Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Agustus 2007
Dirman Artib
Teori :
Material yang diberi gaya melewati batas proporsionalnya akan
mengalami deformasi plastis.Bila gaya tsb. arahnya bolak-balik/kiri-
kanan maka material mengalami dislokasibutir, ini biasa disebut strain-
hardening. Efek strain hardening adalah bertambahnya kekerasan
permukaan dan akibatnya material menjadi getas/mudah gagal.
Well,
Setelah kejadian gempa cukup besuarrr tadi malam, apakah ada
peraturan nasional/international consensus, codes/standards or
industrial practice yang mewajibkan atau paling tidak
merekomendasikan kegiatan inspeksi/pengukuran/test terhadap
structural sebuah high rise building ?
Apa nama peraturan, code/standard, engineering practice tsb ?
Bagaimana metode inspeksi/test atau pengukuran nya ?
Kalau tidak ada satupun aturan,code/standard .........bagaimana
sebenarnya quality/safety assurance of high rise building dalam fase
operasi dan pemakaian jika dilihat dari aspek gempa ini ?
Mahyarudin Dalimunthe
Terus terang saya belum tau code atau peraturan tentang inspeksi
kelayakan bangungan seperti Jembatan dan bangunan. tapi menurut
saya ada. Mungkin teman-teman yang lain tau akan hal ini.
Wisnubrata, Gatot
uci sanusi
Pa Dirman,
Jadi di peraturan ACI 308 maupun SNI 1726 itu ada kok yang
menjelaskan tentang desain terhadap gempa untuk bangunan darat
pastinya bukan offshore. Kalau tidak salah ada 4 tier itu, yang paling
boros itu bangunan bersifat inelastis pada saat gempa kuat dan yang
paling murah itu pembentukan sendi plastis saat gempa kuat pada
balok sebagai mekanisme pelepasan energi (energy release), atau
sering dikenal dengan strong column weak beam. Jadi yang
dikorbankan adalah balok secara kalau bangunan sampai 20 lantai
pake yang paling boros wah itu duitnya buanyak banget, jadi pasti
dihindari deh. Nanti setelah kejadian balok2 yang terbentuk sendi
plastis nya itu bisa dibenerin tetapi bangunan tetap berdiri dengan
kokoh karena strong column itu tadi.
Metoda strong column weak beam juga diadopsi sama AISC (steel) bisa
diliat di peraturannya dan SNI baja Indo yang copy habis AISC 2005
dan juga setelah AISC mengadopsi metoda ini buru2 orang Australia
mengeluarkan Adendum terhadap peraturan baja mereka dan
mengadopsi metoda ini.
Juga pada saat gempa itu bukan hanya bolak balik kanan kiri pa, tapi
jika pusat masa berbeda dengan pusat kekakuan (stiffness) maka akan
terjadi torsi (puntir) fenomena ini disebut torsional coupling, jadi agak
rumit lah. Biasanya gerakan pada saat gempa ini selaras dengan
gerakan harmonik bangunan tersebut yang dapat dilihat setelah
melakukan analisa ragam (modal analyses), dan untuk bangunan yang
berderajat kebebasan banyak (multi degree of freedom) itu akan ada
beberapa nilai natural period dan juga natural frequency, dan biasanya
nilai2 itu lebih dari 5 buah kalau untuk bangunan tinggi.
trims
Mahyarudin Dalimunthe
Karina sari
kalau yang statis itu berarti mengandaikan kekuatan beton dan baja
hanya sebatas fc dan fsnya saja...
metode pembebanannya sendiri banyak, yang paling gampang
mungkin statik ekuivalen.
beban yang diterima bangunan segitiga jadi beban diatap akan lebih
besar daripada beban dipondasi...
Saya ini salah satu orang building yang pindah ke oil and gas
industri....dan melihat perbedaan2 yang ada. Sampai saat ini saya
masih mengagumi para sesepuh highrise building....seperti Pak
Wiratman....Pak Teddy Boen.....Pak Davy Sukamta.....Pak Bambang
Budiono...Pak Gideon Hadikusuma.....etc...etc
Mahyarudin Dalimunthe
Saya setuju dengan pak alex, saya pernah mengikuti seminar oleh pak
wiratman, dimana beliau mengatakan masih banyak hal yang bisa
dipelajari dalam dunia konstruksi sipil. dia banyak memberi contoh
gedung-gedung yang sudah banyak berdiri dengan tingkat kesulitan
dan kerumitan yang berbeda-beda dan terus terang saja saya salut
kepada beliau.
untuk kasus beban vibrasi, setau saya pada bangunan tinggi juga
memperhitungkan hal ini.
oleh karena itu saya tetap meng appriciate orang-orang yang telah
berjasa membangun infrasturktur di dunia ini,dan mereka bukannya
lebih rendah ato lebih tinggi dibandingkan dengan offshore structure.
mereka juga engineer seperti saya, pak uci, pak alex, dan rekan-rekan
lainnya. yang berbeda mungkin spesifikasi keahliannya.
Dirman Artib
Bapak-bapak yth.
Terima kasih atas informasinya yang berguna.
Kalau tidak ada.............nah ini dia masalahnya, metode apa yang bisa
digunakan untuk mengukur tingkat kepastian, tingkat integritas,
tingkat quality-safety assurance terhadap sebuah bangunan yang
sudah mengalami gempa ??
Contoh :
Walaupun tidak terlalu tinggi, saya tidak tahu level integritas dari
gedung yang saya tempati berkantor sekarang. Apakah strukturnya
masih layak ?
Apakah besok, minggu depan, bulan depan, atau saat datang gempa
lain bangunan ini akan tetap berdiri dan memberikan jaminan mutu
(Quality Assurance) yang hubungan akhirnya adalah level Jaminan
Keselamatan (Safety Assurance) ?.
uci sanusi
Ya, sy ngerti maksud pa Dirman. Yang saya maksudkan tadi itu dalam
desain sudah diantisipasi yang gagal pasti balok, tp bangunan tetep
kokoh paca gempa kuat. Jadi selama blm gagal balok ya masih bisa
ditempati lah, begitu kira2.
Kalau inspeksi test itu mungkin lebih ke audit, code sy blm pernah tau.
Tp kalau audit bisa diliat kok dengan alat (sy lupa nama alatnya)
berapa kekuatan beton up to date per hari test itu, berapa banyak
tulangan yang ada, berapa kekuatan tulangan tsb dan berbagai
macam properties itu dikumpulkan semua.
Thanks
rd_gautama@fmi.com
hananto_nugroho@fmi.com
Rekan-rekan....
Dirman Artib
Benar Pak,
Kayaknya tak seorang pun yang memberi pencerahan/informasi bahwa
setelah gempa bangunan harus diperiksa dengan standard BS EN ISO
bla....bla....blaa atau SNI ba...bi...bu..
uci sanusi
Dear pa Hananto,
Sejauh mana yang direhab atau dibongkar biasa dilihat dari jumlah
kolom yang patah, kalau sudah majoritas biasanya dibongkar, trus
juga dari keruntuhan slab, jadi memang tergantung dari bangunan
yang rusak tersebut dan dari budget nya.
Thomas Yanuar
Metoda ini telah digunakan diProyek Cilegon CCPP 740 MW Anti Blast
Wall (tebal 30 cm) yang mengalami keretakan akibat deformasi tanah
karena aktifitas (getaran) tiang pancang disebelahnya. Juga
dibeam/longitudinal girder di International Container Terminal Port
Cilegon yang rusak struktur karena beban dinamik (hantaman ombak,
beban berjalan, mooring dll). Memang bukan karena gempa, tetapi
penilaian dari perhitungan yang dilakukan, getaran tersebut
diasumsikan sebagai beban dinamik gempa.