Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
MIGRAIN
Oleh:
Muhammad Ilham fariz
1307101030009
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Migrain berasal dari bahasa Yunani, hemicrania yang artinya nyeri sebelah kepala
merupakan prototipe nyeri kepala vaskular yang berdenyut yang melibatkan vasodilatasi
dan mungkin peradangan lokal yang menyebabkan arteri-arteri peka terhadap nyeri.
Penyakit ini hampir sebagian besar dialami oleh wanita. Serangan pertama migrain
biasanya dimulai saat remaja dan dewasa muda, kemudian cenderung berkurang pada
usia dekade ke 5 dan 6. Berdasarkan data, migrain mengenai 25% wanita dan 10% pria
di seluruh dunia. Sekitar 28 juta penduduk U.S.A kurang lebih 10-12% dari populasi
penduduk menderita migrain. Hampir 91% mengalami kelemahan fungsional. Migrain
menyebabkan berkurangnya waktu untuk bekerja dan sekolah, juga kehilangan
kehilangan dalam aktivitas keluarga dan sosial.
Industri di Amerika mengalami kerugian mendekati 13 juta dolar pertahun karena
kehilangan atau menurunnya produktivitas dari pekerja yang menderita migrain. Hal
tersebut dikarenakan rasa sakit yang substansial dan kemunduran pekerja selama
migrain. Jadi migrain merupakan suatu masalah sosial ekonomi yang besar dengan
mempengaruhi kebahagiaan dan mengakibatkan kehilangan ratusan ribu hari kerja
setahunnya.
Oleh karena itu, usaha pencegahannya merupakan hal terpenting dengan terlebih
dahulu mengetahui gejala klinis hingga pengobatan yang akan dibahas dalam bab
selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Migrain seperti yang ditetapkan oleh panitia ad Hoc mengenai klasifikasi nyeri kepala
(Ad Hoc Committee on Classification of Headache) adalah serangan nyeri kepala
berulang-ulang dengan frekuensi lama dan hebat, rasa nyeri yang beraneka ragam,
serangannya sesisi dan biasanya berhubungan dengan tidak suka makan dan kadangkadang disertai dengan mual dan muntah. Kadang-kadang didahului dengan gangguan
sensorik, motorik, dan kejiwaan. Sering ada faktor keturunan (Widjaja, 2003).
B. Etiologi
Penyebab migrain belum diketahui dengan pasti, hanya jarang sekali diakibatkan oleh
suatu penyakit organis seperti tumor otak atau cedera kepala. Namun, sudah dipastikan
bahwa migrain adalah suatu gangguan sirkulasi darah yang menimbulkan vasodilatasi
dan penyaluran darah secara berlebihan ke selaput otak (meninges) dengan efek nyeri
hebat di sebelah kepala. Keturunan memegang peranan penting kepekaan seseorang
untuk migrain. Para peneliti di Edinburg (1997) telah menemukan suatu gen yang terlibat
pada kambuhnya migrain. Gen yang dapat diturunkan ini menghambat kemampuan selsel tubuh untuk menggunakan kalsium agar dapat berkomunikasi satu dengan yang lain.
Tetapi faktor keturunan ini tidak selalu menentukan. Ada juga orang-orang yang
mempunyai predisposisi demikian, tetapi baru mendapat serangan migrain bila ada
faktor-faktor lain yang memicunya (Tjay dan Rahardja, 2002).
C. Faktor Pencetus
Serangan migrain dapat dicetuskan oleh faktor-faktor, yaitu:
Hormonal
- Fluktuasi hormonal merupakan faktor pemicu pada 60% wanita, 14%
wanita hanya mendapat serangan saat haid. Nyeri kepala migrain dipicu
oleh penurunan 17-b-estradiol menjelang haid.
- Serangan migrain berkurang pada kehamilan karena kadar estrogen yang
relatif tinggi dan konstan.
Menopause
Frekuensi migrain akan meningkat menjelang menopause. Terapi hormonal dapat
membantu mengurangi serangan migrain.
Makanan
-
Monosodium glutamate
Obat-obatan
Nitrogliserin, nifedipin sublingual, isosorbid dinitrat, tetrasiklin, vitamin A dosis
tinggi, dan fluoksetin
Lingkungan
Perubahan cuaca, musim, tekanan udara, ketinggian.
Rangsang sensorik
Cahaya yang berkedip, cahaya silau dan terang, bau parfum, zat kimia pembersih,
rokok, bising, dan suhu ekstrim.
D. Patofisiologi
Ada sejumlah teori tentang terjadinya migrain :
1. Teori neurovasculer
Pada keadaan tertentu, misalnya stress, terjadi hiperaktivitas saraf adrenergis,
yang melepaskan NA dan 5HT berlebihan dengan daya vasokonstriksi kuat.
Akibatnya ialah kekurangan penyaluran darah setempat di dalam otak (intracranial)
dan timbul kekurangan oksigen. Hipoksia ini menyebabkan fase prodromal dan aura,
juga menolong sel-sel otak untuk mensekresi neurokinin. Zat-zat mediator ini
mengakibatkan vasodilatasi dari arteri extracranial, antara lain arteri leher. Oleh
karena itu penyaluran darah ke otak bertambah dengan terjadinya udem. Membran
dari sel-sel dengan hipoksia menjadi lebih permeabel bagi ion-ion kalsium, yang
kemudian menginvasi sel-sel itu dengan menimbulkan vasospasme. Dengan
demikian, keadaan hipoksia ditunjang terus dan prosesnya menjadi laksana lingkaran
setan (vicious circle) dengan serangan-serangan yang berlangsung terus pula.
2. Teori agregasi trombosit
Seperti telah dibicarakan sebelumnya bahwa semua serotonin dalam darah
diangkut oleh trombosit. Pelat-pelat darah ini bergumpal di bawah pengaruh induktor
seperti adrenalin (stress) dan tiramin (keju) pada orang-orang yang peka. Pada proses
agregasi ini, serotonin dilepaskan ke dalam darah, yang membuat trombosit lain lebih
peka terhadap indikator tersebut. Dengan demikian, pada migrain proses agregasi
mempercepat diri dan berlangsung lebih cepat daripada keadaan normal. Oleh karena
itu pada permulaan serangan kadar serotonin (dan NA) dalam darah naik sedikit,
tetapi kemudian menurun; sedangkan dalam urin kadar metabolitnya (5HIAA)
meningkat.
Serotonin menimbulkan vasodilatasi atau konstriksi, tergantung dari tipe
reseptor 5HT yang berada di pembuluh tertentu. Obat-obat anti-agregasi trombosit,
seperti asetosal dan propanolol, ternyata efektif pada penanganan jenis migrain ini.
3. Teori spreading depression untuk migrain klasik
Pada tahun 1955 dilakukan penelitian dengan injeksi Xenon-133 radioaktif di
arteri leher penderita migrain klasik pada permulaan serangan dengan menggunakan
alat tomografi canggih untuk membentuk gambar potongan bagian tubuh (PET =
Positron Emission Tomographi). Penelitian ini menunjukkan bahwa semula terdapat
kekurangan penyaluran darah di bagian belakang kepala. Hipoperfusi ini berangsurangsur menjalar ke bagian depan kepala selama fase aura dan jauh sampai fasa nyeri
kepala. Diperkirakan gejala mata diakibatkan hipoperfusi ini, yang kemudian disusul
oleh penyaluran darah berlebihan (hiperperfusi) yang dimulai dari batang otak dan
menjalar ke seluruh selaput otak. Hiperperfusi masih bertahan juga setelah sakit
kepala hilang. Nyeri hebat diperkirakan dimulai dari bagian depan selaput otak, di
mana terdapat saraf nyeri dan tidak dari (batang) otak yang tidak memiliki saraf nyeri.
Pada migrain tanpa aura tidak terjadi hipoperfusi, maka mekanisme ini tidak berlaku
bagi jenis migrain tersebut.
Penelitian ini menunjukkan bahwa migrain klasik mungkin sekali disebabkan
oleh suatu cortical spreading depression, yaitu suatu gelombang-depolarisasi dari
neuron dan sel-sel-glia (jaringan-ikat dari sistem saraf), yang berangsur-angsur
meluas ke seluruh permukaan kulit otak (cortex).
Akan tetapi terdapat indikasi bahwa peradangan neurogen (dari arteri-arteri yang
telah mendilatasi) dan agregasi trombosit turut memegang peranan pada mekanisme
proses yang rumit ini.
Ischemia
asetosal
hipoksia
diet
Agregasi
tiramin
Invasi Ca
trombosit
Hiperaktiv
5-HT
adrenergik
NA
neurokinin
Pizotefen
klonidin
sterss
propranolol
ergotamin
serangan
Vaso <
Vaso >
b. Serangan sakit kepala berlangsung 4-72 jam jika tidak diobati atau diobati namun
tidak membaik.
c. Sakit kepala setidaknya memiliki 2 dari 4 karakteristik di bawah ini.
1. Lokasinya unilateral.
2. Sifatnya berdenyut.
3. Intensitasnya ringan sampai berat.
4. Memberat dengan naik tangga atau aktivitas rutin sejenisnya.
d. Selama terjadinya sakit kepala, setidaknya terdapat satu dari hal-hal di bawah ini:
1. Mual dan atau muntah.
2. Fotofobia dan fonofobia.
1.2. Migrain dengan aura.
a. Setidaknya terdapat 2 serangan yang memenuhi kriteria b.
b. Setidaknya terdapat 3 dari 4 karakteristik berikut ini:
1) Satu atau lebih gejala aura yang reversibel yang menandakan adanya disfungsi
korteks serebral fokal dan atau batang otak.
2) Setidaknya terdapat satu gejala aura yang terjadi bertahap dalam 4 menit, atau
2 atau lebih gejala yang terjadi berurutan.
3) Tidak terdapat gejala aura yang berlangsung lebih dari 60 menit. Jika terdapat
lebih dari satu gejala, durasi terjadinya aura akan meningkat secara
proporsional.
4) Sakit kepala yang terjadi sertelah gejala aura dengan interval bebas sakit
kepala kurang dari 60 menit. (sakit kepala dapat terjadi sebelum atau
bersamaan dengan munculnya aura).
Pada setiap kasus, minimal terdapat satu dari hal-hal di bawah ini:
a.
b. Anamnesis dan atau pemeriksaan fisik umum dan atau pemeriksaan neurologis
menunjukkan adanya kelainan, namun dapat dieksklusi melalui investigasi
yang sesuai.
c. Kelainan dapat nyata, namun migrain, sakit kepala tipe tension, dan sakit
kepala kluster tidak terjadi untuk pertama kalinya dalam hubungan waktu
yang sebentar saat terjadinya kelainan.
G. Pemeriksaan Penunjang
Electroencephalography
EEG tidak selalu membantu dalam menegakkan diagnosis maupun dalam
penatalaksanaan migrain. Perubahan gelombang-lambat fokal didapatkan pada pasien
dengan serangan yang berat dan memanjang, akan tetapi pada banyak penelitian, tidak
banyak perubahan-perubahan pada EEG pada pasien migrain.
Visual Evoked Potentials (VEPs)
VEPs dilakukan pada saat serangan migrain yang disertai dengan gejala visual.
Terjadi peningkatan amplitudo terhadap respons primer rangsang cahaya pada korteks
visual menandakan sensitifitas pasien migrain terhadap cahaya.
Brain Imaging and Cerebral Angiography
SPECT Scanning
Single-photon Emission Tomograph (SPECT) Images, menggunakan molekul pelacak
yang terfiksasi pada jaringan selama beberapa jam, lebih murah untuk diproduksi dan
memberikan resolusi spasial yang lebih baik daripada menggunakan
133
aliran darah tidak dapat dinilai, dan tidak ada perubahan yang signifikan pada migrain
tanpa aura, atau pada akhir serangan pada migrain dengan aura, akan tetapi ada uptake
molekul pelacak tersebut pada otot temporalis superfisial.
Positron Emission Tomography (PET) Scan
Jarang digunakan karena sulitnya untuk menentukan waktu scanning yang tepat pada
saat serangan. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan terjadinya pengurangan aliran darah
dan gangguan keseimbangan oksigen pada pasien dengan migrain.
H. Penatalaksanaan
Tidur atau istirahat sejenak pada waktu serangan merupakan tindakan yang cukup
ampuh untuk menghentikan serangan migrain. Sebaiknya istirahat atau tidur di tempat
yang tenang dan agak gelap karena penderita migrain pada waktu serangan mengalami
fotofobia dan fonofobia.
1. Terapi simtomatik
Aspirin atau parasetamol, beberapa pasien menunjukkan hasil lebih baik bila
ditambahkan fenobarbital dosis kecil.
Bila pasien tidak bisa tidur, diberikan nitrazepam 5-10 mg sebelum tidur.
Penggunaan berlebihan obat-obat mengandung barbiturate, kafein dan opiate harus
dihindari karena bisa menimbulkan eksaserbasi nyeri kepala bila obat tersebut
dihentikan.
2. Terapi abortif
Harus diberikan sedini mungkin, tetapi sebaiknya pada saat mulai timbul nyeri kepala.
Obat yang dapat digunakan:
Ergotamine tartrat, dapat diberikan sendiri atau dengan obat antiemetik, analgesik
atau sedatif. Dosis oral 1 mg pada saat serangan, diikuti 1 mg setiap 30 menit,
3 mg.
Sumatriptan suksinat. Dosis lazim 6 mg subkutan, dapat diulang dalam waktu 1 jam
bila diperlukan (jangan melampaui 12 mg/24 jam).
Stadium
Migrain ringan
Diagnosis
Sakit kepala berdenyut
kadang-kadang.
Tidak ada gangguan
fungsi berat.
Terapi
NSAID
Kombinasi analgetik.
Agonis 5 HT 1 oral
Migrain moderat
Agonis 5 HT 1 oral,
sampai berat.
Mual (umum terjadi)
Terdapat
Migrain berat
beberapa
gangguan fungsi.
Sakit kepala berat. 3
atau IV.
Antagonis dopamin IM
atau IV.
Medikasi profilaksis.
I. Pencegahan
1. Non medikamentosa
Tata cara hidup. Siklus kehidupan yang terlalu ketat, kurang istirahat, terlambat makan,
kurang rekreasi dsb dapat merupakan pencetus serangan migrain. Pembagian waktu
kerja, istirahat, rekreasi, olah raga perlu diatur dengan baik. Sebaliknya juga dapat
dijumpai weekend migraine karena penderita migrain terlalu banyak tidur pada akhir
minggu.
Faktor makanan. Apabila ada jenis makanan tertentu yang dapat mencetuskan serangan
migrain, maka jenis makanan ini perlu dihindari
Faktor obat. Pasien juga perlu mengenali obat-obat yang bisa menjadi pencetus serangan
migrain, seperti nitrogliserin, nifedipin sublingual, tetrasiklin, dsb, sehingga perlu
dihindari.
2. Medikamentosa
Hanya diberikan pada pasien dengan serangan yang sering berulang atau parah dan
tidak berhasil dengan terapi abortif. Obat yang digunakan:
a. Beta blocker
Propranolol, dengan dosis 80-160 mg per hari dibagi dalam 2-3 kali
pemberian
Atenolol, 50-200mg/hari
b. Anti depresan trisiklik, yaitu amitriptilin atau imipramin dengan dosis 50-75
mg/hari sebelum tidur atau dengan dosis terbagi.
c. Ca channel blocker, verapamil 3-4 kali 80 mg/ hari, sebagai alternatif kedua bila a
& b tidak efektif.
d. Antihistamin-antiserotonin
J. Prognosis
Migrain tidak akan menyebabkan kematian walaupun akan mengganggu aktivitas
sehari-hari pasien, tergantung dari reaksi penderita terhadap nyeri kepala yang
dialaminya. Sebagian besar penderita migrain anak dan remaja berhasil baik dengan
pengobatan dan pendidikan keluarga. Migrain dapat dihindari asalkan faktor pencetusnya
dihindari.
BAB III
LAPORAN KASUS
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
JenisKelamin
Agama
: Ny. DS
: 29 tahun
: Perempuan
: Islam
Status
Pekerjaan
Alamat
Tanggal Masuk
No. RM
: Perawat
: Aceh Besar
: 26/8/2015
: 0-95-27-48
Menikah
ANAMNESIS
A. Keluhan Utama :
Nyeri kepala sebelah kanan
B.
melihat cahaya. Sebelum sakit memberat, pasien tidak merasakan kesemutan maupun
rasa gatal pada wajah dan tangan.
C.
memiliki riwayat trauma kepala pada tahun 2010 lalu. Pasien mengalami kecelakaan sepeda
motor dan mengalami benturan di kepala.
D.
E.
III.PEMERIKSAAN FISIK
A.
Status generalis
1. Keadaan Umum
2. Tanda Vital
3. Status Gizi
4. Kepala
Baik
Bentuk normocephal, rambut warna hitam,
5. Mata
6. Thorax
cahaya (+/+)
Bentuk normochest, simetris, pengembangan dada kanan =
kiri, retraksi intercostal
medioclavicularis
Iktus kordis tidak kuat angkat
Batas jantung kesan tidak melebar
HR : 72 kali/menit reguler. Bunyi jantung I-II murni,
Perkusi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
9. Abdomen :
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
10. Genitourinaria
B.
Soepel
Peristaltik (+) normal
Timpani, pekak alih (-)
Supel, nyeri tekan (-). Hepar tidak teraba. Lien tidak teraba.
Tidak diperiksa
Status Neurologis
a. Kesan Umum dan Fungsi Luhur
1. Kesadaran
GCS = 15
2. Cara Berbicara
dbn
3. Fungsi Psikosensorik :
dbn
4. Fungsi motorik
Kekuatan
dbn
Tonus
dbn
Klonus
(-/-)
Reflek Fisiologis
dbn
Reflek Patologis
tangan (- / -) kaki (- / -)
2. Tanda Brudzinki I
(-)
3. Tanda Brudzinki II
(-)
(-)
(-)
7. Tanda Kernig
(-)
1. Kelainan Bentuk
tidak ditemukan
tidak ada
3. Tanda Patrick
(-)
c. Kolumna Vertebralis
5. Tanda Nafzinger
(-)
:
(-)
d. Saraf Otak
1. Nervus Olfaktorius
dbn
2. Nervus Optikus
Kanan
Kiri
Visus
dbn
dbn
Kacamata
(-)
(-)
Lapang Pandang
dbn
dbn
Warna
dbn
dbn
Kanan
Kiri
dbn
dbn
di tengah
di tengah
dbn
dbn
Pupil :
Ukuran
mm
3 mm
Bentuk
bulat
bulat
(+)
(+)
(+)
Konvergensi
dbn
dbn
Akomodasi
dbn
dbn
Rangsang Nyeri
dbn
dbn
Kanan
Kiri
dbn
dbn
R. Cahaya langsung
4. Nervus V
Sensorik I
Sensorik II
dbn
dbn
Sensorik III
dbn
dbn
Otot kunyah
dbn
dbn
Reflek Masseter
dbn
dbn
Reflek Kornea
dbn
dbn
Sensorik Lidah
dbn
dbn
5. Nervus VII
Saat Diam
Kanan
Saat Gerak
Kiri
Kanan
Kiri
Otot dahi
Simetris
Simetris
Tinggi alis
Simetris
Simetris
Sudut mata
Simetris
Simetris
Sudut mulut
Simetris
Simetris
Nasolabial
Simetris
Simetris
Pejam mata
dbn
Meringis
dbn
Pengecap lidah
manis dbn
asam dbn
Asin dbn
pahit dbn
6. Nervus VIII
Kanan
Kiri
Pendengaran
dbn
dbn
Hiperakusis
dbn
dbn
Vertigo
dbn
7. Nervus IX dan X
Kanan
Kiri
Reflek muntah
dbn
dbn
Pengecapan
dbn
dbn
Posisi Uvula
ditengah
Arkus Faring
simetris
Menelan
dbn
Bersuara
dbn
8. Nervus XI
Kanan
Bentuk Otot
Kiri
Angkat bahu
dbn
dbn
Berpaling
dbn
dbn
Kanan
Kiri
Atrofi Lidah
(-)
(-)
Kekuatan
dbn
dbn
9. Nervus XII
Posisi diam
di tengah
Posisi dijulurkan
dbn
DIAGNOSIS
Migrain
V.
TERAPI
a. Non medikamentosa
Memperbaiki pola hidup dengan menghindari stres yang berlebihan
Menjaga pola makan serta menghindari makanan tertentu yang menjadi faktor
pencetus terjadinya migrain
b. Medikamentosa
IVFD Nacl 0,9% 20gtt
inj. Kalmetason1 amp /8jam
inj.ranitidin 1 amp /8jam
inj.ondansentron 1 amp /8jam
inj.citicoline 500mg 1 amp /12jam
inj.metilkobalamin 1amp/12jam
VI.
PROGNOSIS
Ad vitam
Ad sanam
Ad fungsionam
: bonam
: bonam
: bonam
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan:
Migrain adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan serangan nyeri kepala
berulang-ulang dengan frekuensi lama dan hebatnya rasa nyeri yang beraneka ragam,
serangannya sesisi dan biasanya berhubungan dengan tak suka makan dan kadang-kadang
dengan mual dan muntah. Penanganan yang paling dini adalah menghindari faktor pencetus
dari migrain itu sendiri. Jika obat dibutuhkan, lini pertama yang paling tepat adalah
antiemetik dan analgetik, dan apabila tidak berespon bisa digunakan terapi spesifik untuk
mengatasi serangan migrain, seperti vasokonstriktor dan agonis serotonin.
Saran:
Setiap obat memiliki keunggulan dengan mekanisme kerja masing-masing. Selain itu,
pasti memiliki efek samping yang tidak sedikit pula sehingga dalam pemilihan obat
sebaiknya dipertimbangkan keunggulan dan kekurangan dari setiap obat. Menghindari faktor
pencetus dan memperbaiki pola hidup merupakan penceghan terbaik untuk kasus migrain ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ganiswara, 2001. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Cetakan Ulang. Bagian Farmakologi FK
UI. Jakarta. Hal : 49, 212
Mansjoer, A dkk, 200. Nyeri Kepala. Dalam Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid II.
Jakarta. Media Aesculapius. Pp : 34-40
Tjay, T.H dan Rahardja, K . 2002. Obat-obat Migrain. Dalam Obat-obat Penting Khasiat,
Penggunaan, dan Efek-efek Sampingnya. Edisi Kelima Cetakan Kedua. Jakarta.
Elex Media Komputindo. Pp :780-791
Weiner, H.L., and Levitt, L. P. 2001. Buku Saku Neurologi. Edisi Kelima. Jakarta. EGC. Pp :
74-76