Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
GEJALA ASMA PADA ANAK DI INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT PARU BATU
Dewi Kartikawati Ningsih1, Septi Dewi Rachmawati2, Affrida Nurlily Chintya Widari3
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
ABSTRAK
Asma memiliki kategori tingkat keparahan yaitu Ringan, Sedang, dan Berat. Tingkat keparahan dilihat dari
ada tidaknya wheezing, penggunaan otot bantu pernafasan, bagaimana entri udara ke paru-paru, dan
kontraksi otot scalene. Salah satu indikator mutu pelayanan Rumah Sakit berupa Emergency Response Time
(waktu tanggap gawat darurat). Tujuan penelitian ini ingin mengetahui hubungan emergency response time
dengan tingkat keparahan gejala asma pada anak di ruang Instalasi Gawat Darurat. Penelitian dilakukan
dengan pendekatan cross sectional pada ruang IGD dengan 30 responden anak asma usia 1-18 tahun.
Variabel yang dikaji meliputi Emergency Response Time dan tingkat keparahan gejala asma. Data dianalisis
dengan statistik regresi linier sederhana menggunakan software SPSS. Berdasarkan hasil Spearman-Rank
test didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,001 lebih kecil dari 0,05 yang mana taraf signifikansi (=0,05),
yang dapat disimpulkan bahwa tolak H0 dan H1 diterima yang artinya adalah ada hubungan antara
Emergency Response Time In-hospital dengan tingkat keparahan gejala asma pada anak di Ruang IGD
Rumah Sakit Paru Batu. Dengan value sebesar +0,574 maka dapat disimpulkan bahwa menurut Guilford
berarti positif terdapat kategori hubungan yang sedang (0,40 0,599) antara Emergency Response Time Inhospital dengan tingkat keparahan gejala asma pada anak di Ruang IGD Rumah Sakit Paru Batu. Dapat
disimpulkan bahwa semakin cepat penanganan asma, semakin ringan gejala yang dialami pasien.
Kata kunci : Emergency Response Time, Tingkat Keparahan Asma, Anak
ABSTRACT
The severity of asthma can be seen from the absence of wheezing, use of respiratory muscles, air entry into
the lungs, and the scalene muscle contraction. One of the indicators of a hospitals service quality such as
Emergency Response Time (time emergency response). The purpose of this study wanted to find out
correlation of emergency response time to the severity of asthma symptoms in children in the ER. The study
was conducted with a cross-sectional approach in the emergency room with 30 respondents asthmatic
children aged 1-18 years. Variables that were examined include Emergency Response Time and severity of
asthma symptoms. Data were analyzed by simple linear regression using SPSS software. Based on the
results obtained Spearman-Rank test significance value of 0.001 is smaller than 0.05 which is the level of
significance ( = 0.05), which can be concluded that reject H0 and H1 accepted, which means there is a
relationship between the Emergency Response Time In-hospital with the severity of asthma symptoms in
children in emergency room. With a value equal to +0.574 it can be concluded that there is a positive means
according Guilford relationships category moderate (0.40 to 0.599) between the Emergency Response Time
In-hospital with the severity of asthma symptoms in children in the emergency room Lung Hospital of Batu. It
can be concluded that the faster handling of asthma, the more mild symptoms experienced by patients.
Keywords: Emergency Response Time, Asthma Severity, Children
Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol: 1, No. 1, Mei 2015; Korespondensi: Dewi Kartikawati Ningsih, Jurusan
Keperawatan-Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Jl. Veteran Malang Jawa Timur.
Email: kartika.karso@ub.ac.id
www.jik.ub.ac.id
PENDAHULUAN
yang
mat untuk
(Kepmenkes, 2008).
dapat
kecacatan.
mencegah
Salah
satu
kematian dan
indikator
mutu
Asma
memiliki
kategori
tingkat
kontraksi
atau
pasien
adalah
fase
tentang
yang
fase
pre-hospital,
in-hospital
penanganan
dan saat
Prinsip
pasien
umum
gawat
darurat
2009).
otot
scalene.
penundaan
Penelitian
penanganan.
yang
Risiko
kronis
pada
saluran
pernafasan
yang
mengungkap
dan
termasuk
kesenjangan
kegawatdaruratan
ABC
WHO
asma
umum
menyebabkan
(Airway,
Breathing,
di
antara
Circulation).
anak-anak,
jumlah
ini
antara
terlambat
teori
dan
atau
yang
kriteria
satu
gap
penyakit
memenuhi
salah
terdapatnya
terlalu
pasien
kenyataan
lama,
anak
selain
kekurangan
udara
penyakit
asma,
dikarenakan
keterlambatan
di
paru-paru)
ditangani,
keterlambatan
Di
sekolah
usia
13-14
di
IGD
tahun
dengan
asma
dirasakan
dan
memperburuk
pasien
yang
pecah
penanganan
sesak
bisa
akan
oleh
mengalami
ditangani
untuk
mengantisipasi
terjadinya
lama
mampu
asmatikus,
mengakibatkan status
bronchitis kronik,
pneumonia,
pneumotoraks bahkan
mampu
METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah cross sectional, yaitu suatu penelitian
dengan
pengukuran
dilakukan
pada
Rumah
Sakit
Paru
Batu
anak
dengan
asma
diberikan
pada
pengamatan
saat
yang
dan
bersamaan
melakukan
diambil
dengan
teknik
purposive
untuk
mengetahui
emergency
tugas
untuk
menyelesaikan
maka
urusan
administrasi
HASIL
Karakteristik Responden
Jenis Kelamin Responden
Gambar 1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin
sesak
lagi
dan
sudah
kuat
untuk
adakah
hubungan
emergency
berguna
untuk
membantu
guna
Usia Responden
Gambar 2. Distribusi Responden berdasarkan Usia
www.jik.ub.ac.id
Gambar
responden
menunjukkan
(67%)
mendapat
bahwa
20
penanganan
(10%)
mendapat
penanganan
setelah 3 menit.
Tingkat Keparahan Gejala Asma
Gambar 5. Distribusi Responden berdasarkan
Tingkat Keparahan Gejala Asma
dalam
kategori
anak
tengah,
Gambar
menunjukkan
responden
responden
mendapat
Emergency
Tingkat
Keparahan
Total
Total
Ringan
20
67%
23%
27
Sedang
10
%
Berat
20
67%
23%
10
%
30
pada
penanganan
sedang.
Paru Batu.
tingkat
responden
Hubungan
keparahan
(10%)
antara
ringan
mendapat
Emergency
dan
Response
PEMBAHASAN
Emergency
Response
Time
di
Ruang
upaya
penyelamatan
nyawa
manusia.
Tingkat
Keparahan
P
Value
Koefisien
Korelasi
atau
fase
pre-hospital,
dan saat
pasien
Ringan
20
Sedang
Berat
20
0,574
Total
0,001
sebanyak
30
orang
(100%)
tanggap
didapatkan:
20 responden
www.jik.ub.ac.id
standar
yang
ada.
menyebabkan
Faktor
keterlambatan
yang
dapat
Emergency
RSP
termasuk
baik,
ketanggapan
dalam
(tersedianya
dan
administrasi.
Fasilitas yang ada di IGD pun sudah
peralatan,
pernahnya
obat-obatan,
mengikuti
pelatihan
mencukupi
kegawatdaruratan).
Jumlah tenaga medis yang bekerja di IGD RSP
dengan
adanya
Ventilator
karena
oleh
Batu
Asma merupakan penyakit kronik yang paling
menurut
data
yang
diambil
Berdasarkan
pada
gambar
5.4
menggambarkan
penelitian
telah
dilakukan
tahun.
Berdasarkan
menurut
2007
ini
berbeda
Rumah
tidak
Francine
menyatakan
Ducharme
dengan
Sakit
yang
teknik
cepat
et.al.,
PRAM
karena
berhubungan
ekonomi,
jenis
dengan
kelamin,
status
sosial
paparan
asap
hasil
dari
penelitian
kehidupan
gambar
mereka,
5.2
tetapi
responden
berdasarkan
jenis
www.jik.ub.ac.id
jenis
Tuzla
Herzegovina
asma.
Canton--Bosnia
and
obat
misalkan
kortikosteroid,
Time
pada Anak
untuk
Retraksi
responden
penentu
Hubungan
Emergency
sebanyak
Response
30
orang
(100%)
mendapatkan
udara
suprasternal
keparahan
ke
paru-paru.
digunakan
gejala
sebagai
asma.
Setelah
waktu
kondisi
tanggap
didapatkan:
20
responden
pernafasan
dipacu
misalnya
saat
terjadi
sampai
meningkatkan
nafas
yang
berhubungan
dengan
cepatnya
pemberian
terapi
obat.
kontraksi
ke
udaranya.
5).
tambahan
Kontraksi
volume
Yang
dari
ini
rongga
ketiga
otot-otot
adalah
bertujuan
dada/paru
wheezing.
ini
disebabkan
respiratorik
penyempitan
distal.
saluran
Untuk
menggunakan
stetoskop
untuk
yang
terakhir
adalah
Entri
Udara.
berlebihan
penyempitan
ekspirasi,
paru
dan
selanjutnya
lumen
bronkus.
peningkatan
yang
lain,
mengimbangi
menimbulkan
Pada
tekanan
tetapi
saat
intratorakal
tetap
tidak
penurunan
bisa
ventilasi.
terutama
tersebut
waktu
untuk
pemberian
steroid,
di
atas
Kejadian
membuktikan
bahwa
and
Medical
Professionals
on
dalam
pernafasan
bronkus
besar
sehingga
terjadi
pembengkakan
menanggapi
pengobatan di ambulans.
Berdasarkan hasil penelitian, yaitu hasil
Spearman-Rank
test
didapatkan
nilai
paru-paru
kerja
membran
mukosa
sehingga
Histamin
untuk
menyebabkan
polos.
dalam
migrasi
histamin.
juga
otot
pasien
meningkatkan
menstimulasi
mensekresi
mukus
secara
www.jik.ub.ac.id
ada
hubungan
antara
Emergency
Dengan
demikian
dapat
atau
pelayanannya.
selanjutnya,
sebaiknya
lebih
meningkatkan
Pada
peneliti
penelitian
memilih
British
Thoracic
Society
&
Scottish
Intercollegiate
Guidelines
Network.
(2009). British Guideline on the
Management of Asthma Vol. 3. (pp.
132).
Pelatihan
PPGD,
Sucita,
www.jik.ub.ac.id