Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun Oleh B2
Peran
Perencanan program PHBM
Pelaksana program PHBM
Pengelola air irigasi
Pengembang daerah wisata
Penegak hukum
Penjual hasil produksi
2. Sumberejo
a. Fakta di lapangan
Daerah ini merupakan salah satu sentra dari sayur organik terutama
seledri. Namun di lapangan tidak hanya seledri saja yang dibudidayakan, ada
komoditas lain seperti andewi, seledri kriting hijau, cabai kecil. Jika dilihat
penampakan komoditas yang dibudidayakan, nampak tanaman tumbuh dengan
subur. Akan tetapi masih terdapat kendala yang dirasakan petani, pada saat
musim kemarau tidak semua komoditas dapat ditanam akibat terbatasnya
pasokan air yang tidak mencukupi. Selanjutnya jika terdapat serangan hama
maupun penyakit hanya dikendalikan menggunakan pestisida organik saja
mengingat lahan teresbut merupakan lahan untuk tanaman organik.
b. Fakta dan Masalah di lapangan
i. Sumber air yang kurang mencukupi
ii. Pemilihan komoditas berdasarkan jumlah air yang tersedia
iii. Masih diperlukannya pupuk organik dari luar daerah
iv. Belum adanya pengelolaan sisa panen yang terpadu
v. Kebutuhan pasar akan produk organik tidak menentu
vi. Belum adanya penanganan produk pasca panen yang baik
vii. Hama penyakit saat musim kemarau
c. Akar masalah
Kurangnya sumber air menyebabkan kebutuhan air untuk tanaman tidak
bisa terpenuhi semua.
d. Aspek sosial ekonomi
Perubahan
sistem
pertanian
dari
konvensional
menjadi
organik
Peran
Pengusaha sayuran organik
Pemberi sertifikat organik
Pengumpul produk organik
3. Kebun Jeruk
a. Fakta di lapangan
Lahan digunakan untuk budidaya jeruk, saat ini memasuki tahun ke-5.
Pengelolaa yang dilaksanakan oleh petani adalah dengan pembajakan pada pra
tanamn dan penambahan pupuk kandang. Selanjutnya saat tanaman jeruk
belum terlalu tinggi ditumpangsari dengan cabai. Kemudian untuk
Peran
Pengambil keputusan pengelolaan
Balai Peneliti
Pembeli produk (jeruk)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Berat total
Pujon Kidul
Frame 1 Frame 2
4
2
1.5
3
3
4
2
3
4
5
3
5
2
5
3
4
3
3
2
4
61 gram 122
seresah
Berat
15 gram
gram
8 gram
2 gram
1 gram
7 gram
2 gram
understory
Kascing
Jumlah cacing
18 gram
2ekor
36 gram
-
69 gram
4 ekor
No
Sumberejo
Frame 1
2
1
2
2
2
1
1
1
1
2
35 gram
Dau
Frame 2
1
2
1
1
2
1
1
1
1
1
33 gram
Frame 1
0,5
1
1
0,5
1
0,5
0,5
0,5
1
0,5
8 gram
Frame 2
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
1
0,5
0,5
1
1 gram
Berat=
Berat= 6
5gram
gram
Dari data ketebalan seresah di atas dapat diketahui bahwa daerah Pujon Kidul memiliki
ketebalan seresah tertinggi dan ketebalan seresah terendah terdapat pada Kebun Jeruk, sedangkan
ketebalan seresah yang sedang terdapat pada daerah Sumberejo. Hal ini dikarenakan pada daerah
Pujon Kidul ditanami pohon pinus yang tidak dilakukan pengolahan tanah, sehingga lebih banyak
ditumbuhi gulma (rumput dan semak). Sedangkan pada daerah Kebun Jeruk dilakukan penyiangan
gulma yang intensif, sehingga hampir tidak dijumpai gulma. Pada daerah Sumberejo, lahan yang
diamati dalam kondisi bero sehingga hanya ditanami semak.
Nilai understory tertinggi terdapat pada daerah Pujon Kidul dan terendah terdapat pada daerah
Sumberejo, sedangkan understory yang sedang terdapat pada daerah Dau. Hal tersebut dikarenakan
pada daerah Pujon Kidul terdapat ranting pinus, daun pinus dan gulma yang telah mati, sehingga
menjadi understory pada tanah yang banyak. Sedangkan pada daerah Sumberejo tidak terdapat
tanaman utama, karena lahan tersebut dalam keadaan bero, sehingga understory didominasi oleh daun
dari semak yang tidak terlalu banyak. Pada daerah Dau, terdapat understory berupa ranting dan daun
tanaman jeruk, sehingga memiliki berat understory lebih tinggi daripada daerah Sumberejo.
Pada daerah Pujon hanya ditemukan 2 ekor cacing, namun cacing yang ditemukan berukuran
besar dengan berat 5 gram (2 ekor) dan jumlah kascing cukup banyak. Pada daerah ini bahan organik
tanah tergolong tinggi, sehingga cacing tercukupi akan pangannya. Cacing yang ditemukan sedikit
sebab perpindahan cacing pada tanah cukup cepat, mungkin dikarenakan pori tanah yang cukup
tinggi, sehingga cacing dengan mudah keluar dari zona frame. Pada daerah Dau ditemukan 4 ekor
cacing dalam ukuran kecil dengan berat 6 gram (4 ekor) dan jumlah kascing sangat banyak. Pada
daerah ini pertumbuhan cacing kurang maksimal dikarenakan bahan organik tanah rendah dan pori
tanah yang rendah, sehingga ruang gerak cacing kurang maksimal. Pada daerah Sumberejo tidak
ditemukan cacing maupun kascing. Hal tersebut dikarenakan pengolahan lahan terlalu intensif
sehingga terjadi pemadatan tanah dan cacing tidak berkembang dengan baik.
Data BI dan BJ
Pujon kidul
BI
Sumberejo
BJ
0,82 g/cm3
BI
Dau
BJ
1,01 g/cm3
BI
BJ
1,26 g/cm3
BI tanah tertinggi terdapat pada daerah Dau, karena terjadi kemantapan tanah akibat
pengolahan tanah yang intensif. Kemudian BI yang sedang terdapat pada daerah Sumberejo,
hal ini dikarenakan pada lahan tersebut dalam keadaan bero dan masih terpengaruh oleh
pengolahan yang dilakukan sebelum tanah diistirahatkan. Sedangkan pada daerah Pujon
Kidul memiliki BI yang rendah, hal ini dikarenakan tidak terdapat pengolahan tanah pada
daerah tersebut, sehingga kemantapan tanah rendah.
Data C-Organik
Pujon kidul
4,73
Sumberejo
2,14
Dau
1,43
100
sedang (2,14) dan di Dau memiliki kandungan C-Organik rendah (1,43). Menurut Aphani
(2001), Kadar C-Organik dikatakan sangat rendah apabila nilainya kurang dari 1%, rendah 12%, sedang 2-3%, tinggi 3-5%, dan sangat tinggi jika lebih dari 5%. Kandungan C Organik
dipengaruhi oleh seresah, nekromasa, dan jenis tanaman yang dibudidayakan, serta kegiatan
pengolahan tanah seperti penyiangan.
Aphani, 2001. Kembali ke pupuk organik. Kanwil Deptan Sumsel. Sinartani. No.
2280.
Aphani (2001) Kandungan C organic kurang dari 1 % menyebabkan tanah tidak
mampu menyediakan unsur hara yang cukup, disamping itu unsur hara yang diberikan
melalui pupuk tidak mampu dipegang oleh komponen tanah sehingga mudah tercuci,
kapasitas tukar kation menurun, agregasi tanah melemah , unsur hara mikro mudah tercuci
dan daya mengikat air menurun. Pada tanah dengan kandungan C organik rendah
menyebabkan kebutuhan pemupukan nitrogen makin meningkat karena efisiensinya yang
merosot akibat tingginya tingkat pencucian.
Sumberejo
Dau
BB
BK
% Ka
BB
BK
% Ka
BB
BK
% Ka
19 g
16 g
27 %
20g
18g
15 %
20 g
16g
36 %
(termasuk
(termasuk
(termasuk
(termasuk
(termasuk
(termasuk
cawan 5 g) cawan 5 g)
cawan 5 g) cawan 5 g)
cawan 5 g) cawan 5 g)
Pujon Kidul
BBBKo
x 100
Ka =
BKo
=
1411
x 100
11
= 27 %
Sumberejo
BBBKo
x 100
Ka =
BKo
=
1513
x 100
13
= 15 %
Dau
Ka =
=
BBBKo
x 100
BKo
1511
x 100
11
= 36 %
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa kadar air tertinggi pada daerah Dau. Hal ini
dikarenakan pada daerah tersebut dilakukan irigasi tanaman secara teratur, selain itu dengan
pengaturan jarak tanam dapat menyebabkan tajuk tanaman cukup rapat sehingga kelembaban
tanah tetap terjaga. Kadar air terendah pada daerah Sumberejo, saat dilakukan pengamatan,
lahan dalam keadaan bero atau tidak ditanami, sehingga tingkat evaporasi tanah tinggi dan
kelembaban tanah tidak terjaga. Sedangkan pada daerah Pujon Kidul memiliki kadar air yang
sedang, karena tanaman penutup tanah masih banyak dan kelembaban tanah terjaga.
: 50% 26.
Aliran Permukaan
: lambat.
Drainase Alami
: agak lambat.
Permeabilitas
: agak lambat.
Genangan /banjir
: tanpa
Pengelolaaan Air
: Irigasi.
Erosi
: Alur
Bahaya Erosi
: Ringan.
: Pinus
Kedalaman (cm)
0-30
30-46
46-64
64-104
Batas
Kejelasan
Horizon
Topografi
10 YR 2/2
10 YR 1/2
10 YR 1/2
10 YR 2/4
Lempung
Lempung
Lempung
Lempung
berliat
berliat
liat berdebu
liat berdebu
Remah
Remah
Remah
Remah
Gembur
Lepas
Tidak
Agak
lekat, tidak
lekat,tidak
plastis
plastis.
Warna
Tekstur
Struktur
Lembab
Konsistensi
Lepas
Agak
Basah
lekat, tidak
plastis
Pori
Sangat
gembur
Tidak lekat,
tidak plastis
Halus
Banyak
Sedikit
Sedikit
Sedikit
Sedang
Sedikit
Banyak
Banyak
Banyak
Karatan
Perakaran
Kasar
Sedikit
Sedikit
Jumlah
Ukuran
Jumlah
Banyak
Banyak
Sedang
Biasa
Ukuran
Kasar
Kasar
Kasar
Halus
Penampang profil 1
Klasifikasi
Epipedon
: Molik
Endopedon : Kandik
Ordo
: Andisol
Sub ordo
: Udands
Grup
: Hapludands
Sub grup
:Typic
hapludands
: 12 % 8
Aliran Permukaan
: sedang.
Drainase Alami
: baik
Permeabilitas
: sedang
Genangan /banjir
: tanpa
Pengelolaaan Air
:-
Erosi
:-
Bahaya Erosi
: tidak
: Semak Belukar
Vegetasi Spesifik
:-
Nomor Horizon
Kedalaman (cm)
0-25
25-44
44- 52
Batas
Kejelasan
Horizon
Topografi
10 YR 3/1
10 YR 3/2
10 YR 2/2
Warna
Liat
Tekstur
Berpasir
Struktur
Lembab
Konsistensi
Liat Berpasir
Gumpal
Gumpal
Membulat
Membulat
Membulat
Gembur
gembur
Teguh
lekat, agak
lekat, plastis
plastis
Pori
Karatan
Perakaran
Penampang Profil 2:
Berpasir
Gumpal
Agak
Basah
Liat
Lekat
plastis
Halus
Banyak
Sedikit
Sedikit
Sedang
Sedikit
Banyak
Sedikit
Kasar
Sedang
Sedang
Banyak
Jumlah
Ukuran
Jumlah
Banyak
Sedikit
Banyak
Ukuran
Halus
Halus
Halus
Klasifikasi
Epipedon
: umbrik
Endopedon : Kambik
Ordo
: Inceptisol
Sub ordo
: Udept
Grup
: Dystrudept
Sub grup
:Typic
Dystrudept
: 50% 26o
Aliran Permukaan
: Sedang
Drainase Alami
:-
Permeabilitas
: lambat.
Genangan /banjir
: tanpa
Pengelolaaan Air
: Irigasi.
Erosi
: Alur
Bahaya Erosi
: Ringan.
:-
Vegetasi Spesifik
: jeruk
Nomor Horizon
Kedalaman (cm)
0-28
28-43
43-55
55-80
Batas
Kejelasan
Baur
Baur
Baur
Baur
Horizon
Topografi
Berombak
Berombak
Berombak
Berombak
10 YR 3/3
10 YR 2/2
10 YR 2/2
Lempung
Lempung
Lempung
berliat
berliat
berliat
Remah
Remah
Remah
Teguh
Gembur
Gembur
Gembur
Agak lekat,
Agak lekat,
Agak lekat,
plastis
plastis
plastis.
Warna
Lempung
Tekstur
liat
berpasir
Struktur
Lembab
Konsistensi
Agak
Basah
lekat, agak
plastis
Pori
Karatan
Perakaran
Gumpal
membulat
Halus
Sedang
Kasar
Jumlah
Ukuran
Jumlah
Banyak
Sedikit
Sedikit
Ukuran
Kasar
Kasar
Halus
Penampang profil 3 :
Klasifikasi
Epipedon
: umbrik
Endopedon : Kambik
Ordo
: Inceptisol
Sub ordo
: Udept
Grup
: Dystrudept
Sub grup
:Typic
Dystrudept
Luas
Tanah
Pujon
Sumberejo
Dau
Kedalama
n
0 - 10 cm
10 - 20 cm
20 - 30 cm
0 - 10 cm
10 - 20 cm
20 - 30 cm
0 - 10 cm
10 - 20 cm
20 - 30 cm
Ujung
Jarum
(cm)
a
0.25
0.25
0.25
0.25
0.25
0.25
0.25
0.25
0.25
Kompres
i per
Pengamatan Gaya
Rerata
Ketahanan
(cm)
Gaya
Penetrasi
(cm)
N/cm2
(N/cm)
b
Penetrometer
*Keterangan: 2,5 MPa (Tanah Terganggu)
2.5 Mpa (Tanah Gembur)
100
100
100
100
100
100
100
100
100
8
11
9
3
5
8
12
16
22
2
5
17
2
3
9
11
21
21
Mpa
e
6
1
3
5
5
11
-
5.3
5.7
9.7
3.3
4.3
9.3
11.5
18.5
21.5
2133.3
2266.7
3866.7
1333.3
1733.3
3733.3
4600
7400
8600
2.1
2.2
3.8
1.3
1.7
3.7
4.6
7.4
8.6
Penetrometer tanah digunakan untuk menguji kualitas tanah, seberapa baik tanah
digunakan untuk lahan pertanian, perkebunan, bangunan, jalan, jembatan dan berbagai
aplikasi yang membutuhkan monitoring serta pengukuran kualitas tanah. Menurut Wesley
(1977), dengan menekan atau memukul berbagai macam alat ke dalam tanah, dan mengukur
besarnya gaya atau jumlah pukulan yang diperlukan dapat menentukan dalamnya berbagai
lapisan yang berbeda, dan mendapatkan indikasi mengenai kekuatannya.
Berdasarkan hasil pengamatan pada titik Pujon dan Suberejo berdasarkan kelas
kekuatan penetrasi hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada kedalaman 0-20cm tanah
masih tergolong gembur, namun pada kedalaman 20-30cm tanah mulai terganggu. Sedangkan
pada pada titik pengamatan di Dau, pada kedalam 0-30cm tanahnya terganggu.
Vane Shear Strength
Lokasi
Pujon
Sumberejo
Dau
Mata Van
(Kg/cm)
0.2
0.2
0.2
2
7.5
3.5
8.5
3
9
6
7.5
Rerata
(kg/cm2)
4
8.5
4
9
10.5
6.5
7.7
8.875
5
8.175
Vane Shear Strength berhubungan dengan daya geser tanah, jadi semakin tinggi
nilainya maka daya geser tanah semakin kecil, hal tersebut jika dikaitkan dengan tingkat erosi
maka semakin tinggi skala pada Vane Shear Strength kemungkinan erosi yang terjadi
semakin kecil dan sebaliknya.
Pada hasil perhitungan rerata diperoh hasil pada ketiga titik pengamatan, daya geser
tanah yang paling rendah terdapat pada titik Pujon, karena nilai Vane Shear Strengthnya
tinggi yaitu mencapai 8.875 kg/cm2.. Sedangkan yang mempunyai tingkat kemungkinan erosi
yang tinggi terdapat pada titik Sumberejo dengan rerata 5 kg/cm2.