Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
menghasilkan
permen
yang
lunak,
dan
suhu
rendah
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dalam praktikum pembuatan brittle, antara lain:
1.
2.
2.1 Candy
Ketaren, (1986) menjelaskan candy sebagai confectionary/candy, yaitu
jenis pangan padat yang terdiri dari gula sebagai komponen utamanya.
Sedangkan Buckle (1987), menjelaskan candy sebagai produk yang dibuat dengan
mendidihkan campuran gula dan air bersama dengan bahan pewarna dan pemberi
rasa sampai tercapai kadar air kira-kira 3%.
Sesudah didihkan sampai mencapai kandungan padatan yang diinginkan
(kurang lebih 150 oC) sirup dituangkan pada cetakan dan dibiarkan tercetak. Suhu
yang digunakan merupakan parameter dari kandungan padatan. Definisi lain
dikemukakan oleh Sudarmanto (1989), yaitu permen
atau
kembang
gula
merupakan jenis makanan berbentuk padat yang dibuat dari gula pasir (sukrosa),
air atau campuran gula pasir dengan bahan-bahan lain.
Candy termasuk dalam jenis makanan berkalori tinggi karena rasanya
manis. Permen sangat miskin akan zat gizi karena kandungan utamanya hanya
gula saja. Sedangkan komponen lainnya seperti flavour atau zat aroma berbagai
macam buah hanya memberikan sensasi seperti mengkonsumsi buah (Novi,
2007). Permen dibuat dengan mencairkan gula di dalam air dengan menggunakan
metode pemanasan.
Perbedaan tingkat pemanasan menentukan jenis permen yang dihasilkan,
yaitu apabila suhu yang digunakan tinggi maka akan menghasilkan permen
keras, suhu sedang menghasilkan permen yang lunak, dan suhu dingin
menghasilkan permen kenyal (Sri, 2009).
Ada berbagai jenis permen yang dikenal saat ini. Secara garis besar
permen dibagi menjadi dua kelompok yaitu hard candy (permen keras) dan soft
candy (permen lunak). Definisi hard candy (permen keras) menurut SNI 3547-12008, yaitu merupakan jenis makanan selingan berbentuk padat, dibuat dari gula
atau campuran gula dengan pamanis lain, dengan atau tanpa penambahan bahan
pangan lain dan bahan tambahan pangan (BTP) yang diijinkan, bertekstur keras,
tidak menjadi lunak jika dikunyah.
bening
serta
mengkilap
mengkonsumsi hard candy dengan soft candy sangat berbeda. Pada hard candy
karena mempunyai tekstur yang keras karena bahan yang digunakan maka permen
tersebut dikonsumsi dengan cara menghisap, sedangkan soft candy memiliki
tekstur yang lunak sehingga dikonsumsi dengan cara dikunyah.
Sih (2015) menyatakan bahwa yang membedakan antara hard candy dan
soft candy adalah bahan yang digunakan. Pada hard candy gula yang digunakan
hampir semua jenis gula, kemudia ditambahkan sedikit flavoring dan pewarna.
Contoh dari hard candy adalah lollipop dan rock candy.
Menurut Anni (2008), hard candy mengalami pemasakan pada suhu antara
140150 C dan menghasilkan produk dengan penampilan bening. Semakin tinggi
suhu yang digunakan untuk pembuatan hard candy maka kekerasannya semakin
tinggi dan kadar air semakizn rendah.
Kristalisasi dalam hard candy akan terjadi secara spontan tetapi dapat
dicegah dengan cara penambahan bahan-bahan penghambat kristalisasi, seperti
sirup glukosa dan gula invert yang tidak dapat mengkristal. Penggunaan bahan
dapat
diatasi
dengan
cara menggunakan
standar mutu hard candy dapat ditentukan berdsarkan spesifikasi dalam SNI yang
membahas tentang candy tahun 2008.
Tabel 1. Standar mutu hard candy
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Parameter
Spesifikasi
Keadaan (bentuk, rasa, bau) Normal
Kadar air (%)
Maks 3,5
Abu total (%)
Maks 2,0
Gula reduksi (%)
Maks 22
Sukrosa (%)
Min 40
Pemanis buatan
(tidak disebutkan)
Pewarna
Yang diizinkan depkes
Cemaran logam
Pb
Maks 1,0
Cu
Maks 5
8.
Zn
Maks 40
Sn
Maks 40
Hg
Maks 0,03
As
Maks 0,1
Cemaran mikroorganisme
ALT
Maks 500
E. coli
Negaif
9.
Salmonella sp.
Negaif
Kapang dan khamir
Maks 50
Staphylococcus aureus
Negatif
Sumber: Badan Standardisasi Nasional, 2008
2. Soft candy
Soft candy adalah jenis permen yang memiliki bentuk padat dengan tekstur
lunak atau dapat menjadi lunak jika dikunyah. Alikonis (1979), mendefiniskan
soft candy sebagai campuran kristal-kristal sukrosa, sirup glukosa, air dan
penambahan bahan pembentuk gel (gelling agent) yang dapat membentuk gel
lunak dan meleleh pada saat dikunyah di mulut, serta terdapat bahan tambahan
seperti flavour dan zat pewarna.
Badan Standardisasi Nasional (2008) menjelaskan bahwa bahan utama
dalam pembuatan soft candy yaitu gula, atau campuran gula dengan pemanis
lain, dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lain dan bahan tambahan
pangan (BTP) yang diijinkan. Sih (2015) menambahkan bahwa bahan tambahan
yang digunakan tidak lebih dari 5%. Contoh dari soft candy adalah marshmallow
dan nougat.
Lukas et al, (2011), menyatakan bahwa proses pengolahan soft candy
terdapat 4 tahap yaitu pencampuran bahan, pemanasan, pendinginan dan
pencetakan. Permen jenis ini memiliki kadar air yang relative tinggi, yaitu antara
6 8 %. Ciri khas utama yang dimiliki soft candy yaitu mempunyai tekstur yang
lunak atau chewy, dapat digigit dan tidak lengket di gigi sewaktu dikunyah.
Oleh karena itu, soft candy mudah dibentuk dengan menggunakan tekanan
sehingga diperoleh permen dengan berbagai ragam bentuk yang menarik. Tekstur
chewy tersebut didapat dengan cara penambahan bahan pangan seperti lemak,
gelatin, emulsifier dan bahan tambahan lainnya namun penggunaanya tidak
melebihi 5%.
Salah satu parameter mutu yang sangat berperan dalam karateristik soft
candy adalah tekstur dengan sensasi kenyal, keras, lembut, empuk, atau alot dan
lengket, halus atau kasar berpasir, dan lainnya. Tekstur yang dihasilkan sangat
ditentukan oleh struktur kristal yang terbentuk, yang dapat dikendalikan dengan
cara mengatur komposisi bahan pada tahap pembuatannya.
2.2.2 Berdasarkan tekstur
Berdasarkan teksturnya candy dapat dibagi menjadi dua kalsifikasi yaitu
candy kristalin dan candy amorf (tidak terbentuk kristal). Pada candy kristalin,
sukrosa merupakan bahan baku utama dalam pembuatan semua jenis permen
berkristal. Anni (2008), menambahkan bahwa permen kristalin biasanya
mempunyai rasa yang khas dan apabila dimakan terdapat rasa krim yang
mencolok.
Edi dan Nany (2007) menjelaskan bahwa perbandingan komposisi
pemanis sangat menentukan tingkat kekerasan dan kemanisan dari permen
tersebut. Komposisi sukrosa yang terlalu tinggi menghasilkan permen yang keras.
Kristal akan tersuspensi dalam larutan gula jenuh dan terbentuk pada proses
kristalisasi ketika pemberian panas dihentikan.
Candy kristalin memiliki dua ukuran kristal, yaitu ukuran besar dan kecil.
Ukuran besar akan tampak seperti kaca, contohnya adalah rock candy. Sedangkan
ukuran kecil akan bertekstur halus dan mudah patah, contohnya adalah fondant
dan fudge. Pendinginan campuran gula untuk candy kristalin harus lebih lambat
atau pendinginannya tidak boleh terganggu.
Soft candy (permen lunak) menurut SNI 3547-2-2008 adalah makanan
selingan berbentuk padat, dibuat dari gula atau campuran gula dengan pemanis
lain, dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lain dan bahan tambahan
pangan (BTP) yang diijinkan, bertekstur relatif lunak atau menjadi lunak jika
dikunyah. Tidak seperti permen keras yang hanya terdiri dari satu jenis permen,
permen lunak terdiri dari beberapa jenis permen.
Candy amorf merupakan permen tanpa pola kristal. Permen ini meliputi
beberapa tipe seperti: 1) Chewy amorphous candies (karamel dan Taffies); 2)
Candy amorf keras (Brittle); dan 3) Gummy amorphous (Marshmallows dan
gumdrops).
senyawa
kimia
yang
termasuk
golongan
mengalami
sukrosa
sebagai
bahan
utama
pembuatan
permen
adalah
kelarutannya. Bila larutan sukrosa 80% dimasak hingga 109,6C dan kemudian
didinginkan hingga 20C, maka 66,7% sukrosa akan terlarut dan 13,3%
terdispersi. Bagian sukrosa yang terdispersi ini akan menyebabkan proses
kristalisasi.
Dengan demikian, dalam penggunaannya sukrosa harus diatur secara tepat.
Konsentrasi yang terlalu tinggi dapat menyebabkan terjadinya kristalisasi yang
terlalu rendah (<75%) dapat menyebabkan pertumbuhan kapang dan khamir
(Jackson, 1995). Sukrosa memiliki tingkat kemanisan paling tinggi dan
memiliki dampak negatif bagi tubuh bila dikonsumsi dalam jumlah berlebih,
sebagai contoh penyakit yang dapat ditimbulkan adalah kegemukan dan karies
gigi (Ramadhan, 2012).
2.3.2 Air
Fungsi utama air adalah melarutkan sukrosa. Oleh karena itu sering
digunakansukrosa dalam bentuk halus agar kelarutan sukrosa dapat berjalan cepat.
Air yang dipergunakan harus memenuhi syarat sebagai air minum. Nilai pH air
juga harus diperhatikan. Jika pH asam dapat menyebabkan inversi sukrosa dan
warna gelap, sedangkan jika pH alkali (basa) dapat menyebabkan berkerak (Anni,
2008).
2.3.3 Sirup Glukosa
Fungsi utama dari sirup glukosa dalam pembuatan hard candy adalam
membentuk tekstur permen dan untuk mengontrol kristalisasi gula, sehingga
dihasilkan penampakan permen yang bening. Hal tersebut terjadi karena saat
pemasakan pada suhu tinggi, glukosa dapat mengurangi pembentukan butiran ari
kristal gula yang menyebabkan permen menjadi keruh. Selain itu glukosa juga
dapat mengatur tingakat kemanisan hard Candy. Sirup glukosa juga dapat
berpengaruh terhadap viskositas dan hgrokopistas produk akhir (Lees dalam
Ramadhan, 2012)
2.3.4
Kacang-kacangan
Kacang-kacangan dan buah-buahan dapat digunakan sebagai bahan dasar
untuk pembuatan produk candy yang termasuk kedalam jenis candy crystaline dan
non crystaline yang dapat di jual untuk usaha candy. Buah-buahan yang dapat
digunakan untuk produk candy yaitu buah yang dikeringkan seperti kismis, buah
yang sudah diawetkan dengan cara dimanisan seperti cherry dan buah yang masih
segar seperti strawberry. Jenis kacang yang dapat digunakan untuk pembuatan
candy yaitu diantaranya kacang kenari, hanzelnuts, peanut, pecan, pine nuts,
pistachio dan walnut (Nikmawati,2008)
2.3.5 Butter (Mentega)
Butter adalah emulsi cair dalam minyak dengan komposisi kira-kira 85%
lemak susu, 13% air, 1% protein dan 1% garam (Ketaren dalam Suseno, 2008).
Fungsi mentega dalam pembuatan brittle candy adalah sebagai pemberi flavour
yang khas dan lebih cepat teremulsi (Minifie dalam Suseno, 2008). Butter
digunakan untuk mendapatkan rasa yang spesifik.
Jika butter dihilangkan maka produk yang dihasilkan akan menjadi keras,
mudah melekat, dan sulit untuk menjadi kenyal (chewy), selain itu juga
berpengaruh terhadap flavor. Butter ditambahkan 2-3C sebelum suhu akhir
tercapai untuk mendapatkan hasil yang lebih baik (Meiners dalam Suseno, 2008).
Mentega mengandung energi sebesar 725 kilokalori, protein 0,5 gram, karbohidrat
1,4 gram, lemak 81,6 gram, kalsium 15 miligram, fosfor 16 miligram, dan zat besi
1 miligram
.
2.4 Sifat-sifat Gula
Gula dalam pembuatan candy mempunyai sifat-sifat yaitu:
1.
Sweetnes and flavour, karena tidak ada tes secara alami atau kimia untuk
menentukan rasa manis, maka hanya dapat diukur melalui rasa.
2.
3.
Solubility dan Crystallization, perbedaan kemampuan melarutkan dari jenisjenis gula dapat digunakan untuk mengontrol pengkristalan dalam
hasil
produksi yang memerlukan jumlah gula yang lebih banyak. Gula yang
digunakan untuk produk candy dalam usaha candy memiliki rasa yang
manis, bila dipanaskan akan membentuk caramel, bila dipanaskan dengan
protein akan membentuk gumpalan-gumpalan berwarna gelap yang disebut
dengan melanoidin dan gula dapat mudah larut dalam air panas dibandingkan
dengan air dingin (Nikmawati, 2008).
113116
Fondant, Fudge,
penuche
Caramels
Hard
Ball
121129
Soft
Crack
132143
Divinity,
Marsmellows,
Popcorn Ball
Butterscoutch, Taffy
Hard
Crack
149154
Brittles, Glace
Caramel
160177
Karamel
oleh enzim fenol oksidase atau polifenol oksidase. Kedua enzim ini dapat
mengkatalis reaksi oksidasi senyawa fenol (misalnya katekol) yang dapat
menyebabkan perubahan warna menjadi coklat. Dalam bahan pangan, seperti
apel, pisang dan kentang kelompok enzim oksidase tersebut dan senyawa fenol
tersedia secara alami. Enzim oksidase akan reaktif dengan adanya oksigen, ketika
bahan pangan tersebut terkelupas atau terpotong, maka bagian dalam permukaan
akan terpapar oleh oksigen, sehingga akan memicu reaksi oksidasi senyawa fenol
dan merubah permukaan bahan pangan menjadi coklat (Feri dalam Wiranda,
2011).
2.
Mentega
Pengolesan
Cetakan siap
digunakan
Pada pembuatan brittle tahapan yang dilakukan yaitu proses preparasi
loyang, hal ini bertujuan untuk mencetak adonan brittle yang sudah matang.
Preparasi cetakan dilakukan sebelum adonan matang, sebab jika dilakukan saat
adonan sudah masak, adonan akan mengeras pada panci. Loyang terlebih dahulu
dilakukan pengolesan dengan mentega di keseluruh sisi loyang, fungsinya agar
adonan tidak lengket ketika dilakukan pencetakan. Setelah dilakukan pengolesan
cetakan siap digunakan untuk mencetak brittle.
3.2.2
suhu 145 oC
suhu 125 oC
suhu 150 oC
suhu 130 oC
Pengadukan
Dinginkan
Pengamatan
Suhu 130 oC
Nama
Perlakuan Suhu
150 C
130 C
Rizqi Ridha J
Mawar
Yusuf Ali F
Amelia Robby
Ikhwan Samsul H
Moh. Mardiyanto
Novila Santi L
10
Melati
Jumlah
39
31
Rata-Rata
3,9
3,1
Nama
Perlakuan Suhu
150C
130C
Rizqi Ridha J
Mawar
Yusuf Ali F
Amelia Robby
Ikhwan Samsul H
Moh. Mardiyanto
Novila Santi L
10
Melati
Jumlah
31
34
Rata-Rata
3,1
3,4
Nama
Perlakuan Suhu
150C
130C
Rizqi Ridha J
Mawar
Yusuf Ali F
Amelia Robby
Ikhwan Samsul H
Moh. Mardiyanto
Novila Santi L
10
Melati
Jumlah
40
24
Rata-Rata
2,4
4.2 Pembahasan
Pada praktikum pembuatan brittle candy dengan perlakuan suhu pemanasan
yang berbeda akan menghasilkan karakteristik produk yang berbeda pula baik dari
segi tekstur, warna, rasa dan aromanya.
4.2.1. Pengujian Tekstur Brittle
Parameter mutu yang penting dalam permen adalah tekstur yang merupakan
jumlah beberapa sifat fisik termasuk densitas, kekerasan, plastisitas atau elestisitas
dan konsistensi. Sifat-sifat tersebut bervariasi dalam jenis permen yang berbeda.
Berdasarkan pengamatan tekstur brittle yang dibuat dengan suhu pemanasan 150
C dan 130 C menunjukkan hasil yang berbeda. Brittle dengan peemanasan suhu
150 C memiliki tekstur yang keras dan rapuh, sedangkan brittle dengan suhu
pemanasan 130 C memiliki tekstur yang lengket (sticky) dan ulet.
Hal ini disebabkan karena suhu pemanasan yang tinggi menyebabkan
berkurangnya atau teruapkannya kadar air dan senyawa-senyawa organik pada
digunakan untuk membuat permen agar kadar air mencapai kira-kira 3 persen
adalah 150C sehingga menghasilkan kandungan air yang rendah (1 3%),
membentuk supersaturated non crystaline solution yang menghasilkan glassy
tekstur bentukkan menyerupai glass yang bening dan tekstur yang keras, serta
memiliki kelembaban relatif dibawah 30%.
Tekstur keras sangat dipengaruhi oleh penambahan gula dan suhu yang
digunakan. Semakin besar konsentrasi gula yang ditambahkan maka reaksi
karamelisasi akan tercapai. Semakin tinggi suhu maka banyak air yang diuapkan
sehingga konsentrasi gula semakin pekat menyebabkan tekstur permen yang
keras, rapuh, dan mudah retak(Moore dan Dial, 1997).
Sementara pada perlakuan pemanasan dengan suhu 130 oC mempunyai
tekstur yang lengket dan alot ketika dikunyah (menempel di gigi). Menurut
litelatur lengket pada permen hard candy dikarenakan adonan akan mengalami
lewat jenuh sehingga karbohidrat pada gula tidak stabil.
4.2.2. Rasa
Rasa merupakan parameter yang penting dalam
pembuatan permen.
Biasanya, semakin manis suatu permen, rasanya akan semakin disukai oleh
konsumen.
pemanasan ini dianalisis bedasarkan kesukaan panelis. Uji kesukaan terhadap rasa
ini dilakukan pada 10 orang panelis. Parameter yang diamati adalah rasa. Semakin
enak (manis) rasa dari Brittle Candy, semakin tinggi nilainya. Nilai karakteristik
organoleptik rasa dapat dilihat pada Gambar 1.
Rata-Rata Kesukaan
Panelis terhadap Rasa
5
4
3
2
1
0
Brittle suhu 150 C
Brittle suhu 130 C
Perlakuan Pemanasan
4.2.3. Aroma
Aroma merupakan faktor yang sangat penting untuk menentukan tingkat
penerimaan konsumen terhadap suatu produk, sebab sebelum dimakan. Menurut
Winarno (2002), bahwa aroma yang enak dapat menarik perhatian konsumen dan
kemungkinan besar memiliki rasa yang enak pula sehingga konsumen lebih
cenderung menyukai makanan dari aromanya.
Pengujian tingkat kesukaan panelis terhadap nilai organoleptik aroma brittle
diperoleh dengan pengujian skoring kepada 10 panelis agak terlatih, kemudian
dihitung intensitas aroma brittle yang dihasilkan. Rentang skor yang disajikan
berkisar skor 1 (sangat tidak karamel) sampai 5 (sangat karamel) Nilai dari
Rata-Rata Kesukaan
Panelis terhadap Aroma
3,5
3,4
3,3
3,2
3,1
3
2,9
Brittle suhu 150 C
Brittle suhu 130 C
Perlakuan pemanasan
4.2.4. Warna
Warna pada permen berperan penting dalam memperbaiki kenampakan
pada permen. Biasanya, semakin gelap (mengkilap) warna suatu permen, akan
semakin disukai oleh konsumen. Perbedaan warna dari brittle yang dibuat dengan
perbedaan suhu pemanasan ini dianalisis bedasarkan kesukaan panelis. Parameter
yang diamati adalah warna. Rentang skor yang disajikan berkisar antara skor 1
sampai 5 Semakin gelap (mengkilat) warna dari brittle, semakin tinggi nilainya.
dihasilkan
semakin
gelap
(coklat).
Suhu
yang
digunakan
akan
dan
terbentuk
5-hidroksi-metil-2-furfural,
metil
glioksil,
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum pengolahan komoditi perkebunan hilir tebu brittle
candy dapat disimpulkan bahwa:
1. Brittle merupakan jenis permen yang tergolong hard candy dan tergolong
candy amorf dengan suhu pemananasan berkisar antara 149 154 oC
(hard crack), biasanya menggunakan kacang sebagai bahan tambahan.
2. Brittle dengan perlakuan suhu pemanasan 150oC memiliki tingkat
kerapuhan yang tinggi dan brittle dengan perlakuan suhu pemanasan
130oC menghasilkan tekstur lengket dan sticky.
3. Perlakuan pemanasan 150 oC memiliki rerata kesukaan panelis tertinggi
baik tekstur (rapuh), warna (4,0) dan rasa (3,9), sedangkan aroma yang
dihasilkan panelis lebih menyukai 130oC
5.2 Saran
Pada proses pembuatan brittle dibutuhkan ketelitian yang tinggi dalam
membaca termometer, selain itu juga harus sesuai dengan step pembuatan yang
telah ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
Publishing
Badan Standarisasi Nasional. 2008. Syarat Mutu Permen Keras (SNI 3547.022008). Jakarta: BSN
Buckle, K.A., R.A. Edward, G.h. Fleet dan M. Wooton, 2009. Ilmu Pangan.
Diterjemahkan oleh Purnomo dan Adiono. Penerbit Universitas Indonesia,
Jakarta.
Edi,
S.
dan
Nany.
2007.
Pengaruh
komposisi
Pemanis
Harun, Noviar, Rahmayuni dan Sitepu, Yucha Eklesia. 2013. Penambahan Gula
Kelapa dan Lama Fermentasi Terhadap Kualitas Susu Fermentasi Kacang
Merah (Phaesolus Vulgaris L.)Program Studi Teknologi Hasil Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Riau, Pekanbaru
Temulawak
Novi. 2007. Permen Makanan Kecil yang Sangat Disukai Anak-anak tetapi
Miskin
Zat
Gizi.
http://www.dradio1034fm.or.id/detail
php?id=393
Suseno, T. I. P., Nita F., Netty K. 2008. Pengaruh Penggantian Sirup Slukosa
dengan Sirup Sorbitol dan Penggantian Butter dengan Salatrim terhadap
Zulfahnur, Rina N., Tito T., Dewi A. 2009. Mempelajari Pengaruh Reaksi
Pencoklatan Enzimatis pada Buah dan Sayur. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.