hasil
akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi. Selain factor lingkungan,
ada beberapa factor lain pada diri anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh
terhadap terjadinya marasmus.
3 Epidemiologi
Kasus ini sering dijumpai di daerah miskin, persediaan makanan yang terbatas, dan tingkat
pendidikan yang rendah. Penyakit ini menjadi masalah di negara-negara miskin dan berkembang
di Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Asia Selatan. Di negara maju sepeti Amerika
Serikat kwashiorkor merupakan kasus yang langka.
Berdasarkan SUSENAS ( survey sosial ekonomi nasional) (2002), 26% balita di Indonesia
menderita gizi kurang dan 8% balita menderita gizi buruk (marasmus, kwashiorkor, marasmuskwashiorkor) .
4 Patofisiologi
Sebenarnya malnutrisi merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat banyak faktor.
Faktor-faktor ini dapat digolongkan atas tiga faktor penting yaitu : tubuh sendiri (host), agent
(kuman penyebab), environment (lingkungan). Memang factor diet (makanan) memegang
peranan penting tetapi faktor lain ikut menentukan.
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebih,
karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya. Kelainan yang
mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang menyebabkan edema dan
perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet, akanterjadi kekurangan berbagai asam
amino esensial dalam serum yang diperlukan untuk sintesis dan metabolisme. Selama diet
mengandung cukup KH, maka produksi insulin akan meningkat dan sebagian asam amino dalam
serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan ke jaringan otot. Makin
berkurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin
hepar, yang berakibat timbulnya edema. Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan
beta-lipoprotein, sehingga transport lemak dari hati ke depot terganggu, dengan akibat terjadinya
penimbunan lemak di hati.
5. Pemeriksaan Laboratorium
Penurunan kadar albumin serum merupakan perubahan yang paling khas. Ketonuria sering ada
pada stadium awal kekurangan makan tetapi sering sekali menghilang pada waktu akhir. Harga
glukosa darah rendah tetapi kurve toleransi glukosa dapat bertipe diabetic. Ekskresi
hidroksiprolin urin yang berhubungan dengan kreatinin dapat turun. Angka asam amino esensial
plasma dapat turun relative terhadap angka asam amino non-esensial, dan dapat menambah
aminoasiduria. Defisiensi kalium dan magnesium sering ada. Kadar kolesterol serum rendah,
tetapi kadar ini kembali ke normal sesuadah beberapa hari pengobatan. Angka amylase, esterase,
kolinesterase, transaminase, lipase, alkaline fosfatase serum turun. Ada penurunan aktivitas
enzim pancreas dan santhin oksidase, tetapi angka kembali normal segera sesudah mulai
pengobatan. Anemia dapat normositik, mikrositik atau makrositik. Tanda-tanda defisiensi vitamin
dan mineral biasanya jelas. Pertumbuhan tulang biasanya terlambat. Sekresi hormone
pertumbuhan mungkin bertambah.
6. Diagnosis
6.1 Manifestasi Klinik Kwashiorkor
1. Secara umum anak tampak sembab, letargik, cengeng, dan mudah terangsang. Pada tahap
lanjut anak menjadi apatik, sopor atau koma.
2. Gejala terpenting adalah pertumbuhan yang terhambat, berat dan tinggi badan lebih rendah
dibandingkan dengan BB baku. Penurunana BB ini tidak mencolok atau mungkin
tersamar bila dijumpai edema anasarka.
3. Sebagian besar kasus menunjukkan adanya edema, baik derajat ringan maupun berat.
Edema ini muncul dini, pertama kali terjadi pada alat dalam, kemudian muka, lengan,
tungkai, rongga tubuh, dan pada stadium lanjut mungkin edema anasarka.
4. Jaringan otot mengecil dengan tonusnya yang menurun, jaringan subkutan tipis dan
lembek.
5. Kelainan gastrointestinal yang mencolok adalah anoreksia dan diare. Diare terdapat pada
sebagian besar penderita, yang selain infeksipenyebabnya mungkin karena gangguan
fungsi hati, pankreas, atau usus (atrofi). Intoleransi laktosa juga bisa terjadi.
6. Rambut berwarna pirang, berstruktur kasar dan kaku, serta mudah dicabut. Pada taho
lanjut, terlihat lebih kusam, jarang, kering, halus, dan berwarna pucat atau putih, juga
dikenal signo de bandero.
7 Differential Diagnosis
Diagnose banding kehilangan protein adalah infeksi kronik, penyakit menyebabkan kehilangan
protein berlebihan melalui urine atau tinja, dan keadaan ketidakmampuan metabolic untuk
mensintesis protein.
2
Kwashiorkor
Bulat seperti bulan
Marasmus
Runcing, kurus, tampak lebih
Sinar Mata
Status Mental
Rambut
Sayu
Apatis
Kemerahan, jarang, kasar,
tua
Sayu
Cengeng
Hitam, masih normal
Dermatosis
Torak : - Iga
aksila / lipatan
Sering ( crazy pavement )
Masih tampak Normal
Tidak ada
Seperti gambang
- Sela iga
Abdma : - Bentuk
Cekung
Cekung / Scaphoid
Hepar
sirosis
- Asites
Ekstremitas : - Otot
Kadang +
Hipotrofik
Tidak ada
Hipotrofik / Atrofik
- Edema
Antropometri : BB
+ ( selalu )
> 60 % BB-baku
Tidak ada
< 60 % BB=baku
TB
<
<<
BB / TB
Laboratorium : Albumin
Turun / normal
<<
Sangat turun
<
Kolesterol
<
<
7. 1 Akrodermatitis Enteropatika
Merupakan penyakit autosom resesif yang jarang ditemukan, disebabkan oleh kegagalan
menyerap seng dalam jumlah yang cukup dari makanan. Tanda dan gejala awal biasanya timbul
dalam beberapa bulan pertama kehidupab, sering setelah penyapihan. Eripsi kutan terdiri dari lesi
kulit psoriasis formis atau vesikulobulosa, eksimatosa, kering, berskuama yang tersebat simetris
2
pada perioral, akral, dan daerah perineal dan pada pipi, lutut, dan siku. Rambut sering berwarna
kemerahan yang aneh dan berbagai tingakatan alopesia merupakan gambaran khas penyakit ini.
Manifestasi okuler meliputi fotofobia, konjungtivitis, blefariatis, dan distrofi kornea, dapat
dideteksi dengan lampu celah. Manifestasi yang menyertai termasuk diare kronis, stomatitis,
glositis, paronikia, distrofi kuku, retardasi pertumbuhan, iritabilitas, penyembuhan luka yang
lama, infeksi bakteri interkueren, dan superinfeksi oleh Candidi albicans.
7.4 Pellagra
Penyakit ini berupa edem, eritema, dan perasaan terbakar pada daerah terpapar sinar matahari
pada wajah, leher, dan bagian dorsal tangan, lengan atas dan kaku. Lesi pellagra juga dapat
dibangkitkan dengan luka bakar, tekanan, gesekan, dan peradangan, erupsi pada wajah sering
diikuti penyebaran kupu-kupu dan dermatitis di sekeliling leher yang disebut kaling Casal. Lepuh
dan skuama terjadi dan kulit menjadi makin kering, kasar, tebal, retak, dan hiperpigmentasi.
Infeksi kulit jarang berat. Pellagra berkembang pada individu dengan pemasukan diet yang tidak
2
mencukupi atau absorpsi niasin dan triptofan. Pemberian isoniazid, 6-merkaptopurin atau 5fluorourasil juga dapat mengakibatkan oellagra. Suplementasi nikotinamid dan menghindari
matahari merupakan terapi utama.
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan segera tiap masalah akut seperti masalah diare berat, gagal ginjal, dan
syok dan akhirnya penggantian nutrient yang hilang sangat penting. Dehidrasi sedang atau berat,
infeksi nampak atau dugaan, tanda-tanda mata dari defisiensi vitamin A, anemia berat,
hipoglikemia, diare terus-menerus atau berulang, lesi kulit dan membrane mukosa, anoreksia dan
hipotermia semua harus diobati. Untuk dehidrasi ringan sampai sedang, cairan diberikan oral atau
dengan pipa nasogastik. Sedangkan dehidrasi berat, cairan intravena diperlukan. Jika cairan
intravena tidak dapat diberikan, infuse intraosseus (sum-sum tulang belakang) atau
intraperitoneal 70 mL/kg larutan Ringer Laktat setengah kuat untuk menyelamatkan jiwa.
Antibiotik efektif harus diberikan parenteral selama 10 hari.
Bila dehidrasi terkoreksi, makanan peroral mulai dengan makanan susu encer sedikit
sering; kekentalan dan volume sedikit demi sedikit ditambah dan frekuensi dikurangi selama 5
hari berikutnya. Pada hari 6-8, anak harus mendapat 150 mL/kg/24 jam dalam 6 kali makan. Susu
sai atau yogurt untuk anak intoleran laktosa harus dibuat dengan 50 gr gula/L. Pada masa
penyembuhan, makanan energy tinggi terbuat dari susu, minyak dan gula yang diperlukan. Susu
skim, hidrolisat casein atau campuran asam amino sintetik sapat digunakan untuk menambah
cairan dasar dan regimen nutrisi.
Bila diet kalori tinggi dan protein tinggi diberikan terlalu awal atau cepat, hati dapat
menjadi besar, abdomen menjadi sangat kembung dan anak membaiknya lebih lambat. Lemak
sayur dapat diserap lebih baik daripada lemak susu sapi. Toleransi glukosa yang terganggu dapat
diperbaiki pada beberapa anak yang terkena dengan pemberian 250 g kromium klorida. Vitamin
dan mineral, terutama vitamin A, kalium dan magnesium diperlukan sejak permulaan
pengobatan. Besi dan asam folat biasanya memperbaiki anemia.
Infeksi bakteri harus diobati bersamaan dengan terapi diet, sedang pengobatan infestasi
parasit, jika tidak berat, dapat ditunda samapi penyembuhan mulai berlangsung.
Sesudah pengobatan dimulai, penderita dapat kehilangan berat badannya selama beberapa
minggu karena menghilangnya udem yang tampak dan tidak tampak. Enzim serum dan usus
kembali ke normal, penyerapan lemak dan usus kembali membaik.
Jika pertumbuhan dan perkembangan secara luas terganggu, retardasi mental dan fisik
dapat permanen. Makin muda bayi pada saat kekurangan, makin rusak pengaruh jangka lamanya.
Defisit dalam kemampuan pengertian dan abstrak terutama berakhir lama.
9. Pencegahan
Tindakan pencegahan penyakit KEP bertujuan untuk mengurangi insidensi KEP dan menurunkan
angka kematian sebagai akibatnya. Usaha disebut tadi mungkin dapat ditanggulangi oleh petugas
kesehatan tanpa menunggu perbaikan status social dan ekonomi golongan yang berkepentingan.
Akan tetapi tujuan yang lebih luas dalam pencegahan KEP ialah memperbaiki pertumbuhan fisik
dan perkembangan mental anak-anak Indonesia sehingga dapat menghasilkan manusia Indonesia
yang dapat bekerja baik dan memiliki kecerdasan yang cukup.
Ada berbagai macam cara intervensi gizi, masing-masing untuk mengatasi satu atau lebih dari
satu factor dasar penyebab KEP (Austin, 1981), yaitu :
1. Meningkatkan hasil produksi pertanian, supaya persediaan bahan makanan menjadi lebih
banyak, yang sekaligus merupakan tambahan penghasilan rakyat.
2. Penyediaan makanan formula yang mengandung tinggi protein dan tinggi energi untuk anakanak yang disiplin. Makanan demikian pada umumnya tidak terdapat dalam diet tradisi, tetapi
sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat pada anak-anak berumur 6 bulan
keatas. Formula tersebut dapat diberikan dalam program pemberian makanan suplementer
maupun dipasarkan dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat. Pembuatan makanan
demikian juga dapat diajarkan pada masyarakat sendiri sehingga juga merupakan pendidikan gizi.
3. Memperbaiki infrastruktur pemasaran. Infrastruktur pemasaran yang tidak baik akan
berpengaruh negative terhadap harga maupun kualitas bahan makanan.
4. Subsidi harga bahan makanan. Interfensi demikian bertujuan untuk membantu mereka yang
3
10. Prognosis
Penanganan dini pada kasus-kasus kwashiorkor umumnya memberikan hasil yang baik.
Penanganan yang terlambat (late stages) mungkin dapat memperbaiki status kesehatan anak
secara umum, namun anak dapat mengalami gangguan fisik yang permanen dan gangguan
intelektualnya. Kasus-kasus kwashiorkor yang tidak dilakukan penanganan atau penanganannya
yang terlambat, akanmemberikan akibta yang fatal .
Malnutrisi yang hebat mempunyai angka kematian yang tinggi, kematian sering disebabkan
oleh karena infeksi sering tidak dapat dibedakan antara kematian karena infeksi atau karena
malnutrisi sendiri.. Dalam beberapa hal walaupun kelihatannya pengobatan adekuat, bila
penyakitnya progesif kematian tidak dapat dihindari, mungkin disebabkan perubahan yang
irreversibel dari sel-sel tubuh akibat under nutrition.
11. Komplikasi
Anak dengan kwashiorkor akan lebih mudah untuk terkena infeksi dikarenakan lemahnya
sistem imun. Tinggi maksimal dan kempuan potensial untuk tumbuh tidak akan pernah dapat
dicapai oleh anak dengan riwayat kwashiorkor. Bukti secara statistik mengemukakan bahwa
kwashiorkor yang terjadi pada awal kehidupan (bayi dan anak-anak) dapat menurunkan IQ secara
permanen.
Penapisan malnutrisi yang dilakukan sebaiknya dengan metode mudah dan cepat. Metode yang
digunakan sebaiknya dapat mendeteksi seluruh pasien dengan risiko gangguan nutrisi. Ada empat
hal untuk mempredksi kemungkinan terjadinya malnutrisi pada seseorang yaitu berat badan
turun, asupan makan terakhir yang kurang, BMI saat diperiksa, dan berat nya penyakit. Salah satu
model yang digunakan untuk penapisan malnutrisi adalah yang digunakan oleh University
hospital of Nottingham
A
=0
b. 18-20
=1
c. < 18
=2
Besar nya penurunan BB yang tidak diketahui
dalam 3 bulan terakhir
a. Tidak ada
=0
b. < 3 kg
=1
c. > 3 kg
=2
Asupan makanan yang terganggu dalam satu bulan
terakhir
a. Tidak ada
=0
b. Ya
=1
Faktor stress dan berat nya penyakit
a. Tidak ada
b. Moderate*
c. Berat**
=0
=1
=2
Penapisan = jika total skor 0-2 tidak perlu intervensi, jika total skor 3-4 diawasi dan dinilai dalam
1 minggu perawatan, jika > atau = 5 perlu intervensi nutrisi
* Pembedahan minor dan tanpa komplikasi, infeksi ringan, penyakit kronis ringan, diabetes
mellitus.
** Luka multiple, fraktur dan luka bakar multiple, trauma kepala, sepsis berat, kanker, bedah
mayor, komplikasi pasca bedah
3
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo, Aru W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta : FK UI ; 2006. h. 313
2. Behrman RE, Kliegman R, Arvin AM. Nelson ilmu kesehatan anak. Edisi XV. Jakarta: EGC;
2000.h.211-3, 2326-7.
3. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Buku kuliah ilmu kesehatan anak. Jakarta:
Percetakan Infomedika Jakarta;2002.h.361-5.
4. Kamus Kedokteran Dorland Ed.29
5. Sumber lain
http://stikeskabmalang.wordpress.com/2009/09/01/konsep-marasmus/
www.scribd.com/doc/16551792/pemeriksaan-fisik-anak
http://medicafarma.blogspot.com/2008/03/kwashiorkor.html
http://beingmom.org/2006/08/pertumbuhan-ideal-pada-anak/