Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
forensik yang baik karena rambut dapat dipelajari serta dapat bertahan hingga
bertahun tahun. Selain itu, rambut juga menyimpan informasi biologis yang
sangat
banyak serta untuk memeriksanya tidaklah sulit serta tidak memerlukan biaya
yang
besar. Selain itu, DNA juga dapat diperoleh dari rambut dan hal ini memberikan
manfaat tambahan dalam fungsinya sebagai barang bukti forensik.
Walaupun sebagian kecil kasus pemeriksaan forensik yang kurang baik telah
disorot oleh media, terutama pada saat dilakukan pemeriksaan ulang setelah
penetapan hukuman. Akan tetapi, sebenarnya kesalahan tidak terletak pada
metodenya, melainkan pada pemeriksanya sendiri. Dalam pembahasan
selanjutnya
akan diketahui bahwa rambut dapat memberikan informasi investigatif yang kuat
dan
dapat menjadi penguat keyakinan hakim apabila pemeriksaannya dilakukan
secara
benar, akurat, dan terdeskripsikan dengan jelas.
Pemeriksaan mikroskopik rambut utuh akan memperlihatkan akar, bagian
tengah dan ujung yang lengkap. Pada rambut yang tercabut, rambut akan
terlihat
utuh disertai dengan jaringan kulit. Sebaliknya rambut yang lepas sendiri
mempunyai
akar yang mengerut tanpa jaringan kulit. Rambut yang terpotong benda tajam,
dengan mikroskop terlihat terpotong rata, sedangkan akibat benda tumpul akan
terlihat terputus tidak rata.
Panjang rambut kepala kadang-kadang dapat memberi petunjuk jenis
kelamin. Tetapi untuk menentukan jenis kelamin yang pasti, harus dilakukan
pemeriksaan terhadap sel-sel sarung akar rambut dengan larutan orcein. Pada
rambut
wanita dapat ditemukan adanya kromatin seks pada inti sel-sel tersebut.
Rambut, baik rambut kepala ataupun kelamin, merupakan bagian tubuh
bulan.
b. Sebab kematian
Informasi tentang sebab kematian juga dapat diperoleh melalui rambut
mengingat beberapa racun tertentu, terutama racun metalik, disimpan di bagian
tubuh
tersebut.
c. Jenis kejahatan
Mengenai jenis kejahatan yang terjadi dapat diperkirakan dengan melihat
macam rambut yang ditemukan. Adanya rambut pubes pada tubuh korban
memberikan dugaan adanya tindak pidana perkosaan atau tndak pidana seksual
lainnya dan adanya rambut binatang pada tubuh manusia atau sebaliknya juga
dapat
memberikan perkiraan adanya bestialiti.
d. Identitas korban
Rambut mempunyai sifat tahan terhadap pembusukan dan bahan-bahan kimia
sehingga dapat dijadikan sarana identifikasi bagi mayat-mayat tidak dikenal
yang
sudah membusuk. Meskipun tak dapat memberikan identitas personal tetapi dari
rambut paling tidak dapat ditemukan umur, jenis kelamin, ras, dan sebagainya.
e. Identitas pelaku
Rambut juga dapat dipakai sebagai sarana identifikasi guna mengetahui
identitas pelakunya. Sebagaimana diketahui bahwa pada tindak pidana
perkosaan dan
pembunuhan, sering ditemukan rambut pelaku tertinggal atau berhasil dijambak
oleh
korban sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan identifikasi.
f. Benda/ senjata yang digunakan
Kerusakan pada rambut kadang-kadang menunjukkan ciri-ciri tertentu.
Pukulan di kepala dapat meninggalkan kerusakan kortikal pada rambut,
sedangkan
Gambar 12.4. namun, hal tersebut tidak bisa untuk menentukan jenis paksaan
yang
Jika ditemukan rambut yang diduga ada kaitannya dengan kejahatan maka
hendaknya rambut tersebut diperiksa dengan teliti untuk mengetahui :
a. Keaslian rambut
Pemeriksaan keaslian rambut perlu dilakukan mengingat adanya berbagai
serat yang bentuk dan warnanya mirip rambut. Rambut yang utuh biasanya
terdiri
atas akar, batang dan ujung. Akar ranbut terdiri atas jaringan ikat longgar
sedangkan batang rambut terdiri atas kutikula, korteks dan medula. Serat yang
bukan berasal dari rambut tidak mempunyai susunan seperti itu. Serat sintetis
misalnya, gambaran mikroskopiknya terlihat homogen.
b. Penentuan rambut manusia atau bukan
Jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa serat itu rambut maka langkah
selanjutnya adalah menentukan apakah rambut tersebut berasal dari manusia
atau
hewan. Ciri rambut manusia yaitu halus dan tipis, kutikula mempunyai sisik kecil
dan bergerigi, medula sempit atau kadang-kadang tak ada, kortek tebal, index
medulla kurang dari 0,3 dan pigmennya lebih ke arah perifer. Sedangkan, ciri
rambut binatang ialah kasar dan tebal, kutikula mempunyai sisik lebar dan
polihidral, medula lebar, kortek tipis, index medulla lebih dari 0,5 dan pigmennya
di perifer maupun di sentral. Dengan tes presipitasi akan dapat dibedakan
dengan
tepat antara rambut manusia dan rambut binatang.
c. Identifikasi
Jika sudah dapat dipastikan rambut manusia maka pemeriksaan lanjutan perlu
dilakukan untuk menentukan siapa pemiliknya. Perlu diketahui bahwa rambut
mempunyai sifat tahan terhadap pembusukan dan bahan-bahan kimia sehingga
dapat dijadikan salah satu sarana identifikasi bagi mayat-mayat yang sudah
Penyakit yang berefek pada morfologi rambut jarang, namun ini membuat hal
tersebut menjadi bukti yang baik sebagai sumber identifikasi. Pili annulati
mengarah
pada rambut dengan colored ring. Pada pini annulati, rambut memiliki pita
terang
gelap yang berselang-seling, seperti corak harimau atau zebra. Orang dengan
rambut
gelap mungkin mempunyai pili annulati tapi tidak terlihat ini dikarenakan
tertutupi
oleh kondisi warna rambut mereka. Monilethrix membuat rambut terlihat seperti
string of beads (nama yang berasal dari bahasa Yunani untuk bead dan hair).
Sepanjang rambut berbetuk nodul dan memendek membuat diameter rambut
menjadi
bervariasi. Rambut manik-manik ini melemahkan rambut, dan keluhan orangorang
dari monilethrix adalah hilangnya rambut secara tidak sempurna. Pili torti, nama
yang diberikan, memutar sepanjang panjang rambut, menciptakan bentuk spiral.
Kemungkinan ditemukan beberapa putaran pada satu rambut. Terlihat kutikula,
tetapi
putaran yang diciptakan menyebabkan patahan pada kutikula dan kortek.
Vermin,
ketombe, atau jamur juga dapat timbul pada rambut dan fakta ini harus dicatat.
Faktor tersebut dimasukkan ke klasifikasi rambut sebagai faktor yang berasal
dari
individual. Kesalahpahaman dapat mengenai rambut dan dapat berasal dari
pemeriksaan. Umur dan jenis kelamin tidak dapat ditentukan dari melihat
rambut;
rambut abu-abu mungkin terjadi pada seseorang dengan usia dua puluh tahunan
dan
rambut panjang belum berarti wanita serta rambut pendek belum berarti lakilaki.
Rambut tidak akan tumbuh setelah seseorang meninggal (bagaimana bisa?)
kulit akan mengeriput ketika kehilangan ait, menjadikan rambut lebih menonjol
(juga dengan kuku). Dan, beberapa penelitian sebaliknya, mencukur tidak akan
merangsang pertumbuhan rambut.
2.1.11 Cara pemeriksaan analisis rambut
Rambut diperiksa dari akar ke ujung dengan perbesaran 40x sampai dengan
250x.
Rambut diletakkan pada preparat kaca mikroskop dengan indeks bias yang
sesuai
untuk rambut, sekitar 1,5. Semua hal tersebut harus dipenuhi. Sampel rambut
yang
diketahui tersebut menandakan dan menggambarkan jenis rambut tersebut.
Rambut
yang ditemukan kemudian dijabarkan secara sendiri. Penjabaran tersebut
meliputi
akar, mikroanatomi dari batang rambut dan ujung rambut.
2.1.12 Hasil interpretasi dari pemeriksaan
Tiga kesimpulan dasar dapat ditarik dari perbandingan forensik rambut. Pertama,
jika
rambut yang ditemukan menunjukkan kesamaan karakteristik mikroskopik
dengan
sampel rambut yang diketahui, maka rambut yang ditemukan itu dapat berasal
dari
orang yang sama dengan orang dimana sampel rambut diambil. Namun,
perbandingan rambut bukan bentuk dari identifikasi positif. Kedua, jika rambut
yang
ditemukan menunjukkan kesamaan tetapi sedikit berbeda dengan sampel
rambut
yang diketahui, maka tidak ada kesimpulan yang dapat ditarik walaupun rambut
yang
ditemukan dapat berasal dari sumber yang diketahui tersebut. Pada akhirnya,
jika
rambut yang ditemukan menunjukkan perbedaan karakteristik mikroskopik
dengan
sampel rambut yang diketahui, maka dapat disimpulkan jika rambut yang
ditemukan
tersebut tidak berasal dari sumber yang diketahui tersebut. Dick Bisbing, ahli
forensik rambut merangkum keputusan cara dan proses dalam perbandingan
forensik
rambut : Jika dua sampel berasal dari satu individu, maka harus selalu ada cukup
kesepakatan bahwa pada beberapa karakteristik lain tidak ada ketidaksamaan
yang
mendasar. Hubungan tersebut kurang berdasar, oleh sebab itu, tidak hanya pada
kombinasi yang sama dalam mengidentifikasi ciri (walaupun kondisi ini harus
selalu
terpenuhi) tapi juga bersama dengan kurangnya perbedaan yang mendasar
antara
rambut yang ditemukan dan rambut standar. Hal ini perlu dijelaskan bahwa tidak
hanya rambut yang tidak diketahui memiliki ciri seperti rambut yang diketahui
tetapi
juga bahwa variasi yang terjadi pada rambut yang tidak diketahui adalah sama
dengan variasi rambut yang diketahui. Penilaian dan pertimbangan ciri
mikroskopik
rambut yang ditemukan dan diantara sampel rambut adalah kunci dari proses
membandingkan, akan tetapi bagaimana menginterpretasikan hasil pemeriksaan
forensik rambut secara kuantitatif? Proses ini tidak semudah yang dibayangkan,
lebih
maternal di mana mtDNA tidak dapat menganalisisnya. Dalam suatu studi terkini
(Houck and Budowle, 2002), hasil studi pada pemerikaan mikroskopik dan
mitokondria rambut manusia di laboratorium FBI untuk dianalisis telah
diperlihatkan. Dalam pemeriksaan pada 170 rambut, terdapat 80 mikroskopik
yang
dapat dikumpulkan dan hanya 9 yang disingkirkan oleh mtDNA. Terdapat 66
rambut
yang didapati tidak sesuai untuk pemeriksaan mikroskopik atau kumpulan
mikroskopiknya tidak dapat ditentukan dapat dianalisis oleh mtDNA. Hanya 6
rambut yang tidak menyediakan mtDNA yang cukup dan 3 rambut memberikan
hasil
yang tidak pasti. Studi ini menunjukkan kekuatan kombinasi dua teknik
pemeriksaan.
Adalah penting untuk menyadari bahwa pemeriksaan secara mikroskopik
bukanlah
suatu uji saring dan analisis mtDNA bukan suatu uji konfirmasi. Kedua
metode
ini atau salah satunya dapat memberikan informasi penting pada suatu
investigasi.
r
DAFTAR PUSTAKA
Houck, Max M. dan Siegel, Jay A (2010) Forensic Hair Examination, Fundamental
of Forensic Science 2nd ed : 283 300.
Idries, A. M, Tjiptomartono, A. L. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam
Proses penyelidikan. Jakarta: Sagung seto; 2008. p. 174
Kubic TA, Petraco N. Microanalysis and Examination of Trace Evidence. In: James
SH, Nordby JJ, Editors. Forensic Science An Introduction to Scientific and
Investigative Techniques. Boca Raton: CRC Press LLC; 2000. p. 264-66