Вы находитесь на странице: 1из 17

Laporan Praktikum Fisika Dasar

Topik: Momentum dan Tumbukan

Nama : Fendy Wijaya


NIM : 1401010060
Modul 3
Tanggal Praktik : 23 September 2014
Prodi : Nutrition and Food Technology
Kawan Kerja : Gabriela Alyssa Wijaya dan Febiana

Bab 1. Tujuan praktikum


1. Membuktikan kekekalan momentum tumbukan elastis dan tidak elastis
2. Membuktikan hukum kekekalan momentum dan energi ketika gaya magnet bekerja
pada sistem.
3. Mengetahui pengaruh gaya interaksi magnetik dengan Energi terhadap jarak
maksimal interaksi magnet dua kereta.

Bab 2. Prinsip praktikum


Pada praktikum kali ini kami akan membahas tentang tumbukan dan momentum linear.
Sebelumnya, apa yang dimaksud dengan momenum linear? Momentum linear adalah besaran
vektor dari suatu benda dengan massa sekian bergerak dengan kecepatan tertentu. Rumus dasar
dari momentum linear sendiri adalah, = . dimana m adalah massa benda dan v adalah
p
kecepatan benda. Maka kita bisa menotasikan dari rumus = didapat bahwa =

dimana P adalah perubahan momentum dan t adalah perubahan waktu yang terjadi. Jika gaya
p
yang dikenakan ke benda itu = 0 maka kita dapat menentukan bahwa =
= 0 dan dapat

dinyatakan bahwa perubahan besaran momentum yang terjadi = 0 inilah yang dinyatakan
sebagai momentum yang kekal. Karena deltaP = 0 maka deltaPi = deltaPf jadi didapat rumus
dasar, 1 + 2 = 1 + 2
Tumbukan biasanya digolongkan berdasarkan kecepatan relatif benda setelah bertumbuk dan
sebelum bertumbukan. Jika benda memiliki kecepatan relatif sama, maka benda tersebut elastis
sempurna. Jika kecepatan relatif setelah bertumbukan lebih besar maka benda tersebut semi
elastin, dan jika benda berhenti setelah terpantul, maka benda tersebut inelastis sempurna.
Rasio kecepatan relatif akhir terhadap awal disebut koefisien restitusi atau e.Tumbukan elastim
memiliki e = 1, seangkan tumbukan inelastis sempurna memiliki e = 0. Tumbukan semi elastis
koefisien retitusinya berada di antara 1 dan 0. Koefisien restitusi dapat dicari dengan
=

2 1
1 2

Bagian dari air track set yang digunakkan adalah lintasan, 2 kereta, 2 gerbang cahaya, pegas,
velcro, magnet dan karet. Pada timer counter digunakan fungsi Timing II sehingga akan tampak
2 besaran waktu secara berurutan.
Untuk experiment pertama, pada saat percobaan dengan pegas, kereta 1 yang bertumbukan
dengan kereta 2 akan menyebabkan kereta 2 bergerak searah dengan kereta 1 dan kereta 1
terhenti.
1 1 + 2 2 = 1 1 + 2 2

Sedangkan percobaan dengan velcro akan membuat kedua kereta bersatu setelah tumbukan.
Karena itu, rumus kekekalan momentum menjadi
1 1 + 2 2 = (1 + 2 )
Untuk mencari , hasil mutlak dari pengurangan dengan dibagi dengan
lalu dikali dengan 100%. Cara yang sama digunakan untuk menghitung
dimana dinyatakan
1
= 2
2
dan dinyatakan
1
= 2
2
Pada experiment kedua, percobaan kereta dengan prinsip massa tidak sama. Beban yang
beratnya bervariasi ditambahkan ke salah satu kereta. Prinsip eksperimen hampir sama dengan
eksperimen pertama. Eksperimen ini juga dilakukan saat percobaan elastik dan m elastik.
Lewat eksperimen ini akan dianalisis kekekalan momentum ketika m1 > m2 dan m1 < m2.
Kemudian kita mencatat dan menghitung, momentum yang ada dan Ek yang ada sama seperti
pada percobaan pertama.
Pada experiment ketiga, merupakan aksi pada kejauhan (Action at distance). Kedua kereta
dipasang magnet pada posisi yang saling tolak-menolak, saat kedua kereta bertemu akan terjadi
tumbukan elstik sempurnna yang halus akibat gaya tolak dari kedua magnet. Data yang dicatat
sama seperti data pada percobaan kedua
Pada experiment keempat dan kelima kami membahas tentang bagaimana mengetahui
hubungan gaya yang terjadi atau Ep yang dihasilkan dengan jarak maksimal interaksi magnet.
Pada percobaan 4, rel kereta berupa bidang miring dengan tinggi yang diubah tiap kali
mengukur data. Pada tiap kemiringan kereta diletakan di posisi terbawah rel. Kemudian kereta
lain diluncurkan tanpa di beri gaya pada posisi yang sama. Kereta diberikan magnet dengan
kutub yang sama pada arah berlawanan kereta tersebut. Pada saat jarak interaksi magnetik
benda akan saling tolak menolak. Pada pertama kali kami menggunakan bidang datar sehingga
gaya yang diberikan adalah 0 . Pada benda miring kereta kedua akan bergerak sendiri mendekat
kearah kereta satu dan akan menghasilkan gaya interaksi magnet. Sehingga besar gaya dapat
kita cari dengan rumus,
= 1. .
F = gaya interaksi antar kereta
M1 = adalah massa kereta
G= percepatan gravitasi
Sin = besar sin dari sudut yang dibentuk, dapat dicari dari x/P dimana x adalah jarak
interaksi magnetik dan P adalah panjang lintasan kereta .

Pada percobaan kelima kami membahas tentang bagaimana mengetahui hubungan besar Ep
dengan jarak interaksi magnet pada kedua kereta. Dengan prinsip kerja yang sama dengan
percobaan ke-4 namun kali ini kereta dilepas lima kali sesuai jumlah percobaan pada jarak
yang sama/ atau ditentukan s= 0,072 meter. Dengan berdasarkan pada rumus,
= .
Maka dengan persamaan F diatas kita dapat memasukan rumus,
= 1. . .
F = gaya interaksi antar kereta
M1 = adalah massa kereta
G= percepatan gravitasi
Sin = besar sin dari sudut yang dibentuk, dapat dicari dari x/P dimana x adalah jarak
interaksi magnetik dan P adalah panjang lintasan kereta .
S = jarak lepas kereta kedua dari titik tertentu.

Bab 3. Experiment 1
Alat dan bahan:
a. Air track set
b. Blower
c. Jangka sorong
d. Neraca 4 lengan
Cara kerja:
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan serta menghubungkan timer counter
dan blower ke sumber listrik.
2. Memasang pegas dan penghalang pada ujung 2 kereta sedemikian rupa.
3. Mengukur massa tiap kereta
4. Mengatur ketinggian lintasan sehingga kereta bergerak konstan.
5. Meletakkan kereta 2 diantara kedua gerbang cahaya dan kereta 1 di ujung lintasan
berkaret
6. Melakukan percobaan dengan memantulkan kereta ke karet hingga pegas kerata 1
memberikan gaya kepada kereta 2.
7. Mencatat waktu yang tertera pada timer counter, yaitu waktu saat kereta 1 melewati
gerbang cahaya 1 dan kereta 2 melewati gerbang cahaya 2.
8. Mengulangi percobaan sebanyak 5 kali.
9. Mengganti pegas pada kedua kereta dengan velcro.
10. Melakukan kembali percobaan sebanyak 5 kali hingga mendapatkan 5 set waktu,
yaitu waktu kereta 1 melewati gerbang 1 dan waktu kereta 2 (yang bersatu dengan
kereta 1) melewati gerbang 2.

3.1 Data pengamatan


A. i. Tumbukan elastis dengan menggunakan pegas
1 = 113,55 gr
2 = 113,53 gr
= 1,0 cm
No.

1
(ms)

2
(ms)

1
()

2
()

1
()

2
()

(Ns)

(Ns)

(%)

65,49

62,48

0,153

0,160

0,017

0,018

5,9

43,97

44,21

0,227

0,226

0,026

0,026

43,16

43,72

0,232

0,229

0,026

0,026

30,79

30,84

0,325

0,324

0,037

0,037

24,56

24,80

0,407

0,403

0,046

0,046

No.

Ek
(Nm)

Ek'
(Nm)

(%)

1,329103

1,453103

9,3

1,046

2,926103

2,899103

0,9

0,996

3,056103

2,977103

2,6

0,987

5,997103

5,959103

0,6

0,997

9,405103

9,219103

2,0

0,990

A. ii. Tumbukan tidak elastis dengan velcro


1 = 114,46 gr
2 = 113,29 gr
= 1,0 cm
No.

1
(ms)

2
(ms)

1
()

2
()

1
()

2
()

(Ns)

(Ns)

(%)

24,11

49,73

0,415

0,201

0,201

0,048

0,046

4,1

21,60

43,82

0,463

0,228

0,228

0,053

0,052

0,4

25,32

53,50

0,395

0,187

0,187

0,045

0,043

1,1

17,74

38,62

0,564

0,259

0,259

0,065

0,059

2,3

21,71

45,56

0,461

0,219

0,219

0,053

0,051

0.9

No.

Ek
(Nm)

Ek'
(Nm)

(%)

9,856103

4,600103

53,33

0,012

5,920103

50,67

8,929103

3,982103

55,40

0,018

7,639103

57,56

0,012

5,462103

54,48

3.2 Analisis data


Dari data percobaan 1a, terlihat bahwa jika kedua benda yang bertumbukan memiliki massa
yang hampir sama, maka setelah tumbukan akan terjadi pertukaran kecepatan kedua benda
dengan P relatif yang kecil, kecuali pada nomor 1. Kesalahan ini terjadi karena loncatan besaran
waktu yang cukup besar antara 1 dan 2 . P sebelum dan P sesudah adalah konstan sehingga
terbukti bahwa momentum adalah kekal. Koefisien restitusi tumbukan elastis terbukti bernilai
1 dengan hasil perhitungan yang mendekati nilai 1. Enegi berpindah dari kereta 1 ke kereta 2
saat bertumbukan . Dari hasil perhitungan energi kinetik relatif terlihat bahwa ada sedikit energi
yang hilang saat tumbukan yang dikarenakan kereta 2 tidak sepenuhnya berhenti sebelum
tumbukan dan kereta 1 tidak sepenuhnya terhenti setelah tumbukan.
Dari data percobaan Ib, terbukti bahwa tumbukan inelastis memiliki koefisien restitusi sebesar
0 . P sebelum dan Psesuadah adalah konstan, denan nilai P relatif yang kecil, sehingga
momentum adalah kekal. Karena kedua kereta menyatu, sehingga energi awal yang tadinya
hanya untuk menggerakan kereta 1 terbagi untuk menggerakkan kedua kereta yang menyatu
dengan total kecepatan yang hampir sama dengan kecepatan kereta 1 sebelum bertumbukan.
Terbukti dari hasil pegashitungan energi kinetik relatif dimana besarnya kurang lebih 50%.

Bab 4. Experiment 2
Alat dan bahan:
a. Air track set
b. Blower
c. Jangka sorong
d. Neraca 4 lengan
Langkah kerja:
1. Persiapkan alat dan bahan untuk melakukan eksperimen.
2. Setelah siap, pasang penghalang cahaya di kereta menggunakan baut.
3. Pasangkan pegas pada kedua kereta.
4. Pasangkan beban secara bertahap pada salah satu kereta.
5. Letakkan kereta pertama dibelakang gerbang cahaya pertama dan kereta kedua
diantara kedua gerbang cahaya pada rel udara.
6. Lakukan pengamatan terhadap benda yang diberi beban untuk mengetahui waktu
yang didapat jika m1>m2 ataupun sebaliknya.

4.1 Data Pengamatan


Pengamatan pertama :
Massa kereta 2 = 113,53 gr
Massa kereta 1
138,26 gr
163,02 gr
187,78 gr

T1

T2

24,33 ms
26,97 ms
24,29 ms

20,88 ms
19,44 ms
19,59 ms

T1
21,65 ms
21,86 ms
21,72 ms

T2
22,44 ms
23,40 ms
23,91 ms

Pengamatan kedua :
Massa kereta 1 = 113,55 gr
Massa kereta 2
138,28 gr
163,01 gr
187,74 gr

4.2 Analisa Data


Pengamatan pertama
Massa kereta 2 = 113,53 gr
Massa kereta
T1
1
138,26 gr
24,33 ms
163,02 gr
26,97 ms
187,78 gr
24,29 ms

T2

V1
0 cm/ms

V2
0,048 cm/ms

0 cm/ms

0,037 cm/ms

0 cm/ms

0,041 cm/ms

Ek sebelum
0,116 gr cm/ms2
0,112 gr cm/ms2
0,158 gr cm/ms2

V1
V2
0 cm/ms 0,045 cm/ms
0 cm/ms 0,043 cm/ms
0 cm/ms 0,042 cm/ms
Ek sebelum
0,12 gr cm/ms2
0,12 gr cm/ms2
0,12 gr cm/ms2

20,88 ms
19,94 ms
19,59 ms

0,041 cm/ms
0,037 cm/ms
0,041 cm/ms

P sebelum
5,669 gr
cm/ms
6,032 gr
cm/ms
7,699 gr
cm/ms

P sesudah
5,499 gr
cm/ms
4,201 gr
cm/ms
4,655 gr
cm/ms

Ek sesudah
0,131 gr cm/ms2
0,078 gr cm/ms2
0,095 gr cm/ms2

Pengamatan kedua :
Massa kereta 1 = 113,55 gr
Massa kereta
T1
2
138,28 gr
21,65 ms
163,01 gr
21,86 ms
187,74 gr
21,17 ms

V1

Ek relatif
12,931 %
30,357 %
39,873 %

T2

0 cm/ms
0 cm/ms
0 cm/ms
P relatif
3,881 %
30,355 %
39,538 %

e
1,171
1
1

V1

22,44 ms
23,40 ms
23,91 ms
P sebelum
6,361 gr cm/ms
7,498 gr cm/ms
8,636 gr cm/ms

Ek sesudah
0,140 gr cm/ms2
0,151 gr cm/ms2
0,166 gr cm/ms2

V2

V2

0,046 cm/ms
0,046 cm/ms
0,046 cm/ms

0 cm/ms
0 cm/ms
0 cm/ms

P sesudah
P relatif
5,109 gr cm/ms 19,682 %
4,883 gr cm/ms 34,876 %
4,769 gr cm/ms 44,778 5

Ek relatif
16,667 %
25,833 %
38,333 %

e
1,022
1,069
1,333

Massa tidak sama pada tumbukan lenting sempurna


Tumbukan biasanya digolongkan berdasarkan kecepatan relatif kedua benda sebelum dan
sesudah tumbukan. Jika kecepatan relatif mempunyai besar yang sama sebelum dan
sesudahnya maka tumbukan tersebut disebut elastik sempurna. Pada eksperimen kedua ini
kami menggunakan kereta dengan massa yang berbeda/ tidak sama. Hal tersebut untuk
mengukur bahwa jika m1>m2 atau m2>m1 maka kecepatan yang akan terjadi pada benda juga
v1<v2 atau v2<v1 sebab beban yang bertambah disalah satu kereta akan memperlambat

kecepatan kereta dalam melakukan tumbukan dengan benda kedua. Sehingga ketika salah satu
benda diberikan beban akan dan melakukan penumbukan dengan benda kedua kecepatannya
akan lebih lama sampai kereta diam dibandingkan dengan kereta kedua yang tidak diberi
beban. Kita dapat melihat perbedaan tersebut dari tabel analisis eksperimen kedua diatas.
Namun hal tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap perhitungan karena setelah dicoba
kecepatan relatifnya meskipun berbeda tetapi perbedaan tersebut sangatlah tipis sehingga tidak
mempengaruhi tumbukan yang terjadi antara kedua kereta tersebut. Sehingga kita bisa
mengetahui bahwa pada eksperimen kedua ini tumbukan yang terjadi adalah tumbukan elastik
sempurna. Sehingga untuk melakukan perhitungan apakah p1=p2 dapat menggunakan rumus :
P1= P2
M1.V1 + M2.V2 = M1.V1 + M2.V2
Karena benda setelah tumbukan akan menjadi diam maka pada kecepatan kedua yaitu V2
dinyatakan dengan 0 dan pada benda kedua yang awalnya diam juga dinyatakan 0 sebelum
mengalami tumbukan. Sehingga kita bisa menuliskan rumus sebagai berikut :
M1.VI + M2.0 = M1.0 + M2.V2
M1.V1 = M2.V2
Namun dalam kenyataannya tumbukan lenting sempurna sangat sulit untuk ditemukan. Maka
dalam tumbukan elastik, energi kinetik 1 tidak pernah sama dengan energi kinetik 2 karena
ketika terjadi tumbukan setidaknya beberapa bagian dari energi kinetik hilang dan diubah
menjadi energi panas, energi bunyi, atau energi lainnya pasca tumbukan.

Bab 5. Experiment 3
Alat dan bahan:
a. Air track set
b. Blower
c. Jangka sorong
d. Neraca 4 lengan
Cara kerja eksperimen ketiga :
1.
2.
3.
4.

Persiapkan alat dan bahan untuk melakukan eksperimen.


Setelah siap, pasang penghalang cahaya di kereta menggunakan baut.
Pasangkan magnet pada kedua kereta dengan arah tolak-menolak.
Lakukan pengamatan terhadap kedua kereta melakukan tumbukan dan catatlah waktu
yang terjadi pada time couter.

5.1 Data pengamatan


Massa kereta 1 = 113,55 gr
Massa kereta 2 = 113,53 gr
No
T1
1
24,49 ms
2
25,55 ms
3
23,74 ms
4
22,72 ms
5
27,10 ms

T2
25,01 ms
26,10 ms
24,40 ms
23,27 ms
27,46 ms

5.2 Analisis data


Massa kereta 1 = 113,55 gr
Massa kereta 2 = 113,53 gr
No
1
2
3
4
5

T1
24,29 ms
25,55 ms
23,74 ms
22,72 ms
27,10 ms

V1
0 cm/ms
0 cm/ms
0 cm/ms
0 cm/ms
0 cm/ms

V2
0,039 cm/ms
0,038 cm/ms
0,041 cm/ms
0,043 cm/ms
0,036 cm/ms

T2
25,01 ms
26,10 ms
24,40 ms
23,27 ms
27,46 ms

P sebelum
6,383 gr cm/ms
6,072 gr cm/ms
6,539 gr cm/ms
6,850 gr cm/ms
5,671 gr cm/ms

V1
0,041 cm/ms
0,039 cm/ms
0,042 cm/ms
0,044 cm/ms
0,037 cm/ms

P sesudah
6,061 gr cm/ms
5,906 gr cm/ms
6,372 gr cm/ms
6,683 gr cm/ms
5,595 gr cm/ms

V2
0 cm/ms
0 cm/ms
0 cm/ms
0 cm/ms
0 cm/ms

P relatif
5,045 %
2,734 %
2,554 %
2,438 %
2,881 %

Ek sebelum
0,131 gr cm/ms2
0,118 gr cm/ms2
0,137 gr cm/ms2
0,151 gr cm/ms2
0,107 gr cm/ms2

Ek sesudah
0,118 gr cm/ms2
0,112 gr cm/ms2
0,131 gr cm/ms2
0,144 gr cm/ms2
0,101 gr cm/ms2

Ek relatif
9,924 %
5,085 %
4,379 %
4,636 %
5,607 %

e
0,95
0,97
0,98
0,98
0,97

Aksi pada kejauhan (action at a distance)


Pada eksperimen ketiga masa kedua benda sama hanya ditambahkan dengan magnet dengan
arah tolak-menolak sehingga terjadi tumbukan yang bersifat molekuler, dalam eksperimen ini
terjadi tumbukan lenting sempurna dimana e=1. Meskipun pada kenyataannya tumbukan
lenting sempurna susah untuk didapatkan, namun setelah dilakukan perhitungan kesalahan
dalam mengukur massa ataupun kecepatan, diketahui bahwa kesalahan tidak sampai 10 %
maka hal tersebut masih tidak berpengaruh terhadap sebelum tumbukan maupun sesudah
tumbukan, sehingga kita juga bisa menggunakan rumus seperti pada eksperimen kedua dimana
P1=P2 dengan massa yang relatif sama. Namun hal tersebut juga tidak bisa membuat energi
kinetik yang terjadi pada kedua benda menjadi sama, karena dalam eksperimen bisa terjadi
tumbukan yang menyebabkan energri kinetik menghilang dan diubah menjadi energi lain
pasca tumbukan.

Bab 6. Experiment 4
Alat dan bahan:
1. Kereta (2)
2. Magnet (2)
3. Set kereta udara
4. Neraca 4 lengan
Cara kerja:
1. Kedua kereta diberikan magnet.
2. Kedua kereta diposisikan sesuai gaya lawan magnet (kutubnya sama) sehingga saat kereta
didekat kan, karena pengaruh magnet maka kedua kereta akan tolak menolak.
3. Kereta dilepas tanpa gaya sehingga kedua kereta saling tolak menolak.
4. Catat jarak interaksi magnet.
5. Hitung gaya yang terjadi dengan rumus yang sudah ditentukan.
6. Buatlah diagram perbandingan antara F dan x.

6.1 Data pengamatan


g (ms^-2)
M1 (kg)
P (m)

9,8
0,15569
0,86
(m) x

h(m)

Sin a

0,032
0,039
0,046
0,049
0,111

0,0384
0,0288
0,0192
0,0096
0

F (N)
0,044651
0,033488
0,022326
0,011163
0

0,068127
0,051095
0,034064
0,017032
0

Hubungan gaya dan jarak interaksi magnet


0,08

0,068127047

0,07
0,06

0,051095286

F (N)

0,05
0,034063524

0,04
0,03

0,017031762

0,02
0,01

0
0

0,02

0,04

0,06
X (m)

0,08

0,1

0,12

6.2 Analisis data


F = M1 x g x sin a
F = M1 x g x (h/x)
1.
2.
3.
4.
5.

F = 0,15569 x 9,8 x (0,0384/0,032) = 0,06812705 N = 6,8*10^-2 N


F = 0,15569 x 9,8 x (0,0288/0,039) = 0,05109529 N = 5,1*10^-2 N
F = 0,15569 x 9,8 x (0,0192/0,046) = 0,03406352 N = 3,4*10^-2 N
F = 0,15569 x 9,8 x (0,0096/0,049) = 0,01703176 N = 1,7 *10^-2 N
F = 0,15569 x 9,8 x 0
=0N

Pada percobaan keempat, akan didapat bahwa kereta yang bergerak dengan percepatan akan membuat
kedua kereta memiliki suatu gaya yang besarnya akan sama dengan gaya tolak menolak yang dilakukan
magnet, kedua gaya ini jika semakin besar maka jarak kedua kereta semakin kecil. Gaya yang ada disini
bukanlah besar gaya tolak, karena jika kita tinjau berdasarkan besarnya gaya tolak, maka seharusnya
jarak bertambah karena gaya tolak yang besar. Tapi gaya yang ada disini merupakan gaya dorong yang
diberikan oleh kereta sehingga magnet memberikan perlawanan gaya yang sama besar ( prinsip hukum
newton III) dan terbukti bahwa semakin besar gaya dorong yang diberikan maka semakin kecil jarak
interaksi yang diberikan.

Bab 7. Experiment 5
Alat dan bahan:
1.
Kereta (2)
2.
Magnet (2)
3.
Set kereta udara
4.
Neraca 4 lengan
Cara kerja:
1.
Kedua kereta diberikan magnet.
2.
Kedua kereta diposisikan sesuai gaya lawan magnet (kutubnya sama) sehingga saat kereta
didekat kan, karena pengaruh magnet maka kedua kereta akan tolak menolak.
3.
Kereta dilepas tanpa gaya dari jarak tertentu sehingga kedua kereta saling tolak menolak.
Lakukan beberapa kali dengan jarak yang tetap.
4.
Catat jarak interaksi magnet.
5.
Hitung gaya yang terjadi dengan rumus yang sudah ditentukan.
6.
Buatlah diagram perbandingan antara F dan x.

7.1 Data pengamatan


g (ms^-2)

9,8

M1 (kg)

0,15569

P (m)

0,86

s (m)

0,072

x (m)

h (m)

sin a

s (m)

Ep (joule)

0,002

0,0384

0,044651

0,072

0,004905

0,003

0,0288

0,033488

0,072

0,003679

0,009

0,0192

0,022326

0,072

0,002453

0,021

0,0096

0,011163

0,072

0,001226

0,049

0,072

Hubungan Ep dengan jarak interaksi magnet

Ep (joule)

0,006
0,004905147
0,005
0,004

0,003678861
0,002452574

0,003
0,002

0,001226287

0,001

0
0

0,01

0,02

0,03
X (m)

0,04

0,05

0,06

7.2 Analisis data


Ep = M1 x g x sin a x s
Ep= M1 x g x (h/x) x s
1.
2.
3.
4.
5.

Ep = 0,15569 x 9,8 x (0,0384/0,002) x 0,072 = 0,004905147 J = 4,9*10^-3 J


Ep = 0,15569 x 9,8 x (0,0288/0,003) x 0,072 = 0,003678861 J = 3,7*10^-3 J
Ep = 0,15569 x 9,8 x (0,0192/0,009) x 0,072 = 0,002452574 J = 2,5*10^-3 J
Ep = 0,15569 x 9,8 x (0,0096/0,021) x 0,072 = 0,001226287 J = 1,2*10^-3 J
Ep = 0,15569 x 9,8 x 0
=0J

Meninjau dari hasil percobaan 4, pada percobaan kelima ini juga didapat sebuah pernyataan bahwa
semakin besar energi yang dikerahkan maka semakin kecil jarak interaksi yang dihasilkan magnet. Kita
menggunakan energi potesial bukan kinetik karena semata mata benda ini berpindah ketinggiaa, sesuai
dengan rumus Ep=m.g.h . Demikian pun kita menggunakan Ep sebagai patokan rumus karena Ep
sendiri merupakan energi potensial, energi yang dihasilkan oleh benda yang berpotensi menghasilkan
energi tersebut.

Bab 8. Kesimpulan
1. Dari percobaan 1 dapat disimpulkan bahwa jika momentum adalah kekal dengan
= dan adanya kemungkinan terjadi perpindahan energi serta energi
yang hilang akan mempengaruhi pergerakan kereta yang menabrak menjadi sedikit
memiliki kecepatan.
2. Hukum kekekalan momentum terbukti dengan atau tanpa penambahan massa. Jika
tidak ada gaya luar yang bekerja pada benda-benda yang bertumbukan, maka jumlah
momentum benda-benda sebelum tumubukan sama dengan jumlah momentum bendabenda setelah tumbukan.
3. Pada percobaan ke 4 dapat disimpulkan bahwa, Semakin besar F yang terjadi (gaya
interaksi magnet yang terjadi, maka semakin kecil jarak interaksi magnetik (tolak
menolak).
4. Pada percobaan ke 5 dapat disimpulkan bahwa, semakin besar Energi Potensial kereta,
maka semakin kecil jarak interaksi magnetik (tolak menolak)

Bab 9. Saran
1. Pengukuran dengan lebih teliti. (bantuan menggunakan aplikasi kamera perlambatan).
2. Lebih mendalami dasar teori dari yang akan dipraktekan.

Daftar pustaka
Harahap, O Caesar, dkk. Petunjuk praktikum fisika dasar Surya University. 2014
Jewett, Serway, dkk. Physics for Scientist and Engineers, 8th. 2010

Вам также может понравиться