Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun oleh :
Disusun Oleh:
Mustika Aulia
21080111120012
Khairunnisa Novery
21080111120015
M. Rizki Apritama
21080111120017
Putri K. Anindya
21080111120019
Sasanti Dyah R
21080111120021
M. Adhi Rahmaputra
21080111120022
Andika Dimas P.
21080111130033
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Energi terbarukan mulai dikembangkan seiring dengan terbatasnya cadangan
energi fosil dan adanya dampak negatif pada lingkungan yang terjadi akibat
penggunaan energi fosil tersebut, sehingga dunia dituntut untuk menggunakan
energi
yang dapat
berfungsi
kontinyu, serta
1.2
Perumusan Masalah
Rumusan masalah yang ada pada makalah ini, antara lain:
1.
2.
Apa saja efisiensi energi yang diterapkan oleh PT. Pupuk Kujang dan PT.
Pupuk Sriwijaya?
1.3
Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1.
2.
1.4
Rumusan Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1.
Bagi Penulis
a. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai penerapan
efisiensi energi industri, khususnya industri yang bergerak pada proses
pembuatan pupuk.
2.
3.
Bagi Masyarakat
a. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai efisiensi energi yang
diterapkan oleh PT. Pupuk Kujang dan PT. Pupuk Sriwijaya.
BAB II
ISI
2.1
32,91 juta ton per tahun, sedangkan sisanya diekspor. Biaya pemakaian sumber
energi itu jauh lebih murah ketimbang BBM.
Untuk memproduksi 1 ton steam jenuh 5 bar per jam berbahan bakar
batubara, misalnya, bisa menghemat biaya Rp415 juta lebih per tahun. Sementara
itu, penggunaan batubara untuk boiler pada industri serat sintetis, mampu
menurunkan biaya energi sebesar 30%, sedangkan pada pembangkit listrik
penurunannya mencapai 40%. Memang perlu diakui, selain keunggulannya,
batubara punya kelemahan. Pembakarannya menghasilkan CO2 yang merupakan
gas rumah kaca dan berbahaya bagi lingkungan. Disamping itu, menghasilkan
sulfur dioksida ketika dibakar. Penggantian purge gas recovery unit Pabrik
Amoniak Pusri IV dengan teknologi membran.
2.
diolah melalui unit pengolah limbah gas atau Purge Gas Recovery Unit (PGRU).
Jika sebelumnya ada yang terbuang ke atmosfer, sekarang tail gas dimanfaatkan
sebagai gas bakar. Nilai penghematan energinya mencapai 0,4 mmbtu per ton NH3
hal ini diwujudkan dengan penggantian purge gas recovery unit Pabrik Amoniak
Pusri IV dengan teknologi membran untuk meningkatkan hydrogen recovery
sehingga dapat digunakan kembali sebagai bahan baku produksi. Teknologi ini
diterapkan pada Pabrik Pusri IV dan diharapkan dapat diterapkan juga pada pabrikpabrik Pusri yang lain.
PGRU Pabrik Amoniak Pusri IV sudah beroperasi sejak tahun 1981 dan saat
ini telah mengalami penurunan kinerja yang cukup signifikan dengan hydrogen
recovery + 26,88% (desain 91,47%). Penurunan kinerja ini mengakibatkan
kehilangan produksi amoniak 180 ton/hari, atau setara dengan potensi kerugian
sebesar 12 juta USD / tahun. Berbagai usaha perbaikan telah dilakukan untuk
meningkatkan kinerja PGRU, namun tidak berhasil. Untuk menghindari kerugian
yang lebih besar, maka dilakukan penggantian PGRU Pabrik Amoniak Pusri IV
dengan unit baru. Teknologi yang dipilih untuk unit baru ini adalah teknologi
membran.
Purge Gas Recovery Unit (PGRU) adalah unit proses yang berfungsi
mengolah purge gas yang dikeluarkan dari area synloop abrik amoniak untuk
menjaga kondisi operasi dan keseimbangan reaksi di reaktor sintesa amoniak.
Purge gas yang dikeluarkan dari area synloop mengandung gas hidrogen, nitrogen,
metana, argon dan amoniak. Purging sebagian gas sintesa dari area synloop tersebut
akan menjaga inert level (gas metana dan argon) pada konsentrasi yang telah
ditetapkan. Aliran purge gas dari area synloop ditunjukkan dalam diagram alir pada
Gambar.
3.
dipakai kembali sebagai pengatur pH dalam proses pengolahan air. Dengan cara ini
tidak ada lagi buangan NaOH sisa dan dapat menghemat pemakaian NaOH 15
ton/bulan di Utilitas PUSRI-II.
4.
kapasitas masing - masing 50 m3 / jam, berfungsi melepaskan urea dan NH3 dalam
air limbah dari pabrik urea yang masih mengandung urea 9.500 mg/l dan NH3
3.000 mg/l. Di dalam hydrolizer, urea akan terhidrolisa menjadi NH3 dan CO2.
NH3 dan CO2 (off gas) selanjutnya dikirm ke pabrik urea untuk diproses sehingga
diperoleh urea 2.058 kg/jam. Masing - masing unit terdiri dari hydrolizer dan
stripper.
2.2
2.
Pemilihan teknologi
Selain keunggulan secara proses, Pabrik Urea K1B juga dirancang dengan
Compressor
admission-condensing turbine
Liquid Ammonia
Feed
Carbamate
Solution Feed
Urea Reactor
HP Stripper
HP Condenser
Finishing
Waste Water
Treatment
Liner Leak
Deteksi
sirkulasi nitrogen
Kualitas BFW
monitoring
Proses Condensate
Sumber: (http://www.pusri.co.id/ina/urea-proses-produksi-urea/)
a.
mengatasi korosi larutan karbamat. Material liner plate dipilih sebagai material
yang cukup tahan terhadap korosi, sedangkan shell digunakan material carbon
steel. Dengan demikian kebocoran pada liner plate harus selalu dimonitor untuk
menghindari kerusakan yang lebih parah pada shell yang relatif tidak tahan
terhadap korosi. Secara konvensional, weep holes dipasang untuk mengetahui
adanya bocoran pada liner plate. Weep hole dihubungkan dengan space antara liner
plate dengan shell. Hole kemudian dihubungkan dengan larutan reagent yang
sangat sensitif terhadap ammonia yang ditempatkan pada botol atau U glass.
Selanjutnya apabila terjadi kebocoran pada liner plate, reagent akan berubah
warna yang menandakan terjadinya kebocoran. Namun demikian, metoda ini
membutuhkan waktu yang relatif lama untuk mendeteksi setiap saat terjadinya
kebocoran.
Pabrik urea 1B, liner plate detector system menggunakan gas nitrogen yang
disir-kulasikan secara kontinyu ke space antara liner plate dan shell. Informasi
akan ditransfer langsung ke DCS apabila terjadi kebocoran pada liner plate. Sistem
ini dapat lebih cepat untuk memberikan informasi bila terjadi kebocoran. Gas
nitrogen disirkulasikan dalam loop dengan gas circulator. Flowmeter dipasang
pada setiap inlet connector ke liner plate untuk menjaga dan mengontrol aliran gas
nitrogen ke setiap liner plate. Apabila terjadi kebocoran pada liner plate, ammonia
akan terikut dalam aliran loop gas nitrogen dan akan terdeteksi oleh detektor
ammonia pada skala ppm. Selanjutnya, sinyal dari detektor ini diteruskan ke DCS
yang mana operator dapat mengetahui adanya kebocoran sedini mungkin.
b.
stoikiometris sebesar 0,3 MT/MT urea dan kira - kira 0,5 MT/MT urea untuk skala
industri. Air ini mengandung ammonia dan urea yang pada proses konvensional air
dibuang ke udara dengan menggunakan cooling tower. Pada proses terkini,
kondensat proses yang mengandung ammonia dan urea ini diolah dalam urea
hydrolysis dan steam stripping dimana kandungan urea dan ammonia pada
kondensat proses lebih rendah dari 1 ppm. Selanjutnya, kondensat proses hasil
olahan urea hydrolyzer dapat dimanfaatkan menjadi Boiler Feed Water (BFW).
Namun demikian, kandungan urea dalam kondensat proses ini harus dikontrol
secara ketat mengingat urea tidak dapat dihilangkan dalam ion exchanged resin bed.
Pada kasus kandungan urea yang tinggi, urea akan terhidrolisis dalam boiler
menjadi CO2 yang akan menurunkan pH dan pada akhirnya akan mengakibatkan
korosi pada boiler. Oleh karena itu, diperlukan monitoring secara kontinyu dan real
time pada kondensat proses, sehingga pemasangan on-line Urea Analyzer pada
proses kondensat menjadi hal yang sangat penting. Pabrik urea K1B adalah sedikit
pabrik urea yang telah mengaplikasikan on-line Urea Analyzer yang secara
sederhana dapat digambarkan pada Gambar 2.4.
Sample diambil secara kontinyu dari aliran proses kondensat dan konsentrasi
NH3 dalam larutan akan diambil pada sensor 1. Kemudian larutan dipompakan dan
diumpankan ke Reaktor mini dimana urea akan terhidrolisis. Konsentrasi ammonia
dan urea sebagai ammonia diukur pada sensor 2. Konsentrasi urea kemudian
dihitung secara otomatis dan ditransfer ke DCS.
c.
Duplex 28 W
Reaksi pembuatan urea menghasilkan intermediate produk yang sangat
korosif terhadap metal. Untuk mengatasi hal tersebut, material harus tahan terhadap
korosi selain mempertimbangkan faktor lainnya seperti kekuatan material,
kemudahan pengelasan, dan biaya. Beberapa material yang biasa digunakan untuk
mengatasi korosi dan pertimbangan beberapa faktor di atas adalah titanium, SS
316-L UG, 25Cr-22Ni-2Mo, dan Duplex. Duplex 28W adalah perkembangan dari
material duplex sebelumnya. Penggunaan material DP 28 W yang lebih tahan
terhadap korosi pada swirl stripper di pabrik urea K1B ini diharapkan dapat
menjaga unjuk kerja stripper tetap baik.
Tabel 2.2
Data Test Unjuk Kerja Urea 1 B dan Urea 1A
Design
Test Unjuk
Design Urea 1A
Urea 1B
Kerja 1B
(TRCI)
5,623
5,595
8,324
Ammonia, Ton/Ton
0,568
0,568
0,572
CO2, Ton/Ton
0,74
0,738
0,76
1,13
1,035
1,536
101
85,1
139
20
18,74
56
Max 50
41,7
Max 50
Urea, ppm
Max 2
0,15
Tidak ada
Ammonia, ppm
Max 1
0,36
pengolahan limbah
152
152
250
182 - 184
182 - 184
200
Parameter
Konsumsi Energi, Gcal/Ton
Konsumsi Utility
Environment
Urea Dust, mg/NM3
Waste Water Treatment
Operating Condition
Tekanan Sintesa, barG
Suhu Sintesa, C
Sumber: (http://www.pusri.co.id/ina/urea-proses-produksi-urea/)
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Efisiensi Energi merupakan upaya sistematis, terencana dan terpadu guna
2.
3.2
Saran
Penerapan upaya efisiensi energi di PT Pupuk Kujang dan PT Pupuk
Sriwijaya sudah baik dan dapat berdampak baik bagi perusahaan, namun diperlukan
terobosan inovasi baru untuk lebih meningkatkan efisiensi energi pada kedua
perusahaan, salah satunya dengan menambah pasokan sumber energi yang berasal
dari energi terbarukan seperti Panel Surya atau Geothermal sehingga dapat
meningkatkan efisiensi energi dan mengurangi pencemaran terhadap lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal penggantian purge gas recovery unit pabrik amoniak pusri iv dengan
teknologi membran
Listyawan, A.P., 2006. Process Description for Urea Unit, Toyo Engineering
Cooperation.
Maryono, Ibrahim, N., 2006. ACES21 Pabrik Urea 1B Proses Teknologi Urea
Terkini.
http://www.pusri.co.id/ina/amonia-proses-produksi-amonia/
http://www.pusri.co.id/ina/urea-proses-produksi-urea/
http://www.pusri.co.id/ina/berita-amp-kegiatan-media-massa/terobosan-pusrimenuju-efisiensi-penggunaan-energi/