Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1.1
1.2
Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini, permasalahan yang akan dicari
permasalahanya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh yang terjadi pada material
SS400 setelah dilakukannya proses pengelasan
dengan pengaruh Preheat dan PWHT ?
2. Apa saja perbandingan yang terdapat pada
material SS400 setelah dilakukannya proses
pengelasan dengan pengaruh Preheat dan PWHT
pada Uji tarik ?
3. Manakah hasil pengelasan yang memiliki
ketangguhan yang terbaik dari setiap perlakuan ?
4. Menganalisa hasil proses uji tarik dengan analisis
metode simulasi Ansys.
1.3
Batasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak terlalu
melebar dari tujuan yang ingin dicapai, maka perlu
ditentukan batasan masalah, adapun batasan
permasalahan adalah sebagai berikut:
1. Hanya menguji material jenis SS400 dengan
proses pengelasan dan pengaruh Preheat dan
PWHT.
2
2.
3.
1.4
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian
ini adalah :
1. Mengetahui pengaruh yang terjadi pada material
SS400 setelah dilakukannya pengelasan dengan
pengaruh Preheat dan PWHT.
2. Mendapatkan perbandingan hasil pengujian uji
tarik dari masing-masing perlakuan panas.
3. Mendapatkan hasil pengelasan yang terbaik dari
tiap-tiap perlakuan.
4. Mendapatkan hasil analisa antara uji tarik dengan
metode Ansys.
1.5
Manfaat Penelitian
Output yang diharapkan dalam melakukan
pengujian adalah mendapatkan hasil perbandingan uji
tarik pada material SS400
Kegunaan yang dapat diperoleh antara lain :
1. Mendapatkan hasil yang terbaik dari pengelasan
yang menggunakan Preheat dan PWHT.
2. Sebagai referensi atau ide dalam pengembangan
teknologi las di masa depan
1.6
Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan tugas akhir ini disusun
dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I
BAB II :
BAB III :
BAB IV :
BAB V :
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengelasan
2.1.1
Definisi Pengelasan
2.1.2
Klasifikasi Pengelasan
Pada saat ini belum ada kesempatan mengenai caracara pengklasifikasian dalam bidang las. Hal ini disebabkan
belum adanya kesepakatan dalam hal tersebut. Secara
5
2.1.3
1.
Prinsip SAW
Pada SAW, kawat elektroda secara mekanis
diumpankan pada gundukan fluks, busur terbentuk dianatara
ujung elektroda dan benda kerja dibawah fluks. Hal ini dapat
dikatakan bahwa seolah-olah logam inti dan fluks pelapis dari
elektroda berlapis telah dipisahkan, dan logam inti dan flux
dapat secara mekanis diumpankan. Fluks menutupi busur dan
kolam las. Fluks dan terak melindungi kampuh las dari
kontaminasi udara. Terak yang terbentuk dari lelehan fluks
mempengaruhi hal-hal berikut:
Perlindungan logam las dari udara
Reaksi metalurgis dari lelehan logam dan lelehan
terak, dan
Membentuk kampuh lasan saat pembekuan
(solidifikasi)
SAW diperkenalkan diJepang pada tahun 1950-an, dan
diaplikasikan pada banyak sektor industri sejak 1960-an.
Walaupun aplikasinya menurun, konsumsi kawat las SAW
masih sekitar 10 sampai 15% dari semua pemakaian kawat las
proses pengelasan.
2.
Keuntungan
berikut:
dari
SAW
adalah
sebagai
3.
Keterbatasan
berikut:
dari
SAW
adalah
sebagai
11
a.
Welding Gun/Torch
Tipe dari welding gun atau torch yang
digunakan pada FCAW sama dengan yang digunakan
pada GMAW. Bentuk dari welding gun dapat dilihat
pada gambar dibawah ini.
13
2.1.5
Metalurgy Pengelasan
Dalam Pengelasan terdiri dari tiga bagian yaitu logam
Pengelasan, daerah pengaruh panas (Heat Affected Zone) dan
logam induk yang tak terpengaruhi. Logam Pengelasan adalah
bagian dari logam yang ada pada waktu pengelasan mencair
dan kemudian membeku. Daerah pengaruh panas atau HAZ
adalah logam dasar yang bersebelahan dengan logam las yang
selama proses pengelasan mengalami siklus termal pemanasan
dan pendinginan cepat. Logam induk tidak terpengaruhi
adalah bagian logam dasar dimana panas dan suhu pengelasan
tidak menyebabkan terjadinya perubahanperubahan struktur
dan sifat. Disamping ketiga pembagian utama tersebut masih
ada satu daerah khusus yang membatasi antara logam las dan
daerah pengaruh panas, yang disebut batas batas las.[1]
14
terjadi dalam satu pilar atau dalam bagian dari satu pilar.
2.
Vaporasi
Lubanglubang halus terjadi karena adanya gas yang
tidak larut dalam logam padat. Lubanglubang tersebut
disebabkan karena tiga macam cara pembentukan gas sebagai
berikut: yang pertama adalah pelepasan gas karena perbedaan
batas kelarutan antara logam cair dan logam padat pada suhu
pembekuan, yang kedua adalah terbentuknya gas karena
adanya reaksi kimia didalam logam las dan yang ketiga
penyusupan gas kedalam atmosfir busur.
Gas yang terbentuk karena perbedaan batas kelarutan
dalam baja adalah gas hidrogen dan gas nitrogen, sedangkan
yang terjadi karena reaksi adalah terbentuknya gas CO dalam
logam cair dan yang menyusup adalah gas-gas pelindung atau
udara yang terkurung dalam akar kampuh las.
3.
Oksidasi
Oksidasi menghasilkan gas-gas atau oksidasi-oksidasi
yang mengakibatkan mutu las menjadi rendah, misal karena
mudah timbul korosi, menyebabkan adanya rongga-rongga
15
Parameter Pengelasan
Tegangan busur las
Tingginya tegangan busur tergantung pada panjang
busur yang dikehendaki dari jenis dari elektroda yang
digunakan. Pada elektroda yang sejenis tingginya tegangan
busur yang diperlukan berbanding lurus dengan panjang
busur. Pada dasarnya busur listrik yang terlalu panjang tidak
dikehendaki karena stabilitasnya mudah terganggu sehingga
tegangan yang terlalu tinggi hanya akan membuang-buang
energi saja.
16
18
Heat Input
Heat input adalah nilai dari energi yang ditransfer per
unit panjang dari suatu pengelasan. Heat input merupakan
parameter penting karena seperti halnya pemanasan awal dan
temperatur interpass, heat input juga mempengaruhi laju
pendinginan yang akan berpengaruh pada mechanical
properties dan struktur metalurgi dari HAZ. Hubungan ini
ditunjukan dalam gambar 2.5
Salah satu parameter yang penting dalam proses
pengelasan adalah heat input. Heat input merupakan fungsi
dari tegangan busur las, besar arus las, dan kecepatan
pengelasan. Rumus yang digunakan untuk menentukan
besarnya heat input yaitu:
19
20
21
1.
23
24
3.
4.
5.
Preheat
Preheat merupakan pemanasan terhadap logam induk
sesaat sebelum pengelasan. Semua proses pengelasan busur
dan proses pengelasan yang lain menggunakan sumber panas
temperatur tinggi. Perbedaan temperatur terjadi diantara
daerah yang mengalami pemanasan akibat busur dengan
logam induk yang dingin. Perbedaan temperatur
menyebabkan perbedaan ekspansi termal, kontraksi dan
tegangan tinggi. Hal-hal tersebut dapat diminimalisasikan
dengan mengurangi perbedaan temperatur. Ini juga akan
mengurangi terjadinya retak las, mengurangi harga kekerasan
maksimum, mencegah terjadinya distorsi dan membantu gas
hidrogen untuk keluar dari logam/material. Preheat akan
mengurangi perbedaan tersebut dan dengan sendirinya akan
mengurangi masalah pengelasan yang lain. Temperatur
preheat tergantung pada komposisi dan massa dari logam
induk, temperatur ambient dan prosedur pengelasan.
Temperatur interpass juga harus diperhatikan diamana
temperatur ini penting untuk pengelasan multipass. Biasanya
temperatur interpass sama dengan temperatur preheat. [4]
1.
26
27
Tabel 2.1 Diambil dari JIS untuk baja hasil canai (mild steel)
28
Catatan:
Uji Tarik
Hubungan antara Tegangan dan Regangan
Hubungan antara tegangan dan regangan E (kurva
tegangan-regangan) diperoleh dengan uji tarik baja karbon
31
2.
35
36
BAB III
METODE PENELITIAN
Diagram Aliran Penelitian
3.1
MULAI
Studi Lapangan
Studi Pustaka
PENGELASAN
SAJA
DENGAN
PREHEAT
DENGAN
PWHT
DENGAN ANSYS
DENGAN PREHEAT +
PWHT
KESIMPULAN
LAPORAN
2.
3.
4.
5.
6.
40
41
43
3.5
3.5.1
Proses Pengelasan
Pembersihan
Permukaan material yang akan dilas dibersihkan
dahulu untuk mengurangi kemungkinan pengotoran pada
sambungan las yang dapat memperlemah sambungan las.
Pembersihan permukaan ini dapat dilakukan dengan
menggunakan gerinda sampai permukaan benar-benar bersih.
3.5.2 Pengelasan
Pengelasan dilakukan pada siang hari dengan
temperatur 32 C. Kecepatan pengelasan adalah 61-81
mm/s. Preheat dan PWHT dilakukan dengan menggunakan
Blander. Pengukuran Preheat dan PWHT dilakukan dengan
menggunakan thermometer digital Raynger ST 30 Pro. Untuk
pengelasan pada SAW ini digunakan arus 550-700 A dengan
polaritas DC (+) 32-40 V. Untuk pengelasan pada FCAW ini
digunakan arus 100-250 A dengan polaritas DC 22-26 V.
Setelah selesai pengelasan spesimen didinginkan dengan cara
Anealing untuk spesimen dengan perlakuan panasn PWHT.
1.
Proses pengelasan dengan pengaruh preheat
Sebelum material dilas terlebih dahulu dibersihkan
lalu dilakukan proses perlakuan panas yaitu preheat. Material
dipanaskan dengan suhu yang telah ditetapkan dengan
menggunakan blander yang gasnya berupa oxyaceteline, lalu
setelah itu dilakukan pengelasan dengan mempertahankan
suhu preheat dengan menggunakan thermometer digital
Raynger ST 30 Pro.
44
45
3.6
Welding Procedure Spesification (AWS Standard)
Company name
: PT. DOK PERKAPALAN
SURABAYA
Welding process
: Flux Cored Arc Welding (FCAW)
Manual or Machine
: Semi Automatic
Groove
: V-Groove
Groove angle
: 60
Posision of welding
: Flat (1G)
Back gauguing
: Sikat, Gerinda
Base metal
: SS400 (Grade A36 ABS)
Material spesification : SS400 (Mild Steel)
Tickness groove
: 12 mm
Elektrode Filler
: AWS E71T-1
Electrode comp.
: HOBART
Company name : PT. DOK PERKAPALAN SURABAYA
Welding process
: Submerged Arc Welding (SAW)
Manual or Machine
: Automatic
Groove
:Groove angle
:
Posision of welding
: Flat (1G)
Back gauguing
: Sikat, Gerinda
Base metal
: SS400 (Grade A36 ABS)
Material spesification : SS400 (Mild Steel)
Tickness groove
: 12 mm
Elektrode Filler
: AWS A5.17-80 : EL 12
Electrode comp.
: HOBART
46
3.7
Dalam pengujian ini menggunakan 7 spesimen yang masingmasing sudah dilakukan pengelasan dengan pengaruh Preheat
dan PWHT, spesimen dipotong berdasarkan ASTM Vol. 3
A370-03a. Setelah itu spesimen yang sudah dipotong diukur
lalu didapatkan lebar (mm) dan tebal (mm), dengan lebar dan
tebal itu bisa didapatkan CSA (mm2). Setelah itu spesimen
ditarik dengan menggunakan mesin Uji tarik dan didapatkan
nilai KN, dengan didapatkannya nilai KN ini maka Ultimate
stress (MPa)
Rumus Ultimate Tensile Strength / UTS
UTS = Maximum Load
[kg/mm]
Original CSA
Dimana:
Maximum load = P Ultimate (P max)
Original CSA = Luas penampang mula-mula
Pelat
= Original CSA = W x t
Dimana:
W
= Lebar spesimen
t
= Tebal spesimen
4.1
BAB IV
ANALISA DATA
Data Hasil Pengujian
4.1.1
49
1.
t =
= 107000 N
= 14,32 mm
= 12,33 mm
=Wxt
= 14,32 mm x 12,33 mm
= 176,56 mm2
P
CSA
= 606,02 N/mm2
50
2.
= 112200 N
= 14,09 mm
= 12,37 mm
=Wxt
= 14,09 mm x 12,37 mm
= 174,29 mm2
51
t =
P
CSA
= 643,75 N/mm2
3. Spesimen dengan pengelasan SAW dengan PWHT
600 0C (M.3).
Material SS400 dibersihkan lalu dilas
menggunakan pengelasan SAW, setelah itu
dilakukan perlakuan panas dengan PWHT suhu 600
0
C, kemudian didinginkan dengan cara Annealing,
yaitu setiap satu jam sekali suhu dicheck dengan
penurunan 100 C setiap satu jam sekali sampai
suhunya 0 C.
P
W
T
CSA
t =
= 109000 N
= 14,26 mm
= 12,39 mm
=Wxt
= 14,26 mm x 12,39 mm
= 176,68 mm2
P
CSA
= 616,93 N/mm2
4. Spesimen dengan pengelasan SAW dengan Preheat
200 0C +PWHT 600 0C (M.4).
Material SS400 dibersihkan lalu dipanaskan
dengan Preheat 200 0C setelah itu
dilas
menggunakan
pengelasan
SAW,
kemudian
dilakukan perlakuan panas dengan PWHT suhu 600
0
C, kemudian didinginkan dengan cara Annealing,
yaitu setiap satu jam sekali suhu dicheck dengan
penurunan 100 C setiap satu jam sekali sampai
suhunya 0 C.
53
t =
= 108200 N
= 14,18 mm
= 12,35 mm
=Wxt
= 14,18 mm x 12,35 mm
= 175,12 mm2
P
CSA
= 617,86 N/mm2
Dari perhitungan hasil pengujian tarik di atas dapat
dijelaskan lebih ringkas dalam Tabel 4.1 dibawah ini .
54
55
56
t =
= 108000 N
= 14,20 mm
= 12,12 mm
=Wxt
= 14,20 mm x 12,12 mm
= 172,104 mm2
P
CSA
= 627,52 N/mm2
57
2.
58
P
W
T
CSA
t =
= 106000 N
= 14,22 mm
= 12,42 mm
=Wxt
= 14,22 mm x 12,42 mm
= 176,612 mm2
P
CSA
= 600,18 N/mm2
3. Spesimen dengan pengelas dengan FCAW Preheat
1000C+PWHT 500 0C (M.7).
Material SS400 dibersihkan lalu dipanaskan dengan
Preheat 100 0C setelah itu
dilas menggunakan
pengelasan FCAW, kemudian dilakukan perlakuan
panas dengan PWHT suhu 500 0C, kemudian
didinginkan dengan cara Annealing, yaitu setiap satu
jam sekali suhu dicheck dengan penurunan 100 C setiap
satu jam sekali sampai suhunya 0 C.
t =
= 106500 N
= 14,25 mm
= 12,31 mm
=Wxt
= 14,25 mm x 12,31 mm
= 175,417 mm2
P
CSA
= 607,12 N/mm2
Dari perhitungan hasil pengujian tegangan tarik di
atas dapat dijelaskan lebih ringkas dalam Tabel 4.2 dibawah
ini .
60
61
63
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari pengujian-pengujian yang telah dilakukan maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Pada plat SS400 yang dilas menggunakan SAW
dengan perlakuan panas preheat dan PWHT
didapatkan tegangan tarik yang lebih besar
dibandingkan dengan pengelasan menggunakan
FCAW dengan perlakuan panas preheat dan PWHT.
Pengaruh preheat pada plat SS400 yang sudah dilas
tegangan tariknya menjadi lebih tinggi dibandingkan
dengan spesimen yang mendapatkan perlakuan panas
PWHT, dikarenakan pengaruh dari PWHT merubah
struktur material menjadi lebih lunak sehingga lebih
cepat putus.
Proses perlakuan panas berupa preheat dan PWHT
dapat mengubah tegangan tarik didaerah pengelasan.
Pada penelitian ini pengelasan pada plat SS400 dapat
menghasilkan sambungan las yang cukup baik dengan
menggunakan perlakuan panas preheat
64