Вы находитесь на странице: 1из 43

CASE 1

PROMOSI KESEHATAN

MAKALAH

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah BHBP 4

Dosen Pembina
Dani Rizali Firman, drg.

Disusun oleh
Tutor 7

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2015

DAFTAR NAMA ANGGOTA


Tutor 7 BHBP 4
1.

Teja Karimah Saad

160110130007

2.

M. Khizfi Nurfiqoh

160110130017

3.

Dias Mareta Kusuma N.

160110130027

4.

Hedy Diana

160110130037

5.

Lulu Luthfiah

160110130048

6.

Ruri Nawang Sari

160110130058

7.

Muhammad Arfianto Nur

160110130069

8.

Ririn Fitri Pebriani

160110130079

9.

Catherine Gitta M.

160110130090

10.

Erki Ramdhani F.

160110130100

11.

Bunga Hasna Adilah

160110130110

12.

Khodijah Syukriyah

160110130120

13.

Zahra Najmi Afifah

160110130130

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah swt. karena makalah ini dapat diselesaikan
dengan tepat waktu. Makalah ini berjudul Case 1: Promosi Kesehatan. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah pada blok Bioethics and Human Behavior
Program (BHBP) 4 di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran. Dalam
penyelesaian makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, Dr. Nina Djustina,
drg., M.Kes
2. Pembimbing mata kuliah BHBP 4, Dani Rizali Firman, drg.
3. Orangtua
4. Teman-teman mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran.
Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat dalam menambah
informasi dan wawasan mengenai promosi kesehatan. Penulis telah berusaha sebaikbaiknya dalam menulis makalah ini. Jika masih terdapat kesalahan, penulis bersedia
menerima kritik dan saran yang bersifat membangun.

Jatinangor, 19 April 2015

Penulis

ii

DAFTAR ISI

DAFTAR NAMA ANGGOTA .............................................................................................. i


KATA PENGANTAR.......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2

Rumusan Masalah ........................................................................................... 1

1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................................. 2


BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................ 3
2.1

Indeks DMF-T ................................................................................................. 3

2.2

OHI-S (Oral Hyigiene Index Simplified) ..................................................... 7

2.3

Indeks def-t ...................................................................................................... 9

2.4

Promosi Kesehatan dan Strategi Promosi Kesehatan .................................... 11

2.5

Visi dan Misi Promosi Kesehatan .................................................................. 12

2.6

Model Health Promotion ............................................................................... 13

2.7

Klasifikasi Sasaran Promosi Kesehatan ........................................................ 17

2.8

Strategi Promosi Kesehatan .......................................................................... 19

2.8.1

Berdasarkan Rumusan WHO (1994) ...................................................... 19

2.8.2

Strategi Promosi Kesehatan Berdasarkan Piagam Ottawa..................... 21

2.9

Definisi Satuan Penyuluhan (Satpel)............................................................. 24

2.9.1

Pendahuluan ........................................................................................... 24

2.9.2

Tujuan .................................................................................................... 26

2.10

Cara Menentukan Satpel ............................................................................ 27

BAB III TINJAUAN KASUS .............................................................................................. 36


3.1

Kasus ............................................................................................................. 36

3.2

Hipotesis ........................................................................................................ 36

3.3

Hasil Diskusi ................................................................................................. 36

BAB IV PENUTUP .......................................................................................................... 38


4.1

Kesimpulan.................................................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 39

iii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan totalitas dari faktor lingkungan, perilaku, pelayanan
kesehatan,dan faktor keturunan yang saling mempengaruhi satu sama lain. Status
kesehatan akantercapai secara optimal, jika keempat faktor secara bersama-sama
memiliki kondisi yangoptimal pula.
Melihat keempat faktor pokok yang mempengaruhi kesehatan masyarakat tersebut,
maka dalam rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat, hendaknya
diperlukan intervensi yang juga diarahkan pada keempat faktor tersebut. Pendidikan
atau promosi kesehatan merupakan bentuk intervensi terhadap faktor perilaku. Namun
demikian, faktor lingkungan, pelayanan kesehatan, dan faktor keturunan juga
memerlukan intervensi promosi kesehatan.
Istilah dan pengertian promosi kesehatan adalah merupakan pengembangan dari
istilah pengertian yang sudah dikenal selama ini, seperti : Pendidikan Kesehatan,
Penyuluhan Kesehatan, KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi). Promosi
kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang
bergerak bukan hanya dalam proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan
peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata, akan tetapi di
dalamnya terdapat usaha untuk memfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku
masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud Indeks OHI-S?
1.2.2 Apa yang dimaksud Indeks DMF-T?
1.2.3 Apa yang dimaksud Indeks def-t?
1.2.4 Apa definisi dari Health Promotion dan Strategi Promosi Kesehatan?
1.2.5 Bagaimana Visi dan Misi Promosi Kesehatan?
1.2.6 Apa saja Model Promosi Kesehatan?
1.2.7 Apa saja Klasifikasi dari Sasaran Promosi Kesehatan?
1.2.8 Bagaimana Strategi Promosi Kesehatan?
1.2.9 Apa Definisi dari Satuan Penyuluhan (Satpel)?

1.2.10 Bagaimana Cara Menentukan Satpel?

1.3 Tujuan Penulisan


Promosi kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha untuk
menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan
harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut masyarakat, kelompok atau individu
dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Oleh karena itu,
pendidik atau petugas yang melakukan promosi kesehatan memerlukan pengetahuan
yang baik mengenai strategi promosi kesehatan, metode penyampaian pesan-pesan
kesehatan, alat bantu pendidikan kesehatan dan juga teknik penyampaian serta media
yang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan tersebut dengan harapan
masyarakat dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik dan
dapat berpengaruh terhadap perilakunya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Indeks DMF-T
( Zahra Najmi Afifah 130110130130)
Menurut Priyono (2000) DMF-T merupakan keadaan gigi geligi
seseorang yang pernah mengalami kerusakan, hilang, perbaikan, yang
disebabkan oleh karies gigi, indikator ini digunakan untuk gigi geligi tetap.
Gigi sulung digunakan indeks decayed ectraction filled teeth (def-t).
Tujuan pemeriksaan DMF-T adalah untuk melihat status karies gigi,
perencanaan upaya promotif dan preventif, merencanakan kebutuhan
perawatan, membandingkan status pengalaman karies gigi masyarakat dari
satu daerah dengan daerah lain atau membandingkan antara sebelum dan
sesudah pelaksanaan program, serta untuk memantau perkembangan status
pengalaman karies individu
Indeks ini diperkenalkan oleh Klein H, Palmer CE, Knutson JW pada tahun
1938 untuk mengukur pengalaman seseorang terhadap karies gigi.
Pemeriksaannya meliputi pemeriksaan pada gigi (DMFT) dan permukaan gigi
(DMFS).
Indeks ini didasarkan pada kenyataan bahwa kalau jaringan keras gigi
mengalami kerusakan maka gigi tersebut tidak dapat pulih sendiri dan akan
meninggalkan bekas kerusakan yang menetap.
Gigi yang rusak tersebut akan tetap tinggal rusak (D - Decay), dan
kalau dirawat dengan dicabut maka akan disebut gigi hilang (M - Missing due
to caries) atau ditambal (F - Filling due to caries). Maka dari itu indeks karies
DMF adalah indeks yang irreversible, yang berarti indeks tersebut mengukur
total life time caries experience.
Nilai DMF-T adalah penjumlahan D+ F+ T. Indikator utama pengukuran
DMF-T menurut WHO adalah pada anak usia 12 tahun, yang dinyatakan
dengan indeks DMF-T yaitu 3, yang berarti pada usia 12 tahun jumlah gigi
yang berlubang (D), dicabut karena karies gigi (M), dan gigi dengan tumpatan
yang baik (F), tidak lebih atau sama dengan 3 gigi per anak.

Pengertian masing-masing komponen dari DMF-T adalah :

D artinya Decay yaitu kerusakan gigi permanen karena karies yang masih
dapat ditambal

M artinya Missing yaitu gigi permanen yang hilang karena karies atau gigi
karies yang mempunyai indikasi untuk dicabut.

F artinya Filling yaitu gigi permanen yang telah ditambal karena karies.

Indeks dan kriteria DMF-T terdiri atas:


a. Decay (karies gigi)
Indeks karies untuk gigi dewasa sampai saat ini masih menggunakan DMFT Indeks. Decay (D) adalah jumlah gigi karies dalam mulut subyek atau
sampel, dan karies tersebut masih bisa ditambal (Priyono, 2000).
Yg termasuk dalam D:
1. Karies pd pit dan fisur maupun permukaan halus gigi
2. Ada kerusakan lunak pd dasar dan dinding kavitas
3. Enamel undermined
4. Gigi dengan tumpatan sementara
5. Karies sekunder
6. Karies pd permukaan akar gigi
b. Missing
Missing atau kehilangan gigi yang dimaksud dalam pemeriksaan DMF-T
adalah kehilangan gigi oleh karena karies. Komponen missing (M) adalah gigi
yg hilang atau telah dicabut karena karies atau gigi berkaries yang mempunyai
indikasi pencabutan.
Yang termasuk dalam Missing:
1. Gangren pulpa, pulpitis kronis, nekrosis pulpa yg sudah tidak bisa
dirawat lagi
2. Gangren radix
c. Filling (tumpatan)
Filling (F), dalam hal ini yang dimaksud adalah tumpatan, yaitu semua gigi
yang telah ditambal permanen dengan baik juga gigi yang sedang dalam
erawatan saluran akar.

Perhitungan DMF-T berdasarkan pada 28 gigi permanen, adapun gigi yang


tidak dihitung adalah sebagai berikut :
Gigi molar ketiga.
Gigi yang belum erupsi. Gigi disebut erupsi apabila ada bagian gigi yang
menembus gusi baik itu erupsi awal (clinical emergence), erupsi sebagian
(partial eruption) maupun erupsi penuh (full eruption).
Gigi yang tidak ada karena kelainan congenital dan gigi berlebih
(supernumerary teeth).
Gigi yang hilang bukan karena karies, seperti impaksi atau perawatan
ortodontik.
Gigi tiruan yang disebabkan trauma, estetik dan jembatan.
Gigi susu yang belum tanggal.

Untuk menganalisis skor DMFT digunakan formula sebagai berikut:


DMF-T = D + M + F
DMF-T =
Jumlah D + M + F
Jumlah orang yg diperiksa
Kriteria penilaian DMF-T (WHO) adalah
Sangat Rendah :

0,0 1,1

Rendah

1,2 2,6

Sedang

2,7 4,4

Tinggi

4,5 6,5

Sangat Tinggi :

> 6,6

Tabel 1. Kode Status Gigi Geligi Umum


KONDISI/ STATUS

GIGI TETAP

GIGI SUSU

Sehat

Berkaries/ berlubang

Ada tumpatan, dengan karies


Y

a Ada tumpatan, tanpa karies

s Bridge abutment, mahkota khuus,


u veneer/ implant

k Gigi belum erupsi/ tidak tumbuh

d Tdk termasuk kriteria di atas/ Tdk

n
g Gigi dicabut/ telah dicabut karena
karies
t
e

Gigi dicabut karena sebab lain, bukan


krn karies

r
mFissure sealing
a

a tercatat/ tdk terukur (not recorded/ not


l assessed)
a

Decay adalah gigi dengan kode status: 1,2


Yang termasuk dalam Missing adalah gigi dengan kode status: 4
Yang termasuk dalam Filling adalah gigi dengan kode status: 3

Kekurangan indeks DMF-T :


1. Tidak dapat menggambarkan banyak karies yang sebenarnya. Karena jika
pada

gigi terdapat dua karies atau lebih, karies yang dihitung adalah tetap

satu gigi. Oleh karena itu ada pula indeks DMF-S (DMF-Surface)
2. Indeks DMF-T tidak dapat membedakan kedalaman dari karies , misalnya
karies superfisal, media dan profunda
3. Tidak valid untuk gigi yang hilang karena penyebab lain selain karies
4. Tidak valid untuk pencabutan perawatan ortodonti
5. Tidak dapat digunakan untuk karies akar

2.2

OHI-S (Oral Hyigiene Index Simplified)


( Khodijah Syukriyah 160110130120 )
OHI-S atau Oral Hyigiene Index-Simplified dulunya Oral Hygiene
Index (OHI) oleh Greene dan Vermillion. OHI-S merupakan penilaian
terhadap

kebersihan

mulut

individu

atau

suatu

grup

secara

kuantitatif.Perbedaan OHI-S dan OHI adalah dari jumlah gigi penentu dimana
OHI-S memiliki gigi penentu enam buah sedangkan OHI memiliki gigi
penentu 12 buah. Diubah menjadi 6 gigi penentu karena alasan lamanya waktu
yang diperlukan untuk memeriksa 12 gigi dan melelahkan. Nilai OHI-S
berdasarkan perhitungan jumlah debris dan kalkulus yang ada di dalam mulut.
Rumus OHI-S:
OHI-S=

Debris Index (DI) +

Calculus Index (CI)

Gigi yang dijadikan penentu OHI-S adalah empat gigi permukaan


facial dan dua gigi permukaan lingual. Gigi yang diperiksa pada permukaan
facial adalah gigi 16, 11, 26, dan 31. Gigi yang diperiksa pada permukaan
lingual adalah gigi 36 dan 46.

GAMBAR GIGI PENENTU OHI-S


Kriteria OHI-S menurut standar WHO adalah 0-1 untuk kategori baik, 1,3-3,0
untuk kategori sedang, dan 3,1-6,0 untuk kategori buruk.
1. Debris Index

Debris index atau DI merupakan nilai dari endapan lunak atau plak
yang melekat pada gigi penentu. Memeriksanya menggunakan sonde atau
disclosing.
Debris Index/DI=
Penilaian debris index:
0

=tidak ada debris lunak+pewarnaan ekstrinsik

= 1/3 permukaan gigi terdapat debris lunak atau tidak ada debris
lunak, ada pewarnaan ekstrinsik

1/3 tapi 2/3 permukaan gigi terdapat debris lunak

2/3 permukaan gigi terdapat debris lunak

Kriteria DI menurut standar WHO adalah 0,0-0,6 untuk kategori baik;


0,7-1,8 untuk kategori sedang; dan 1,9-3,0 untuk kategori buruk.

GAMBAR PENILAIAN DEBRIS INDEX


2. Calculus Index
Calculus index atau CI merupaka nilai dari endapan keras atau karang
gigi yang melekat oada gigi penentu. Memeriksanya dengan menggunakan
sonde.
Calculus Index=
Penilaian calculus index:
0

= permukaan gigi bersih

1/3 permukaan gigi ada karang gigi supra gingiva

1/3 tapi

2/3 permukaan gigi ada karang gigi supra gingiva atau

pada servikal atau leher gigi terdapat bercak-bercak karang gigi


subgingiva tapi permukaan gigi bersih

2/3 permukaan gigi ada karang gigi atau permukaan gigi bersih

karang gigi melingkari servikal


Kriteria CI menurut standar WHO adalah 0,0-0,6 untuk kategori baik; 0,7-1,8
untuk kategori sedang; dan 1,9-3,0 untuk kategori buruk.

2.3

Indeks def-t
( Ririn Fitri Pebriani 160110130079 )
Indeks decayed extracted filled tooth (def-t) adalah suatu indeks yang
digunakan untuk mengevaluasi pengalaman karies pada gigi susu.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1.

Semua gigi yang mengalami karies dimasukkan ke dalam kategori D.

2.

Karies sekunder yang terjadi pada gigi dengan tumpatan permanen


dimasukkandalam kategori D.

3.

Gigi dengan tumpatan sementara dimasukkan dalam kategori D

4.

Semua gigi yang hilang atau dicabut karena karies dimasukkan dalam
kategori E.

5.

Gigi yang hilang akibat penyakit periodontal, dicabut untuk kebutuhan


perawatanortodonti tidak dimasukkan dalam kategori M.

6.

Semua gigi dengan tumpatan permanen dimasukkan dalam kategori F.

7.

Gigi yang sedang dalam perawatan saluran akar dimasukkan dalam


kategori F.

8.

Pencabutan normal selama masa pergantian gigi geligi tidak dimasukkan


dalamkategori E.

Komponen def-t sebagai berikut :

d (decay) meliputi kode B dan C

e (extracted) meliputi kode D

f (filling) meliputi kode E


Rumus yang digunakan untuk menghitung def-t :
def-t = d + e + f

def-t rata-rata =

Kategori def-t menurut WHO :


0,0 1,1 = sangat rendah
1,2 2,6 = rendah
2,7 4,4 = sedang
4,5 6,5 = tinggi
6,6 > = sangat tinggi

Tabel 2.1.Kode pemeriksaan karies dengan indeks WHO


(Sumber : Oral Health Surveys, 1997)
WHO

merekomendasikan

kelompok

umur

tertentu

untuk

diperiksa

yaitukelompok umur 5 tahun untuk gigi susu. Anak-anak seharusnya diperiksa di


antara ulangtahun mereka yang ke 5 dan 6. Umur ini menjadi umur indeks untuk gigi
susu karena tingkat karies pada kelompok umur ini lebih cepat berubah daripada gigi
permanen sekaligus umur 5 tahun merupakan umur anak mulai sekolah. Namun, di
negara yang usia masuk sekolahnya lebih lambat, dapat digunakan umur 6 atau 7
tahun sebagai umur indeksnya. Pada kelompok umur ini, sebaiknya gigi susu yang
hilang tidak dimasukkan ke dalam skor m (missing) karena kesulitan membedakan
penyebab kehilangan gigi, apakah karena sudah waktunya tanggal atau dicabut karena
karies.

10

2.4

Promosi Kesehatan dan Strategi Promosi Kesehatan


( Ruri Nawang Sari 160110130058 )
Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu
kesehatan yang bergerak bukan hanya dalam proses penyadaran masyarakat
atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan
semata, akan tetapi di dalamnya terdapat usaha untuk memfasilitasi dalam
rangka perubahan perilaku masyarakat.
WHO merumuskan promosi

kesehatan sebagai

proses untuk

meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan


kesehatannya. Selain itu, untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna,
baik fisik, mental, dan sosial masyarakat harus mampu mengenal,
mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, serta mampu mengubah atau
mengatasi lingkungannya.
Menurut Green (cit, Notoatmodjo, 2005), promosi kesehatan adalah
segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait
dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan
perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. Green juga
mengemukakan bahwa perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama,
yaitu :
1. Faktor

predisposisi

(predisposising

factors),

yang

meliputi

pengetahuan dan sikap seseorang.


2. Faktor pemungkin (enabling factors), yang meliputi sarana, prasarana,
dan fasilitas yang mendukung terjadinya perubahan

perilaku.

3. Faktor penguat (reinforcing factors) merupakan faktor penguat bagi


seseorang untuk mengubah perilaku seperti tokoh masyarakat, undangundang, peraturanperaturan, surat keputusan.
Dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan adalah program-program
kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di
dalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya.
Untuk mewujudkan atau mencapai visi dan misi promosi kesehatan
secara efektif dan efisien, diperlukan cara dan pendekatan yang strategis. Cara
ini sering disebut strategi, yakni teknik atau cara bagaimana mencapai atau

11

mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan tersebut secara berhasil guna
dan berdaya guna.

2.5

Visi dan Misi Promosi Kesehatan


( Ruri Nawang Sari 160110130058 )

Visi umum promosi kesehatan (UU Kesehatan dan WHO) yakni :


Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara
ekonomi maupun sosial.
Untuk mencapai visi, perlu upaya-upaya yang harus dilakukan, dan
inilah yang disebut "MISI". Jadi yang dimaksud misi pendidikan kesehatan
adalah upaya yang harus dilakukan untuk mencapai visi tersebut. Misi
promosi kesehatan secara umum dapat dirumuskan menjadi 3 butir :
a. Advokat (Advocate)
Melakukan kegiatan advokasi terhadap para pengambil keputusan
diberbagai program dan sektor yang terkait dengan kesehatan. Melakukan
advokasi berarti melakukan upaya-upaya agar para pembuat keputusan atau
penentu kebijakan tersebut mempercayai dan meyakini bahwa program
kesehatan yang ditawarkan perlu didukung melalui kebijakan-kebijakan atau
keputusan-keputusan politik.
b. Menjembatani (Mediate)
Menjadi jembatan dan menjalin kemitraan dengan berbagai program
dan sektor yang terkait dengan kesehatan. Dalam melaksanakan programprogram kesehatan perlu kerjasama dengan program lain di lingkungan
kesehatan, maupun sektor lain yang terkait. Oleh sebab itu, dalam
mewujudkan kerjasama atau kemitraan ini, peran promosi kesehatan
diperlukan.
c. Memampukan (Enable)
Memberikan kemampuan atau keterampilan kepada masyarakat agar
mereka mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri
secara mandiri. Hal ini berarti kepada masyarakat diberikan kemampuan atau
keterampilan agar mereka mandiri dibidang kesehatan, termasuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan mereka. Misalnya pendidikan dan pelatihan
12

dalam rangka meningkatkan keterampilan cara-cara bertani, beternak,


bertanam obat-obatan tradisional, koperasi, dan sebagainya dalam rangka
meningkatkan pendapatan keluarga. Selanjutnya dengan ekonomi keluarga
yang meningkat, maka kemampuan dalam pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan keluarga juga meningkat.

2.6

Model Health Promotion


(Dias Mareta Kusuma N 160110130027)
(Erki Ramdhani F 160110130100)
Tujuan dari promosi kesehatan adalah untuk meningkatkan tingkat
kesejahteraan dari individu, keluarga, populasi, dan masyarakat. Upaya
meningkatkan kondisi sehat pada individu, keluarga, populasi, dan masyarakat
dapat menggunakan salah satu model promosi kesehatan yaitu Tannahill
model.
Tannahill (1990) mengatakan bahwa promosi kesehatan dibentuk dari
tiga area aktivitas yang saling terkait yaitu pendidikan kesehatan (health
education), perlindungan kesehatan (health protection), dan pencegahan
(prevention).
Promosi kesehatan mencakup usaha untuk meningkatkan kesehatan
positif dan mencegah iil-health melalui lapisan pendidikan kesehatan yang
saling overlap, yaitu pendidikan kesehatan (health education), pencegahan
(prevention), dan perlindungaN kesehatan (health protection).
1) Health Education (Pendidikan Kesehatan)
Pendidikan kesehatan merupakan sebuah aktivitas yang termasuk di dalamnya
adalah komunikasi dengan individu atau kelompok dengan maksud untuk
bertukar pengetahuan, kepercayaan, perilaku, sikap dalam suatu arah yang
menuju kepada peningkatan kesehatan. Pendidikan kesehatan masih
merupakan komponen yang penting dari promosi kesehatan, walaupun itu
bukan lagi merupakan subset.
Contohnya adalah pendidikan yang diberikan kepada anak sekolah
mengenai resiko kesehatan karena merokok.
2) Disease Prevention (Pencegahan Penyakit)
Pencegahan penyakit, termasuk di dalamnya intervensi spesifik yang
ditujukanuntuk menghindari kontak dengan faktor yang menyebabkan resiko
13

penyakit, atau jika hal ini tidak mungkin, pencegahan penyakit dapat berupa
perawatan untuk meminimalisir resiko bahaya dari suatu proses penyakit.
Pencegahan penyakit ini biasanya dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu primer,
sekunder, dan tersier.
3) Health Protection (Perlindungan Kesehatan)
Perlindungan kesehatan ini melibatkan aktifitas kolektif yang mengarah pada
faktor di luar kendali individu. Tannahill mendefinisikannya sebagai berikut:
Legal or fiscal controls, other regulations or policies, or voluntary codes
of practice aimed at the prevention of ill-health or the positive
enhancement of well-being.
Ketiga hal di atas dapat digambarkan seperti gambar di bawah ini:

Gambar : Model Promosi menurut Tannahill

Tannahill (1990) menghasilkan model promosi yang didasarkan


hubungan antara pendidikan, perlindungan, dan pencegahan kesehatan. Dasar
dari model ini digambarkan oleh tiga lingkaran yang saling terkait. Model ini
menghasilkan tujuh domain yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan
luasnya cakupan promosi kesehatan dan memberikan dasar yang baik untuk
mengklasifikasikan dalam menganalisa kebijakan.
Beberapa domain secara bersama-sama bertujuan untuk mencegah
kondisi sakit dan melakukan peningkatan kesehatan dan kondisi sejahtera.

14

Domain 5, 6, dan 7 secara khusus memiliki fokus untuk mengukur pada


tujuan kondisi sejahtera dan domain 1, 2, 3, dan 4 memiliki fokus untuk
mengukur tindakanpencegahan terdepan. Dari beberapa domain terlihat
pendidikan kesehatan bertujuan untuk memberikan pendidikan pada kelompok
profesional, dan pembuat kebijakan di masyarakat (seperti domain 2, 4, 5, dan
7).
Domain 1 :
Pencegahan merupakan upaya untuk menghindari dari kondisi sakit,
meliputi:
immunisasi, skrining pada kelompok rentan , dan penemuan kasus
malnutrisi. Daerah ini termasuk tindakan pencegahan seperti imunisasi dan
cervical screening,penemuan kasus hypertensi,screening untuk kelainan
handicap congenital,pengawasan perkembangan,dental fissure sealing,dan
penggunaan nikotin didalam permen karetuntuk memberikan sensasi merokok.
Domain 2 :
Preventive health education adalah pendidikan yang ditujukan untuk
mendorong perubahan perilaku sehat individu dalam upaya pencegahan
terhadap penyakit dan pendidikan yang diberikan tenaga kesehatan yang
digunakan untuk mendukung layanan pencegahan. Contoh dukungan tenaga
kesehatan dalam hal skrining nutrisi atau penggunaan fasilitas publik,
mendorong keluarga rawan gizi untuk aktif datang ke posyandu. Edukasi
kesehatan mengarah pada proteksi kesehatan positif. Contoh melobi untuk
melarang pengiklanan tembakau.
Domain 3:
Preventive health protection merupakan sebuah peraturan, sebagai
contoh:
program makanan tambahan anak sekolah, peraturan makanan yang aman,
kebijakan fiskal untuk industry makanan. Edukasi kesehatan untuk
pencegahan proteksi kesehatan.contohnya melobi untuk perundang-undangan
penggunaan sabuk pengaman. Banyaknya contoh dari pencegahan proteksi
kesehatan sudah banyak disebutkan. Contoh pemberian fluor pada air minum
untuk proteksi dari penyakit gigi.

15

Domain 4 :
Protective health education merupakan pendidikan kesehatan untuk
mendukung domain 3 yang ditujukan untuk pencegahan. Contoh proses lobi
untuk peraturan makanan yang sehat, penambahan pajak untuk makanan dan
upaya lain yang mempengaruhi pada lingkungan social sebagai tindakan
efektif yang sinergi dengan pelayanan pencegahan. Edukasi kesehatan
mengarah pada proteksi kesehatan positif. Contoh melobi untuk melarang
pengiklanan tembakau.
Domain 5:
Health education meliputi pendidikan yang ditujukan mendorong
perubahan perilaku sehat individu untuk mencapai kesehatan yang lebih
optimal, seperti mendorong untuk melakukan aktivitas fisik atau olah raga
diwaktu senggang, merubah kebiasaan diet, dan empowering individu atau
kelompok untuk sejahtera (contoh meningkatkan self esteem). Edukasi
kesehatan positif,terdapat dua kategori:edukasi kesehatan mengarah pada
mempengaruhi perilaku pada alasan-alasan kesehatan positif(seperti dorongan
untuk menggunakan waktu senggang untuk berolahraga) dan yana mana
mencari untuk menolong individu,kelompok atau seluruh komunitas untuk
mengembangkan sifat kesehatan yang postif.
Domain 6:
Health protection adalah peraturan permerintah. Contoh kebijakan
keuanganuntuk meningkatkan sarana dan prasarana yang menunjang
kesehatan seperti sarana rekreasi dan fasilitas olahraga di komunitas,
menciptakan sarana bermain bagi anak, program bantuan stimulasi usaha bagi
keluarga untuk meningkatkan ketahanan pangan keluarga. Proteksi kesehatan
postif. Contoh kebijakan merokok ditempat bekerja,untuk menciptakan
lingkungan kerja dengan udara yang bersih.
Domain 7:
Health protective health education untuk mencapai kondisi lebih
sejahtera, contoh lobbying dengan pembuat kebijakan. Mendorong dan
mendukung anggota masyarakat untuk mengekspresikan keinginannya seperti
perlunya sarana olah raga. Memfasilitasi keluarga rawan gizi, berdialog
dengan pemegang kebijakan setingkat lurah, petugas pemegang program
nutrisi di tingkat puskesmas dan dinas kesehatan.
16

Daerah ini termasuk usaha edukasi untuk mempengaruhi gaya hidup


dalam ketertarikan untuk mencegah penyakit,sama baiknya dengan usaha
untuk menganjurkan mengambil layanan pencegahan. Sebagai tambahan,dua
arah dasar dari proses edukasi jangan dilupakan: komunikasi harus digunakan
untuk memastikan bahwa layanan pencegahan yang tepat dan diinginkan
tersebut lengkap. Contoh saran
berhenti merokok dan informasinya.

2.7

Klasifikasi Sasaran Promosi Kesehatan


(M. Khizfi Nurfiqoh 160110130017)
Berdasarkan tahapan dari promosi kesehatan, maka sasaran promosi kesehatan
terbagi menjadi:
1. Sasaran Primer(primary target)
Sasaran

primer

adalah

masyarakat

umum

yang

dapat

kemudian

dikelompokkan menjadi kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu


hamil dan menyusui untuk masalah kesehatan ibu dan anak (KIA), serta anak
sekolah untuk masalah kesehatan remaja dan lainnya. Sasaran promosi kesehatan
ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat.
2. Sasaran Sekunder (secondary target)
Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh masyarakat,
tokoh

agama, tokoh adat, serta orang-orang yang memiliki kaitan serta

berpengaruh penting dalam kegiatan promosi kesehatan, dengan harapan setelah


diberikan promosi kesehatan maka masyarakat tersebut akan dapat kembali
memberikan atau kembali menyampaikan promosi kesehatan pada lingkungan
masyarakat sekitarnya. Tokoh masyarakat yang telah mendapatkan promosi
kesehatan diharapkan pula agar dapat menjadi model dalam perilaku hidup sehat
untuk masyarakat sekitarnya.
3. Sasaran Tersier (tertiary target)
Sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah pembuat keputusan (decision
maker) atau penentu kebijakan (policy maker). Hal ini dilakukan dengan suatu
harapan agar kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh
kelompok tersebut akan memiliki efek/dampak serta pengaruh bagi sasaran
sekunder maupun sasaran primer dan usaha ini sejalan dengan strategi advokasi
(advocacy)
17

Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan tatanan (tempat pelaksanaan):


1. Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)
Keluarga adalah persemaian manusia sebagai anggota masyarakat, masingmasing keluarga menjadi tempat yang kondusif untuk tumbuhnya perilaku sehat
bagi anak- anak sebagai calon anggota masyarakat. Proses kesehatan sangat
berperan,sasaran utamanya adalah orang tua,terutama ibu.
2. Promosi kesehatan pada tatanan sekolah
Sekolah merupakan tempat lanjutan untuk meletkkan dasar perilaku bagi anak,
temsuk perilaku kesehatan. Sekolah dan lingkungan sekolah yang sehat cangat
kondusif untuk berperilaku sehat bagi anak-anak. Sasaran antara promosi
kesehatan di sekolah adalah guru, guru memperoleh pelatihan-pelatihan tentang
kesehatan dan promosi kesehatan yang cukup, selanjutnya guru akan
meneruskannya kepada murid- muridnya.
3. Promosi kesehatan pada tempat kerja
Selama hidup kurang lebih 8 jam perhari para pekerja menghabiskan waktu
untuk menjalankan aktivitas yang beresiko terhadap kesehatannya. Resiko itu
tergantung jenis pekerjaan, lingkungan, dan individu yang berada di dalamnya.
Promosi kesehatan di tempat kerja dilakukan oleh pimpinan perusahaan atau
tempat kerja memberikan fasilitas bekerja yang kondusif, misalnya tersedia air
bersih, tempat sampah, kantin, ruang istirahat, tempat pembuangan kotoran, dan
sebagainya. Selain itu perusahaan juga harus menyediakan unit K3 (Keselamatan
dan Kesehatan Kerja). Pemasangan poster atau leaflet berisi pesan untuk selalu
menjaga keselamatan dan kesehatan kerja.
4. Promosi kesehatan di tempat-tempat umum (TTU)
Tempat umum adalah tempat dimana orang-orang berkumpul pada waktu
tertentu, misalnya pasar, terminalbus, stasiun kereta api, mall, dan lain
sebagainya. Bentuk promosi kesehatan dalam bidang fasilitas seperti penyediaan
tempat sampah, tempat cuci tangan, tempat pembuangan air kotor, ruang tunggu
perokok-nonperokok, kantin, dan lain sebagainya. Pemasangan poster dan
penyedianan leaflet yang berisi cara-cara menjaga kesehatan atau kebersihan
adalah bentuk promosi kesehatan.
5. Pendidikan kesehatan di Institusi pelayanan kesehatan
Tempat pelayanan kesehatna seperti rumah sakit, puskesmas, balai
pengobatan, poliklinik, dan tempat praktik dokter adalah tempat yang strategis
18

untuk dijadikan tempat promosi kesehatan. Ketika ada keluarga yang sakit,
mereka akan lebih peka terhdap informasi kesehatan terutama yang berkaitan
dengan masalah kesehatan atau penyakit yang sedang dideritanya maupun
keluarganya. Promosi kesehatan ini seperti mendengarkan nasihat dokter, perawat,
dan petugas kesehatan lainnya.
Pelaksanaan promosi kesehatan ini dapat dilakukan secara individual,
berkelompok, ataupun secara massal. Contoh promosi kesehatan yang dilakukan
oleh institusi pelayanan kesehatan ini adalah menyediakan leaflet atau selebaran
tentang informasi

yang berisikan penyakit-penyakit

mengenai

jenisnya,

pencegahan, serta perawatannya.

2.8

Strategi promosi kesehatan


( Teja Karimah Saad 160110130007)
( Lulu Luthfiah 160110130048)

2.8.1

Berdasarkan Rumusan WHO (1994)


Strategi promosi kesehatan secara global ini terdiri dari 3 hal, yaitu:
1. Advokasi (Advocacy)
Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain, agar orang
lain tersebut membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam
konteks promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat
keputusan atau penentu kebijakan di berbagai sektor, dan di berbagai tingkat,
sehingga para pejabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita
inginkan. Dukungan dari para pejabat pembuat keputusan tersebut dapat
berupa kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk undang-undang,
peraturan pemerintah, surat keputusan, surat instruksi, dan sebagainya.
Kegiatan advokasi ini ada bermacam-macam bentuk, baik secara formal
inaupun informal. Secara formal misalnya, penyajian atau presentasi dan
seminar tentang issu atau usulan program yang ingin dimintakan dukungan
dari para pejabat yang terkait. Kegiatan advokasi secara informal misalnya
sowan kepada para pejabat yang relevan dengan program yang diusulkan,
untuk secara informal minta dukungan, baik dalam bentuk kebijakan, atau
mungkin dalam bentuk dana atau fasilitas lain. Dari uraian ini dapat
disimpulkan bahwa sasaran advokasi adalah para pejabat baik eksekutif

19

maupun legislatif, di berbagai tingkat dan sektor, yang terkait dengan masalah
kesehatan (sasaran tertier)

2. Dukungan Sosial (Social support)


Strategi dukungan sosial ini adalah suatu kegiatan untuk mencari
dukungan sosial melalui tokoh-tokoh masyarakat (toma), baik tokoh
masyarakat formal maupun informal. Tujuan utama kegiatan ini adalah agar
para tokoh masyarakat, sebagai jembatan antara sektor kesehatan sebagai
(pelaksana program kesehatan) dengan masyarakat (penerima program)
kesehatan. Dengan kegiatan mencari dukungan sosial melalui toma pada
dasarnya

adalah

mensosialisasikan

program-program

kesehatan,

agar

masyarakat mau menerima dan mau berpartisipasi terhadap program


kesehatan tersebut. Oleh sebab itu, strategi ini juga dapat dikatakan sebagai
upaya bina suasana, atau membina suasana yang kondusif . Bentuk kegiatan
dukungan sosial ini antara lain: pelatihan-pelatihan para toma, seminar,
lokakarya, bimbingan kepada toma, dan sebagainya. Dengan demikian maka
sasaran utama dukungan sasial atau bina suasana adalah para tokoh
masyarakat di berbagai tingkat (sasaran sekunder).

3. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)


Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan
kepada

masyarakat

langsung.

Tujuan

utama

pemberdayaan

adalah

mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan


kesehatan mereka sendiri (visi promosi kesehatan). Bentuk kegiatan
pemberdayaan ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan, antara lain:
penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan masyarakat
dalam bentuk misalnya: koperasi, pelatihan-pelatihan untuk kemampuan
peningkatan pendapatan keluarga (income generating skill). Dengan
meningkatnya kemampuan ekonomi keluarga akan berdampak terhadap
kemampuan dalam pemeliharan kesehatan mereka, misalnya: terbentuknya
dana sehat, terbentuknya pos obat desa, berdirinya polindes, dan sebagainya.
Kegiatan-kegiatan semacam ini di masyarakat sering disebut "gerakan
masyarakat" untuk kesehatan. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
sasaran pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat (sasaran primer).
20

2.8.2

Strategi Promosi Kesehatan Berdasarkan Piagam Ottawa (Ottawa

Charter)
Konferensi

internasional

promosi

kesehatan

yang

pertama

dilaksanakan di Ottawa, Canada yang berlangsung pada tanggal 17-21


November 1986. Konferensi promosi kesehatan yang pertama ini mengambil
tema Menuju Kesehatan Masyarakat Baru (The Move Towards a New
Public Health). Konferensi ini diikuti oleh kurang lebih 100 negara baik
negara maju dan negara berkembang. Konferensi promosi kesehatan yang
pertama ini tidak terlepas dari Deklarasi Alma Ata tahun 1978 tentang
Pelayanan Kesehatan Dasar atau Primary Health Care. Kesepakatankesepakatan yang dicapai dalam konferensi ini merupakan peletakan dasar
pembaharuan promosi kesehatan dalam konteks seperti tema konferensi ini,
yakni
Gerakan Menuju Kesehatan Masyarakat Baru Kesepakan bersama tersebut
dituangkan dalam Piagam Ottawa.
1.

Kebijakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan (Healthy Public

Policy)
Kegiatan ditujukan kepada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan.
Hal ini berarti setiap kebijakan pembangunan dalam bidang apapun harus
mempertimbangkan dampak kesehatan bagi masyarakat.
Promosi kesehatan lebih daripada sekadar perawatan kesehatan.
Promosi kesehatan menempatkan kesehatan pada agenda dari pembuat
kebijakan di semua sektor pada semua level, mengarahkan mereka supaya
sadar akan konsekuensi kesehatan dari keputusan mereka dan agar mereka
menerima tanggung jawab mereka atas kesehatan.
Hal ini dimaksudkan agar dapat membuat pilihan yang lebih sehat dan
lebih mudah untuk pembuat keputusan. Kebijakan Berwawasan Kesehatan
artinya setiap keputusan pimpinan selalu memandang atau mempunyai cara
pandang tentang kresehatan. Contoh sederhana ketika camat mengeluarkan
ijin mendirikan bangunan maka harus ada ketentuan bahwa yang membuat
bangunan harus membangun bangunan dengan didukung sarana kesehatan
seperti jamban keluarga.

21

2.

Mengembangkan Jaring Kemitraan dan Lingkungan yang Mendukung

(Create Partnership and Supportive Environments)


Kegiatan ini bertujuan mengembangkan jaringan kemitraan dan
suasana yang mendukung terhadap kesehatan. Kegiatan ini ditujukan kepada
pemimpin organisasi masyarakat serta pengelola tempat-tempat umum dan
diharapkan memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan, baik lingkungan
fisik maupun lingkungan nonfisik yang mendukung atau kondusif terhadap
kesehatan masyarakat.
Masyarakat kita kompleks dan saling berhubungan. Kesehatan tidak
dapat dipisahkan dari tujuan-tujuan lain. Kaitan yang tak terpisahkan antara
manusia dan lingkungannya menjadikan basis untuk sebuah pendekatan sosioekologis bagi kesehatan. Prinsip panduan keseluruhan bagi dunia, bangsa,
kawasan, dan komunitas yang serupa, adalah kebutuhan untuk memberi
semangat pemeliharaan yang timbal-balik untuk memelihara satu sama lain,
komunitas, dan lingkungan alam kita. Konservasi sumber daya alam di seluruh
dunia harus ditekankan sebagai tanggung jawab global. Perubahan pola hidup,
pekerjaan, dan waktu luang memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan.
Promosi kesehatan menciptakan kondisi hidup dan kondisi kerja yang aman.
Penjajakan sistematis dampak kesehatan dari lingkungan yang berubah pesat
terutama di daerah teknologi, daerah kerja, produksi energi dan urbanisasi
sangat esensial dan harus diikuti dengan kegiatan untuk memastikan
keuntungan yang positif bagi kesehatan masyarakat.
Perlindungan alam dan lingkungan yang dibangun serta konservasi
dari sumber daya alam harus ditujukan untuk promosi kesehatan apa saja.
Lingkungan yang mendukung adalah lingkungan dimana kita akan
menjadikan contoh yang baik tentang kesehatan lingkungan ketika kita akan
melakukan promosi kesehatan. Contohnya adalah adanya sekolah sehat yang
mempunyai lingkungan yang sehat.
3.

Reorientasi Pelayanan Kesehatan ( Reorient Health Service)


Penyelenggaraan pelayanan kesehatan merupakan tanggung jawab

bersama antara pemberi dan penerima pelayanan. Orientasi pelayanan


diarahkan dengan menempatkan masyarakat sebagai subjek (melibatkan
masyarakat dalam pelayanan kesehatan) yang dapat memelihara dan
meningkatkan kualitas kesehatannya sendiri. Hal tersebut berarti pelayanan
22

kesehatan lebih diarahkan pada pemberdayaan masyarakat. Bentuk-bentuk


pemberdayaan masyarakat dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
bervariasi mulai dari terbentuknya LSM yang peduli kesehatan, baik dalam
bentuk pelayanan maupun bantuan teknis, sampai upaya-upaya swadaya
masyarakat.
Tanggung jawab untuk promosi kesehatan pada pelayanan kesehatan
dibagi di antara individu, kelompok komunitas, profesional kesehatan, institusi
pelayanan kesehatan, dan pemerintah. Mereka harus bekerja sama melalui
suatu sistem perawatan kesehatan yang berkontribusi untuk pencapaian
kesehatan. Peran sektor kesehatan harus bergerak meningkat pada arah
promosi kesehatan, di samping tanggung jawabnya dalam menyediakan
pelayanan klinis dan pengobatan. Pelayanan kesehatan harus memegang
mandat yang meluas yang merupakan hal sensitif dan ia juga harus
menghormati kebutuhan kultural. Mandat ini harus mendukung kebutuhan
individu dan komunitas untuk kehidupan yang lebih sehat, dan membuka
saluran antara sektor kesehatan dan komponen sosial, politik, ekonomi, dan
lingkungan fisik yang lebih luas.
Reorientasi pelayanan kesehatan juga memerlukan perhatian yang kuat
untuk penelitian kesehatan sebagaimana perubahan pada pelatihan dan
pendidikan profesional. Hal ini harus membawa kepada perubahan sikap dan
pengorganisasian pelayanan kesehatan dengan memfokuskan ulang kepada
kebutuhan total dari individu sebagai manusia seutuhnya. Reorientasi
Pelayanan Kesehatan artinya setiap kegiatan promosi kesehatan diorientasikan
bagaimana pelayanan kesehatan yang seharusnya dan dapat terjangkau setiap
kalangan. Contohnya adalah pemanfaatan sarana kesehatan terdekat sebagai
wadah informasi dan komunikasi tentang kesehatan.
4.

Meningkatkan Keterampilan Individu ( Increase Individual Skills)


Derajat kesehatan masyarakat akan terwujud secara efektif jika unsur-

unsur

yang

terdapat

dimasyarakat

tersebut

bergerak

bersama-sama.

Memperkuat kegiatan masyarakat berarti memberikan bantuan terhadap


kegiatan yang sudah berjalan di masyarakat sehingga lebih dapat berkembang.
Di samping itu, tindakan ini memberi kesempatan masyarakat untuk
berimprovisasi yaitu melakukan kegiatan dan berperan serta aktif dalam
pembangunan kesehatan.
23

Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat yang terdiri atas


kelompok, keluarga, dan individu. Kesehatan masyarakat terwujud apabila
kesehatan kelompok , keluarga dan individu terwujud. Oleh sebab itu
peningkatan keterampilan anggota masyarakat atau individu sangat penting
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat
memelihara serta meningkatkan kualitas kesehatannya.
Promosi kesehatan mendukung pengembangan personal dan sosial
melalui penyediaan informasi, pendidikan kesehatan, dan pengembangan
keterampilan hidup. Dengan demikian, hal ini meningkatkan pilihan yang
tersedia bagi masyarakat untuk melatih dalam mengontrol kesehatan dan
lingkungan mereka, dan untuk membuat pilihan yang kondusif bagi kesehatan.
5.

Memperkuat Kegiatan Masyarakat ( Strengthen Community Action)


Promosi kesehatan bekerja melalui kegiatan komunitas yang konkret

dan efisien dalam mengatur prioritas, membuat keputusan, merencanakan


strategi dan melaksanakannya untuk mencapai kesehatan yang lebih baik. Inti
dari proses ini adalah memberdayakan komunitas. Pengembangan komunitas
menekankan pengadaan sumber daya manusia dan material dalam komunitas
untuk mengembangkan kemandirian dan dukungan sosial, dan untuk
mengembangkan sistem yang fleksibel untuk memerkuat partisipasi publik
dalam masalah kesehatan. Gerakan Masyarakat merupakan suatu partisipasi
masyarakat yang menunjang kesehatan. Contoh gerakan Jumat bersih

2.9

Definisi Satuan Penyuluhan (Satpel)


(Bunga Hasna Adilah 160110130110)
2.9.1

Pendahuluan
Mengajar atau memberikan penyuluhan kepada masyarakat adalah

suatu usaha untuk membimbing masyarakat ke arah suatu perubahan perilaku


yang kita harapkan. Menurut Eliza Herijulianti (2001), untuk mencapai suatu
keberhasilan dalam penyuluhan, hendaknya sebelum memberikan penyuluhan
sebaiknya dibuat persiapan atau perencanaan, baik perencanaan penyuluh
maupun perencanaan pembuatan media komunikasi. Proses perencanaan
penyuluhan ini merupakan pedoman dalam proses belajar mengajar atau

24

proses kegiatan selama penyuluhan, yang lazim dikenal dengan sebutan satuan
pelajaran atau sering disebut Satpel.
Adapun manfaat membuat satuan pelajaran sebelum penyuluhan,
yaitu:
a. Hasil penyuluhan akan segera diketahui.
Sebelum penyuluhan kita melakukan tes awal. Kemudian setelah
penyuluhan, kita melakukan atau memberikan tes akhir. Hasil kedua tes ini
dapat kita bandingkan. Soal yang diberikan pada tes awal dan tes akhir
harus dibuat sama. Jika tes akhir menunjukan prestasi yang lebih baik
daripada tes awal, maka hal ini menandakan penyuluh telah berhasil dalam
mencapai tujuan penyuluhan.
b. Kegiatan penyuluhan akan lebih lancar.
Hal ini dikarenakan penyuluh telah merencanakan kegiatan apa saja
yang harus dilakukan oleh penyuluh dan kegiatan apa yang harus
dilakukan oleh sasaran sejak pendahuluan sampai dengan penutupan.
Kegiatan dilaukan secara sistematis sesuai dengan materi dan tujuan
penyuluhan.
c. Pengetahuan dalam memberikan penyuluhan akan bertambah.
Hal ini dikarenakan penyuluh dalam mempersiapkan maeri harus
selalu membuka buku sumber untuk mencari bahan yang harus sesuai
dengan kebutuhan.
d. Bahan atau materi penyuluhan akan lebih dikuasai.
Dalam menyampaikan materi, penyuluh tidak akan tersendat-sendat
dan tidak canggung sehingga materi yang dipersiapkan sesuai dengan
waktu yang tersedia.
e. Alat bantu dalam penyuluhan dapat terlebih dahulu dipersiapkan, seperti
proyektor untuk media visual.
Dalam membuat satuan pelajaran (Satpel), semua kemampuan harus
dirumuskan secara jelas. Komponen satuan pelajaran terdiri dari tujuan yang
hendak dicapai, bahan atau materi yang akan diberikan, metode yang

25

digunakan kegiatan belajar mengajar/kegiatan penyuluhan, sumber yang


digunakan dan evaluasi.

2.9.2

Tujuan
Tujuan pengajaran atau penyuluhan adalah hadil yang harus dicapai

setelah pengajaran/penyulihan selesai diberikan yang berupa terjadinya


perubahan perilaku. Tujuan pengajaran ini disebut tujuan instruksional.
Tujuan instruksional ini dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
a. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Rumusan tujuan instruksional umum menggambarkan perubahan
tingkah laku yang masih umum, yang masih banyak sekali jumlahnya,
sehingga sukar sekali bagi kita untuk mengadakan pengukuran. Dikatakan
sukar diukur karena tujuan ini menggambarkan perubahan perilaku yang
tidak dapat ditentukan dengan pasti dan bukan merupakan tingkah laku
yang spesifik. Rumusan TIU ini sebaiknya ditulis dalam membuat
persiapan pengajaran karena TIU mempunyai peranan yang sangat penting
sekali dalam tujuan instruksional khusus (TIK).
Fungsi TIU, yaitu membantu mempercepat penyusunan TIK. Sebagai
perbandingan, dapat diukur apakah TIK yang kita buat sudah benar-benar
spesifik dalam menggambarkan pola tingkah laku yang mudah diukur.
b. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
TIK adalah rumuan kata-kata dalam kalimat yang menggambarkan
perubahan tingkah laku sasaran yang diinginkan setelah sasaran
menyelesaikan suatu kegiatan belajar.
Perubahan tingkah laku ini dapat diketahui dengan jelas baik melalui
pengamatan maupun melalui tes. Kedua tujuan instruksional tersebut pada
prinsipnya harus dirumuskan secara lengkap dan mengandung empat
unsur/komponen, diantaranya:
(1) Audience, sasaran yang harus dapat mengerjakan perbuatan yang
dinyatakan dalam tujuan.
(2) Behavior, perilaku yang harus dimiliki oleh sasaran setelah merek
menerima pelajaran.

26

(3) Condition, persyaratan yang harus ada atau diperhatikan pada saat
perilaku yang diharapkan dimiliki oleh audiensi itu dievaluasi.
(4) Degree, target tujuan yang harus dicapai atau tingkatan minimal yang
harus dimiliki audiensi.
Persyaratan dalam membuat TIK, antara lain:
(1) Harus menggunakan istilah kata kerja yang operasional, yaitu kata
kerja yang menunjukkan tingkah laku yang dapat diamati.
(2) Harus berorientasi pada sasaran berbentuk tingkah laku sasaran.
(3) Harus dalam bentuk hasil belajar.
(4) Hanya meliputi satu jenis tingkah laku.
Contoh:
Setelah pelajaran selesai, siswa SMA kelas 10 dapat menerjemahkan
uraian tentang kesehatan dalam bahasa Inggris ke bahasa Indonesia paling
sedikit sebanyak satu halaman dalam tempo 60 menit.
Audience: Siswa SMA kelas 10
Behavior: Dapat menerjemahkan uraian tentang kesehatan dalam bahasa
Inggris ke bahasa Indonesia.
Condition: Tanpa membuka kamus.
Degree: Sebanyak satu halaman selama 60 menit.

2.10

Cara Menentukan Satpel


( Bunga Hasna Adillah 160110130110 )

Bahan/Materi yang Diberikan


Bahan/materi yang diberikan sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan
dan latar belakang sasaran agar materi mudah dipahami oleh sasaran,
penyusunan

materi

harus

sistematik.

Istilah

asing

sebaiknya

sudh

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan penggunaan istilah harus ajeg


dari awal sampai akhir penyuluhan.
Pemilihan Metode
(Muhammad Arfianto Nur 160110130069)
Pemilihan metode yang tepat akan menentukan keberhasilan proses
penyuluhan. Untuk memperoleh metode yang tepat, seorang penyuluh harus
27

dapat memahami kriteria pemilihan metode serta mengerti tentang prinsipprinsip

menggunakan

metode

mengenai

jenis-jenis

metode

beserta

karakteristiknya
Pemilihan metode harus mengacu pada kriteria tertentu, yaitu :
1.

Menunjang penyampaian TIK yag telah ditetapkan. Hal ini tergantung

pada perubahan perilaku yang diharapkan, berdasarkan taksonomi Bloom yang


membagi perilaku manusia dalam 3 ranah, yaitu :
Kognitif (Pengetahuan)
Afektif (Sikap)
Psikomotor (Keterampilan)

2. Sesuai dengan materi yang akan disajikan


3. Sesuai dengan karakteristik siswa/sasaran/usia/tingkat pendidikan.
4. Bergantung pada waktu yang tersedia
5. Bergantung pada sarana dan prasarana
6. Bergantung pada banyak sasaran
7. Bergantung pada kemampuan penyuluh
8. Bergantung pada besar kecilnya ruangan

28

Prinsip Penggunaan Metode


Tidak ada satupun metode yang dapat digunakan untuk mencapai semua
tujuan
Sebaiknya digunakan lebih dari satu metode dalam satu penyuluhan

Tujuan Instruksional Khusus


Meningkatkan

Meningkatkan/membentuk

Meningkatkan/

/membentuk pengetahuan

keterampilan

membentuk sikap

Metode yang digunakan :

Metode yang digunakan :

Metode yang digunakan :

Ceramah

Demonstrasi

Permainan

Diskusi

Eksperimen

Simulasi

Tanya Jawab

Praktik

Pemberian Tugas

Kegiatan Belajar Mengajar


(Hedy Diana 160110130037)
Kegiatan belajar mengajar (KBM) adalah kegiatan yang harus dilakukan oleh
penyuluh maupun sasaran dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Langkah
ini merupakan langkah yang harus ditempuh agar proses belajar/penyuluhan berjalan
dengan lancar sehingga dapat dapat timbul interaksi antara penyuluh dengan audiensi
sehingga audiensi akan mengalami perubahan tingkah laku sesuai dengan tujuan yang
diinginkan. Di dalam SATPEL harus ditulis apa saja kegiatan guru/Penyuluh dan apa
saja kegiatan audiensi.
Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan penyuluhan merupakan pemikiran langkah yang harus ditempuh oleh
guru/penyuluh untuk membantu audiensi mencapai tujuan instruksional atau
terjadinya perubahan tingkah laku. Kegiatan penyuluh dalam mengatur strategi
pembelajaran meliputi hal-hal sebagai berikut.

1. Pendahuluan
Tahap ini membutuhkan waktu 10% dari waktu pertemuan yang dialokasikan dan
bertujuan membawa siswa kebagian pokok pembelajaran. Peristiwa belajar yang
perlu dilaksanakan pada tahap inni, antara lain :

29

Menyiapkan siswa atau menenangkan siswa

Memberi salam

Memperkenalkan diri

Menarik perhatian siswa

Menimbulkan atau meningkatkan motivasi

Memberitahukan TIK yang akan dicapai

Menjelaskan KBM

Menyajikan bahan pengait dengan cara persepsi/tes awal

Fungsi tahapan ini untuk merangsang terciptanya kondisi internal pada diri siswa
2. Pengembangan
Banyak orang beranggapan bahwa tahap ini merupakan pengajaran sesungguhnya.
Sebanyak 65% dari alokasi waktu yang tersedia digunakan untuk menyampaikan
materi yang bersifat pengetahuan, 25% sisanya untuk materi yang bersifat
keterampilan.
KBM yang dilaksanakan, meliputi :

Penyampaian materi

Pemotivasian dan pembimbingan siswa belajar

Pemerolehan umpan balik

3. Konsolidasi
Mengonsolidasi bagian materi yang telah diajarkan menjadi satu kesatuan
dilakukan dengan cara merangkum. Dalam proses konsolidasi kita harapkan
adanya persamaan pandangan antara penyuluh dan sasaran terhadap pesan yang
telah disampaikan.
4. Pemberian tugas
Pemberi tugas meliputi :

Menghubungkan

apa

yang

diajarkan/diberikan.

Menutup pelajaran/penyuluhan

Menenangkan sasaran

Memberi salam

5. Kegiatan sasaran
Bila di dalam kelas:

Anak duduk dengan tenang

30

didapat

dengan

apa

yang

akan

Menyiapkan alat pelajaran

Mendengarkan/melaksanakan perintah penyuluh

Mencatat

Menjawab pertanyaan

Bila di masyarakat :

Sasaran duduk dengan tenang

Mendengarkan

Menjawab dan bertanya

Dalam metode demonstrasi sasaran mungkin ikut serta memperaktikannya

Menenekankan apa yang sedang diberikan

Alat Peraga / Media Promosi Kesehatan


(Catherine Gitta M. 160110130090)
Alat peraga atau media dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat
bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa, atau
dicium untuk memperlancar komunikasi dan penyebarluasan informasi. Alat bantu ini
sering disebut alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan memperagakan
sesuatu dalam proses penyuluhan (Notoatmodjo, 2007). Alat peraga ini disusun
berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia itu diterima
atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak indera yang digunakan untuk
menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian /
pengetahuan yang diperoleh. Dengan kata lain, alat peraga ini dimaksudkan untuk
mengerahkan indera sasaran penyuluhan sebanyak mungkin kepada suatu objek
sehingga mempermudah proses penerimaan pengetahuan yang baru.
Biasanya, dalam suatu kegiatan promosi kesehatan akan digunakan beberapa
alat peraga secara kombinasi, misalnya menggunakan papan tulis dan foto dan
sebagainya. Tetapi dalam menggunakan alat peraga, baik tunggal maupun
dikombinasikan, ada dua hal yang tetap harus diperhatikan, yaitu alat peraga harus
mudah dimengerti oleh masyarakat sasaran dan ide atau gagasan yang terkandung di
dalamnya harus dapat diterima oleh masyarakat sasaran. Alat peraga yang digunakan
secara baik akan memberikan keuntungan bagi penyuluh, antara lain:
1. Dapat menghindari salah pengertian atau salah tafsir

31

2. Dapat memperjelas materi yang diterangkan dan mempermudah sasaran


menangkap materi yang telah dijelaskan
3. Materi yang diterangkan akan lebih lama diingat, terutamaaa hal-hal yang
mengesankan
4. Dapat menarik dan memusatkan perhatian sasaran
5. Dapat member motivasi yang kuat untuk melakukan hal-hal yang diajarkan
atau dianjurkan.

Alat peraga dapat dibagi ke dalam empat kelompok besar, yaitu:


1. Benda asli
Merupakan benda yang keberadaannya sungguh ada, baik hidup maupun
mati. Alat peraga menggunakan benda asli merupakan yang paling baik karena
mudah dan cepat dikenal serta mempunyai bentuk dan ukuran yang tepat.
Namun, kelemahan alat peraga asli ini adalah tidak selalu mudah dibawa ke
mana-mana sebagai alat bantu mengajar. Alat peraga asli ini dibagi lagi
menjadi:

Benda sesungguhnya

Spesimen, benda sesungguhnya yang telah diawetkan.

Sample, benda sesungguhnya untuk diperdagangkan.

2. Benda tiruan
Merupakan benda yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya. Benda
tiruan dapat digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi
kesehatan jika tidak memungkinkan untuk menggunakan benda aslinya,
misalnya karena ukuran benda asli yang terlalu besar, terlalu berat, dan lainlain. Benda tiruan dapat dibuat dari bermacam-macam bahan seperti tanah,
kayu, plastik, dan lain-lain.
3. Gambar / media grafis

Poster
adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambar-gambar
dengan sedikit kata-kata. Gambar dalam poster dapat berupa lukisan,
ilustrasi, kartun, foto, atau gambar. Kata-kata pada poster harus jelas
artinya, tepat pesannya, dan dapat mudah dibaca pada jarak kurang
lebih 6 meter. Poster biasanya ditempelkan pada tempat yang mudah

32

dilihat dan banyak dilalui orang karena tujuan utama poster adalah
untuk mempengaruhi orang banyak. Oleh karena itu, poster harus
dibuat semenarik mungkin, namun tetap sederhana dan hanya berisi
satu ide saja.
Poster dikatakan baik jika mampu diingat untuk waktu yang lama
oleh orang yang melihatnya dan dapat mendorong untuk bertindak.

Leaflet
adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat
singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang sederhana.
Ide yang disajikan pada leaflet dapat beragam dan disajikan secara
berlipat.

4. Gambar alat optik

Foto
Sebagai bahan untuk alat peraga, foto digunakan dalam bentuk:
a) Album, yaitu merupakan foto-foto yang isinya berurutan dan
menggambarkan suatu cerita, kegiatan dan lain-lain.
b) Dokumentasi lepasan, yaitu foto-foto yang berdiri sendiri dan
tidak disimpan dalam bentuk album. Menggambarkan satu pokok
persoalan atau titik perhatian.

Slide
Slide pada umumnya digunakan pada sasaran kelompok. Slide ini
sangat efektif untuk membahas suatu topik tertentu dan peserta dapat
mencermati setiap materi dengan seksama, karena slide sifatnya dapat
diulang-ulang.

Film
Film lebih kearah sasaran secara massal, sifatnya menghibur
namun bernuansa edukatif.

Selain pengelompokan di atas, alat peraga juga dapat dikelompokkan menjadi 3


kategori berdasarkan indera yang dilibatkan, yaitu:
a. Alat bantu lihat
Alat ini berguna dalam membantu menstimulasikan indera mata pada
saat penyuluhan. Alat ini dibagi lagi ke dalam 2 bentuk yaitu
1. Alat yang diproyeksikan (contoh: slide, film)

33

2. Alat yang tidak diproyeksikan (contoh: gambar dua dimensi,


gambar tiga dimensi, gambar peta, bagan, bola dunia, boneka dan
lain-lain).
b. Alat bantu dengar
Alat ini berguna dalam membantu menstimulasi indera pendengar pada
saat proses penyampaian bahan penyuluhan, misalnya piringan hitam,
radio, pita suara dan lain-lain.
c. Alat bantu lihat-dengar
Alat ini berguna dalam menstimulasi indera penglihatan dan
pendengaran pada waktu proses penyuluhan, misalnya televisi, video
cassette dan lain-lain.

Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan kesehatan, media ini dapat dibagi
menjadi 3 yakni :
a. Media cetak
Media ini mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya terdiri dari
gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Yang
termasuk dalam media ini adalah booklet, leaflet, flyer (selebaran), flip
chart (lembar balik), rubric atau tulisan pada surat kabar atau majalah,
poster, foto yang mengungkapkan informasi kesehatan.
Ada beberapa kelebihan media cetak antara lain tahan lama, mencakup
banyak orang, biaya rendah, dapat dibawa kemana-mana, tidak perlu
listrik, mempermudah pemahaman dan dapat meningkatkan gairah belajar.
Media cetak memiliki kelemahan yaitu tidak dapat menstimulir efek
gerak dan efek suara dan mudah terlipat.
b. Media elektronik
Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat dilihat
dan didengar dan penyampaiannya melalui alat bantu elektronika. Yang
termasuk dalam media ini adalah televisi, radio, video film, cassette, CD,
VCD.
Kelebihan dari media ini antara lain lebih mudah dipahami, lebih
menarik, sudah dikenal masyarakat, bertatap muka, mengikut sertakan
seluruh panca indera, penyajiannya dapat dikendalikan dan diulang-ulang
serta jangkauannya lebih besar.
34

Kelemahan dari media ini adalah biayanya lebih tinggi, sedikit rumit,
perlu listrik dan alat canggih untuk produksinya, perlu persiapan matang,
peralatan

selalu

berkembang

dan

berubah,

perlu

keterampilan

penyimpanan dan keterampilan untuk mengoperasikannya.


c. Media Luar Ruang
Media menyampaikan pesannya di luar ruang, bisa melalui media
cetak maupun elektronik misalnya papan reklame, spanduk, pameran,
banner dan televisi layar lebar.
Kelebihan dari media ini adalah lebih mudah dipahami, lebih menarik,
sebagai informasi umum dan hiburan, bertatap muka, mengikut sertakan
seluruh panca indera, penyajian dapat dikendalikan dan jangkauannya
relatif besar.
Kelemahan dari media ini adalah biaya lebih tinggi, sedikit rumit,
perlu alat canggih untuk produksinya, persiapan matang, peralatan selalu
berkembang dan berubah, memerlukan keterampilan penyimpanan dan
keterampilan untuk mengoperasikannya.
Media penyuluhan kesehatan yang baik adalah media yang mampu
memberikan informasi atau pesan-pesan kesehatan yang sesuai dengan tingkat
penerimaan sasaran, sehingga sasaran mau dan mampu untuk mengubah perilaku
sesuai dengan pesan yang disampaikan.
Sumber Pelajaran
Sumber pelajaran adalah buku atau bahan bacaan yang digunakan sebagai
acuan pengembangan materi yang akan disampaikan pada saat penyuluhan. Sumber
pelajaran sebaiknya diambil dari bahan-bahan bacaan yang memiliki sumber yang
jelas sehingga kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan oleh penyuluh. Bahan
bacaan yang dianjurkan berupa textbook, jurnal ilmiah, situs-situs ilmiah, dan lain-lain
sumber lain yang evidence-based.

Evaluasi
Evaluasi merupakan tes yang dilakukan kepada sasaran untuk mengetahui
sampai sejauh mana materi dapat ditangkap oleh sasaran. Evaluasi dapat berupa tes
lisan, tes tulisan, maupun tes perbuatan.

35

BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1

Kasus
Dokter gigi Afgan setelah lulus dari FKG Unpad ditempatkan di Puskesmas A

di kaki gunung Manglayang. Hasil survei pada masyarakat di Kecamatan A di kaki


gunung Manglayang sebagai berikut : indeks OHI-S 6,0 dan nilai DMF-T penduduk
usia produktif 8,3 dan indeks def-t pada anak-anak 9,7.
Hasil survei tersebut menunjukkan pentingnya dokter Afgan merencanakan
mengadakan promosi kesehatan (health promotion) dengan menggunakan strategi
promosi kesehatan (Health Promotion Strategy). Dokter gigi Afgan melaksanakan
program promosi kesehatan dengan memperhatikan visi, misi, sasaran, dan ruang
lingkupnya dengan menggunakan metode promosi kesehatan berdasar pada modelmodel promosi dan berbagai strategi kesehatan.
Salah satu bentuk promosi kesehatan yang dipilih yaitu penyuluhan, beliau
menuliskan perencanaan penyuluhan dalam bentuk satuan penyuluhan (Satpel).
Setelah pelaksanaan penyuluhan, Dokter gigi Afgan kembali melakukan
survei dan hasilnya menunjukkan penurunan indeks OHI-S, Indeks DMF-T, dan def-t
sebanyak 10 % pada tahun pertama.

3.2

Hipotesis
Hipotesis berdasarkan diskusi kelompok kami sebagai berikut :
1. Kurangnya tingkat kesadaran masyarakat terhadap kesehatan gigi dan
mulut sehingga OH masyarakat buruk.
2. Penyuluhan kurang efektif sehingga penurunan indeks OHI-S, Indeks
DMF-T, dan def-t hanya 10%.

3.3

Hasil Diskusi
Kurangnya tingkat kesadaran masyarakat di kaki gunung Manglayang

terhadap kesehatan gigi dan mulut, sehingga OH masyarakat buruk yang dapat dilihat
dari indeks OHI-S, DMF-T, dan def-t yang termasuk dalam kategori yang sangat
rendah. Oleh karena itu, dokter gigi Afgan mengadakan promosi kesehatan dalam
36

bentuk penyuluhan. Sebelum memberikan penyuluhan, dokter gigi Afgan perlu


melakukan proses perencanaan yang disebut dengan Satuan Penyuluhan (Satpel).
Komponen yang terdapat dalam satuan penyuluhan terdiri dari tujuan yang hendak
dicapai, bahan atau materi yang akan diberikan, metode yang akan digunakan,
kegiatan belajar mengajar atau kegiatan penyuluhan, sumber yang digunakan, dan
evaluasi.
Penyuluhan yang dilakukan dokter gigi Afgan kurang efektif, sehingga
penurunan indeks OHI-S, Indeks DMF-T, dan def-t hanya 10%. Oleh karena itu,
dokter gigi Afgan perlu melakukan 4 tingkat pencegahan penyakit dalam perspektif
penyakit masyarakat menurut Level dan Clark lainnya selain Health promotion, yakni
Specific protection (perlindungan khusus salah satunya melalui flouridasi), Early
diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini dan pengobatan segera pada gigi yang
telah mengalami karies), Disability limitation (membatasi atau mengurangi terjadinya
kecacatan), dan Rehabilitation (pemulihan).

37

BAB IV
PENUTUP

4.1

Kesimpulan
Berdasarkan hasil diskusi yang telah kami dapatkan, maka kami dapat

menyimpulkan bahwa promosi kesehatan adalah upaya yang sangat penting untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat serta untuk membuat masyarakat mau dan
mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya sesuai dengan visi misi promosi
kesehatan. Promosi kesehatan tersebut harus dapat dilakukan oleh seorang dokter gigi
dalam meningkatkan kesehatan gigi dan mulut masyarakat.

38

DAFTAR PUSTAKA

1. Naidoo J & Wills J. (2000). Health promotion foundation for practice


secondedition Bailliere Tindall. Philadelphia
2. Notoatmodjo, Soekidjo, Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasi, Rineka
Cipta, Jakarta, 2003.
3. Pintauli, Sondang, dan Taizo. (2008). Menuju Gigi dan Mulut Sehat. Medan:
USU Press.

39

Вам также может понравиться

  • Etiologi Periodontitis
    Etiologi Periodontitis
    Документ17 страниц
    Etiologi Periodontitis
    ririnfitr
    Оценок пока нет
  • Praktek Kedokteran
    Praktek Kedokteran
    Документ43 страницы
    Praktek Kedokteran
    Febridho
    Оценок пока нет
  • Tugas Diskusi Omc
    Tugas Diskusi Omc
    Документ14 страниц
    Tugas Diskusi Omc
    ririnfitr
    Оценок пока нет
  • POAC/E
    POAC/E
    Документ3 страницы
    POAC/E
    ririnfitr
    Оценок пока нет
  • Ulser
    Ulser
    Документ20 страниц
    Ulser
    dwi
    Оценок пока нет
  • BMSP5
    BMSP5
    Документ154 страницы
    BMSP5
    ririnfitr
    Оценок пока нет
  • Jenis-jenis Luka
    Jenis-jenis Luka
    Документ7 страниц
    Jenis-jenis Luka
    ririnfitr
    Оценок пока нет
  • Diagnosis Dan Pemeriksaan Fraktur Gigi
    Diagnosis Dan Pemeriksaan Fraktur Gigi
    Документ5 страниц
    Diagnosis Dan Pemeriksaan Fraktur Gigi
    ririnfitr
    Оценок пока нет
  • GEJALA KLINIS DAN PENGELOLAAN KELAINAN PERIODONTAL
    GEJALA KLINIS DAN PENGELOLAAN KELAINAN PERIODONTAL
    Документ90 страниц
    GEJALA KLINIS DAN PENGELOLAAN KELAINAN PERIODONTAL
    ririnfitr
    Оценок пока нет
  • Resume Fraktur Mandibula
    Resume Fraktur Mandibula
    Документ11 страниц
    Resume Fraktur Mandibula
    ririnfitr
    Оценок пока нет
  • POAC/E
    POAC/E
    Документ3 страницы
    POAC/E
    ririnfitr
    Оценок пока нет
  • Congenitally Missing Teeth
    Congenitally Missing Teeth
    Документ3 страницы
    Congenitally Missing Teeth
    ririnfitr
    Оценок пока нет
  • Perdarahan Dan Trauma Jaringan Lunak
    Perdarahan Dan Trauma Jaringan Lunak
    Документ24 страницы
    Perdarahan Dan Trauma Jaringan Lunak
    ririnfitr
    Оценок пока нет
  • Hiv
    Hiv
    Документ15 страниц
    Hiv
    ririnfitr
    Оценок пока нет
  • Klasifikasi
    Klasifikasi
    Документ18 страниц
    Klasifikasi
    ririnfitr
    Оценок пока нет
  • Patogenesis Gingiva Enlargement
    Patogenesis Gingiva Enlargement
    Документ3 страницы
    Patogenesis Gingiva Enlargement
    ririnfitr
    Оценок пока нет
  • LO 5 Case 1 Full
    LO 5 Case 1 Full
    Документ16 страниц
    LO 5 Case 1 Full
    ririnfitr
    Оценок пока нет
  • Abrasive Materials
    Abrasive Materials
    Документ22 страницы
    Abrasive Materials
    ririnfitr
    Оценок пока нет
  • Kontrol Neurologis
    Kontrol Neurologis
    Документ10 страниц
    Kontrol Neurologis
    ririnfitr
    Оценок пока нет
  • Lo 8
    Lo 8
    Документ2 страницы
    Lo 8
    ririnfitr
    Оценок пока нет
  • Makalah Case 3 DSP 5
    Makalah Case 3 DSP 5
    Документ16 страниц
    Makalah Case 3 DSP 5
    ririnfitr
    Оценок пока нет
  • Ririn Fitri Synthetic Resins
    Ririn Fitri Synthetic Resins
    Документ38 страниц
    Ririn Fitri Synthetic Resins
    ririnfitr
    Оценок пока нет
  • Alloy KG
    Alloy KG
    Документ53 страницы
    Alloy KG
    ririnfitr
    Оценок пока нет