Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
General Hospital
1
Masriadi1, Susniati2
Bagian Epidemiologi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Tamalatea Makassar
2
Bagian Epidemiologi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Tamalatea Makassar
ABSTRACT
pasien yang memiliki gejala demam tifoid dan sampel tidak memiliki gejala
komplikasi di luar dari thypoid.
Prosedur Pengambilan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung responden
menggunakan kuesioner.
Analisis Data
Data dianalisis dengan menggunakan uji statistic X (Chi-Square), dan
logistic regresi dengan metode backward Stepwise
HASIL PENELITIAN
Analisis Bivariat
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar penderita demam tifoid
(97,4%) sosial ekonomi cukup, sedangkan yang sosial ekonomi kurang (2,6%).
Hasil uji chi-square dengan nilai harapan/expected (dibawah 5) diperoleh nilai p
(0.00) lebih kecil dari 0,05. hal tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh
antara sosial ekonomi dengan kejadian demam tifoid di Rumah Sakit Umum
Daerah Salewangang Maros.
Tabel 1. Hubungan Sosial Ekonomi terhadap Kejadian Demam Tifoid Di
Rumah Sakit Umum Daerah Salewangang Maros
Cukup
37
Persen
%
71.2
Kurang
2.6
14
100
15
28.8
Total
38
100.0
14
100.0
52
100.0
Sosial Ekonomi
Jumlah
N
P
Valu
e
0,00
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi
Syarat
Total
Demam
tifoid
Jumlah
Tidak demam
tifoid
Perse
n
%
Persen
%
37
97.4
14.3
2.6
12
85.7
38
100.0
14
100.0
n
3
9
1
3
5
2
P
Valu
e
Perse
n
%
75.0
0.00
25.0
100.0
Hygiene
Perorangan
Risiko Tinggi
Risiko Rendah
Total
Jumlah
N
39
13
52
Perse
n
%
75.0
25.0
100.0
P
value
0.00
Riwayat
Kontak
Risiko Tinggi
Risiko Rendah
Total
Jumlah
27
25
Persen
%
51.9
48.1
52
100.0
P Value
1,00
Analisis Multivariat
.
Tabel 5. Analisis Multivariat Variabel Yang Berpotensi
Berhubungan
Dengan Terjadinya Demam tifoid Di Rumah Sakit Umum Daerah
Salewangan Maros.
Variabel
B
Sig
P Value
EXP (B)
Sosial Ekonomi
-59,205
0,998
0,000
0,000
Penyediaan Air
2,252
1,000
0,000
9,509
Bersih
Higyene Perorangan
17,564
0,999
0,000
0,381
Riwayat Kontak
-17,788
0,998
0,556
0,000
Constant
19,174
0,998
0,635
Setelah itu dilakukan analisis regresi logistik dengan menggunakan
metode backward Stepwise LR terdapat tiga variabel yang berhubungan
dengan kejadian penyakit demam tifoid yaitu variabel sosial ekonomi,
penyediaan air bersih, hygiene perorangan karena nilai Exp (B) masingmasing 0,000, 9,509 dan 0,381. Riwayat kontak tidak berhubungan dengan
kejadian penyakit demam tifoid, sebab analisis interaksi s variabel diperoleh
nilai p>0,05. Dari ketiga variabel tersebut, yang paling kuat hubungannya
dengan kejadian penyakit demam tifoid di Rumah Sakit Umum Daerah
Salewangang Maros adalah variabel penyediaan air bersih karena diantara
ketiga variabel tersebut yang paling tinggi nilai exponen betanya yaitu variabel
higyene perorangan (425,381)
PEMBAHASAN
Penghasilan keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi asupan
makanan dan penyakit Infeksi yang berperan langung terhadap status gizi,
penghasilan keluarga mempengaruhi fasilitas perumahan, penyediaan air bersih
dan sanitasi yang pada dasarnya sangat berperan terhadap timbulnya penyakit
infeksi. Penghasilan keluarga akan menentukan kualitas dan kuantitas makanan
yang dikonsumsi oleh anggota keluarga yang sekaligus mempengaruhi asupan
zat gizi.
Pendapatan seseorang merupakan faktor penting dalam menentukan
permintaan masyarakat terhadap suatu barang dan jasa tertentu, termasuk
pemenuhan kebutuhan dan pelayanan kesehatan. Pendapatan yang memadai
hygiene. Ini dapat diwujudkan dengan memiliki kebiasaan hidup yang memenuhi
syarat.
Hygiene perorangan berhubungan dengan kejadian demam tifoid, setelah
dilakukan analisis logistik regresi terhadap semua variabel yang secara bivariat,
hygiene perorangan berhubungan dengan terjadinya demam tifoid. Analisis
tersebut diperoleh bahwa hygiene perorangan tetap merupakan variabel yang
berhubungan dengan kejadian penyakit demam tifoid dengan nilai p<0,05.
Responden yang kebersihan perorangan kurang, cenderung untuk mengalami
demam tifoid lebih tinggi karena penyakit ini masuk dalam kategori falco-oral.
Kuman Salmonella thypi masuk dalam tubuh melalui tangan yang tercemar
karena tidak dicuci sebelum makan, atau ikut masuk dalam tubuh, pada saat
selesai buang air besar,namun tangan tidak dicuci dengan bersih.
Personal hygiene yang buruk ini dapat berupa perilaku tidak bersih dan sehat
oleh anggota masyarakat, seperti tidak mencuci tangan sebelum maupun
sesudah makan, menggunakan peralatan makan yang sudah dipakai
sebelumnya (belum dicuci langsung dipakai kembali, atau kalaupun dicuci tetapi
tidak bersih), tidak menggunakan jamban atau toilet untuk buang air besar
maupun buang air kecil. Hal tersebut juga sejalan dengan penelitian dilakukan
oleh suhartini (2002) di Desa Tamajasu yang mana menemukan bahwa pada
anak yang dengan kebersihan perorangannya kurang lebih cenderung
mengalami demam tifoid jika dibandingkan dengan anak yang kebersihan
peroramgannya baik.
Penelitian ditemukan sakit demam tifoid, dimana ada responden yang
hygiene perorangan kurang atau tidak memenuhi syarat, namun tidak mengalami
demam tifoid. Hal tersebut disebabkan karena kekebalan tubuh orang atau
responden tersebut dalam keadaan baik, sehingga tubuh tidak mudah untuk
terinfeksi oleh Salmonella tyipi, dan ini disebabkan karena asupan makanan
yang masuk dalam tubuh betul-betul sesuai dengan kebutuhan tubuh orang atau
responden tersebut.
Terhadap subyek yang dinyatakan terinfeksi demam tifoid diteliti tentang
pelacakan individu kontak serumah dan lingkungan. Penelitian ini untuk melacak
anggota keluarga serumah yang menderita demam tifoid dilakukan matching
berdasarkan pekerjaan dan tempat tinggal. Hasil uji chi-square diperoleh nilai p
(0.556) lebih besar dari 0,05. hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada
pengaruh antara riwayat kontak dengan kejadian demam tifoid .
Demam tifoid merupakan keadaan umum yang dapat disebabkan oleh kontak
serumah. Penelitian ini sesuai dengan beberapa hasil penelitian sebelumnya.
Penelitian yang dilakukan Laksono H (2009) dan Zulfikar (2010) pada
masyarakat penderita Demam tifoid di Ngemplak kabupaten Boyolali,
menemukan bahwa terdapat anggota keluarga yang menderita demam tifoid,
terdapat lebih banyak pada kelompok sakit demam tifoid daripada kelompok
tidak demam tifoid. Terdapat pula anggota keluarga serumah yang menderita
demam tifoid, tidak terbukti statistik dan tidak konklusif secara klinis sebagai
hubungan terjadinya infeksi demam tifoid