Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
FUNGSI SARAF KRANIALIS
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Kepaniteraan Klinik Senior (KKS)
Departemen Neurologi RSMH Palembang
Oleh:
Kiki Rizki Arinda, S.Ked
04054821517071
04054821517086
Pembimbing:
dr.H. Achmad Djunaidi, Sp. S
HALAMAN PENGESAHAN
Referat
PEMERIKSAAN NEUROLOGI FUNGSI SARAF KRANIALIS
Oleh:
Kiki Rizki Arinda, S.Ked
04054821517071
04054821517086
Palembang,
Agustus 2015
Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan berkah, rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan referat yang berjudul Pemeriksaan Neurologis Fungsi Saraf
Kranialis. Referat ini disusun sebagai salah satu syarat Kepaniteraan Klinik
Senior (KKS) Departemen Neurologi RSMH Palembang.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dr.
Achmad Djunaidi, Sp.S selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan
selama penulisan dan penyusunan laporan kasus ini, serta semua pihak yang telah
membantu hingga selesainya laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan
referat ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari seluruh pihak agar laporan kasus ini menjadi lebih baik dan
dapat dipertanggungjawabkan. Semoga laporan kasus ini dapat memberikan
manfaat dan tambahan pengetahuan bagi penulis dan pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ....................................................................... 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan fisiologis Nervus Kranialis...............................2
2.1 Cara Pemeriksaan Nervus Kranialis.......................................6
2.2.1 Nervus Olfaktorius............................................6
2.2.2 Nervus Optikus.................................................9
2.2.3 Nervus Okulomotorius, Nervus
Troklearis, dan Nervus Abdusen.......................13
2.2.4 NervusTrigeminus.............................................17
2.2.5 Nervus Fasialis..................................................20
2.2.6 Nervus Akustikus / Vestibulokokhlearis...........23
2.2.7 Nervus Glosofaringeus......................................24
2.2.8 Nervus Vagus....................................................25
2.2.9 Nervus Aksesorius............................................26
2.2.10 Nervus Hipoglossus..........................................26
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Saraf otak ialah saraf perifer yang berpangkal pada otak dan batang otak.
Fungsinya sensorik, motorik dan khusus. Yang dimaksud dengan fungsi khusus
ialah fungsi yang bersifat pancaindra, seperti penghiduan, penglihatan,
pengecapan, pendengaran dan keseimbangan sehingga dapat mencium bau,
melihat, mengecap, mendengar, merasakan nyeri dan perasaan-perasaan
protopatik lainnya pada wajah dan dapat menjaga keseimbangan yang
diperlukan untuk mengatur sikap, gerakan, dan menggerakkan otot wajah sesuai
dengan keadaan dan suasana.
Terdapat 12 saraf
pusat sistem saraf otak melewati foramina dan fissura di tengkorak. Semua
saraf ini didistribusikan ke kepala dan leher kecuali saraf kranial kesepuluh,
yang mempersarafi struktur-struktur yang berada di toraks dan abdomen. Sistem
saraf ini menerima informasi dari dunia luar termasuk dari viscera. Fungsi
motorik yang diatur oleh nervi cranialis ditujukan pada pengaturan fungsi
organ-organ khusus,
makanan
dan
yaitu
kontrol
vokalisasi,
mastikasi,
gerakan
menelan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi dan Fisiologi Nervus Kranialis
Terdapat 12 saraf kranial yang berasal dari otak melewati foramina dan
fissura di tengkorak. Semua saraf ini didistribusikan ke kepala dan leher kecuali
saraf kranial kesepuluh, yang mempersarafi struktur-struktur yang berada di
toraks dan abdomen. Saraf-saraf otak tersebut terdiri dari olfactorius (n.I), opticus
(n.II), oculomotorius (n.III), trochlearis (n.IV), trigeminus (n.V), abducens (n.VI),
facialis (n.VII), vestibulocochlearis (n.VIII), glossopharyngeus (n.IX), vagus
(n.X), accessorius (n.XI), dan hypoglossus (n.XII).
Nervus kranialis memiliki nuklei motorik dan/ atau sensorik di dalam otak
dan serabut-serabut saraf perifer keluar dari otak serta meninggalkan tengkorak
menuju organ sensorik atau efektor. Adapun serabut-serabut saraf kranial
dikelompokkan menjadi beberapa jenis:
a. Serabut aferen somatik, yang menghantarkan impuls rasa nyeri, suhu,
raba, tekanan, dan sensasi propioseptif melalui reseptor-reseptornya di
kulit, sendi, otot, dan sebagainya.
b. Serabut aferen otonom (viseral), yang menghantarkan impuls (nyeri) dari
organ visera.
c. Serabut aferen khusus (SAK), yang terdiri atas SAK somatik yang
menghantarkan impuls dari reseptor khusus (mata, telinga) dan SAK
viseral yang menghantarkan impuls kecap dan bau.
d. Serabut eferen somatik umum, yang mempersarafi otot-otot rangka (III,
IV, VI, XII).
e. Serabut eferen viseral, yang mempersarafi otot polos, otot jantung, dan
kelenjar (parasimpatis/ simpatis)
f. Serabut eferen brankhio-metrik khusus yang mempersarafi otot-otot
derivat arkus brankhialis (n.V untuk arkus 1, n.VII untuk arkus 2, n. IX
untuk arkus 3, n. X dan n. XI untuk arkus selanjutnya).
masih utuh sehingga serabut-serabut dari bagian bawah retina ditemukan pada
bagian inferior kiasma optikum dan sebaliknya.
Serabut-serabut dari lapangan visual temporal (separuh bagian nasal
retina) menyilang kiasma, sedangkan yang berasal dari lapangan visual nasal tidak
menyilang. Serabut-serabut untuk indeks cahaya yang berasal dari kiasma
optikum berakhir di kolikulus superior, dimana terjadi hubungan dengan kedua
nuklei saraf okulomotorius. Sisa serabut yang meninggalkan kiasma berhubungan
dengan penglihatan dan berjalan di dalam traktus optikus menuju korpus
genikulatum lateralis. Dari sini serabut-serabut yang berasal dari radiasio optika
melewati bagian posterior kapsula interna dan berakhir di korteks visual lobus
oksipital.
Dalam perjalanannya serabut-serabut tersebut memisahkan diri sehingga
serabut-serabut untuk kuadran bawah melalui lobus parietal sedangkan untuk
kuadaran atas melalui lobus temporal. Akibat dari dekusasio serabut-serabut
tersebut pada kiasma optikum serabut-serabut yang berasal dari lapangan
penglihatan kiri berakhir di lobus oksipital kanan dan sebaliknya.
3. SARAF OKULOMOTORIUS (N. III)
Nukleus saraf okulomotorius terletak sebagian di depan substansia grisea
periakuaduktal (Nukleus motorik) dan sebagian lagi di dalam substansia grisea
(Nukleus otonom).
Nukleus motorik bertanggung jawab untuk persarafan otot-otot rektus
medialis, superior, dan inferior, otot oblikus inferior dan otot levator palpebra
superior. Nukleus otonom atau nukleus Edinger-westhpal yang bermielin sangat
sedikit mempersarafi otot-otot mata inferior yaitu spingter pupil dan otot siliaris.
4. SARAF TROKLEARIS (N. IV)
Nukleus saraf troklearis terletak setinggi kolikuli inferior di depan
substansia grisea periakuaduktal dan berada di bawah Nukleus okulomotorius.
Saraf ini merupakan satu-satunya saraf kranialis yang keluar dari sisi dorsal
batang otak. Saraf troklearis mempersarafi otot oblikus superior untuk
menggerakkan mata bawah, kedalam dan abduksi dalam derajat kecil.
5.SARAF TRIGEMINUS (N. V)
Saraf trigeminus bersifat campuran terdiri dari serabut-serabut motorik dan
serabut-serabut sensorik. Serabut motorik mempersarafi otot masseter dan otot
temporalis. Serabut-serabut sensorik saraf trigeminus dibagi menjadi tiga cabang
utama yatu saraf oftalmikus, maksilaris, dan mandibularis. Daerah sensoriknya
mencakup daerah kulit, dahi, wajah, mukosa mulut, hidung, sinus. Gigi maksilar
dan mandibula, dura dalam fosa kranii anterior dan tengah bagian anterior telinga
luar dan kanalis auditorius serta bagian membran timpani.
6.SARAF ABDUSENS (N. VI)
Nukleus saraf abdusens terletak pada masing-masing sisi pons bagian bawah
dekat medula oblongata dan terletak dibawah ventrikel ke empat saraf abdusens
mempersarafi otot rektus lateralis.
7.SARAF FASIALIS (N. VII)
Saraf fasialis mempunyai fungsi motorik dan fungsi sensorik fungsi motorik
berasal dari Nukleus motorik yang terletak pada bagian ventrolateral dari
tegmentum pontin bawah dekat medula oblongata. Fungsi sensorik berasal dari
Nukleus sensorik yang muncul bersama nukleus motorik dan saraf
vestibulokoklearis yang berjalan ke lateral ke dalam kanalis akustikus interna.
Serabut motorik saraf fasialis mempersarafi otot-otot ekspresi wajah terdiri
dari otot orbikularis okuli, otot buksinator, otot oksipital, otot frontal, otot
stapedius, otot stilohioideus, otot digastriktus posterior serta otot platisma. Serabut
sensorik menghantar persepsi pengecapan bagian anterior lidah.
8.SARAF VESTIBULOKOKLEARIS (N. VIII)
Saraf vestibulokoklearis terdiri dari dua komponen yaitu serabut- serabut
aferen yang mengurusi pendengaran dan vestibuler yang mengandung serabutserabut aferen yang mengurusi keseimbangan. Serabut-serabut untuk pendengaran
berasal dari organ corti dan berjalan menuju inti koklea di pons, dari sini terdapat
transmisi bilateral ke korpus genikulatum medial dan kemudian menuju girus
superior lobus temporalis. Serabut-serabut untuk keseimbangan mulai dari
utrikulus dan kanalis semisirkularis dan bergabung dengan serabut- serabut
auditorik di dalam kanalis fasialis. Serabut-serabut ini kemudian memasuki pons,
serabut vestibutor berjalan menyebar melewati batang dan serebelum.
9. SARAF GLOSOFARINGEUS (N. IX)
Saraf Glosofaringeus menerima gabungan dari saraf vagus dan asesorius pada
waktu meninggalkan kranium melalui foramen tersebut, saraf glosofaringeus
mempunyai dua ganglion, yaitu ganglion intrakranialis superior dan
ekstrakranialis inferior. Setelah melewati foramen, saraf berlanjut antara arteri
karotis interna dan vena jugularis interna ke otot stilofaringeus. Di antara otot ini
5
dan otot stiloglosal, saraf berlanjut ke basis lidah dan mempersarafi mukosa
faring, tonsil dan sepertiga posterior lidah.
10. SARAF VAGUS (N. X)
Saraf vagus juga mempunyai dua ganglion yaitu ganglion superior atau
jugulare dan ganglion inferior atau nodosum, keduanya terletak pada daerah
foramen jugularis, saraf vagus mempersarafi semua visera toraks dan abdomen
dan menghantarkan impuls dari dinding usus, jantung dan paru-paru.
11. SARAF ASESORIUS (N. XI)
Saraf asesorius mempunyai radiks spinalis dan kranialis. Radiks kranial
adalah akson dari neuron dalam nukleus ambigus yang terletak dekat neuron dari
saraf vagus. Saraf aksesoris adalah saraf motorik yang mempersarafi otot
sternokleidomastoideus
dan
bagian
atas
otot
trapezius,
otot
sternokleidomastoideus berfungsi memutar kepala ke samping dan otot trapezius
memutar skapula bila lengan diangkat ke atas.
12. SARAF HIPOGLOSUS (N. XII)
Nukleus saraf hipoglosus terletak pada medula oblongata pada setiap sisi
garis tengah dan depan ventrikel ke empat dimana semua menghasilkan trigonum
hipoglosus. Saraf hipoglosus merupakan saraf motorik untuk lidah dan
mempersarafi otot lidah yaitu otot stiloglosus, hipoglosus dan genioglosus.
2.2. Cara Pemeriksaan Nervus Kranialis
Implikasi fisiologis dan anatomis dari gangguan fungsi nervi kranialis
sangat penting dalam diagnosis klinik. Beberapa teknik pemeriksaan khusus
digunakan untuk memeriksa fungsi nervus ini. Berikut ini teknik pemeriksaan
12 nervi kranialis:
2.2.1. Nervus Olfaktorius (N I)
Nervus olfaktorius tersusun atas sel-sel nervus olfaktorius yang
terdapat pada mukosa rongga hidung bagian atas. Serabut saraf yang
keluar dari badan sel saraf ini mebentuk 20 berkas serabut saraf pada
setiap sisi rongga hidung. Serabut-serabut ini menembus lamina
kribiformis ossis ethmoidalis dan serabut-serabut sarafnya bersinaps di
neuron-neuron bulbus olfaktorius. Terdapat dua jenis sel yang menyusun
6
bulbus olfaktorius yaitu sel mitral dan sel berjambul (tufted cells).
Serabut-serabut saraf yang keluar dari kedua jenis sel tersebut membentuk
berkas saraf yang disebut traktus olfaktorius.1
Sensasi bau timbul akibat hantaran impuls oleh serabut-serabut
saraf yang keluar dari badan sel mitral ke korteks lobus piriformis dan
amigdala, sedangkan sel berjambul menghantarkan impuls olfaktorik ke
hipotalamus untuk membangkitkan reflek olfaktorik-kinetik, yaitu
timbulnya salivasi akibat mencium bau tertentu.1
Persiapan yang diperlukan:
pencernaan1,2,3
Jalan nafas harus dipastikan bebas dari penyakit. Penyakit pada
mukosa hidung, baik yang obstruktif (rinitis) atau atropik (ozaena),
dapat memberikan hasil positif palsu.1,4
Pemeriksaan dapat dilakukan secara subyektif dan obyektif. 3 Pada
merupakan
yang
meningitis.1,4
Hiposmia, yaitu penurunan daya penciuman. Pada orang tua
gangguan fungsi indra penciuman ini dapat terjadi tanpa sebab
yang jelas.1,4
Halusinasi Olfaktorik, yaitu sensasi bau yang muncul tanpa adanya
sumber bau. Hal ini dapat muncul sebagai aura pada epilepsi lobus
temporalis , pada kondisi psikosis yang terkait dengan lesi organik
Gambar
4.
Pemeriksaan
visus
dengan
2. Perimetri/Kampimetri
Pemeriksaan ini memberikan hasil yang lebih teliti daripada
tes konfrontasi.
Papan hitam diletakkan didepan pasien dengan jarak
1 atau 2 m
Benda penguji berupa bundaran kecil berdiameter 1
3 mm
Mata pasien difiksasi di tengah dan benda penguji
digerakkan dari perifer ke tengah dari segala
jurusan.
Jenis-jenis kelainan lapangan pandang (visual field defect) :
Total blindness : tidak mampu melihat secara total.
Hemianopsia
: tidak mampu melihat sebagian lapangan
pandang (temporal; nasal; bitemporal; binasal)
Homonymous hemianopsia
Homonymous quadrantanopsia
c. Melihat warna
Persepsi warna dengan gambar stilling
mengetahui adanya polineuropati pada N II.
Ishihara.
Untuk
11
palpebra
superior.
Komponen
ini
siliaris.
Komponen
ini
kemuka
lurus
kedepan
dan
c. Pemeriksaan pupil.
Pemeriksaan pupil meliputi:
Bentuk dan ukuran pupil
Bentuk yang normal adalah bulat. Pada sifilis bentuknya
menjadi tidak teratur atau lonjong/segitiga. Ukuran pupil yang
normal kira-kira 2-3 mm (garis tengah). Pupil yang mengecil
disebut miosis, yang biasanya terdapat pada Sindroma Horner,
pupil Argyll Robertson ( sifilis, DM, multiple
sclerosis).
14
Sedangkan
pupil
yang
melebar
normal. Bila antara pupil kanan dengan kiri sama besarnya maka
disebut isokor. Bila tidak sama besar disebut anisokor. Pada
penderita tidak sadar maka harus dibedakanapakah anisokor akibat
lesi non neurologis(kelainan
iris,
penurunan
visus)
ataukah
tentorium.
Refleks pupil
Terdiri atas :
1. Reflek cahaya
Pemeriksaan dilakukan dengan menutup salah satu mata
penderita dan mata satunya melihat jauh ke depan agar tidak
ada akomodasi dan supaya otot sphincter relaksasi.
Kemudian diberi cahaya dari samping mata. Pemeriksa tidak
boleh berada ditempat yang cahayanya langsung mengenai
mata. Dalam keadaan normal maka pupil akan kontriksi. Kalau
tidak maka ada kerusakan pada arcus refleks.
2. Reflek konsensual
Reflek cahaya pada salah satu mata akan terjadi pada mata
yang lain. Mata tidak boleh langsung terkena cahaya, diantara
kedua mata dapat diletakkan selembar kertas. Mata sebelah
diberi cahaya, maka normal mata yang lain akan kontriksi juga.
3. Reflek akomodasi
Penderita diminta mengikuti gerak benda yang dipegang oleh
pemeriksa. Benda tersebut digerakkan menuju bagian tengah
dari kedua mata penderita. Maka reflektoris pupil akan
kontriksi.
15
Pemeriksaan
meliputi
pemeriksaan
motorik
dan
16
17
18
19
20
secarik kertas.
Catatan: Pada saat dilakukan pemeriksaan hendaknya:
lidah penderita terus menerus dijulurkan keluar
penderita tidak diperkenankan bicara
penderita tidak diperkenankan menelan
21
pendengaran.
Nervus vestibularis
yang
bertanggung
jawab
menghantarkan
impuls keseimbangan.
Pemeriksaan nervus.VIII meliputi pemeriksaan fungsi pendengaran
dan pemeriksaan fungsi vestibular atau keseimbangan.
a. Pemeriksaan Fungsi Pendengaran.
1. Pemeriksaan Weber, dilakukan untuk membandingkan
daya
lagi,
untuk
membandingkan
tersebut,
22
ada
gangguan
keseimbangan,
maka
perubahan
panjang.
Maka akan tampak bahwa langit-langit yang sehat akan bergerak
ke atas. Lengkung langit-langit di sisi yang sakit tidak akan
bergerak ke atas.
Adanya gangguan pada m. stylopharingeus, maka uvula tidak
vagus
23
Branchial motor
memberikan informasi
thorakal,
serta
kemoreseptor aorta.
Sensori umum (aferen somatik umum), memberikan informasi sensorik
umum dari kulit belakang daun telinga, meatus acusticus eksterna,
uvula tidak di tengah tetapi tampak miring tertarik ke sisi yang sehat.
Refleks faring / refleks muntah tidak ada.
Untuk memeriksa plica vokalis diperlukan laryngoscope. Bila terdapat
kelumpuhan satu sisi pita suara, maka pita suara tersebut tidak bergerak
sewaktu fonasi atau inspirasi dan pita suara akan menjadi atonis dan lama
yang
bertanggung
jawab
bertanggung
jawab
kranial)
24
tidak menegang.
b. Untuk mengetahui adanya paralisis m. trapezius
Pada inspeksi akan tampak :
Bahu penderita di sisi yang sakit adalah lebih rendah daripada di sisi yang
sehat.
Margo vertebralis skapula di sisi yang sakit tampak lebih ke samping
daripada di sisi yang sehat.
2.2.10. Nervus Hipoglossus (N XII)
Nervus hipoglosus hanya mempunyai satu komponen motor
somatik. Nervus ini menginervasi semua otot intrinsik dan sebagian besar
otot ekstrinsik lidah (genioglosus, styloglosus dan hyoglosus).
Kelumpuhan pada N. Hipoglossus akan menimbulkan gangguan
pergerakan lidah yang dapat menyebabkan perkataan-perkataan tidak
dapat diucapkan dengan baik, disebut dengan disartria. Dalam keadaan
diam, lidah tidak simetris, biasanya bergeser ke daerah sehat karena tonus
menurun. Bila lidah dijulurkan, lidah akan berdeviasi ke sisi sakit.
25
BAB III
KESIMPULAN
Terdapat 12 saraf
pusat sistem saraf otak melewati foramina dan fissura di tengkorak. Semua saraf
ini didistribusikan ke kepala dan leher kecuali saraf kranial kesepuluh, yang
mempersarafi struktur-struktur yang berada di toraks dan abdomen. Sistem saraf
ini menerima
motorik yang diatur oleh nervi kranialis ditujukan pada pengaturan fungsi
organ-organ khusus,
yaitu
vokalisasi,
mastikasi,
gerakan
menelan
makanan dan kontrol reflek pernafasan dan visceral. Saraf-saraf otak tersebut
terdiri dari olfactorius (n.I), opticus (n.II), oculomotorius (n.III), trochlearis
(n.IV), trigeminus (n.V), abducens (n.VI), facialis (n.VII), vestibulocochlearis
(n.VIII), glossopharyngeus (n.IX), vagus (n.X), accessorius (n.XI), dan
hypoglossus (n.XII).
28