Вы находитесь на странице: 1из 25

20

BAB II
URAIAN PROSES

1.1 Limbah Cair


Kegiatan industri sering kali mengahasilkan limbah cair yang sullit
dihindari sebagai hasil sampingnya, sehingga perlu dilakukan upaya untuk
memperkecil dampak negativ terhadap lingkungan, seperti kematian pada biota air
baik ikan dan tumbuhan air yang ada di dalamnya karena dapat menyebabkan
terganggunya ekosistem alam. Hal ini dapat terjadi karena pembuangan limbah
cair tersebut, yang dapat mengganggu jika langsung dibuang ke badan air karena
limbah tersebut mengandung asam, basa, dan bahan bahan organik seperti
detergent, pupuk, pestisida yang berasal dari limbah pertanian, logam berat
misalnya : Cu, Mn, Hg, dan lain lain. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengolahan
terhadap limbah cair tersebut.
Tujuan utama dari pengelolaan air limbah adalah untuk mengurangi COD,
partikel tercampur, serta membunuh organism pathogen. Selain itu diperlukan
tambahan pengolahan untuk menghilangkan bahan nutrisi, komponen beracun,
serta bahan lain yang tidak dapat digradasikan agar konsentrasi yang ada menjadi
rendah dan air limbah dapat memenuhi standart baku untuk air bersih.
2.1.1 Jenis Jenis Limbah Cair
a. Limbah Cair
Limbah cair adalah suatu cairan yang dihasilkan dari suatu proses atau
kegiatan. Adapun limbah itu sendiri dapat b erasal dari limbah industry dan
domestic. Jumlah air limbah tersebut yaitu dari industri, tergantung dari jenis
dan besar kecilnya industri dari derajat pengolahan air limbah yang ada.
b. Limbah Cair Domestik
Air limbah domestik terdiri dari : buangan manusia, buangan dapur, tempat
pencucian, dan kamar mandi.

21

Air limbah tersebut mengandung :


1.
2.
3.

Padatan berukuran besar yang terapung dan tersuspensi, misalnya : tinja


Padatan tersuspensi yang lebih kecil, misalnya : tinja yang hancur sebagian
Padatan yang sangat halus adalah suspensi koloid, yaitu padatan
tersuspensi yang tidak dapat mengendap serta polutan dalam bentuk
larutan sejati, air limbah tersebut merupakan bahan berbahaya terutama
dalam jumlah besar.

c. Limbah Cair Industri


Limbah cair industri adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh
usaha atau kegiatan industri yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat
menurunkan kualitas lingkungan ( Perda Provinsi Jatim No. 5 Tahun 2000 ).
2.1.2

Karakteristik Air Limbah


Karakteristik air limbah sangat penting untuk diketahui guna menentukan

cara pengolahan yang tepat. Karakteristik air limbah terdiri dari karakteristik fisik,
kimia, dan biologi (Metcalf dan Eddy, 1991).
Berikut ini akan dijelaskan beberapa macam karakteristik air limbah, yaitu :
a. Karakteristik Fisik :
- Warna
Air limbah yang masih segar umumnya berwarna abu abu dan sebagian
akibat dari penguraian senyawa senyawa organic oleh bakteri, maka air limbah
menjadi hitam. Hal ini menunjukkan bahwa air limbah berada pada keadaan septic
(Metcalf dan Eddy, 1991).
Warna air limbah menunjukkan kekuatannya. Air limbah yang masih baru
berwarna abu abu sedang limbah yang sudah basi atau busuk berwarna gelap.
Dalam hal ini warna sering digunakan oleh orang awam untuk menilai keadaan air
limbah, namun warna tidak menunjukkan secara tegas bahaya yang dikandungnya
(Mahida, 1984)

22

- Bau
Bau dapat menunjukkan air limbah masih baru atau telah membusuk. Baubauan busuk menyerupai bau Nitrogen Sulfida, menunjukkan adanya air limbah
yang busuk. Banyak bau yang tidak sedap itu disebabkan karena adanya campuran
nitrogen, sulfur, dan fosfor, dan juga berasal dai pembusukan protein serta bahan
organic lain yang terdapat dalam air limbah. Namun bau yang paling menyengat
adalah bau yang berasal dari Hidrogen Sulfida. Bau dapat menunjukkan
konsentarasi yang sangat kecil dari suatu zat tertentu yang terkandung dalam air
limbah (Mahida, 1984).
- Temperature
Pada umumnya temperature air limbah lebih tinggi daripada temperature
air minum. Hal ini disebabkan karena adanya penambahan yang lebih panas dari
pemakaian rumah tangga atau aktivitas aktivitas pabrik. Temperature air limbah
memberi pengaruh kehidupan dalam air, kelarutan gas, aktivitas bakteri, serta
reaksi reaksi kimia dan kecepatan reaksi (Metcalf dan Eddy, 1991).
- Total Padatan
Total padatan adalah zat zat yang tertinggal sebagai residu penguapan
pada temperatur 1030C 1050C. zat zat yang hilang pada tekanan uap tersebut
tidak dapat didefinisikan sebagai total padatan (Metcalf dan Eddy, 1991).
b. Karakteristik Kimia :

- Senyawa Organik
Kira kira 75% suspended solid dan 40% filterable solid dalam air limbah
merupakan senyawa senyawa organic. Senyawa organic tersebut berasal dari
kombinasi karbon, hydrogen, dan oksigen, serta nitrogen dalam senyawa.
Senyawa organic yang terdapat dalam air limbah antara lain :
- Protein
: 40 60%
- Karbohidrat
: 25 - 50%
- Lemak dan minyak : 10% (Metcalf dan Eddy, 1991)
- Senyawa Anorganik
Konsentrasi senyawa organic dalam aliran air akan meningkat karena
formasi geologis sebelum dan selama aliran, maupun karena penambahan limbah
baru ke dalam aliran tersebut. Konsentrasi unsur juga akan bertambah dengan

23

proses penguapan alami pada permukaan air dan akan meninggalkan unsur
anorganik dalam air.
Adapun komponen- komponen limbah anorganik yang terpenting antara
lain : alkalinitas, klorida, nitrogen, fosfat, dan sulfat (Metcalf dan Eddy, 1991)
- Gas Gas
Gas gas yang terdapat dalam air limbah yang belum diolah antara lain :
N2, O2, CO2, H2S, NH3, dan CH4. Dan ketiga gas yang disebut pertama, terdapat
dalam air limbah sebagai akibat dari adanya kontak langsung air limbah dengan
udara. Sedangakan ketiga gas yang terakhir dari dekomposisi zat zat organik
oleh bakteri dalam air limbah (Metcalf dan Eddy, 1991).
c. Karakteristik Biologi
Kelompok mikroorganisme terpenting dalam air limbah ada 2 macam,
yaitu :
-

Kelompok protista : terdiri dari protozoa


Kelompok tumbuh tumbuhan : meliputi paku pakuan dan lumut
Bakteri berperan penting dalam air limbah, terutama dalam proses

biologis, misalnya : trikling filter. Sedangkan protozoa dan air limbah berfungsi
untuk mengontrol ssemua bakteri sehingga terjadi keseimbangan. Alga sebagai
penghasil oksigen pada proses fotosintesis juga dapat mengurangi nitrogen yang
terdapat dalam air. Namun alga juga dapat menimbulkan gangguan pada
permukaan air karena alga dapat timbul dengan cepat dan menutupi permukaan air
pada kondisi yang menguntungkan (sampai kedalam satu meter dibawah
permukaan air, sangat efektif bagi pertumbuhan alga secara cepat), sehingga
menyebabkan sinar matahari tidak dapat menembus permukaan air.

2.1.3 Indikasi Pencemaran Air


Indikasi pencemaran air dapat kita ketahui baik secara visual maupun
pengujian.

24

1. Perubahan pH (tingkat keasaman atau konsentrasi ion hydrogen).


Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan memiliki pH
netral dengan kisaran nilai 6,5 7,5. Air limbah industri yang belum
terolah dan memiliki pH air sungai dan dapat mengganggu kehidupan
organism didalamnya. Hal ini akan semakin parah jika daya dukung
lingkungan rendah. Limbah dengan pH asam / rendah bersifat korosif
terhadap logam.
2. Perubahan warna, bau dan rasa.
Air normal dan air bersih tidak akan berwarna, sehinggatampak bening /
jernih. Bila kondisi air warnanya berubah maka hal tersebut merupakan
salah satu indikasi bahwa air tercemar. Timbulnya bau pada air lingkungan
merupakan indikasi kuat bahwa air telah tercemar. Air yang berbau dapat
berasal dari limbah industry atau hasil dari degradasi oleh mikroba.
Mikroba yang hidup dalam air akan mengubah senyawa organic mwnjadi
bahan yang mudah menguap dan berbau sehingga mengubah rasa.
3. Timbulnya endapan, koloid dan bahan terlarut.
Endapan koloid dan bahan terlarut berasal dari adanya limbah industry
yang berbentuk padat. Limbah industri yang berbentuk padat, bila tidak
larut sempurna akan mengendap didasar sungai dan yang larut sebagian
akan menjadi koloid dan akan menghalangi bahan bahan organic yang
sulit diukur melalui uji BOD karena sulit didegradasi melalui reaksi
biokomia, namun dapat diukur melalui uji COD. Adapun pencemaran air
pada umumnya terdiri dari:
1. Bahan buangan padat
2. Bahan buangan organik
3. Bahan buangan anorganik
Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian
lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestic maupun
industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dapat dipelihara oleh
masyarakat sekitar. Jadi tekhnologi yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan
teknologi masyarakat yang bersangkutan. Berbagai teknik pengolahan air buangan
untuk menyisihkan bahan polutan telah dicoba dan dikembangkan selama ini.
Teknik teknik pengolahan air buangan yang telah dikembangkan tersebut secara
umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan:

25

1.
2.
3.

Pengolahan secara fisika


Pengolahan secara kimia
Pengolahan secara biologi

Untuk suatu jenis air buangan tertentu, ketiga metode pengolahan tersebut
dapat diaplikasikan secara sendiri sendiri atau secara kombinasi.

26

3.1.4 Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan lingkungan dari polutan kimia
dengan menggunakan organisme hidup untuk mendegradasi materi berbahaya
menjadi subtansi yang lebih aman. Biremediasi memberikan hasil yang lebih baik
dibandingkan dengan jenis remediasi secara kimia.. karena remediasi kimia dapat
menimbulkan polutan ynag baru. Reaksi fundamental yang terjadi dalam
bioremediasi adalah reaksi redoks. Reaksi ini dapat terjadi secara aorob (Thieman
and Palladino, 2004)
Metode bioremediasi yang paling banyak digunakan adlah proses lumpur
aktif. Lumpur aktif adalah kumpulan massa bakteri. Proses lumpur aktif awalnya
hanya mengggunakan satu reactor aerobic untuk mendegradasi materi organic.
Sekarang telah dilakokan improvissasi menggunakan multi-reaktor yang terdiri
dari zona anaerobic, anoxic dan aerobic. Dalam birermediasi, control
mikroorganisme sangat penting karena merekalah yang menjadi subyek dalan
bioremediasi (Drysdale et al, 1990.
Bakteri yang paling umum dan efektif digunakan adalah indigenous
bacteriai yang secara alami dapat ditemukan dalam polutan. Terdapat beberapa
cara untuk meningkattkan keefektifan baktri bakteri dalam melakukan tugasnya
dalam bioremeidiasi. Pertama adalah pemberian nutrient ( nutrient enrichment ).
Nutrient yang diberikan dapat berup sumber fosfat, nitrogen, karbon atau oksigen.
Peran

dalam

pemberian nutrient ini adalah menstimulasi pertumbuhan dan

perkembangan mikroorganisme. Kedua adalah bioaugmentasi yang dilakukan


dengan menambahkan bakteri ke lokasi pengolahan limbah sehingga dapat
membantu kerja dari indigenous bacteria dalam melakukan degradasi limbah
(Thieman and Palladino 2004).
Tahapan tahapan dalam pengolahan limbah cair secara biologis adalah
sebagai berikut :
a. Preliminary treatment (screening)
Limbah cair sering kali mengandung materi materi yang mengapung
seperti kayu,kertas dan sebagainya. Materi materi ini perlu disingkirkan sebelum
limbah memasuki sistem pengolahan karena materi materi ini dapat merusak
mesin ( conntoh : aerator,pompa ) yang digunakan dalam system pengolahan
limbah

27

b. Sedimentasi primer
Limbah pada tahap ini telah terbebas dari solid berukuran besar dan materi
yang mengapung. Namun limbah ini masih mengandung partikel tersuspensi yang
ukurannya terentang antara 0,05 1 mm. partikel inilah yang disebut dengan
settleable solid. Peran dari sedimentasi primer ini adalah untuk menghilangkan
partikel ini. Tahap sedimentasi primer bukan tahap yang harus ada atau esensia
dalam system pengolahan limbah. Walaupun demikian sedimentasi primer dapat
mengurangi nilai BOD sampai 40%. Keuntungan lainnya meliputi penggunaan
reactor yang klebih kecil untuk tahap pengolahan limbah berikutnya (karena BOD
telah berkurang) sehingga dapat menghemat biaya operasi. Selain itu tahap
sedimentasi primer akan menyebabkan sedimentasi sekunder dapat dilakukan di
tempat yang lebih kecil.
c. Secondary treatment
Tahap ini adalah dimana degradasi secara biologis berlangsung. Limbah
dialihkan dengan reactor ke aerasi. Aerasi dapat dilakukan melalui dasar atau
permukaan reactor. Jika melalui dasar reactor berjalannya aerasi akan ditunjukkan
oleh adanya gelembung gelembung udara akibat difusi udara dari bawah ke atas.
d. Sedimentasi sekunder
Sedimentasi sekunder dilakukan pada clarifier. Tahap ini berperan
memisahkan sludge dari effluent hasil pengolahan limbah. Semakin dalam tangki
clarifier yang digunakan maka semakin banyak pula solid yang dapat dipisahkan.
e. Klorinasi
Tahap ini adalah tahap akhir sebelum effluent hasil pengolahan dapat
dibuang ke lingkungan. Klorinasi berperan untuk membunuh mikroorganisme
yang tadinya berperan dalam bioremediasi. Dengan demikian lingkungan tidak
menerima berbagai jenis mikroorganisme yang kemungkinan dapat mengacaukan
ekosistem perairan yang bersangkutan (Horan, 1990).

28

3.1.5

Baku Mutu Limbah


Air limbah yang dihasilkan oleh proses industri memiliki beberapa indikator

yang perlu diuji kadarnya. Menurut surat keputusan Gubernur Jawa Timur No. 45
Tahun 2000 tentang baku mutu limbah cair bagi industri atau kegiatan industri
lainnya di Jawa Timur.
Parameter parameter air limbah yang diperiksa antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Setteable Solid (SS)


COD (Cemical Oxygen Demand)
DO (Disolved Oxygen)
TSS (Total Suspended Solid)
Sludge Volume Indeks (SVI)
pH
Anion Kation

3.1.6 Parameter Kualitas Air Limbah


Menurut Mulyadi (1984) untuk mengetahui kualitas atau karakteristik limbah
cair sebelum dan sesudah pengolahan, dapat ditentukan dengan parameter
parameter sebagai berikut :
1. Parameter organik, meliputi : COD, DO, minyak, phenol, dan lain lain.
2. Parameter anorganik, meliputi keasaman, logam, halogen, fosfat, nitrogen,
amoniak, nitrit, nitrat, dan lain lain.
3. Parameter lain, meliputi : warna, kekeruhan, bau, rasa, temperature, TSS,
TDS.
4. Parameter biologis, meliputi : jenis jenis mikroba.

29

3.1.7 Dampak Limbah


Sesuai dengan batasan air limbah yang merupakan benda sisa, maka air
limbah sudah tidak dipergunakan lagi. Akan tetapi, tidak berarti air limbah tidak
perlu diolah. Karena apabila limbah tidak dikelola dengan baik dan benar maka
akan menimbulkan gangguan tehadap lingkungan dan kehidupan yang ada.
Menurut Sugiharto (1987) menyatakan bahwa efek buruk dari air limbah dapat
menyebabkan terjadinya berbagai macam gangguan, antara lain :
a) Gangguan terhadap kesehatan
Sudah mebjadi suatu kenyataan bahwa air limbah sangat berbahaya
terhadap kesehatan manusia. Oleh karena itu, air limbah berfungsi sebagai
media pembawa penyakit seperti kolera, radang usus, hepatitis infektiosa,
serta shistosomiasis. Air limbah sendiri mengandung banyak bakteri
pathogen penyebab iritasi, bau, dan warna, bahkan pada suhu yang tinggi
menimbulkan bahan bahn lain yang mudah terbakar.
b) Gangguan terhadap komponen biotic
Banyak zat tercemar dalam air limbah mengakibatkan turunnya kadar
oksigen yang terlarut dalam air, sehingga menyebabkan kehidupan air
yang membutuhkan oksigen terganggu, bahkan kematian makhluk hidup
dalam air meningkat.
c) Gangguan terhadap keindahan
Banyak zat organik yang dibuang oleh perusahaan yang memproduksi
bahan organic seperti tapioca, maka setiap hari akan menghasilkan limbah
yang berupa bahan bahan organic dalam jumlah yang besar. Ampas yang
berasal dari pabrik ini perlu dilakukan pengendapan terlebih dahulu
sebelum dibuang kesaluran air limbah, akan tetapi memerlukan waktu
yang lama. Selama waktu tersebut maka air limbaha mengalami proses
pembusukan dari zat organic yang ada didalam, sehingga menimbulkan
bau yang sangat menusuk hidung. Selain itu juga menimbulkan gangguan
keindahan tempat disekitar tumpukan ampas tersebut.

30

d) Gangguan terhadap kerusakan benda.


Apabila air limbah mengandung gas carbondioksida yang agresif, maka
akan mempercepat proses karat pada benda yang terbuat dari besi serta
bangunan air kotor lainnya. Dengan cepat rusaknya benda tesebut maka
biaya pemeliharaan semakin besar, yang akan menimbulkan kerugian
material. Selain carbondioksida agresif air limbah yang berkadar pH
rendah atau tinggi akan menimbulkan kerusakan pada benda benda yang
lainnya. Lemak merupakan sebagian besar komponen air limbah yang
mempunyai sifat menggumpal pada suhu udara normal, dan akan berubah
cair pada suhu panas. Lemak yang berupa cairan pada saat dibuang ke
saluran air limbah akan menumpuk secara komulatif pada saluran tersebut
Karen alemak mengalami pendinginan dan lemak akan menempel pada
dinding saluran sehingga menimbulkan penyumbatan. Selai itu lemak
yang menempel akan mengakibatkan kebocoran pada saluran limbah.

3.2 Analisa laboratorim


Kegiatan didalam laboratorium antara lain menganalisa limbah di IPAL
PT.SIER (Persero) yang berasal dari seluruh pabrik yang berada dikawasan
Rungkut dan Berbek industry. Kegiatan rutin laboratorium yaitu menganalisa
sample yang diambil dari tiga tempat yaitu influent, oferflow primary settling
(ops) dan effluent yang selanjutnya akan dianalisa berdasarkan parameter
parameter sebagai berikut:
1. TSS (Total Suspended Solid)
2. SS (Settleable Solid)
3. DO (Dissolved Oxigen)
4. COD (Cemycal Oxigen Demand)
5. Analisa anion kation
6. Transparansi
7. pH

3.3 Sistem Pengolahan Air Limbah Di IPAL PT. SIER (PERSERO)


SURABAYA
3.3.1. Manajemen Pengolahan Air Limbah

31

Manajemen pengoalahn limbah ini bertujuan untuk mendukung kelancaran


proses produksi. Manajemen pengolahan limbah di PT. IPAL SIER (Persero)
terbagi menjadi dua kelompok yaitu : manajemen pengolahan limbah yang
dilaksanakan di pabrik dan manajemen limbah di kawasan industri.
3.2.2. Manajemen Pengolahan Air Limbah Di Pabrik
Pengolahan limbah di pabrik dilaksanakan oleh pengelola pabrik yang
bersangkutan dengan harapan agar dapat meminimalisasi ongkos pengelolaan
limbah yang harus dibayarkan ke PT. IPAL SIER (Persero) selaku pihak
pengelola. Manajemen ini didasarkan pada ketentuan yang telah ditetapkan oleh
pihak pengolah. Penetapan tersebut meliputi, pengolahan fasilitas IPAL (sesuai
dengan peraturan pemerintah yaitu Kepres Nomor 53/1989). Untuk dapat
mengelola fasilitas IPAL, perusahaan harus mempunyai kemampuan teknik dan
managerial yang memadai, yaitu untuk memenuhio persyaratan pengelolahan
yang efisien serta secar teknis memiliki kemampuan teknologi untuk mengelola
limbah sesuai batasan air buangan akhir yang diisyaratkan.
Pengelolahan fasilitas yang dilakuakan oleh pabrik adalah pengelolahan yang
terdapat di dalam kawasan pabrik itu sendiri, misalnya saluran yang
menghubungkan pembuangan limbah di dalam pabrik dengan bak control dan
saluran air limbah ke PT. IPAL SIER (Persero) dan saluran air hujan yang ada di
lingkungan pabrik itu sendiri.
Untuk mencapai tujuan manjemenpengelolahan limbah, tiap tiap pabrik di
kawasan industry menerapkan metode yang tidak sama, meskipun demikian pada
dasarnya mempunya tujuan yang sama yaitu melakukan mpengolahan awal
terhadap limbah yang belum memenuhi syarat untuk masuk ke PT. IPAL SIER
(Persero).

32

3.2.3 Manajemen Pengolahan Limbah Di Kawasan Industri


Manajemen pengolahan limbah di kawasan industry dibagi menjadi 2
kelompok kegiatan yaitu : sanitasi dan pengolahan limbah yang berasal dari
seluruh kawasan industry.
Untuk mendukung kelancaran proses dikenakan biaya pemeliharaan dan
operasi dari system pengolahan limbah yang dikenal dengan istilah BPO kepada
semua pabrik yang ada di kawasan industry yang dikeloal oleh PT. IPAL SIER
(Persero) sesuai dengan Pasal 11 surat perjanjian sewa menyewa pabrik dan
Pasal 8 surat perjanjian sewa menyewa SUIK. BPO ini berlaku selama 1 tahun
dan diadakan peninjauan kembali setiap tahun.
Penentuan besarnya BPO yang harus dibayar oleh tiap pabrik didasarkan
pada:
1. Besarnya beban polusi air (limbah yang dibuang ke saluran air limbah PT.
IPAL SIER (Persero))
2. Besarnya volume atau debit air limbah di pabrik.
3.3. SUMBER AIR LIMBAH
Sumber air limbah yang diolah di PT. IPAL SIER (Persero) berasal dari
seluruh pabrik dan perkantoran yang berada di kawasan Rungkut dan Brebek.
Jumlah pabrik dan perkantoran yang membuang air limbah di PT. IPAL SIER
(Persero) sebanyak 393 perusahaan. Nama nama perusahan tersebut dapat
dilihat pada lampiran.
Sumber air limbah yang masuk ke PT. IPAL SIER (Persero) Surabaya
beraneka ragam. Air limbah yang masuk ke IPAL berasal dari berbagai jenis
industry diantaranya :
a. Industry kayu dan rotan
b. Industry plastic
c. Industry logam
d. Industry kimia
e. Industry makanan dan minuman
f. Industry tembakau
g. Industry tekstil
h. Industri karet
i. Industry penyamakan kulit
3.4. PERSYARATAN AIR LIMBAH
Air limbah sebelum masuk ke saluran air limbah yang ada di PT. IPAL SIER
(Persero) maka tiap tiap industry harus memenuhi semua persyaratan yang telah

33

ditetapkan oleh pihak PT. IPAL SIER (Persero). Hal ini dilakukan agar tidak
merusak saluran, mesin, dan peralatan yang ada di PT. IPAL SIER (Persero),
dimana persyaratan dan ketentuan untuk karakteristik air limbah tersebut dibuat
menyesuaikan dengan design bangunan pengolahan air limbah di PT. IPAL SIER
(Persero). Ketentuan itu dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Ketentuan umum
Bahan yang dilarang dibuang ke dalam system saluran air limbah kawasan
industry yang dikelola PT. SIER (Persero) antara lain :
- Air hujan, air tanah, air dari talang, air dari pekarangan.
- Kalsium karbida
- Bahan yang mudah terbakar
- Cairan, zat padat dan gas yang karena jumlahnya sudah cukup untuk
dapat menimbulkan kebakaran atau ledakan yang dapat menyebabkan
-

kerusakan system saluran air limbah.


Bahan baku yang karena kondisinya sendiri atau penggabungan atau
reaksi elemen dengan air limbah lainnya dapat menimbulkan gas, uap,
bau, atau bahan semacamnya yang dapat membahayakan kehidupan

masyarakat.
Ragi, ter, aspal, minyak mentah, minyak pelumas, solar, karbon

disulfida, hidro sulfida, poli sulfida.


Bahan radioaktif.
Semua limbah yang dapat menimbulkan pelapisan keras, atau endapan

di dalam system saluran air limbah.


Limbah yang mengandung bahan pewarna yang tidak dapat diolah

secara biologis.
Bahan yang dapat merusak atau mengganggu mesin maupun peralatan

yang terpasang dalam saluran dan system pengolahan air limbah.


Pestisida, fungisida, herbisida, insektisida, radentisida, fumigans.
Limbah padat.

b. Ketentuan khusus
Secara khusus, air limbah yang boleh dibuang ke system saluran air
limbah PT. IPAL SIER (Persero) tiidak boleh melebihi standart yang telah
ditetapkan, yaitu yang tercantum pada table berikut :
N0.

PARAMETER FISIKA

Kode

Nilai

Satuan

34

1.1

Suhu

40

Celsius

1.2

Jumlah Padatan Terlarut

TDS

2000

Mg/ l

1.3

Jumlah Padatan Tersuspensi

TSS

400

Mg/ l

1.4

Warna

300

Pt.Co Scala

NO.

PARAMETER KIMIA

Kode

Nilai

Satuan

2.1

Biological Oxygen Demand

BOD

1500

Mg/ l

2.2

Chemical Oxygen Demand

COD

3000

Mg/ l

2.3

Derajat Keasaman

pH

69

2.4

Amonia

NH3

20

Mg/ l

2.5

Deterjen

MBAS

Mg/ l

2.6

Phenol

Mg/ l

2.7

Fluorida

30

Mg/ l

2.8

Klorida

Cl

500

Mg/ l

2.9

Minyak & Lemak

30

Mg/ l

2.10

Nitrat

NO3

50

Mg/ l

2.11

Nitrit

NO2

Mg/ l

2.12

Sisa Klor

Cl2

Mg/ l

2.13

Sulfat

SO4

500

Mg/ l

2.14

Sulfida

Mg/ l

NO.

I T E M KIMIA

Kode

Nilai

Satuan

2.15

Arsen

As

Mg/ l

2.16

Barium

Ba

Mg/ l

2.17

Besi

Fe

30

Mg/ l

2.18

Kadmium

Cd

Mg/ l

35

2.19

Kobalt

Co

Mg/ l

2.20

Krom Heksavalen

Cr

Mg/ l

2.21

Mangan

Mn

10

Mg/ l

2.22

Nikel

Ni

Mg/ l

2.23

Air Raksa

Hg

0,005

Mg/ l

2.24

Selenium

Se

Mg/ l

2.25

Seng

Zn

Mg/ l

2.26

Tembaga

Cu

Mg/ l

2.27

Timbal

Pb

Mg/ l

2.28

Sianida

CN

Mg/ l

Tabel 1.
Jika air limbah akan dibuang oleh suatu industry ke system saluran air limbah
ke PT. IPAL SIER (Persero) melebihi standart. Maka industry tersebut wajib
menggunakan pengolahan pendahuluan (pretreatment) sebelum air limbahnya
masuk ke saluran tersebut. Standart limbah yang masuk ke PT. IPAL SIER
(Persero) telah dicantumkan seperti pada lampiran.
3.5. INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH
Bangunan pengolahan air limbah dan spesifikasinya
Berikut ini akan diuraikan mengenai : fungsi, kapasitas, spesifikasi, utilitas
penunjang masing masing bangunan pengolahan air limbah yang ada di PT.
IPAL SIER (Persero).
1. Sumur pengumpul
Sumur pengumpul ini berfungsi sebagai tempat penampungan sementara air
limbah yang bersunber dari semua industri industri di kawasan PT. IPAL SIER
(Persero). Namun, air limbah atau air buangan dari setiap industry harus
memenuhi standar yang telah ditentukan oleh PT.IPAL SIER (Persero). Sumur ini
berbentuk lingkaran (circular) dengan diameter 5 m dan kedalaman 8 m. sumur
ini terbagi menjadi dua bagian yang dibatasi oleh beton setebal 30 cm,kedua
bagian tersebut adalah :

36

Dua buah pipa yang besarnya masing masing 400 mm dan 600 mm yang

berfungsi sebagai saluran buangan industry dan perkantoran.


Dua buah rel yang terpasang pada dinding sumur dan papan yang
terbentang 4 m yang digunakan sebagai pijakkan petugas yang akan

membersihkan sumur.
Saringan kasar yang terpasang pada piapa induk dan berfungsi untuk
menahan benda benda besar yang masuk dalam sumur basah seperti : kayu,
plastic, kaleng, dan lain lain.
Debit yang masuk ke sumur pengumpul ini 8000 l/hari. Jumlah debit yang

masuk tergantung pada aktifitas perkantoran dan pabrik disekitar PT. IPAL SIER
(Persero). Dalam sumur pengumpul limbah cair akan mengalami homogenisasi
sehingga pada saat dialirkan ke proses selanjutnya akan mempunyai kondisi dan
beban pencemaran yang sama. Limbah cair di sumur pengumpul ini dipompa
menggunakan pompa sentrifugal dengan debit 60 l/ detik.

Gambar 5. Sumur pengumpul


Pada sumur ini diambil sample influent limbah cair untuk diteliti di dalam
laboratorium untuk diketahui jumlah COD, DO, dan lain lain. Hal tersebut
dilakukan karena limbah cair yang masuk ke dalam PT. IPAL SIER (Persero)
harus memenuhi standart yang telah ditentukan.
2. Sumur kering
Sumur yang ada di IPAL adalah sumur yang sering disebut dengan rumah
pompa. Perlu kita ketahui bahwa di dalam rumah pompa tersebut ada 4 pompa
yang berfungsi membantu jalannya pengolahan limbah yang ada dii IPAL. Pompa

37

tersebut adalah pompa centrifugal yang secara otomatis dapat bekrja dengan
sendirinya dengan level control untuk memompa air limbah ke bak pengendap
pertama (primary settling tank).
Pompa ini masing masing dapat bekerja dalm mengalirkan air limbah
dengan debit 60 liter/dt. Dan peralatan yang digunakan di rumah pompa ini antara
lain :
- Crane untuk mengangkat
- Vertical centrifugal pump untuk pemomopaan air limbah.
Secara keseluruhan sumur pengumpul ini mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Sebagai tempat penampung sementara dari limbah industry di kawasan PT.
IPAL SIER (Persero) Surabaya. Sumur ini mampu menampung buangan
industry dan perkantoran dengan debit sebesar 10.000 m3/hari. Limbah yang
terkumpul disumur pengumpul ini dialirkan secara otomatis oleh pompa
sentrifugal (centrifugal pump) berdasarkkan level control menuju bak
pengendap pertama (primary settling tank).
b. Pembersihan sampah sampah atau kotoran yang mengapung dilakukan secara
manual oleh operator melalui dua buah rel (jet savelling/ crame).
c. Pada sumur pengumpul ini juga terjadi proses homogenesis air limbah yaitu
pemerataan.
3. Bak pengendap pertama (primary settling tank)
Bak pengendap pertama atau settling tank mempunyai fungsi umum yaitu :
- Mengendapkan pertikel partikel terutama zat padat tersuspensi secara
gravitasi
- Penyaringan kotoran terapung
- Sebagai tempat homogenisasi air limbah sebelum masuk ke oxidation
ditch.
- Pemerataan beban hidrolisis dan organic sehingga tidak akan terjadi shock
loading pada proses selanjutnya akibat flokulasi beban.

38

Bak pengendap pertama berbentuk persegi panjang yang dilengkapi dengan buffle
serta tiga bak kecil yang memiliki fungsi tertentu.

Gambar 6. Primary Sattling Tank


Bak pengendap pertama ini dilengkapi dengan :
- Meter air yang dihubungkan dengan baling baling yang fungsinya untuk
-

mengetahui debit air (influent) dengan jelas.


Penyekat (skimmer) yang mempunyai ketebalan 80 cm, berjumlah dua
buah dan terpasang secara simetris. Alat ini digunakan untuk menghalangi
benda benda yang terapung agar tidak masuk ke tahap slanjutnya,
misalnya : plastic, busa deterjen, minyak dan partikel terapung lainnya.
Dan kemudian dibelokkan ke selokan dan di alirrkan ke bak floating
(floating tank) ini benda benda tterapung tersebut akan diambil secara
mekanik sedangkan air yang berada dibawah akan dialirkan kedalm

oxidation ditch.
Pompa yang dipasang pada bagian bak besar (bak pengendapp pertama)
yang berfungsi untuk mengalirkan partikel terapung lumpur hasil dari
pengendapan ke bak penampung partikel partikel terapung ini dilengkapi
dengan saluran air yang berbentuk selokan (parit) sehingga aliran air
limbah dapat berjalan mudah dan lancar sehingga operator mudah
mengontrolnya

39

Lumpur hasil pengendapan dibawa ke bak pengering lumpur (sludge


drying bed)

Factor factor yang mempengaruhi di bak pengendap pertama :


a. Berat jenis padatan
Mekanisme pengendapan pada bak pengendap pertama adalah dengan
gaya gravitasi dengan berdasarkan berat jenis padatan yang tersuspensi pada air
limbah. Dimana padatan yang tersuspensi tersebut yang berat jenisnya lebih
besar daripada air maka akan mengendap,sedangkan yang lebih kecil akan
terapung.
b. Waktu detensi
Karena mekanisme pada bak pengendap pertama dengan menggunakan
gaya gravitasi maka diperlukan waktu detensi yang terbaik untuk dapat
mengendapkan padatan. Diperolehb waktu optimal detensi adalah 2 3 jam,
karena jika waktu terlalu lama akan terjadi pembusukan yang menimbulkan
bau busuk. Sedangkan waktu detensi 1 1,5 jam akan terjadi penurunan :
- BOD
: 25% - 40%
- Suspended Solid
: 60% - 65%
- Bahan Organik
: 35% - 40%
c. Laju air
Kecepatan air yang deras akan dihasilkan waktu detensi yang kecil maka
didapatkan proses pengendapan yang kurang baik, sedangkan pada aliran yang
kecil mengakibatka waktu detensi yang lama akan menimbulkan pembusukan
pada bak pengendapan pertama.
d. Kecepatan pengendapan

40

e. Efisiensi pemisahan suspended solid


Spesifikasi bak pengendapan pertama (primary settling tank) :
- Panjang
: + 40 m
- Lebar
: + 10 m
- Kedalaman
: + 1,6 3 m
Dalam bak pengendap pertama dilakukan pembersihan benda benda
terapung (floating material) secara manual (menggunakan tenaga manusia).
Benda benda tersebut antara lain : plastik dan kayu yang ikut masuk ke dalam
aliran air limbah. Pemisahan partikel kasar dilakukan dengan gaya grafitasi. Di
sini partikel partikel yang mengendap akan dialirkan ke dalam sludge drying
bed.
Pada bak ini juga diambil sample untuk meneliti kandungan BOD, COD, dan
lain lain sebagai overflow primary settling (OPS).

41

4. Parit oksidasi (oxidation ditch)


Pada oxidation ditch ini, air limbah diolah secara biologis dengan bantuan
mikroorganisme pengurai air limbah, sehingga dibutuhkan oksigen untuk aktivitas
organisme dalam menguraikan bahan organic dalam air limbah. Kebutuhan
oksigen diperoleh dari proses aerasi dengan menggunakan Mammoth Rotor.
Gambar 7. Oxidation Ditch
Oxidation ditch ini berbentuk parit melingkar memenjang yang berjumlah 4
buah. Oxidation ditch ini
mampu
limbah

mengolah
sebanyak

air
9000

m3/hari. Oxidation ditch


ini

memiliki

tepian

permukaan kolam yang


kasar serta dilapisi dengan
batu kali sebagai tempat
menempelnya
mikroorganisme.
Pada
setiap

unit

oxidation ditch dilengkapi


dengan

unit

mammoth

rotor yang berfungsi untuk mengaduk limbah sehingga dapat diperoleh oksigen
yang cukup untuk proses pengolahan.
Pada oxidation ditch ini harus diteliti kadar lumpur yang masuk ke dalam
bak oksidasi karena jika terlalu banyak ataupun terlalu sedikit lumpur yang ada
maka proses pengolahan tidak akan berjalan dengan baik.
5. Distribution box
Di dalam bak pembagi ini lumpur aktif yang masih tercampur dengan air
limbah dari oxidation ditch akan dibagi menjadi dua bagian. Satu bagian akan
dialirkan ke bak pengendap kedua (clarifier) dan satu bagian lagi akan dialirkan
kedalam oxidation ditch (di recycle) sebesar 30% dari total lumpur yang masuk ke
bak pembagi (distribution box).

42

Gambar 8. Bak pembagi (Distribution Box)


Lumpur aktif dikembalikan ke oxidation ditch dengan bantuan return
sludge pump tipe screw pump conveyor, sedangkan air limbah dan lumpur aktif
yang dialirkan menuju bak pengendap kedua dilakukan dengan menggunakan
prinsip perbedaan tekanan yaitu prinsip perbedaan diameter dua buah pipa (yaitu
pipa menuju secondary clarifier dan pipa menuju distribution box).
Fungsi dari bak ini adalah :
- Sebagai tempat penampung sementara air limbah dari oxidation ditch
sebelum masuk ke secondary clarifier.
- Sebagai pembagi lumpur aktif yang akan dialirkan ke secondary clarifier
yang akan dikembalikan ke oxidation ditch.
Bak ini dilengkapi dua pompa yang berfungsi submersible yang berfungsi
mengalirkan lumpur yang akan dibuang ke bak pengering lumpur dan srew pump
yang berfungsi untuk mengembalikan lumpur ke oxidation ditch sebagai return
sludge.
Spesifikasi pompa adalah :
a. Screw pump
- Daya
: 17 KW
- Frekuensi putaran : 50 Hz
Kapasitas
: 60 m3/menit
b. Submersible pump
- Daya
: 3,75 KW
- Frekuensi putaran : 50 Hz
- Kapasitas
: 50 m3/ menit
Spesifikasi bak distribusi adalah :
- Panjang
: 7,2 m
- Lebar
:4m
- Kedalaman : 3 m

43

6. Bak pengendap kedua (secondary clarifier)


Bak pengendap kedua ini berfungsi sebagai pengendap lumpur yang
terkandung dalam air limbah setelah melewati proses oksidasi sehingga air
menjadi bersih untuk dibuang ke sungai. Pada bak pengendap kedua ini
dilengkapi dengan alat pengeruk lumpur atau scrapper. Alat ini berbentuk
jembatan (scrubber bridge) yang mampu membentang dari arah tengah bak
seperti jari jari lingkaran yang mampu mengintari bak.

Gambar 9. bak pengendap II (secondary claryfier)


Alat ini biasanya digerakkan oleh motor listrik dengan daya 0,25 KW dan
frekuensinya 50 Hz. Gerakan pada alat ini sangat lambat dikarenakan untuk
mencegah terjadinya gelombang pada air saat pemutaran. Gelombang air akan
dapat mengganggu pengendapan (sedimentasi).
Spesifikasi dari bak pengendap kedua ini antara lain ;
- Bentuk
: cicular
- Jumlah
: 2 buah
- Diameter
: 21 m
- Kemiringan dasar (slope) : 1,24
- Kedalaman tepi
: 2,5 m
- Kedalaman tengah
:3m
- Kecepatan pelimpahan air : 0,7 m3/jam

44

Bak pengendapan kedua ini memiliki dua bagian yaitu :


a. Bagian dasar yang memiliki lengkungan yang berfungsi sebagai tempat
penampungan lumpur serta sekaligus meninggikan tekanan air sehingga
lumpur tersebut dapat dialirkan secara alami ke bak distribusi dengan
menerapkan hukum bejana yang didasarkan akan perbedaan tekanan.
b. Bagian tengah bak dimana terdapat pipa dengan diameter 5 m dengan
panjang 2,5 m yang berfungsi seperti buffel berfungsi sebagai pencegah
aliran putaran olahan yang berasal dari bak pendistribusi yang masuk ke
bak ini.
7. Bak pengering Lumpur (sludge drying bed)
Bak ini berbentuk persegi panjang yang memiliki dasar kemiringan. Bak ini
dilengkapi pasir kasar, pasir halus dan batuan sebagai penyaring. Pasir ini harus
terus diisi saat pengerukan limbah cair karena jumlahnya akan terus berkurang
pada saat pengerukan. Pengeringan di bak ini dilakukan dengan bantuan dari sinar
matahari langsung.
Di IPAL PT. SIER (Persero) Surabaya terdapat 2 jenis bak pengering yaitu:
- Bak pengering Primer yang berfungsi untuk mengeringkan lumpur yang
-

berasal dari bak pengendap pertama.


Bak pengering sekunder yaitu bak pengering yang digunakan untuk
mengeringkan lumpur yang berupa return sludge dari bak pembagi.

Вам также может понравиться