Вы находитесь на странице: 1из 2

BAB I

PENDAHULUAN

Tetanus adalah penyakit pada susunan saraf akibat adanya inhibisi interneuronal pada
motor neuron yang ditandai dengan spasme otot yang periodik dan berat, inhibisi tersebut
disebabkan oleh neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani. Kontraksi otot bersifat
kaku dan nyeri, bisa terjadi lokal maupun general (Subandi, 2014). Tetanus juga dikenal
sebagai lockjaw dan Seven Day Disease.
Sampai saat ini tetanus masih merupakan masalah kesehatan masyarakat signifikan di
negara berkembang karena akses program imunisasi yang buruk, juga penatalaksanaan
tetanus modern membutuhkan fasilitas intensive care unit (ICU) yang jarang tersedia di
sebagian besar populasi penderita tetanus berat. Di negara berkembang, mortalitas tetanus
melebihi 50% dengan perkiraan jumlah kematian 800.000-1.000.000 orang per tahun,
sebagian besar pada neonatus. Kematian tetanus neonatus diperkirakan sebesar 248.000
kematian per tahun. Di bagian Neurologi RS Hasan Sadikin Bandung, dilaporkan 156 kasus
tetanus pada tahun 1999-2000 dengan mortalitas 35,2%. Pada sebuah penelitian retrospektif
tahun 2003-Oktober 2004 di RS Sanglah didapatkan 54 kasus tetanus dengan mortalitas 47%
(Laksmi, 2014).
Tetanus adalah penyakit yang dapat dicegah. Impelementasi imunisasi tetanus global
telah menjadi target WHO sejak tahun 1974. Sayang imunitas terhadap tetanus tidak
berlangsung seumur hidup dan dibutuhkan injeksi booster jika seseorang mengalami luka
yang rentan terinfeksi tetanus. Akses program imunisasi yang buruk dilaporkan menyebabkan
tingginya prevalensi penyakit ini di negara sedang berkembang. Implementasi imunisasi
tetanus global (Laksmi, 2014).
Meskipun insiden tetanus saat ini sudah menurun, namun kisaran tertinggi angka
kematian dapat mencapai angka 60%. Selain itu, meskipun angka kejadiannya telah menurun
setiap tahunnya, namun penyakit ini masih belum dapat dimusnahkan meskipun pencegahan
dengan imunisasi sudah diterapkan secara luas di seluruh dunia. Mengingat ancaman
mortalitas yang besar dan angka kejadian yang terus terjadi, maka seorang dokter dituntut
untuk mengetahui lebih dalam mengenai kasus ini, dapat menegakkan diagnosis tetanus
dengan benar dan dapat menatalaksana hingga tuntas kasus-kasus tetanus sesuai dengan
kompetensi dokter umum yang telah ditetapkan.

Вам также может понравиться