Вы находитесь на странице: 1из 17

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

Disusun Oleh B2

MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN


PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014

FAKTA DAN MASALAH


1. Pujon Kidul
a. Fakta di lapangan
Pada mulanya daerah ini merupakan hutan alami, namun pada tahun 2004
banyak pembukaan lahan besar-besaran yang dilakukan oleh masyarakat
sekitar dan dialihfungsikan menjadi lahan pertanian tanaman semusim.
Akibatnya hutan menjadi gundul, sumber air menjadi menghilang, lahan
pertanian mengalami kekeringan, longsor dan banjir saat musim penghujan.
Namun pada tahun 2005-an muncul program PHBM yang bertujuan untuk
mengkonservasi lahan pertanian yang semulanya adalah hutan. Program ini
merupakan kerjasama antara masyarakat dengan perhutani. Kegiatan yang
dilakukan adalah penanaman tanaman pohon berupa pinus dan eukaliptus
yang selanjutanya akan ditumpangsari dengan tanaman semusim sesuai
dengan minat petani sekitar, biasnya petani akan menanam wortel, kubis,
jagung, cabe. Akan tetapi ada beberapa petak lahan yang tidak ada vegetasi
penutupnya sehingga potensi untuk terjadi erosi cukup tinggi, hal ini didukung
dengan teknik budidayanya yang tidak searah kontur dan kemiringan lereng
yang besar.
b. Fakta dan Masalah yang dialami
i. Masih ada lahan yang kosong
ii. Sistem budidaya yang tidak sama antar petani
iii. Belum ada pengelolaan sisa panen yang terpadu
iv. Pencemaran air sungai akibat limbah pertanian dan peternakan
v. Harga komoditas yang fluktuatif
c. Akar masalah
Teknik budidaya yang masih salah, tidak searah dengan kontur,
menyebabkan poetensi erosi masih cukup besar. Seain itu terdapat lahan yang
masih tidak tertutup vegetasi mendukung terjadinya erosi.

d. Aspek sosial ekonomi

Program PHBM yang telah dilaksanakan oleh perhutani bersama


masyarakat terbukti meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Di mana petani
mendapatkan penghasilan tambahan dari sadapan pohon pinus, selain itu
budidaya tumpangsari yang dilakukan oleh petani turut membantu
perekonomian masyarakat sekitar. Salah satu contoh keberhasilan tersebut
adalah budidaya tumpangsari dengan rumput gajah yang dapat dijual hasil
rumput serta dapat digunakan sebagai pakan ternak.
Tidak hanya aspek ekonomi saja, program ini terbukti dengan peningkatan
nilai-nilai lingkungan. Dahulunya daerah ini yang memiliki masalah
kekeringan, saat ini sudah tidak ada masalah tersebut bahkan keberadaan air
sudah sangat mencukupi tidk hanya untuk irigasi saja namun juga bisa
memenuhi kebutuhan air rumah tangga.
Bahkan saat ini daerah ini akan dikembangkan lagi menjadi desa wisata.
Untuk menuju desa wisata, banyak upaya yang dilaksankan oleh masyarakat
sekitar. Antara lain adalah ajang promosi kedaerahan maupun promosi lewat
internet.
e. Stakeholder yang berperan
Nama stakeholder
Perhutani
Petani
HIPPA
Karang Taruna / kelompok DarWis
Kepolisian
Pedagang

Peran
Perencanan program PHBM
Pelaksana program PHBM
Pengelola air irigasi
Pengembang daerah wisata
Penegak hukum
Penjual hasil produksi

2. Sumberejo
a. Fakta di lapangan
Daerah ini merupakan salah satu sentra dari sayur organik terutama
seledri. Namun di lapangan tidak hanya seledri saja yang dibudidayakan, ada
komoditas lain seperti andewi, seledri kriting hijau, cabai kecil. Jika dilihat
penampakan komoditas yang dibudidayakan, nampak tanaman tumbuh dengan
subur. Akan tetapi masih terdapat kendala yang dirasakan petani, pada saat
musim kemarau tidak semua komoditas dapat ditanam akibat terbatasnya

pasokan air yang tidak mencukupi. Selanjutnya jika terdapat serangan hama
maupun penyakit hanya dikendalikan menggunakan pestisida organik saja
mengingat lahan teresbut merupakan lahan untuk tanaman organik.
b. Fakta dan Masalah di lapangan
i. Sumber air yang kurang mencukupi
ii. Pemilihan komoditas berdasarkan jumlah air yang tersedia
iii. Masih diperlukannya pupuk organik dari luar daerah
iv. Belum adanya pengelolaan sisa panen yang terpadu
v. Kebutuhan pasar akan produk organik tidak menentu
vi. Belum adanya penanganan produk pasca panen yang baik
vii. Hama penyakit saat musim kemarau
c. Akar masalah
Kurangnya sumber air menyebabkan kebutuhan air untuk tanaman tidak
bisa terpenuhi semua.
d. Aspek sosial ekonomi
Perubahan

sistem

pertanian

dari

konvensional

menjadi

organik

memberikan dampak positif bagi kehidupan petani maupun kesuburan tanah.


hasil produksi tanaman organik terbukti memiliki nilai yang lebih tinggi
dibandingkan tanaman yang dibudidayakan secara konvensional. Selain itu
sistem pertanian organik telah terbukti meningkatkan kesuburan tanah yang
ada di lahan tersebut. Akibat kesuburan yang meningkat, maka pemilihan
komoditas yang akan ditanam oleh petani menjadi lebih mudah.
e. Stakeholder yang berperan
Nama stakeholder
Kelompok tani organik
Lembaga LESOS
Kaliandra

Peran
Pengusaha sayuran organik
Pemberi sertifikat organik
Pengumpul produk organik

3. Kebun Jeruk
a. Fakta di lapangan
Lahan digunakan untuk budidaya jeruk, saat ini memasuki tahun ke-5.
Pengelolaa yang dilaksanakan oleh petani adalah dengan pembajakan pada pra
tanamn dan penambahan pupuk kandang. Selanjutnya saat tanaman jeruk
belum terlalu tinggi ditumpangsari dengan cabai. Kemudian untuk

permasalahan gulma, dilakukan pemotongan rutinan dengan menggunakan


pemotong rumput yang selanjutnya rumput tersebut dikembalikan ke lahan
sebagai tamabahan bahan organik.
Dari pengamatan di lapang terlihat banyak sekali overlaping yang terjadi,
hal ini akibat pengaturan jarak tanam yang kurang sesuai. Untuk
pengelolaanya maka dilakukan pemankasan cabang saat dirasa telah terjadi
overlaping. Selain itu dari pengukuran Vane Shear Strength tanah di kebun
tersebut mengalami pemadatan tanah di kedalaman 30 cm.
b. Fakta dan Masalah di lapangan
i. Jarak tanam yang terlalu rapat
ii. Adanya overlaping antar tanaman
iii. Pertumbuhan gulma yang cepat
iv. Hama dan penyakit
v. Pemadatan tanah di kedalaman > 30 cm
c. Akar masalah
Pemadatan tanah yang diakibatkan kurangnya pengolahan tanah,
pengolahan tanah hanya dilakukan sekali dengan pembajakan saat sebelum
tanam saja.
d. Aspek sosial ekonomi
Penggunaan lahan yang digunakan sebagai kebun jeruk terbukti sangat
menguntungkan secara ekonomi dan dapat berlaku dalam jangka waktu yang
panjang. Mengingat daerah ini merupakan sentra penghasil jeruk. Selain itu
pengelolaan saat awal tanam dengan tumpangsari tanaman cabai sangat tepat.
Hasil produksi cabai dapat menutupi dari biaya perawatan jeruk sebelum
panen.
e. Stakeholder yang berperan
Nama stakeholder
Pemilik kebun
Balai Jestro
Pasar

Peran
Pengambil keputusan pengelolaan
Balai Peneliti
Pembeli produk (jeruk)

DATA KETEBALAN SERESAH DAN BERAT ISI


Data ketebalan seresah

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Berat total

Pujon Kidul
Frame 1 Frame 2
4
2
1.5
3
3
4
2
3
4
5
3
5
2
5
3
4
3
3
2
4
61 gram 122

seresah
Berat

15 gram

gram
8 gram

2 gram

1 gram

7 gram

2 gram

understory
Kascing
Jumlah cacing

18 gram
2ekor

36 gram
-

69 gram
4 ekor

No

Sumberejo
Frame 1
2
1
2
2
2
1
1
1
1
2
35 gram

Dau
Frame 2
1
2
1
1
2
1
1
1
1
1
33 gram

Frame 1
0,5
1
1
0,5
1
0,5
0,5
0,5
1
0,5
8 gram

Frame 2
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
1
0,5
0,5
1
1 gram

Berat=

Berat= 6

5gram

gram

Dari data ketebalan seresah di atas dapat diketahui bahwa daerah Pujon Kidul memiliki
ketebalan seresah tertinggi dan ketebalan seresah terendah terdapat pada Kebun Jeruk, sedangkan
ketebalan seresah yang sedang terdapat pada daerah Sumberejo. Hal ini dikarenakan pada daerah
Pujon Kidul ditanami pohon pinus yang tidak dilakukan pengolahan tanah, sehingga lebih banyak
ditumbuhi gulma (rumput dan semak). Sedangkan pada daerah Kebun Jeruk dilakukan penyiangan
gulma yang intensif, sehingga hampir tidak dijumpai gulma. Pada daerah Sumberejo, lahan yang
diamati dalam kondisi bero sehingga hanya ditanami semak.
Nilai understory tertinggi terdapat pada daerah Pujon Kidul dan terendah terdapat pada daerah
Sumberejo, sedangkan understory yang sedang terdapat pada daerah Dau. Hal tersebut dikarenakan
pada daerah Pujon Kidul terdapat ranting pinus, daun pinus dan gulma yang telah mati, sehingga
menjadi understory pada tanah yang banyak. Sedangkan pada daerah Sumberejo tidak terdapat
tanaman utama, karena lahan tersebut dalam keadaan bero, sehingga understory didominasi oleh daun
dari semak yang tidak terlalu banyak. Pada daerah Dau, terdapat understory berupa ranting dan daun
tanaman jeruk, sehingga memiliki berat understory lebih tinggi daripada daerah Sumberejo.
Pada daerah Pujon hanya ditemukan 2 ekor cacing, namun cacing yang ditemukan berukuran
besar dengan berat 5 gram (2 ekor) dan jumlah kascing cukup banyak. Pada daerah ini bahan organik
tanah tergolong tinggi, sehingga cacing tercukupi akan pangannya. Cacing yang ditemukan sedikit
sebab perpindahan cacing pada tanah cukup cepat, mungkin dikarenakan pori tanah yang cukup

tinggi, sehingga cacing dengan mudah keluar dari zona frame. Pada daerah Dau ditemukan 4 ekor
cacing dalam ukuran kecil dengan berat 6 gram (4 ekor) dan jumlah kascing sangat banyak. Pada
daerah ini pertumbuhan cacing kurang maksimal dikarenakan bahan organik tanah rendah dan pori
tanah yang rendah, sehingga ruang gerak cacing kurang maksimal. Pada daerah Sumberejo tidak
ditemukan cacing maupun kascing. Hal tersebut dikarenakan pengolahan lahan terlalu intensif
sehingga terjadi pemadatan tanah dan cacing tidak berkembang dengan baik.

Data BI dan BJ
Pujon kidul
BI

Sumberejo
BJ

0,82 g/cm3

BI

Dau
BJ

1,01 g/cm3

BI

BJ

1,26 g/cm3

BI tanah tertinggi terdapat pada daerah Dau, karena terjadi kemantapan tanah akibat
pengolahan tanah yang intensif. Kemudian BI yang sedang terdapat pada daerah Sumberejo,
hal ini dikarenakan pada lahan tersebut dalam keadaan bero dan masih terpengaruh oleh
pengolahan yang dilakukan sebelum tanah diistirahatkan. Sedangkan pada daerah Pujon
Kidul memiliki BI yang rendah, hal ini dikarenakan tidak terdapat pengolahan tanah pada
daerah tersebut, sehingga kemantapan tanah rendah.

Data C-Organik
Pujon kidul
4,73

Sumberejo
2,14

Dau
1,43

Ml blanko ml sample x 3 x 100 + %KA


Ml blanko x 0,5

100

Berdasarkan hasil perhitungan C-Organik tanah diketahui bahwa di Pujon Kidul


memiliki kandungan C-organik tinggi (4,73%), Sumberejo memiliki kandungan C-Organik

sedang (2,14) dan di Dau memiliki kandungan C-Organik rendah (1,43). Menurut Aphani
(2001), Kadar C-Organik dikatakan sangat rendah apabila nilainya kurang dari 1%, rendah 12%, sedang 2-3%, tinggi 3-5%, dan sangat tinggi jika lebih dari 5%. Kandungan C Organik
dipengaruhi oleh seresah, nekromasa, dan jenis tanaman yang dibudidayakan, serta kegiatan
pengolahan tanah seperti penyiangan.
Aphani, 2001. Kembali ke pupuk organik. Kanwil Deptan Sumsel. Sinartani. No.
2280.
Aphani (2001) Kandungan C organic kurang dari 1 % menyebabkan tanah tidak
mampu menyediakan unsur hara yang cukup, disamping itu unsur hara yang diberikan
melalui pupuk tidak mampu dipegang oleh komponen tanah sehingga mudah tercuci,
kapasitas tukar kation menurun, agregasi tanah melemah , unsur hara mikro mudah tercuci
dan daya mengikat air menurun. Pada tanah dengan kandungan C organik rendah
menyebabkan kebutuhan pemupukan nitrogen makin meningkat karena efisiensinya yang
merosot akibat tingginya tingkat pencucian.

Data Kadar Air


Pujon kidul

Sumberejo

Dau

BB

BK

% Ka

BB

BK

% Ka

BB

BK

% Ka

19 g

16 g

27 %

20g

18g

15 %

20 g

16g

36 %

(termasuk

(termasuk

(termasuk

(termasuk

(termasuk

(termasuk

cawan 5 g) cawan 5 g)

cawan 5 g) cawan 5 g)

cawan 5 g) cawan 5 g)

Pujon Kidul
BBBKo
x 100
Ka =
BKo
=

1411
x 100
11

= 27 %

Sumberejo
BBBKo
x 100
Ka =
BKo
=

1513
x 100
13

= 15 %

Dau
Ka =
=

BBBKo
x 100
BKo
1511
x 100
11

= 36 %

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa kadar air tertinggi pada daerah Dau. Hal ini
dikarenakan pada daerah tersebut dilakukan irigasi tanaman secara teratur, selain itu dengan
pengaturan jarak tanam dapat menyebabkan tajuk tanaman cukup rapat sehingga kelembaban
tanah tetap terjaga. Kadar air terendah pada daerah Sumberejo, saat dilakukan pengamatan,
lahan dalam keadaan bero atau tidak ditanami, sehingga tingkat evaporasi tanah tinggi dan

kelembaban tanah tidak terjaga. Sedangkan pada daerah Pujon Kidul memiliki kadar air yang
sedang, karena tanaman penutup tanah masih banyak dan kelembaban tanah terjaga.

DATA DESKRIPSI TANAH DAN FISIOGRAFIS

Titik 1 Desa Tulung Rejo


Kelerengan

: 50% 26.

Aliran Permukaan

: lambat.

Drainase Alami

: agak lambat.

Permeabilitas

: agak lambat.

Genangan /banjir

: tanpa

Pengelolaaan Air

: Irigasi.

Erosi

: Alur

Bahaya Erosi

: Ringan.

Vegetasi dan penggunaan Lahan : pinus dan jagung


Vegetasi Alami

: Pinus

Vegetasi Spesifik :jagung,rumput.


Nomor Horizon

Kedalaman (cm)

0-30

30-46

46-64

64-104

Batas

Kejelasan

Horizon

Topografi

10 YR 2/2

10 YR 1/2

10 YR 1/2

10 YR 2/4

Lempung

Lempung

Lempung

Lempung

berliat

berliat

liat berdebu

liat berdebu

Remah

Remah

Remah

Remah

Gembur

Lepas

Tidak

Agak

lekat, tidak

lekat,tidak

plastis

plastis.

Warna
Tekstur
Struktur
Lembab
Konsistensi

Lepas
Agak

Basah

lekat, tidak
plastis

Pori

Sangat
gembur
Tidak lekat,
tidak plastis

Halus

Banyak

Sedikit

Sedikit

Sedikit

Sedang

Sedikit

Banyak

Banyak

Banyak

Karatan

Perakaran

Kasar

Sedikit

Sedikit

Jumlah

Ukuran

Jumlah

Banyak

Banyak

Sedang

Biasa

Ukuran

Kasar

Kasar

Kasar

Halus

Penampang profil 1
Klasifikasi
Epipedon

: Molik

Endopedon : Kandik
Ordo

: Andisol

Sub ordo

: Udands

Grup

: Hapludands

Sub grup
:Typic
hapludands

Titik 2 Desa Sumberejo


Kelerengan

: 12 % 8

Aliran Permukaan

: sedang.

Drainase Alami

: baik

Permeabilitas

: sedang

Genangan /banjir

: tanpa

Pengelolaaan Air

:-

Erosi

:-

Bahaya Erosi

: tidak

Vegetasi dan penggunaan Lahan : Tegalan


Vegetasi Alami

: Semak Belukar

Vegetasi Spesifik

:-

Nomor Horizon

Kedalaman (cm)

0-25

25-44

44- 52

Batas

Kejelasan

Horizon

Topografi

10 YR 3/1

10 YR 3/2

10 YR 2/2

Warna

Liat

Tekstur

Berpasir

Struktur
Lembab
Konsistensi

Liat Berpasir
Gumpal

Gumpal

Membulat

Membulat

Membulat

Gembur

gembur

Teguh

lekat, agak

lekat, plastis

plastis

Pori

Karatan

Perakaran

Penampang Profil 2:

Berpasir

Gumpal

Agak
Basah

Liat

Lekat
plastis

Halus

Banyak

Sedikit

Sedikit

Sedang

Sedikit

Banyak

Sedikit

Kasar

Sedang

Sedang

Banyak

Jumlah

Ukuran

Jumlah

Banyak

Sedikit

Banyak

Ukuran

Halus

Halus

Halus

Klasifikasi
Epipedon

: umbrik

Endopedon : Kambik
Ordo

: Inceptisol

Sub ordo

: Udept

Grup

: Dystrudept

Sub grup
:Typic
Dystrudept

Titik 3 Desa Dau


Kelerengan

: 50% 26o

Aliran Permukaan

: Sedang

Drainase Alami

:-

Permeabilitas

: lambat.

Genangan /banjir

: tanpa

Pengelolaaan Air

: Irigasi.

Erosi

: Alur

Bahaya Erosi

: Ringan.

Vegetasi dan penggunaan Lahan : Jeruk


Vegetasi Alami

:-

Vegetasi Spesifik

: jeruk

Nomor Horizon

Kedalaman (cm)

0-28

28-43

43-55

55-80

Batas

Kejelasan

Baur

Baur

Baur

Baur

Horizon

Topografi

Berombak

Berombak

Berombak

Berombak

10 YR 3/3

10 YR 2/2

10 YR 2/2

Lempung

Lempung

Lempung

berliat

berliat

berliat

Remah

Remah

Remah

Teguh

Gembur

Gembur

Gembur

Agak lekat,

Agak lekat,

Agak lekat,

plastis

plastis

plastis.

Warna

Lempung
Tekstur

liat
berpasir

Struktur
Lembab
Konsistensi

Agak
Basah

lekat, agak
plastis

Pori

Karatan

Perakaran

Gumpal
membulat

Halus

Sedang

Kasar

Jumlah

Ukuran

Jumlah

Banyak

Sedikit

Sedikit

Ukuran

Kasar

Kasar

Halus

Penampang profil 3 :

Klasifikasi
Epipedon

: umbrik

Endopedon : Kambik
Ordo

: Inceptisol

Sub ordo

: Udept

Grup

: Dystrudept

Sub grup
:Typic
Dystrudept

Luas
Tanah

Pujon

Sumberejo

Dau

Kedalama
n
0 - 10 cm
10 - 20 cm
20 - 30 cm
0 - 10 cm
10 - 20 cm
20 - 30 cm
0 - 10 cm
10 - 20 cm
20 - 30 cm

Ujung
Jarum
(cm)
a
0.25
0.25
0.25
0.25
0.25
0.25
0.25
0.25
0.25

Kompres
i per

Pengamatan Gaya

Rerata

Ketahanan

(cm)

Gaya

Penetrasi

(cm)

N/cm2

(N/cm)
b

Penetrometer
*Keterangan: 2,5 MPa (Tanah Terganggu)
2.5 Mpa (Tanah Gembur)

100
100
100
100
100
100
100
100
100

8
11
9
3
5
8
12
16
22

2
5
17
2
3
9
11
21
21

Mpa

e
6
1
3
5
5
11
-

5.3
5.7
9.7
3.3
4.3
9.3
11.5
18.5
21.5

2133.3
2266.7
3866.7
1333.3
1733.3
3733.3
4600
7400
8600

2.1
2.2
3.8
1.3
1.7
3.7
4.6
7.4
8.6

Penetrometer tanah digunakan untuk menguji kualitas tanah, seberapa baik tanah
digunakan untuk lahan pertanian, perkebunan, bangunan, jalan, jembatan dan berbagai
aplikasi yang membutuhkan monitoring serta pengukuran kualitas tanah. Menurut Wesley
(1977), dengan menekan atau memukul berbagai macam alat ke dalam tanah, dan mengukur
besarnya gaya atau jumlah pukulan yang diperlukan dapat menentukan dalamnya berbagai
lapisan yang berbeda, dan mendapatkan indikasi mengenai kekuatannya.
Berdasarkan hasil pengamatan pada titik Pujon dan Suberejo berdasarkan kelas
kekuatan penetrasi hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada kedalaman 0-20cm tanah
masih tergolong gembur, namun pada kedalaman 20-30cm tanah mulai terganggu. Sedangkan
pada pada titik pengamatan di Dau, pada kedalam 0-30cm tanahnya terganggu.
Vane Shear Strength
Lokasi
Pujon
Sumberejo
Dau

Pengamatan Gaya (cm)

Mata Van
(Kg/cm)
0.2
0.2
0.2

2
7.5
3.5
8.5

3
9
6
7.5

Rerata
(kg/cm2)

4
8.5
4
9

10.5
6.5
7.7

8.875
5
8.175

Vane Shear Strength berhubungan dengan daya geser tanah, jadi semakin tinggi
nilainya maka daya geser tanah semakin kecil, hal tersebut jika dikaitkan dengan tingkat erosi
maka semakin tinggi skala pada Vane Shear Strength kemungkinan erosi yang terjadi
semakin kecil dan sebaliknya.
Pada hasil perhitungan rerata diperoh hasil pada ketiga titik pengamatan, daya geser
tanah yang paling rendah terdapat pada titik Pujon, karena nilai Vane Shear Strengthnya
tinggi yaitu mencapai 8.875 kg/cm2.. Sedangkan yang mempunyai tingkat kemungkinan erosi
yang tinggi terdapat pada titik Sumberejo dengan rerata 5 kg/cm2.

Вам также может понравиться