Вы находитесь на странице: 1из 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Minyak bumi dijuluki juga sebagai emas hitam yaitu cairan kental, coklat
gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar, yang berada di lapisan atas dari beberapa
area di kerakBumi. Minyak bumi terdiri dari campuran kompleks berbagai hidrokarbon
yang sebagian besar merupakan seri alkana, tetapi bervariasi dalam penampilan,
komposisi, dan kemurnian.
Minyak Bumi (Crude Oil) merupakan hasil tambang yang diperoleh melalui
kegiatan eksplorasi, eksploitasi dan produksi sehingga dapat dikeluarkan ke
permukaan bumi untuk dimanfaatkan bagi kepentingan yang lebih besar, baik sebagai
sumber energi ataupun bahan baku industri, seperti Petrokimia.
Komponen penyusun minyak bumi terdiri dari Hidrogen dan Karbon, juga
terdapat sejumlah kecil pengotor, antara lain belerang, oksigen dan nitrogen.
Komposisi kimia dan fisika minyak mentah sangat bervariasi.
Salah satu cara untuk memurnikan kandungan ataupun hasil proses pengilangan
minyak dari pengotornya adalah proses hydrotreating. Hidrotreating adalah proses
pemurnian produk minyak bumi dari pengotor berupa kandungan sulfur, nitrogen,
logam dan senyawa aromatik tidak jenuh. Pada makalah ini akan dibahas khusus
tentang proses kerosene hydrotreating (KHDT).
1.2

Tujuan Penulisan
1

Memahami dan dapat menggambarkan diagram alir proses dan sistem


pemroses kerosene hydrotreating.

Mendapatkan gambaran tentang wujud pengoperasian sistem pemrosesan atau


fasilitas yang berfungsi sebagai sarana pengolahan kerosene.

1.3

Ruang Lingkup
Ruang lingkup makalah ini adalah penjelasan tentang bahan dan produk yang

dihasilkan oleh proses kerosene hydrotreating.

BAB II
ISI
2.1

Klasifikasi Minyak Bumi

2.1.1

Klasifikasi berdasarkan API


Klasifikasi ini merupakan klasifikasi yang sederhana, dimana ada suatu

kecenderungan bahwa API Gavity minyak mentah tinggi maka minyak mentah
tersebut mengandung fraksi ringan dalam jumlah besar (Kardjono, 1987).
Tabel 1.2Klasifikasi Minyak Mentah berdasarkan API Gravity
Jenis Minyak Mentah

API Gravity

Spesific Gravity

Ringan

> 39

< 0,83

Ringan Sedang

39 35

0,83 0,85

Berat Sedang

35 32,1

0,85 0,865

Berat

32,1 24,6

0,865 0,905

Sangat Berat

< 24,6

> 0,905

(Sumber :Kardjono, 1987)


2.1.2

Klasifikasi Berdasarkan Jenis Ikatan


Berdasarkan jenis ikatannya, fraksi minyak bumi dapat di bagi sebagai berikut

(Kardjono, 1987) :
a. Seri Parafin, Formula Umumnya CnH2n+2. parafin mempunyai rantai terbuka
dan jenuh, sehingga memiliki kestabilan tinggi dimana pada suhu kamar tidak
dapat bereaksi dengan alkali pekat, sulfat, dan asam nitrat. Contohnya Butana,
Isopentana.
CH3 CH2 CH2 CH3
N Butana

CH3 CH2 CH CH3


CH3
Isopentana

b. Naptha, formula umumnya adalah CnH2n. Naptha termasuk senyawa siklik.


Senyawa ini sitandai dengan susunan karbon yang jenuh dan tertutup,
konfigurasinya membentuk gelang atau melingkar. Contohnya Siklopentana,
sikloheksena.

CH3
CH3

1, 2, 4 trimetil sikloheksana

CH3
c. Olefin, yaitu senyawa hidrokarbon tidak jenuh yang mempunyai struktur
terbuka dengan rumus umumnya CnH2n untuk satu ikatan rangkap dan CnH2n 2
untuk dua ikatan rangkap.
CH3 CH = CH CH3
2 - butena

CH2 = CH C = CH2
CH3
2 metil 1, 3 butadiena

d. Aromatik, yaitu rantai yang memiliki ikatan benzena, merupakan komponen


terkecil dalam crude oil. Umumnya diinginkan karena memiliki bilangan oktan
yang tinggi.

2.2

Kandungan Non Hidrokarbon dalam Minyak Bumi


Senyawa senyawa non hidrokarbon yang juga terdapat dalam komposisi

minyak bumi antara lain (Chrisnanto, 2005):


a. Kandungan Sulfur
Sulfur adalah unsur yang bersifat korosif terhadap logam. Kecepatan korosi
yang diabaikan akan meningkat dengan bertambahnya suhu atau variabel lain
seperti kelembapan. Semakin tinggi temperatur, secara teoritis akan meningkatkan
kecepatan korosi terhadap logam.
b. Kandungan Nitrogen

Terdapat jumlah kecil dalam minyak bumi. Dalam fraksi tertentu kandungan
nitrogen yang berlebih akan menyebabkan kualitas minyak menjadi tidak stabil
terutama warna yang dapat berubah karena adanya reaksi nitrogen dan oksigen dari
udara.
c. Kandungan Oksigen
Berada dalam jumlah yang kecil dalam minyak bumi
d. Kandungan Logam Berat
Logam berat sering terdapat dalam minyak mentah, seperti nikel, vanadium,
besi dan Hg. Keberadaan jenis logam logam tersebut besarnya sangat tergantung
pada lokasi dimana minyak mentah itu ditemukan. Semua logam ini tudak
dikehendaki, karena dapat mempengaruhi proses reaksi terutama dalam proses
cracking. Dalam beberapa hal juga dapat merusak peralatan.
e. Kandungan Garam
Garam garam yang umum terdapat dalam minyak bumi adalah NaCl, MgCl 2
dan CaCl2. garam ini dapat berasal dari air laut yang tercampur dalam minyak
mentah sewaktu pemboran dan pengiriman ke kilang. Dengan adanya air panas
garam garam ini dapat terhidrolisa menjadi HCl yang dapat menyebabkan korosi
pada peralatan.
f. Metal
Jenis metal yang biasa ditemukan di crude oil adalah arsenic, lead (timbal),
vanadium, nikel, dan besi. Sebagian besar metal dalam umpan CDU akan keluar
bersama atmospheric residue. Arsenic dan lead merupakan racun paling mematikan
dari katalis unit catalytic reforming, sedangkan vanadium, nikel, dan besi akan
mendeaktivasi katalis catalytic cracking.
g. Sand, Mineral Matter and Water
Senyawa-senyawa ini dikelompokkan bersama sebagai Base Sedimentation and
Water (BS&W), dan biasanya berjumlah kurang dari 0,5 %wt total crude.
2.3

Karakteristik Minyak Bumi


Minyak Bumi sangat bervariasi jenisnya, tergantung dari sumber dari sumber

dan proses pembentukannya dalam bumi sehingga pemanfaatannya memerlukan cara


yang berbeda. Untuk memberikan gambaran terhadap kualitas minyak mentah antara
lain digunakn parameter sebagai berikut (Kardjono, 1987):
4

Spesific Gravity dan API Gravity


Spesific gravityadalah perbandingan massa volume tertentu pada 15 oC terhadap
massa air yang volumenya sama pada suhu yang sama. API gravity adalah suatu
fungsi spesific gravity 60/60oF yang dinyakan dengan persamaan :
API Gravity = 141,5

. 131,5

s.g 60/60oF
-

Oktan Number
Oktan number adalah banyaknya persentase ISO oktan (2, 2, 4 trimetil pentana)
dalam campuran dengan normal heptana.

Smoke Point
Smoke point adalah sebagai tinggi nyala maksimum dalam milimeter dimana
kerosin terbakar tanpa timbul asap apabila ditentukan dalam alat standar pada
kodisi tertentu.

Flash Point
Flash point adalah suhu terendah dimana uap minyak dan produknya dalam
campurannya dengan udara akan menyala kalau terkena api pada kondisi
tertentu.

Fire Point
Fire point adalah suhu terendah dimana uap minyak dan produknya akan
menyala dan terbakar secara terus menerus kalau terkena api pada kondisi
tertentu.
2.4

Proses Pengolahan Minyak Bumi


Beberapa proses yang dipakai dalam pengolahan minyak bumi untuk

menghasilkan produk produk yang diinginkan, antara lain (Budianto, 2013):


a. Distilasi
Distilasi merupakan teknik pemisahan dengan memanfaatkan beda titik didih
masing masing komponen dalam campuran di dalam suatu kolom yang memiliki
beberapa tray di dalamnya. Tujuan dari distilasi ini adalah untuk memisahkan
komponen volatile sebagai gas dari bagian atas kolom dan mengambil fraksifraksi

lain berdasarkan titik didihnya serta mengambil fraksi terberatnya sebagai produk
bawah untuk pemisahan yang kompleks digunakan beberapa kolom.

b. Perengkahan ( Cracking )
Perengkajan adalah pemutusan rantai hidrokarbon yang mempunyai rantai
panjang menjadi hidrokarbon yang mempunyai rantai lebih pendek.
Ada 3 proses perengkahan, yaitu :
1. Perengkahan Thermal, yaitu perengkahan karena panas.
2. Perengkahan Katalitik, yaitu perengkahan dengan bantuan katalis.
3. Hidrocracking, yaitu kombinasi antara perengkahan dengan hidrogenasi
untuk menghasilkan senyawa yang jenuh.
c. Alkilasi
Alkilasi adalah reaksi penggabungan rantai lurus dan bercabang dengan
molekul aromatis atau hidrokarbon tak jenuh untuk membentuk molekul kompleks
yang baru. Dalam industri minyak bumi, proses serupa dipakai untuk memproduksi
gasoline dengan nilai oktan tinggi. Contoh produk alkilasi adalah Isooktan.
d. Isomerisasi
Isomerisasi adalah pengaturan kembali atom dalam molekul. Misalnya konversi
dari normal parafin menjadi isoparafin. Isomerisai metil siklopentana menjadi
sikloheksana adalah salah satu contoh yang menggunakan teknik catalytic reforming
menjadi produk aromatik.
e.

Hydrotreating
hydrotreating adalah proses pemurnian produk minyak bumi dari pengotor

berupa kandungan sulfur, nitrogen, logam dan senyawa aromatik tidak jenuh.
Misalnya adalah proses hydrotreating dari naphtha, kerosene, diesel, dan VGO
menjadi produk bebas pengotor berupa sulfur (KBR, 2015).
2.5

Kerosene Hydrotreating
Tujuan dari proses

kerosene hydrotreating adalah untuk menghilangkan

kontaminan (sulfur, nitrogen, logam) dan olefin jenuh serta senyawa aromatik yang
tidak diinginkan untuk menghasilkan produk bersih untuk diproses lebih lanjut atau
produk jadi penjualan. Secara umum proses hydrotreating ini berprinsip pada proses
hidrogenasi yaitu mereaksikan sulfur dengan gas hidrogen sehingga membentuk gas
6

H2S dan mengurangi tingkat kejenuhan senyawa-senyawa aromatik yang terdapat


dalam bahan baku sehingga dapat memperpanjang lama waktu penyimpanan produk
(LCC, 2009).
Proses hidrogenasinya terjadi di tempat katalis (reactor) untuk meningkatkan
rasio H/C serta menghilangkan sulfur, nitrogen, dan logam. Kerosene hydotreating ini
termasuk ke dalam secondary processing karena dalam prosesnya melibatkan rekasi
kimia (Budhiarto, 2008).
2.5.1

Deskripsi Proses Kerosene Hydrotreating

Berikut merupakan diagram alir proses kerosene Hydrotreating:

(sumber: LCC, 2009)


Adapun tahapan proses kerosene hydrotreating adalah sebagai berikut (LCC, 2009) :

Tahap Penyiapan Umpan


Umpan berupa straight run kerosene dipompakan dari tempat penyimpanannya

dan dicampur dengan hidrogen sebelum masuk ke dalam reaktor (KBR, 2015).

Tahap Pemanasan Umpan


Umpan yang telah dicampur dengan hidrogen sebelum masuk kedalam reaktor

terlebih dahulu dilewatkan ke dalam heater untuk disesuaikan suhunya dengan suhu
reaktor yaitu pada suhu 360oC. Setelah dipanaskan maka umpan dialirkan ke dalam
reaktor .

Tahap Hydrotreating

Proses hydrotreating dilakukan dalam reaktor fixedbed. Di dalam reaktor terdapat


katalis padat berupa Co-Mo. Kondisi operasi dalam reaktor yaitu suhu reaksi 360 oC
dengan tekanan 20 bar. Pada proses ini akan terjadi reaksi pembentukan H 2S dan
penjenuhan senyawa aromatik tak jenuh yang terdapat dalam umpan. Selanjutnya
hasil keluaran reaktor akan dimurnikan dari pengotor yang masih bercampur dengan
produk seperti H2S dan sisa H2.

Tahap Pemisahan 1 (Flash Drum)


Sebelum dilakukan proses pemurnian produk di dalam separator (Flash drum),

terlebih dahulu keluaran reaktor dilewatkan pada cooler untuk menurunkan suhunya
menjadi 40-50 oC, kemudian dialirkan ke dalam separator untuk memisahkan antara
fasa gas dan fasa cair dalam campuran produk hasil reaksi. Fasa gas akan terpisah dan
menuju ke bagian atas separator, sementara fasa liquid akan mengalir ke bagian bawah
separator untuk selanjutnya dialirkan ke stripper. Fasa gas terdiri atas H 2 dan H2S,
dimana gas hidrogen akan dircycle kembali ke dalam reaktor dengan umpan.
Sementara gas H2S akan diewatkan ke absorber untuk dihilangkan.

Tahap Pemisahan 2 (Stripper)


Umpan berupa hidrokarbon fasa cair dari proses pemisahan 1 dipompakan ke

dalam stripper. Fungsi dari stripper adalah menghilangkan hydrogen, fraksi ringan, air
dan kontaminan hasil samping seperti H2S. Stripper terdiri dari 20 tray. Pinsip dari
stripper adalah terjadinya kontak antara hydrocarbon dengan steam (Suhu 314oC)
secara counter current flow. Sehingga fraksi ringan yang masih terikut dalam liquid
akan terbawa bersama uap (steam) ke bagian atas stripper. Selain itu dengan adanya
steam akan menurunkan tekanan parsial stripper dan dengan temperatur sekitar 147oC
maka fraksi ringan akan menguap. Dengan semakin sedikitnya fraksi ringan dalam
liquid akan berpengaruh terhadap nilai flash point produk. Produk bawah berupa
fraksi cair yang tidak menguap (Desulfurized product) selanjutnya disimpan dalam
tangki penyimpanan. Hidrokarbon ringan yang terbawa dengan steam dilewatkan ke
dalam kondensor kemudian akan terpisah dengan gas yang masih terbawa. Kondensat
yang terbentuk akan dialirkan ke dalam slope tank. Sedangkan gas yang tidak
terkondensasi akan dibakar di flare.

BAB III
KESIMPULAN
3.1
1.

Kesimpulan
Kerosene hydrotreating berfungsi memisahkan kerosene atas pengotornya
berupa, gas nitrogen, sulfur dan senyawa tak jenuh.

2.

Produk yang dihasilkan pada KHDT adalah Off gas, jet fuel, dan kondensat.

3.

Proses KHDT terdiri atas proses hidrogenasi dan pemisahan menggunakan


flash drum dan stripper.

DAFTAR PUSTAKA
Budhiarto, Adhi. 2008. Buku Pintar Migas Indonesia.http://agussuwasono.com/.
Diakses Tanggal 25 April 2015.
Budianto.

2013.

Pengolahan

Minyak

Bumi

Mentah.

http://processengineers.

blogspot.com/.Oilfining. Diakses Tanggal 25 April 2015.


Chrisnanto Fx. 2005. Proses Distilasi Minyak Bumi Buku Ii. Dumai: Pt Pertamina.
Kardjono. 1995. Proses Pengolahan Migas. Cepu: Ppt Migas.
KBR. 2015.

Hydrotreating Solution. http://www.kbr.com/Technologies/Refining/

Hydroprocessing/Hydrotreating/. Diakses Tanggal 3 Mei 2015.


LCC. 2009. Process Engineering Associate. www.processengr.com. Diakses Tanggal 2
Mei 2015.

10

Вам также может понравиться