Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Penyakit diare di Indonesia sampai saat ini masih merupakan salah satu penyakit
endemis dan masih sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) di masyarakat oleh karena
seringnya terjadi peningkatan kasus-kasus tertentu yaitu pada musim kemarau dan puncak
musim hujan. Pada umumnya masalah penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang
berbasis lingkungan yang masih merupakan masalah kesehatan terbesar di Indonesia baik
dikarenakan masih buruknya kondisi sanitasi dasar, lingkungan fisik maupun rendahnya
perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat dan masih banyak faktor penyebab
munculnya penyakit diare tersebut. Menurut hasil Riskesdas 2007, Diare merupakan
penyebab kematian nomor satu pada bayi (31,4%) dan pada balita (25,2%), sedangkan pada
golongan semua umur merupakan penyebab kematian yang ke empat (13,2%).1
Menurut Riskesdas, insiden diare ( 2 minggu terakhir sebelum wawancara)
berdasarkan gejala pada seluruh kelompok umur sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi
1,6% 6,3%) dan insiden diare pada balita sebesar 6,7% (kisaran provinsi 3,3% 10,2%).
Sedangkan period prevalence diare pada seluruh kelompok umur (>2 minggu 1 bulan
terakhir sebelum wawancara) berdasarkan gejala sebesar 7% dan pada balita sebesar 10,2%.
Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama
disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak kematian terutama
pada bayi dan balita, serta sering menimbulkan banyak kejadian luar biasa. Jumlah penderita
pada KLB diare tahun 2013 menurun secara signifikan dibandingkan tahun 2012 dari 1.654
kasus menjadi 646 kasus pada tahun 2013. Kejadian luar biasa diare pada tahun 2013 terjadi
di 6 propinsi dengan penderita terbanyak terjadi di Jawa Tengah yang mencapai 294 kasus.
Cakupan penemuan dan penanganan diare di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar
42,66%, lebih rendah dibanding tahun 2011 (57,9).2
BAB II
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH
2.1. Identitas Pasien dan Keluarga
a.
Identitas Pasien 1
Nama
: An. Umi Faizatil
1
b.
c.
Jenis kelamin
: Perempuan
Usia
: 3 tahun 11 bulan
Alamat
: Dusun Kauman, Desa Kembanglimus
Agama
: Islam
Suku Bangsa
: Jawa
Pendidikan
: PAUD
Identitas Pasien 2
Nama
: Ny. Komsatun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 43 tahun
Status Pernikahan : Menikah
Alamat
: Dusun Kauman, Desa Kembanglimus
Agama
: Islam
Suku Bangsa
: Jawa
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga / penjahit
Identitas Kepala Keluarga
Nama
: Tn. Muhtadin
Jenis Kelamin
: Laki laki
Umur
: 48 tahun
Status Pernikahan : Menikah
Alamat
: Dusun Kauman, Desa Kembanglimus
Agama
: Islam
Suku Bangsa
: Jawa
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Pegawai negeri (kepala dusun)
Keduduka
JK
n dalam
1
2
3
4
5
Muhtadin
Khomsatun
Muh Ihsanudin
Ahmad Nursaid
Umi Faizatil
Keluarga
KK
Istri KK
Anak I
Anak II
Anak III
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Keterangan
SMA
SMA
SMA
SMP
PAUD
PNS
IRT
Pelajar
Pelajar
Pelajar
Sehat
Pasien
Sehat
Sehat
Pasien
(th)
L
P
L
L
P
48
43
22
14
3
Pemeriksaan Fisik
1. An. Umi
Tanggal 23 Juli 2015 pukul 12.00 WIB di rumah pasien
Keadaan umum
: Tidak tampak sakit
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda vital
:
Nadi
: 100x/menit
TB
: 85 cm
BB : 13 kg
Suhu
: 360 C
Pernapasan
: 22x/menit
Status Generalis
Kepala : Normocefali
4
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-)
Telinga : Normotia, benjolan (-), oedem (-), nyeri tekan (-)
Hidung : Normosepti, sekret (-), deviasi septum (-)
Bibir : pucat (-), sianosis (-), bibir kering (+)
Tenggorok : T1-T1, faring hiperemis (-), granulasi (-), nyeri telan (-)
Leher : Trakhea di tengah, pembesaran KGB (-/-)
Thoraks :
Paru - paru
- Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris, gerak pernafasan simetris, retraksi (-/-)
- Palpasi : Vokal fremitus teraba simetris
- Perkusi : Kedua hemitoraks berbunyi sonor
- Auskultasi : Suara napas vesikuler, rhonchi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
- Inspeksi : Pulsasi iktus kordis tidak terlihat
- Palpasi : Iktus cordis teraba di ICS IV 1 cm medial dari garis midklavikularis kiri
- Perkusi : Batas jantung kanan pada garis sternalis kanan setinggi ICS IV, batas
jantung kiri setinggi ICS IV 1 cm garis midklavikularis kiri, batas atas jantung kiri
setinggi ICS II pada garis sternalis kiri
- Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
-
Ekstremitas
Rencana Penatalaksanaan
o Medikamentosa:
Paracetamol 3 x tab
Amoxicilin syr 3 x 1 sendok teh
Domperidone 3 x 1 tab
Guanis (kp) 1 x 1 sendok teh
o Nonmedikamentosa :
Edukasi:
o Menghindari makan makanan yang merangsang seperti pedas,
asam, dan bersantan, juga mengurangi konsumsi makanan yang
berserat.
o Minum air 2L sehari
5
Abdomen
-
Ekstremitas
- Inspeksi : Sianosis (-/-), edema (-/-)
- Palpasi : Edema (-/-), CRT < 2 detik, akral hangat (+)
Diagnosis Kerja
-
Rencana Penatalaksanaan
o Medikamentosa:
Paracetamol 3 x 500mg
Amoxicilin 3 x 500mg
Diapet 3 x 1 tab
o Nonmedikamentosa :
Edukasi:
o Menghindari makan makanan yang merangsang seperti pedas,
asam, dan bersantan, juga mengurangi konsumsi makanan yang
berserat.
o Minum air 2L sehari
o Menjaga kebersihan diri seperti mencuci tangan sebelum makan
dan kebersihan makanan.
Hasil Penatalaksanaan Medis
Saat kunjungan rumah pertama dan kedua pada tanggal 23 dan 27 Juli 2015, keadaan
pasien dalam keadaan membaik. An. Umi dirawat di Puskesmas selama 4 hari dan ibu pasien
dirawat jalan. Saat pulang ke rumah, pasien sudah membaik dan obat masih tetap diminum
sampai habis.
Faktor pendukung :
o Pasien meminum obat teratur dan menjalankan edukasi yang telah
diberikan
Faktor penghambat:
o Indikator keberhasilan
o Keluhan yang dialami pasien sudah berkurang
Rencana pembinaan
Sasaran
1.
Pasien dan
penyebabnya, bagaimana
keluarga
Pasien dan
diketahui tingkat
keluarga.
kebersihannya
yang bersih.
2.5. Identifikasi Fungsi Keluarga
a.
Fungsi Biologis
Dari wawancara dengan penderita (An. Umi dan Ny. Komsatun) diperoleh keterangan
bahwa tidak ada riwayat penyakit herediter atau degeneratif. Sementara dalam 1 bulan
terakhir, anggota keluarga yang pernah menderita penyakit menular yaitu kedua pasien dan
anak ke I dan II yaitu berupa influenza.
b.
Fungsi Psikologis
Pasien tinggal bersama ayah/suami, ibu dan kakaknya. Hubungan antara pasien dengan
keluarga baik. Pasien dan keluarga memiliki waktu berkumpul dengan keluarga setiap hari
yang diwujudkan dalam bentuk makan bersama, berkumpul bersama dan shalat berjamaah.
Komunikasi antara penderita dan keluarga baik dan rukun.
c.
Fungsi Ekonomi
Biaya kebutuhan sehari-hari pasien dipenuhi oleh ayah dan dirinya sendiri (Ny.
Komsatun). Pendapatan perbulan kurang lebih Rp. 1.500.000. Uang tersebut dipakai untuk
kebutuhan rumah tangga seperti listrik dan makan. Dalam keluarga, semua anggota keluarga
memiliki kartu BPJS.
d.
Fungsi Pendidikan
Pendidikan terakhir Ny. Komsatun adalah lulusan SMA, pendidikan terakhir suaminya
adalah SMK.
e.
Fungsi Religius
An. Umi, Ny. Komsatun dan keluarga memeluk agama Islam dan menjalankan ibadah
secara rutin (sholat dan mengaji). Penerapan nilai agama cukup baik.
f.
Fungsi Sosial dan Budaya
An. Umi, Ny. Komsatun dan keluarga tinggal di dusun Kauman, desa Kembanglimus,
di pemukiman yang padat penduduk. Komunikasi dengan tetangga cukup baik. Keluarga
penderita aktif mengikuti kegiatan di lingkungan seperti pengajian yang rutin dilakukan
seminggu sekali.
2.6. Pola Konsumsi Penderita
Frekuensi makan 3x sehari. An. Umi dan Ny. Komsatun biasanya makan di rumah.
Jenis makanan dalam keluarga ini cukup bervariasi. Variasi makanan sebagai berikut: nasi,
lauk (tahu, tempe, telur, ikan), sayur (bayam, kangkung, dll), air minum (air putih dan teh).
Pasien jarang mengkonsumsi ayam atau daging. An. Umi selalu minum susu. Terkadang An.
Umi juga suka membeli makanan di luar yang mungkin belum terjamin kebersihan dan
kesehatannya. Air minum berasal dari air sumur pompa listrik yang dimasak sendiri.
2.7. Identifikasi Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan
a.
Faktor Perilaku
8
Pasien (An. Umi dan Ny. Komsatun) seorang anak PAUD dan ibu rumah tangga, yang
biasanya makan di rumah namun 3 hari sebelum penderita mengalami keluhan, penderita
jajan makanan ringan (mengonsumsi kopi) di sekolah, sedangkan Ny. Komsatun makan dan
minum seperti biasa. Pasien memeriksakan diri ke puskesmas bila sakit atau jika ada keluhan.
Anggota keluarga yang lain juga memeriksakan diri ke puskesmas jika sakit.
b.
Faktor Lingkungan
Tinggal di lingkungan yang cukup padat penduduk, dimana kebersihan di dalam kurang
baik. Pencahayaan di dalam rumah kurang dan sirkulasi udara kurang baik. Sumber air
minum berasal dari sumur pompa listrik dan dimasak sebelum diminum. Namun, sumber air
berdekatan dengan pemandian dan MCK umum, dimana air bekas pemandian dan MCK
umum tersebut juga mengalir dekat sumber air dan hanya disaring menggunakan jerami. Di
dekat sumber air bersih juga berkeliaran beberapa binatang seperti ayam dan angsa, yang
memungkinkan adanya kontaminasi air bersih. Buang air besar menggunakan jamban leher
angsa di wc sendiri dalam rumah yang langsung dibuang ke septic tank. Untuk pembuangan
limbah, dibuang ke kali dan tidak lancar sehingga kadang tergenang, dan tidak tersedianya
tempat pembuangan sampah.
c.
Faktor Sarana pelayanan kesehatan
Terdapat Puskesmas Borobudur yang berjarak < 10 km.
d.
Faktor keturunan
Tidak ada riwayat apapun di dalam keluarga.
2.8. Identifikasi Lingkungan Rumah
a.
Gambaran Lingkungan Rumah
Rumah
pasien terletak di Dusun Kauman, Desa Kembanglimus, Kecamatan
Borobudur, Kabupaten Magelang, dengan ukuran rumah 12 x 7 m2, terdiri dari 1 lantai.
Rumah tersebut ditinggali oleh 5 orang. Secara umum gambaran rumah terdiri dari 2 kamar
tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang kerja (penjahit), 1 ruang keluarga, 1 kamar mandi, dan 1 dapur di
bagian belakang rumah.
Rumah tidak mempunyai langit-langit, beratap genteng, memiliki dinding papan, lantai
ada yang hanya diplester ada yang dari keramik. Penerangan dalam rumah tidak cukup dan
terasa lembab. Ventilasi dan jendela ada dengan luas tidak memadai, yaitu dengan luas < 10
% dan sering dibuka. Tata letak barang di rumah kurang rapi. Sumber air bersih dari sumur
pompa listrik yang merupakan milik bersama. Sumber air bersih tersebut digunakan untuk
minum maupun cuci dan masak. Sumber air berdekatan dengan pemandian dan MCK umum,
dimana air bekas pemandian dan MCK umum tersebut juga mengalir dekat sumber air dan
hanya disaring menggunakan jerami. Di dekat sumber air bersih juga berkeliaran beberapa
binatang seperti ayam dan angsa, yang memungkinkan adanya kontaminasi air bersih. Air
9
minum dimasak sendiri. Fasilitas MCK terdapat kamar mandi yang menggunakan jamban
berleher angsa dan sudah memiliki septic tank yang berjarak 7 m dari sumber air minum.
Kebersihan dapur kurang, tidak ada lubang asap dapur. Pembuangan air limbah ke kali, tidak
lancar dan ada genangan air. Tidak ada tempat pembuangan sampah. Terdapat halaman di
depan rumah lebarnya 3 x 3 meter terbuat dari tanah. Kebersihan lingkungan di sekitar rumah
cukup.
Dapur
R. Makan
R. Tidur
WC
R. Tidur
R. Tidur
10
GENETIK
STATUS
YANKES
Dokter
praktek,
bidan
desa,
Puskesmas
Borobudur
LINGKUNGAN
KESEHATAN
PERILAKU
Keluarga
Hasil Kegiatan
yang terlibat
23 Juli
2015
Penderita, ibu
Mendapatkan diagnosis
penderita
penderita di rumahnya
Mengamati keadaan
penyebab
Pasien dan keluarga
mengerti mengenai
lingkungan sekitar
Memberikan penjelasan
penjelasan yang
diberikan
penanganan pertama.
Memberikan penjelasan
kepada penderita dan
keluarga mengenai
pentingnya kebersihan
lingkungan termasuk
11
27 Juli
makanan.
Memantau keberhasilan
2015
pengobatan pasien
Penderita dan
keluarga
Mengamati keadaan
lingkungan sekitar
diedukasi
Pasien dan keluarga mengerti bahwa diare dapat disebabkan oleh makanan yang
12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
DIARE AKUT
DEFINISI
Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 x sehari atau lebih banyak dari biasanya 1,
dengan atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja
1,2,3
frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1
blan dan anak, bila frekuensinya lebih dari 3 kali. 1
Pembagian diare :
1.
Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 7 hari
2.
Diare melanjut, yaitu diare yang berlangsung 7-14 hari
3.
Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari
EPIDEMIOLOGI
Di Amerika, insidens diare adalah 1-2 episode per anak per tahun, sekitar 38 juta
kasus, 2-3,7 juta pengobatan ke dokter, 320.000 rawat inap dan 325-425 kematian. Sementara
secara internasional terdapat lebih dari 1 miliar kasus dan paling tidak 4 juta kematian per
tahun. Kematian pada diare berhubungan dengan derajat dehidrasi. Sebagian besar kematian
pada anak akibat diare berhubungan dengan rendahnya sosioekonomi serta usia anak.4
ETIOLOGI
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu:
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral, yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
b. Infeksi parenteral, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti titis
media akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
Keadaan ini terdapat terutama pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.1
2. Faktor malabsobsi
a. Malabsorpsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),
monosakarida ( intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang
terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsobrsi protein.
3. Faktor makanan: makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor psikologis: rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan diare
terutama pada anak yang lebih besar.1
FISIOLOGI DIARE 5
Berdasarkan mekanismenya diare dibagi menjadi :
1.
Diare Osmotik
Terjadi akibat peningkatan tekanan onkotik intraluminal yang diakibatkan oleh
cairan yang tidak dapat diserap, sehingga terjadi peningkatan volume cairan dalam
saluran pencernaan (usus halus) ; biasanya dapat dikurangi dengan berpuasa, perbedaan
tekanan osmolar tinja > 40. Disebabkan oleh : defisiensi disakaridase, insufisiensi
pankreas, pertumbuhan koloni bakteri yang meningkat pesat, intake laktulosa atau
2.
3.
4.
yang teratur, atau disertai dengan konstipasi. Penyebabnya berupa penyakit Diabetes
Melitus (DM), insufisiensi adrenal, hipertiroid, penyakit vaskular kolagen, antibiotik
5.
(eritromisin).
Diare akibat Berkurangnya Permukaan Absorpsi
Terjadi biasanya akibat tindakan manipulasi bedah (reseksi usus yang luas) sehingga
menyebabkan kurangnya permukaan absorpsi untuk lemak dan karbohidrat, cairan dan
elektrolit ; dapat pula terjadi spontan karena fistul enteroenterik (gatrokolik).
KLASIFIKASI DIARE 6
Diare dibagi menjadi dua kategori :
1.
Diare Akut
Diare akut didefinisikan secara konsepsional sebagai suatu keadaan serangan diare tibatiba yang segera berangsur-angsur menyembuh pada seseorang yang sebelumnya sehat
dari beberapa jam sampai 14 hari.6
2.
Diare Kronis
Diare kronis adalah suatu keadaan bertambahnya kekerapan dan keenceran tinja yang
dapat berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan baik secara terus menerus atau
berulang, dapat berupa gejala fungsional atau akibat suatu penyakit berat.
MANIFESTASI KLINIS
Awalnya bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat,
nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan mugkin disertai
lendir dan atau darah. Warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena tercampur
dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin
lama makin asam akibat makin banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak
dapat diabsorpsi usus selama diare.2
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh
lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
Bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai
tampak. Berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi
cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.2
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan:
a.
Kehilangan berat badan (Darrow)5
Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan BB kurang dari 5 %
Dehidrasi ringan, bila terjadi penurunan BB 5-6%
Dehidrasi sedang, bila terjadi penurunan BB 7-10%
Dehidrasi berat, bila terjadi penurunan BB lebih besar dari 10%
b. Penentuan derajat dehidrasi berdasarkan Maurice King Score (1974)5
Bagian tubuh
yang dilihat
15
Keadaan umum
Kompos mentis
Gelisah, cengeng
Mengigau, koma,
syok
Kekenyalan
Normal
Sedikit kurang
Sangat kurang
Mata
Normal
Cekung
Sangat cekung
Nadi
Kuat <120x/mnt
Sedang 120-
kulit
140x/mnt
Ubun-ubun
Normal
Cekung
Sangat cekung
Normal
Kering
Sangat kering,
besar
Mulut
sianosis
Nafas
20-30x.mnt
30-40x/mnt
> 40 x/mnt
Catatan:
* Untuk menentukan turgor, kulit perut dijepit antara ibu jari dan telunjuk selama 30-60
Dehidrasi ringan
Dehidrasi sedang
Dehidrasi berat
1. Lihat :
Ku
Baik, sadar
Gelisah, rewel
Lesu, lunglai/tidak
sadar
Mata
Normal
Cekung
Air mata
Mulut danLidah
Rasa haus
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Basah
Kering
Sangat kering
haus
banyak
bias minum
16
2. Periksa
Turgor kulit
3. Hasil
Pemeriksaan
Kembali cepat
Kembali lambat
Tanda dehidrasi
Dehidrasi ringan/
lain
satu 1 tanda.
Berdasarkan tonisitas darah, dehidrasi dapat dibagi atas :
- Dehidrasi Isotonik, bila kadar Na dalam plasma antara 131 150 mEq/L
- Dehidrasi Hipotonik, bila kadar Na plasma < 131 mEq/L
- Dehidrasi Hipertonik, bila kadar Na plasma >150 mEq/L
Gejala-gejala dehidrasi: Isotonik, hipotonok, dan hipertonik
Gejala
Rasa haus
Berat badan
Turgor kulit
Kulit/selaput lendir
Gejala SSP
Sirkulasi
Nadi
Tekanan darah
Banyaknya kasus
Hipotonik
(-)
Menurun sekali
Menurun sekali
Basah
Apatis
Jelek sekali
Sangat lemah
Sangat rendah
20-30%
Isotonik
(+)
Menurun
Menurun
Kering
Hipertonik
(+)
Tidak jelas
Kering sekali
Irritable, kejang-
Koma
Jelek
Cepat & lemah
Rendah
70%
kejang
Hiperrefleksi
Relatif masih baik
Cepat & keras
Rendah
10-20%
Rotavirus
Shigella
klinik
Masa
Salmonell
ETEC
EIEC
Kolera
a
24-48 jam
6-72 jam
6-72 jam
6-72 jam
48-72 jam
tunas
Panas
++
Enek dan Sering
++
Jarang
++
Sering
++
-
Sering
muntah
Nyeri
Tenesmus
Tenesmus
Tenesmus
Tenesmus
Kramp
5-7 hari
kramp
> 7 hari
kolik
3-7 hari
2-3 hari
kramp
Variasi
3 hari
Sedang
Sedikit
Sedikit
Banyak
Sedikit
Banyak
perut
Lamanya
12-72 jam
sakit
Sifat tinja
Volume
17
Frekuensi
5-10x/hri
Sering
Sering
Terus-
Konsisten
Cair
Lembek
Lembek
Cair
Lembek
menerus
Cair
si
Lendir
Darah
Sering
Kadang-
+
Tak
Tidak
Merah-
Amis khas
Seperti air
berwarna
hijau
cucian
Metooris
+
Infeksi
beras
+
mus
sistemik
Bau
Warna
Leukosit
Lain-lain
Kuning-
+
Merah
hijau
hijau
Anorexia
+
Kejang +
kadang
Busuk
Kehijauan
+
Sepsis +
Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang sehingga dapat terjadi renjatan
hipovolemik dengan gejala-gejala yaitu denyut jantung menjadi cepat, kecil, tekanan darah
menurun, penderita menjadi lemah, kesadaran menurun (apatis, somnolen dan kadang-kadang
sampai sopor-koma). Akibat dehidrasi, diuresis berkurang (oliguria sampai anuria). Bila
sudah ada asidosis metabolik, penderita akan tampak pucat dengan pernafasan yang cepat dan
dalam (pernafasan Kuszmaul).2
Asidosis metabolik terjadi karena: 1) Kehilangan NaHCO3 melalui tinja, 2) Ketosis
kelaparan, 3) Produk-produk metabolik yang bersifat asam tidak dapat dikeluarkan (oleh
karena oliguria atau anuria), 4) Berpindahnya ion natrium dari cairan ekstrasel ke cairan
intrasel, 5) Penimbunan asam laktat (anoksia jaringan tubuh).2
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi:
1. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak daripada pemasukan air
(input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada penderita diare.2
2. Gangguan keseimbangan asam-basa (metabolik asidosis)
a. Kehilangan Na-biokarbonat bersama tinja
b. Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda keton
tertimbun dalam tubuh.
c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan
d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan
oleh ginjal (terjadi oligura/anuria).
e. Pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.2
3. Hipoglikemia
18
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% dari anak-anak yang menderita diare. Pada anak-
anak
dengan gizi cukup/baik, hipoglikemia ini jarang terjadi, lebih sering terjadi pada anak
yang sebelumnya sudah menderita KKP. Hal ini terjadi karena:
a. Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu.
b. Adanya gangguan absorpsi glukosa (walaupun jarang terjadi)
Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun sampai 40 mg%
pada bayi dan 50 mg% pada anak-anak. Gejala-gejala hipoglikemia tersebut dapat
berupa: lemas, apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang sampai
koma. Terjadinya hipoglikemi ini perlu dipertimbangkan jika terjadi kejang yang tibatiba tanpa adanya panas atau penyakit lain yang disertai dengan kejang.
4. Gangguan gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akiba terjadinya
penurunan berat dalam waktu yang singkat. Hal ini disebabkan karena:
a. Makan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan/atau muntahnya akan
bertambah hebat. Orang tua sering hanya memberikan teh saja (teh diet)
b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran dan susu yang encer
ini diberikan terlalu lama.
c. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorpsi dengan baik karena
adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan sirkulasi darah
berupa renjatan (shock) hipovolvemik. Akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi
hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan pendarahan dalam otak,
kesadaran menurun, (soporokomatosa) dan apabila tidak segera ditolong penderita dapat
meninggal.
Pemeriksaan Khusus5
1.
Pemeriksaan Tinja
Yang dapat dilakukan pada pemeriksaan tinja ialah kultur bakteri patogen,
pemeriksaan lekosit, mengukur kadar toksin Clostridium difficile, dan pemeriksaan
parasit). Semua pemeriksaan di atas dapat dikerjakan pada kasus diare berdarah.
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan ialah : mengukur kadar Na + dan K+ pada cairan
tinja untuk mengetahui apakah jenis diare osmotik atau tidak. Diare osmosis ditandai oleh
perbedaan tekanan osmotik tinja >40, dimana nilai tekanan osmotik tinja ialah tekanan
osmolaritas (serum)
[ 2X(Na + K) ](tinja).
2.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Total iron Binding Capacity (TiBC) dapat menandakan anemia
(kehilangan darah baik akut maupun kronis, malabsorpsi besi, asam folate, atau vit B 12),
lekositosis menandakan inflamasi. Pemeriksaan kadar serum kalsium, albumin, besi
kolesterol, asam folat dapat membuktikan adanya gangguan defisit dan malasorbsi dari
intestinum. 5
Pengobatan Diare 2
1. Rehidrasi
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita diare, harus
diperhatikan hal-hal berikut :
Jumlah cairan yang diberikan harus sama dengan :
Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan atau muntah (previous water losses
PWL
NWL
CWL
Jumlah
D. Ringan
50
100
25
175
D. Sedang
75
100
25
200
D. Berat
125
100
25
250
dehidrasi
Jumlah cairan yang hilang pada anak umur 2-5 tahun (berat badan 10-15 kg) sesuai
derajat dehidrasi
Derajat
PWL
NWL
CWL
Jumlah
30
80
25
135
dehidrasi
D. Ringan
20
D. Sedang
50
80
25
155
D. Berat
80
80
25
185
Jumlah cairan yang hilang pada anak umur > 5 tahun (berat badan 15 > 25 kg)
Derajat
PWL
NWL
CWL
Jumlah
D. Ringan
25
65
25
115
D. Sedang
50
65
25
140
D. Berat
80
65
25
170
dehidrasi
2. Medikamentosa
V. cholera
E. Coli
Shigella
Amubiasis
3. Diatetik
Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7
kg. Jenis makanan yang dapat diberikan :
Susu (ASI dan PASI yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh)
Makanan setengah padat atau padat rendah serat
Untuk anak di atas 1 tahun dengan berat badan lebih dari 7 kg, dapat diberikan makanan
padat atau makanan cair. Susu sesuai dengan kebiasaan makan di rumah.
4. Edukasi
Menjaga kebersihan alat-alat makanan
Memasak air minum dan makanan dengan matang
Mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar atau menceboki anak dan
sebelum makan
Bila menggunakan sumber air tanah, hendaknya berjarak minimal 10
meter
dari
peresapan septiktank
Tidak membuang air besar di sembarang tempat
21
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada tanggal 25 Maret 2015, weorang anak perempuan, 3 tahun 9 bulan, datang diantar
ibunya dengan keluhan muntah sejak 3 hari sebelum masuk puskesmas. Dua hari sebelum
masuk puskesmas, pasien juga mengalami mencret sebanyak 5 kali, berwarna kuning, ampas
(+), lendir (+), darah (-), bau busuk/asam (-), kurang lebih satu gelas aqua tiap buang air.
Demam juga merasakan anaknya demam, walau hanya dirasa dengan perabaan tangan.
Karena pasien tampak makin lemas dan nafsu makannya berkurang, ibu pasien membawa
pasien ke bidan setempat, dan diberi obat penurun panas. Tiga hari setelahnya, ibu pasien
datang dengan keluhan yang sama. Pada pemeriksaan fisik di kedua pasien, tidak ditemukan
kelainan. Dari fungsi biologis dalam keluarga, terdapat anggota keluarga yang mengalami
penyakit menular yaitu diare. Dari faktor perilaku, terkadang pasien juga suka membeli
makanan di luar yang mungkin belum terjamin kebersihan dan kesehatannya. Dari faktor
lingkungan, pasien tinggal di tempat tinggal yang tidak sehat, yaitu cukup sumber air
berdekatan dengan pemandian dan MCK umum, dimana air bekas pemandian dan MCK
umum tersebut juga mengalir dekat sumber air dan hanya disaring menggunakan jerami. Di
dekat sumber air bersih juga berkeliaran beberapa binatang seperti ayam dan angsa, yang
memungkinkan adanya kontaminasi air bersih. Untuk pembuangan limbah, dibuang ke kali
dan tidak lancar sehingga kadang tergenang, dan tidak tersedianya tempat pembuangan
sampah. Pasien didiagnosis dengan post diare akut e.c. infeksi virus tanpa dehidrasi. Pasien
kemudian diberi tatalaksana medikamentosa berupa Paracetamol 3 x tab, Amoxicilin syr 3
x 1 sendok teh, Domperidone 3 x 1 tab, dan Guanis (kp) 1 x 1 sendok teh. Ibu pasien diberi
terapi Paracetamol 3 x 500mg, Amoxicilin 3 x 500mg, dan Diapet 3 x 1 tab.
4.2 Saran
22
Untuk mencegah terjadinya keluhan diare, yaitu salah satu penyakit menular yang dapat
menyebabkan kejadian luar biasa dan dapat berakhir fatal seperti kematian yang sering
diakibatkan oleh dehidrasi, dapat dilakukan dengan cara memperhatikan faktor perilaku
seperti mengurangi kebiasaan membeli makanan di luar karena kebersihannya belum tentu
terjamin; mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, maupun berkegiatan; mengkonsumsi
air dan masakan yang matang; membiasakan diri berobat ke puskesmas atau pelayanan
kesehatan lainnya bila sedang sakit. Selain itu, terdapat juga faktor lain yang berpengaruh
pada kesehatan yaitu membuat pembuangan limbah yang memenuhi syarat sanitasi seperti
terletak lebih dari 10 meter dari tempat tinggal, salurannya lancar dan tidak tergenang; dan
juga membuang sampah pada tempat yang telah disediakan.
23
DAFTAR PUSTAKA
Kesehatan Anak. Jilid I. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 2009. p. 283 310.
4. Noerasid N, et al. Gastroenteritis (Diare) Akut. Gastroenterologi Anak Praktis.
Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
2002. p. 51-76.
24
5. Firmansyah A, et al. Penyakit Radang Usus. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak.
Markum H, editors. Jilid I. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. p. 448 74.
6. Prescilla MP,MD. Pediatric Gastroenteritis. Available at: http://emedicine.medscape.
com/article/964131-overview. Accessed on August 10, 2015.
7. Latief, Abdul, et al. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1. Cetakan X. Jakarta:
FK Universitas Indonesia. 2002. p. 283 94.
8. Juffire M, Mulyani NS. Modul Pelatihan Diare. UKK Gastro-Hepatologi IDAI. 2009.
9. Wiku Adisasmito. Faktor Resiko Diare Pada Bayi dan Balita di Indonesia: Systematic
review Penelitian Akademik Bidang Kesehatan Masyarakat. Makara Kesehatan Juni
2007; 1-10.
LAMPIRAN
25
26
27