Вы находитесь на странице: 1из 24

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Pajak yang kita bayarkan seyogyanya harus di kelola dengan baik. mengabaikan hal ini

menjadikan perusahaan akan mengalami kerugian arus kas. meski secara financial tidak
mengalami perbedaan. karena arus kas bagi perusahaan sangat penting untuk menjaga
likuiditas perusahaan. manajemen pajak dimaksudkan agar kita bisa membayar pajak sesuai
aturan dan tepat waktu. bertindak efisien dalam setiap pembayaran yang kita lakukan.
Bagaimana kita mengatur waktu yang tepat sehingga pembayaran pajak kita tidak
menjadikan restitusi di kemudian hari. restitusi berarti kita harus menyiapkan waktu yang
cukup untuk melayani petugas pajak untuk mengecek kebenaran jumlah yang kita restitusi
tersebut. Kalaupun harus restitusi, berarti kita harus menyiapkan dokumen-dokumen yang
dibutuhkan untuk proses tersebut. Biasanya uang yang terlanjur kita bayarkan dan berada di
kas negara akan memerlukan waktu untuk dikembalikan ke brankas kita.
Tax Planning adalah Perencanaan Pajak sebagai bagian dari Fungsi Manajemen
(Planning, Organizing, Stafing, Directing / Actuating, Controlling) dalam melaksanakan
Kewajiban Perpajakan dengan Tehnik dan Strategi mengatur Akuntansi dan Keuangan
Perusahaan untuk Penghematan Pajak tanpa melanggar Peraturan Perundang-undangan
Perpajakan yang berlaku (In Legal Way, terhindar dari Tax Evasion / Penyelundupan Pajak,
terhindar dari Illegal Tax Avoidance / Penghindaran Pajak Illegal antara lain dengan
menghitung, memperhitungkan, menyetor dan melapor Pajak Terutang sesuai ketentuan yang
berlaku dan membayar serta melunasinya sebelum tanggal jatuh tempo sehingga terhindar
dari Sanksi Perpajakan.
Latar belakang perlunya Tax Planning adalah melakukan penghematan pajak secara
legal sebagai akibat:
1. Kerumitan Peraturan Per UU Perpajakan
Semakin rumit peraturan per UU Perpajakan yang berlaku maka terdapat
kecenderungan biaya untuk mematuhinya (complince cost) semakin tinggi. Untuk
mendapatkan Tax Compliance dengan biaya murah diperlukan Tax Planning antara
lain dengan merekrut tenaga yang ahli di bidang tersebut.
2. Makin besarnya jumlah Pajak terutang

Strategi Perencanaan dan Manajemen Perpajakan

Makin besarnya jumlah Pajak terutang akibat kekeliruan dan kesalahan dalam
menghitung, memperhitungkan, menyetor dan melaporkan Pajak dapat dihindarkan
dengan meminimais kekeliruan dan kesalahan yang terjadi.
3. Tingginya Biaya Negosiasi
Wajib Pajak kadang-kadang perlu melakukan Negosiasi untuk mengurangi jumlah
Pajak terutang akibat kekeliruan dalam menghitung, memperhitungkan, menyetor dan
melapor pajak, dan biaya negosiasi umumnya relatif tinggi. Tax Planning dapat
dilakukan dengan Tax Litigation yaitu menyelesaikan perselisihan perpajakan sesuai
ketentuan yang berlaku antara lain mengajukan Keberatan, Banding, Peninjauan
Kembali
4. Risiko Pembinaan Otoritas Pajak
Dalam rangka meminimais risiko pembinaan otoritas Pajak berupa Pemeriksaan Pajak
maka Perencanaan Pajak perlu dilakukan dalam melaksanakan kewajiban perpajakan
sebagai kewajiban kenegaraan harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku sehingga
tidak mengundang otoritas pajak untuk melakukan Pemeriksaan Pajak. Upaya yang
dapat dilaksanakan antara lain dengan melakukan Tax Research.
5. Sanksi Perpajakan dan moral hazard
Tax Planning diperlukan dalam rangka menghindar dari terkena Sanksi Perpajakan
yang berisiko berat dari segi material dan moral dengan cara memahami peraturan
perpajakan yang berlaku secara bulat dan utuh serta mengupayakan agar tidak salah
tafsir.

Strategi Perencanaan dan Manajemen Perpajakan

BAB II
LANDASAN HUKUM DAN LANDASAN TEORI
2.1

Manajemen Pajak
Upaya untuk melakukan penghematan pajak secara legal dapat dilakukan melalui
manajemen pajak. Sophar Lumbantoruan ( Erly 2001 : 6) mendefinisikan bahwa
manajemen pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan
benar tetapi jumlah pajak dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan
likuiditas yang diharapkan.
Tujuan manajemen pajak dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. menerapkan peraturan perpajakan secara benar;
b. usaha efisiensi untuk mencapai laba dan likuiditas yang seharusnya.
Tujuan dari manajemen pajak dapat dicapai melalui fungsi-fungsi manajemen pajak
yang terdiri dari:
1. perencanaan pajak (tax planning);
2. pelaksanaan kewajiban perpajakan (tax implementation);
3. pengendalian pajak (tax control).

A. Perencanaan Pajak
Perencanaan pajak adalah langkah awal dalam manajemen pajak. Pada tahap ini
dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan, dengan maksud dapat
diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya penekanan
perencanaan pajak adalah untuk meminimumkan kewajiban pajak.
B. Pelaksanaan Kewajiban Perpajakan
Apabila pada tahap perencanaan pajak telah diketahui faktor-faktor yang akan
dimanfaatkan untuk melakukan penghematan pajak, maka langkah selanjutnya adalah
mengimplementasikannya baik secara formal maupun material. Harus dipastikan bahwa
pelaksanaan kewajiban perpajakan telah memenuhi peraturan perpajakan yang berlaku.
Manajemen pajak tidak dimaksudkan untuk melanggar peraturan dan jika dalam
pelaksanaannya menyimpang dari peraturan yang berlaku, maka praktik tersebut telah
menyimpang dari tujuan manajemen pajak.

Strategi Perencanaan dan Manajemen Perpajakan

Untuk dapat mencapai tujuan manajemen pajak ada dua hal yang perlu dikuasai dan
dilaksanakan, yaitu:
a. memahami ketentuan peraturan perpajakan;
b. menyelenggarakan pembukuan yang memenuhi syarat.
Dengan memperhatikan hal tersebut, pelaksanaan atas perencanaan PPN dapat
dilakukan sebagai berikut:
a. Melakukan pengkreditan seluruh Pajak Masukan dan hanya menerima Faktur
Pajak yang memenuhi syarat sebagai Faktur Pajak Standar untuk dijadikan
sebagai Pajak Masukan.
b. Pembuatan Faktur Pajak dilakukan pada akhir bulan berikutnya setelah bulan
terjadinya penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang
dilakukan secara kredit.
c. Nota Retur yang diterima perlu diamati dengan cermat jangan sampai Nota Retur
tersebut tidak memenuhi syarat sebagai Nota Retur lengkap.
C. Pengendalian Pajak
Pengendalian pajak merupakan langkah akhir dalam manajemen pajak. Pengendalian
pajak bertujuan untuk memastikan bahwa kewajiban pajak telah dilaksanakan sesuai dengan
yang telah direncanakan dan telah memenuhi persyaratan formal maupun material.
Pengendalian pajak dapat dilakukan melalui penelaahan pajak (tax review).
Dengan memperhatikan contoh di atas, pengendalian pajak dapat dilakukan sebagai
berikut:
a. Melakukan review atas pengkreditan Pajak Masukan apakah Faktur Pajak yang
diterima memenuhi syarat sebagai Faktur Pajak Standar.
b. Melakukan review apakah Faktur Pajak telah dibuat dan dilaporkan tepat waktu.
c. Melakukan review apakah retur yang telah dicatat dan dilaporkan telah benar, baik
secara formal maupun materi.
2.2

Perencanaan Pajak (Tax Planning)


Pada umumnya, perencanaan pajak (tax planning) merujuk kepada proses merekayasa

usaha dan transaksi Wajib Pajak agar utang pajak berada dalam jumlah yang minimal, tetapi
masih dalam bingkai peraturan perpajakan. Namun demikian, perencanaan pajak juga dapat
diartikan sebagai perencanaan pemenuhan kewajiban perpajakan secara lengkap, benar, dan
tepat waktu sehingga dapat secara optimal menghindari pemborosan sumber daya.
Strategi Perencanaan dan Manajemen Perpajakan

Pengertian Perencanaan Pajak dapat pula diartikan sebagai proses mengorganisasi


usaha wajib pajak atau kelompok wajib pajak sedemikian rupa,sehingga utang pajaknya, baik
pajak penghasilan maupun pajak-pajak lainnya, berada dalam posisi yang paling minimal,
sepanjang hal ini dimungkinkan baik oleh ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan maupun secara komersial.
Perencanaan pajak merupakan langkah awal dalam manajemen pajak. Manajemen
pajak itu sendiri merupakan sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar,
tetapi jumlah pajak yang dibayarkan dapat ditekan seminimal mungkin untuk memperoleh
laba dan likuiditas yang diharapkan. Langkah selanjutnya adalah pelaksanaan kewajiban
perpajakan (tax implementation) dan pengendalian pajak (tax control). Pada tahap
perencanaan pajak ini, dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan.
Tujuannya adalah agar dapat dipilih jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan.
Pada umumnya, penekanan perencanaan pajak (tax planning) adalah untuk meminimimalisasi
kewajiban pajak.
Perencanaan pajak merupakan tindakan penstrukturan yang terkait dengan konskwensi
potensi pajak, yang tekanannya kepada pengendalian setiap transaksi yang ada konskwensi
pajaknya Tujuannya adalah bagaimana pengendalian tersebut dapat mengefisienkan jumlah
pajak yang akan ditransfer ke Pemerintah, melalui apa yang disebut sebagai penghindaran
pajak (tax avoidance) dan bukan penyelundupan pajak (tax evasion) yang merupakan tidak
pidana fiskal yang tidak akan ditoleransi.
Walaupun kedua cara tersebut mempunyai konotasi yang sama sebagai tindakan
kriminal, namun suatu hal yang jelas berbeda disini, bahwa tax avoidance adalah perbuatan
legal yang masih dalam ruang lingkup pemajakan dan tidak melanggar ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, sedang penyelundupan pajak jelas-jelas merupakan
perbuatan ilegal yang melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Motivasi dilakukannya Perencanaan Pajak
Ada 3 unsur perpajakan yang memotivasi dilakukannya perencanaan pajak:
1. Kebijaksanaan Perpajakan (Tax Policy)
Kebijaksanaan perpajakan merupakan alternatif dari berbagai sasaran yang hendak
dituju dalam sistem perpajakan.
Faktor yang mendorong dilakukannya suatu perencanaan pajak, yaitu:

Pajak yang akan dipungut


Strategi Perencanaan dan Manajemen Perpajakan

Siapa yang akan dijadikan subjek pajak

Apa saja yang merupakan objek pajak

Berapa besarnya tarif pajak

Bagaimana prosedurnya

2. Undang-undang Perpajakan (Tax Law)


Kita menyadari bahwa kenyataannya di manapun tidak ada undang-undang yang
mengatur setiap permasalahan secara sempurna, maka dalam pelaksanaannya selalu
diikuti oleh ketentuan-ketentuan lain (Peraturan Pemerintah Keputusan Presiden,
Keputusan Menteri Keuangan dan Direktur Jendral Pajak), maka tidak jarang
ketentuan pelaksanaan tersebut bertentangan dengan Undang-undang itu sendiri karena
disesuaikan dengan kepentingan pembuat kebijaksanaan dalam mencapai tujuan lain
yang ingin dicapainya.
3. Administrasi Perpajakan (Tax Administration)
Secara umum motivasi dilakukannya perencanaan pajak adalah memaksimalkan
laba setelah pajak karena pajak itu ikut mempengaruhi dalam pengembalian keputusan
atas suatu tindakan dalam operasi perusahaan untuk melakukan investasi dengan cara
menganalisis secara cermat dan memanfaatkan peluang atau kesempatan yang ada
dalam ketentuan peraturan yang sengaja dibuat oleh pemerintah untuk memberikan
perlakuan yang berbeda atas objek yang secara ekonomi hakikatnya sama (karena
pemerintah mempunyai tujuan lain tertentu) dengan memanfaatkan:

Perbedaan tarif pajak (Tax Rates)

Perbedaan perlakuan atas objek pajak sebagai dasar pengenaan pajak


(Tax Base)

Loopholes, Shelters dan Havens

Terdapat 3 hal yang harus diperhatikan dalam suatu perencanaan pajak, yaitu:
1. Tidak melanggar ketentuan perpajakan. Bila suatu perencanaan pajak ingin
dipaksakan dengan melanggar ketentuan perpajakan, buat Wajib Pajak merupakan
resiko yang sangat berbahaya dan mengancam keberhasilan perencanaan pajak
tersebut.
2. Secara bisnis masuk akal, karena perencanaan pajak itu merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari perencanaan menyeluruh perusahaan baik jangka panjang
Strategi Perencanaan dan Manajemen Perpajakan

maupun jangka pendek, maka perencanaan pajak yang tidak masuk akal akan
memperlemah perencanaan itu sendiri.
3. Bukti-bukti pendukungnya memadai, misalnya dukungan perjanjian, faktur, dan
juga perlakuan akuntansinya.
Sebagai contoh, perencanaan PPN dapat dilakukan sebagai berikut:
Memaksimalkan PPN Masukan yang dapat dikreditkan, perusahaan sebaiknya
memperoleh Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak dari Pengusaha Kena
Pajak, supaya Pajak Masukannya dapat dikreditkan. Perusahaan perlu
mengamati dengan cermat jangan sampai terdapat Pajak Masukan yang belum
dikreditkan lagi dan juga jangan sampai Faktur Pajak yang diterima tidak
memenuhi syarat sebagai Faktur Pajak Standar.
Dalam hal penjualan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang
pembayarannya belum diterima, pembuatan Faktur Pajak bisa ditunda sampai
akhir bulan berikutnya setelah penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa
Kena Pajak.
Dalam hal terjadi retur penjualan, harus diiringi dengan Nota Retur yang
memenuhi syarat sebagai Nota Retur lengkap sehingga PPN dan atau PPn BM
atas retur dapat mengurangi jumlah PPN dan PPn BM yang telah dipungut
pada masa diterimanya Nota Retur.
2.3

Manajemen Perpajakan yang Ekonomis, Efisien, dan Efektif


Untuk dapat meminimalisasi kewajiban pajak, dapat dilakukan berbagai cara, baik yang

masih memenuhi ketentuan perpajakan (lawful) maupun yang melanggar peraturan


perpajakan (unlawful), seperti tax avoidance dan tax evasion.
Perencanaan pajak umumnya selalu dimulai dengan meyakinkan apakah suatu transaksi
atau kejadian mempunyai dampak perpajakan. Apabila kejadian tersebut mempunyai dampak
pajak, apakah dampak tersebut dapat diupayakan untuk dikecualikan atau dikurangi jumlah
pajaknya. Selanjutnya, apakah pembayaran pajak tersebut dapat ditunda.

Strategi Perencanaan dan Manajemen Perpajakan

Pada dasarnya, perencanaan pajak harus memenuhi syarat-syarat berikut: (1) tidak
melanggar ketentuan perpajakan, (2) secara bisnis dapat diterima, dan (3) bukti-bukti
pendukungnya memadai.
2.4

Aspek-aspek dalam Tax Planning


a. Aspek Formal dan Administratif
Kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP) dan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP);
Menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan;
Memotong dan/atau memungut pajak;
Membayar pajak;
Menyampaikan Surat Pemberitahuan.
b. Aspek Material
Basis penghitungan pajak adalah objek pajak. Dalam rangka optimalisasi
alokasi sumber dana, manajemen akan merencanakan pembayaran pajak
yang tidak lebih dan tidak kurang. Untuk itu, objek pajak harus dilaporkan
secara benar dan lengkap.

2.5

Tahapan Tax Planning


1. Menganalisis informasi yang ada (analyzing the existing data base).
2. Membuat satu atau lebih model kemungkinan jumlah pajak (designing
one or more possible tax plans).
3. Mengevaluasi pelaksanaan perencanaan pajak (evaluating a tax plan)
4. Mencari kelemahan dan memperbaiki kembali rencana pajak (debugging
the tax plans).
5. Memutakhirkan rencana pajak (updating the tax plan)

2.6

Strategi Umum Perencanaan Pajak


a. Tax saving
Tax saving merupakan usaha memperkecil jumlah utang pajak, melalui
transaksi/perbuatan

yang tidak termasuk dalam ruang lingkup pemajakan. Dapat

Strategi Perencanaan dan Manajemen Perpajakan

diartikan pula sebagai upaya efisiensi beban pajak melalui pemilihan alternatif
pengenaan pajak dengan tarif yang lebih rendah.
Contoh : Imbalan Natura bagi Karyawan yang tidak boleh di biayakan di ubah
menjadi Tunjangan yang dapat di biayakan sebagai Obyek PPh Pasal 21. Tunjangan
Natura sebagai Obyek PPh pasal 21 pada umumnya terkena Tarif antara 5% - 10%
tetapi Imbalan Natura yang tidak boleh di biayakan di dalam Perusahaan WP Badan
yang mencapai Laba di atas Rp. 200 juta akan terkena Koreksi Fiskal dalam lapisan
Tarif 30%.
b. Tax avoidance
Tax avoidance merupakan usaha memperkecil jumlah utang pajak, dengan
memanipulasi secara legal atas penghasilannya dengan cara mengeksploitir
celah-celah yang terdapat dalam, ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.Dapat diartikan pula sebagai upaya efisiensi beban pajak dengan
menghindari pengenaan pajak melalui transaksi yang bukan merupakan objek
pajak.
Contoh : Legal Avoidance/Penghindaran Pajak secara legal antara lain untuk
menghindarkan PPh Pasal 22 FINAL BBM dan PPN Premium dilakukan dengan cara
tidak membeli BBM Premium, diganti dengan energi batubara yang diambil dari
sumbernya yang bebas dari PPN dan tidak melalui pembayaran Pemungutan PPh
Pasal 22 Industri.
Contoh Lainnya : Perusahaan yang masih mengalami kerugian, perlu
mengubah tunjangan karyawan dalam bentuk uang menjadi pemberian natura
karena natura bukan merupakan objek pajak PPh Pasal 21. Dengan demikian,
terjadi penghematan pajak antara 5%-35%.
c. Menghindari Pelanggaran Atas Peraturan Perpajakan
Menghindarkan pelanggaran terhadap peraturan perpajakan dapat dilakukan
dengan cara berusaha menguasai peraturan perpajakan yang berlaku sehingga terhindar
dari Sanksi Perpajakan dan sejenisnya.
d. Menunda pembayaran kewajiban pajak
Menunda pembayaran kewajiban pajak tanpa melanggar peraturan yang berlaku
dapat dilakukan melalui penundaan pembayaran PPN. Penundaan ini dilakukan
dengan menunda penerbitan faktur pajak keluaran hingga batas waktu yang
diperkenankan, khususnya untuk penjualan kredit. Dalam hal ini, penjual
Strategi Perencanaan dan Manajemen Perpajakan

dapat menerbitkan faktur pajak pada akhir bulan berikutnya setelah bulan
penyerahan barang.
e.

Hindarkan Lebih Bayar Akibat Salah Tulis / Salah Hitung


Lebih Bayar akibat salah tulis dan salah hitung akan mengakibatkan risiko

Pemeriksaan Pajak yang berdampak kepada penyisihan waktu kantor yang berharga
untuk kegiatan bisnis harus disediakan untuk pelayanan bagi Pemeriksa Pajak.
f. Mengoptimalkan Kredit Pajak Yang Diperkenankan
Wajib Pajak sering kurang memperoleh informasi mengenai pembayaran
pajak yang dapat dikreditkan yang merupakan pajak dibayar dimuka. Misalnya,
PPh Pasal 22 atas pembelian solar dan/atau impor dan Fiskal Luar Negeri atas
perjalanan dinas pegawai. Dalam kredit pajak PPN (Pajak Masukan), Pengusaha Kena
Pajak dapat menggunakan dokumen lain yang fungsinya sama dengan faktur
pajak standar, seperti SPPB atau Surat Perintah Pengiriman Barang (delivery
order) yang dikeluarkan oleh Bulog untuk penyaluran tepung terigu, PNBP
(Faktur Nota Bon Penyerahan) yang dikeluarkan oleh Pertamina untuk
penyerahan BBM dan/atau bukan BBM, dan tanda pembayaran atau kuitansi
telepon.
2.7

Usaha-Usaha Untuk Meminimalkan Beban Pajak


Cara lain untuk mengefisienkan beban pajak adalah melalui penghematan pajak (tax

saving), yaitu suatu cara yang dilakukan oleh wajib pajak mengelakan hutang pajaknya
dengan menahan diri tidak membeli produk-produk yang ada pajak pertambahan nilainya
atau pajak penjualannya atau dengan sengaja mengurangi jam kerja atau pekerjaan yang
dapat dilakukan sehingga penhasilannya menjadi kecil dan dengan demikian terhindar dari
pengenaan pajak penghasilan yang besar.
Dalam hal ini aparat perpajakan tidak dapat berbuat apa-apa, karena hal tersebut berada
di luar ruang lingkup pemajakan.
Secara sepintas terlihat bahwa ada kesamaan antara penghematan pajak dan
penghindaran pajak, tetapi sesungguhnya secara teoritis kedua hal tersebut dapat dibedakan
sebagai berikut:
Penghematan pajak adalah usaha memperkecil jumlah hutang pajak yang

tidak

termasuk dalam ruang lingkup pemajakan, sedangkan penghindaran pajak juga merupakan
usaha yang sama dengan cara meneksploitir celah-celah yang terdapat dalam ketentuan
Strategi Perencanaan dan Manajemen Perpajakan

10

perundang-undangan perpajakan, dimana aparat perpajakan tidak dapat melakukan


tindakan apa-apa.
Secara umum dapat dikatakan bahwa cara meminimkan beban pajak melalui
penyelundupan pajak yang melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
tidak dapat ditelorir, sehingga dengan demikian satu-satunya jalan yang ditempuh untuk
meminimkan beban pajak adalah cara penghindaran pajak.
Para perencana pajak hendaknya bersikap lebih hati-hati agar perbuatan penghindaran
pajaknya tidak dianggap sebagai berpartisipasi, membantu persekongkolan dalam perbuatan
yang dapat digolongkan sebagai tindak pidana perpajakan karena tidak ada batas yang jelas
antara penghindaran pajak dan penyelundupan pajak tersebut.
Walaupun pada hakikatnya penghindaran pajak adalah perbuatan yang sifatnya
mengurangi hutang pajak dan bukan mengurangi kesanggupan/kewajiban pajak, melunasi
pajak-pajaknya, yang seolah-olah berada diluar lingkup tindak pidana fiscal, akan tetapi
karena posisi wajib pajak dalam hal pengaturan tersebut, apakah mengenai perbuatan yang
mengurangi hutang-hutang pajak atau mngurangi kesanggupan /kewajiban perpajakan
merupakan hal-hal yang kurang pasti, maka hendaknya diusahakan tidak terperangkap
kedalam perbuatan yang dianggap sebagai perbuatan penyelundupan pajak.
Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, Oliver Oldman menegaskan bahwa
pengertian penyelundupan pajak tidak saja terbatas pada kecurangan dan penggelapan dalam
segala bentuknya tetapi juga meliputi kelalaian memenuhi kewajiban perpajakan yang
disebabkan oleh:
a. Ketidaktahuan (ignorance), yaitu wajib pajak tidak sadar atau tidak tahu akan
adanya ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan tersebut.
b. Kelalaian (error), yaitu wajib pajak paham dan mengerti mengenai ketentuan
perundang-undangan perpajakan tersebut, tetapi salah hitung datanya.
c. Kesalahpahaman (misunderstanding), yaitu wajib pajak salah menafsirkan
ketentuan perundang-undangan perpajakan.
d. Kealfaan (negligence), yaitu wajib pajak alpa untuk menyimpan buku beserta
bukti-bukti secara lengkap.
Dengan demikian penyelundupan pajak dapat pula didefinisikan sebagai suatu
tindakan atau sejumlah tindakan yang merupakan pelanggaran terhadap ketentuan perundangundangan perpajakan seperti :
a. Tidak dapat memenuhi pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) tepat pada waktunya.
b. Tidak dapat memenuhi pembayaran pajak tepat pada waktunya.
Strategi Perencanaan dan Manajemen Perpajakan

11

c. Tidak dapat memenuhi pelaporan penghasilan dan pengurangannya secara lengkap


dan benar
d. Tidak dapat memenuhi kewajiban memelihara pembukuan
e. Tidak dapat memenuhi menyetorkan pajak penghasilan para karyawannya yang
dipotong dan pajak-pajak lainnya yang telah dipungut.
f. Tidak dapat memenuhi kewajiban membayar taksiran hutang pajak
g. Tidak dapat memenuhi permintaan fiskus akan informasi pihak ketiga
h. Pembayaran dengan cek kosong bagi Negara yang dapat melakukan pembayaran
pajaknya dengan cek
i. Melakukan penyuapan terhadap aparat perpajakan dab atau tindakan intimidasi
lainnya.
Berkenaan dengan hal ini, kami lebih cenderung untuk mengklasifikasikan
penyelundupan pajak tersebut sesuai dengan Pasal 38 dan 39 Undang-Undang No. 28 Tahun
2007, sehingga pengertian penyelundupan pajak tersebut, selain kecurangan dan penggelapan
dalam segala bentuknya seperti melakukan penyuapan pada aparat perpajakn dan tindakan
intimidasi lainnya, pembayaran dengan cek kosong, juga termasuk :
a.
b.

Tidak dapat memenuhi pengisian Surat Pemberitahuan (SPT).


Tidak dapat memenuhi kewajiban pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) dengan

c.

benar dan lengkap.


Tidak dapat memenuhi kewajiban memelihara pembukuan dan pencatatan,
termasuk

tidak

dapat

memperlihatkan

atau

meminjamkan

pembukuan,

d.

pencatatan, dan dokumen lainnya.


Tidak dapat memenuhi menyetorkan pajak yang telah dipotong atau yang telah

e.
f.

dipungut.
Tidak dapat memenuhi kewajiban membayar taksiran hutang pajak
Tidak mendaftarkan diri atau menyalahgunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP)

(50) Secara lengkap bunyi pasal 38, 39 dan 39 A adalah sebagai berikut:
Pasal 38
Setiap orang yang karena kealpaannya:
a. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; atau
b. menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap,
atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dan perbuatan tersebut
merupakan perbuatan setelah perbuatan yang pertama kali sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13A, didenda paling sedikit 1 (satu) kali jumlah pajak terutang yang
Strategi Perencanaan dan Manajemen Perpajakan

12

tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang
yang tidak atau kurang dibayar, atau dipidana kurungan paling singkat 3 (tiga)
bulan atau paling lama 1 (satu) tahun.
Ketentuan Pasal 39 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 39
(1) Setiap orang yang dengan sengaja:
a. tidak mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak atau tidak
melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;
b. menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak
atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak;
c. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan;
d. menyampaikan Surat Pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya tidak
benar atau tidak lengkap;
e. menolak untuk dilakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29;
f. memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau
dipalsukan seolah-olah benar, atau tidak menggambarkan keadaan yang
sebenarnya;
g. tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di Indonesia, tidak
memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lain;
h. tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan

atau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari
pembukuan yang dikelola secara elektronik atau diselenggarakan secara
program aplikasi on-line di Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28
ayat (11); atau
i. tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan
denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang
dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak
atau kurang dibayar.
(2) Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambahkan 1 (satu) kali menjadi 2
(dua) kali sanksi pidana apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana di
bidang perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun, terhitung sejak selesainya
menjalani pidana penjara yang dijatuhkan.
Strategi Perencanaan dan Manajemen Perpajakan

13

(3) Setiap orang yang melakukan percobaan untuk melakukan tindak pidana
menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak atau
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
atau menyampaikan Surat Pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya tidak
benar atau tidak lengkap, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, dalam
rangka mengajukan permohonan restitusi atau melakukan kompensasi pajak atau
pengkreditan pajak, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam)
bulan dan paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah
restitusi yang dimohonkan dan/atau kompensasi atau pengkreditan yang
dilakukan dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah restitusi yang dimohonkan
dan/atau kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan.
50. Di antara Pasal 39 dan Pasal 40 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 39A yang
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 39A
Setiap orang yang dengan sengaja:
a. menerbitkan dan/atau menggunakan faktur pajak, bukti pemungutan pajak,
bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak yang tidak
berdasarkan transaksi yang sebenarnya; atau
b. menerbitkan faktur pajak tetapi belum dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan
paling lama 6 (enam) tahun serta denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah
pajak dalam faktur pajak, bukti pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak,
dan/atau bukti setoran pajak dan paling banyak 6 (enam) kali jumlah pajak
dalam faktur pajak, bukti pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak,
dan/atau bukti setoran pajak.
Jelas terlihat bahwa menggunakan penghindaran pajak sebagai salah satu cara
mengefisienkan beban pajak, tidak terlepas dari resiko terkena tuntutan tindak
pidana fiscal. Oleh karena itu seorang perencana pajak hendaknya extra hati-hati
mengusulkan perencana paja yang baru yag belum teruji keampuhannya.
Seseorang perencana pajak cukup puas dengan perencanaan pajak yang sudah
mapan dan telah teruji yang dapat bertahan dari serangan atau tindakan yang
Strategi Perencanaan dan Manajemen Perpajakan

14

dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Disini ternyata pula bahwa seorang
perencana pajak sesungguhnya memikul tanggung jawab yang berat, baik
terhadap pemerintah maupun klientnya. Oleh kareana itu dalam mengusulkan
perencana pajak hendaknya disertai dengan ketegasan tentang kemungkinan
adanya resiko tindak pidana fiscal yang harus dipikul oleh wajib pajak dan usulan
tersebut bersifat sementara sampai dengan kemungkinan dikeluarkannya
ketentuan perundang-undangan perpajakan yang baru yang ada resiko ketentuan
pidana.
2.8

Penghindaran Versus Mengelak


Penghindaran pajak seringkali disebut sebagai perencanaan pajak, yaitu proses

pengontrolan tindakan anda untuk menghindari konsekuensi pajak yang tidak diinginkan.
Penghindaran pajak adalah aktivitas yang tidak melanggar hukum. Ketika sanksi dari hukum
criminal dihindari tanpa melakukan kejahatan, maka pajak dapat dihindari dengantidak
melibatkan diri dalam aktivitas yang kena pajak. Di sini hukum tidak dilanggar. Sebaliknya,
penghematan pajak dicapai dengan mengatur bisnis anda, sehingga mampu mengontrol bukti,
dan menghindari aplikasi aturan-aturan hukum yang dapat memicu liabilitas pajak yang lebih
besar. Seperti yang pernah dikatakan mantan Justice Learned Hand: pengadilan berulangkali
menyatakan bahwa tidak ada hal yang dapat mengancam suatu hal dalam upaya
mempertahankan pajak agar serendah mungkin. Semua orang, miskin dan kaya, melakukan
hal yang benar, harus melakukan pekerjaan publik untuk membayar melebihi tuntutan
hukum: pajak adalah penarikan, bukan pemberian sukarela. Menuntut lebih banyak atas nama
moral adalah kalimat yang biasa digunakan.
Dalam pengertian yang berbeda, kita bahkan bisa mengatakan bahwa perencanaan
pajak itu superpatriotic. Ia memerlukan determinasi detail yang sesuai dengan bentuk
tindakan yang didukung oleh Kongres.
Contoh 1-4
Hopwood Manufacturing Company harus mengganti boiler di pabrik mereka. Harga
boiler berbahan bakar gas itu adalah $500,000 sedangkan boiler berbahan bakar batu
bara adalah $540,000. ketika dievaluasi dengan basis pasca pajak, boiler berbahan
bakar batu bara dinilai murah karena dua alasan. Pertama, hanya modal itu yang
memenuhi syarat untuk 10% energi bisnis kredit pajak properti. Kedua, hanya model
itu yang dapat didepresiasikan lewat metode terakselerasi. Setiap provisi pajak,
ditambahkan pada Code lewat Energy Tax Act tahun 1978, yang dimaksudkan untuk
Strategi Perencanaan dan Manajemen Perpajakan

15

mendukung penggunaan bahan bakar lain selain gas alam atau cair. Dengan terlibat
dalam perencaan pajak, Hopwood Manufacturing Company telah memutuskan untuk
memulai tindakan di mana Kongres melihat hal ini bisa didukung, yaitu penggantian
bahan batu bara dengan gas alam sebagai bahan bakar industri.
Istilah yang berhubungan dengan metode illegal dari reduksi pajak adalah pengelakkan
pajak. Ketika garis pembagi terkadang menjadi tidak jelas dalam prakteknya, maka ide
dasar dari penghindaran pajak dan pengelakan pajak berbeda secara konseptual.
Penghindaran dan pengelakan tampak memiliki tujuan yang sama, yaitu penghematan
pajak. Tetapi rata-rata dari tujuan tersebut adalah berbeda. Penghindaran adalah proses
hukum dari tidak dilaksanakannya transaksi yang dapat terkena pajak. Di sisi lain,
pengelakan pajak adalah proses llegal karena tidak terpenuhinya ketentuan hukum yang
dapat diaplikasikan setelah transaksi terjadi. Backdating dokumen penting adalah
contoh dari pengelakan pajak. Meninggalkan sejumlah pendapatan dari pengembalian
pajak adalah contoh lain. Tehnik penghematan pajak yang dibahas dalam buku ini
terbatas pada realisme penghindaran pajak.

Strategi Perencanaan dan Manajemen Perpajakan

16

2.9

Perbedaan Antara Penghindaran Pajak (Tax Avoidance), Penyelendupan Pajak


(Tax Evasion) Dan Penghematan Pajak (Tax Saving)
Suatu perencanaan pajak atau disebut juga sebagai perbuatan penghindaran pajak yang

sukses, haruslah dibedakan secara jelas dengan perbuatan penyelundupan pajak. Pembahasan
mengenai penghindaran pajak dan penyelundupan pajak telah banyak dilakukan dalam
beberapa literature, namun hingga saat ini tidak ada satu pun yang memberikan indikasi dan
rincian yang tegas tentang perbedaan dimaksud.
Semua ahli sependapat bahwa sesungguhnya antara penghindara pajak dan
penyelundupan pajak terdapat perbedaan yang fundamental, akan tetapi kemudian ternyata
bahwa perbedaan tersebut menjadi kabur, baik secara teori maupun aplikasinya. Secara
konseptual. Justru dalam menentukan perbedaan antara penghindaran pajak dan
penyelundupan pajak. Kesulitanya terletak pada penentuan perbedaanya, akan tetapi
berdasarkan konsep perundang-undangan, garis pemisahnya antar melanggar undang-undang
(unlawful) dan tidak melanggar undang-undang (lawful).
Penghindaran pajak yang juga disebut tax planning, adalah proses pengendalian
tindakan agar terhindar dari konsekwensi pengenaan pajak yang tidak dikehendaki.
Penghindaran pajak adalah suatu tindakan yang benar-benar legal. Seperti halnya suatu
pengadilan yang tidak enghukum seseorang karena perbuatannya tidak melanggar hokum
atau tidak termasuk dalam kategori pelanggaran atau kejahatan, begitu pula mengenai pajak
yang tidak dipajaki, apabila tidak ada tindakan tindakan/transaksi yang dapat dipajaki. Dalam
hal ini sama sekali tidak ada suatu pelanggaran hokum yang dilakukan dan malahan
sebaliknya diperoleh penghematan (tax saving) dengan cara mengatur tindakan yang
menghindarkan aplikasi pengenaan pajak melalui pengendalian fakta-fakta sedemikian rupa,
sehingga terhindar dari pengenaan pajak yang lebih besar atau sama sekali tidak kena pajak.
Walaupun pada dasarnya antar penghindaran pajak dan penyelundupan pajak
mempunyai sasaran yang sama, yaitu mengurangi beban pajak, akan tetapi cara
penyelundupan pajak jelas-jelas merupakan illegal dalam usaha mengurangi beban pajak
tersebut. Beberapa definisi tentang penghindaran pajak dan penyelundupan pajak
sebagaimana dibawah ini :
1. Menurut Harry Graham Balter

Strategi Perencanaan dan Manajemen Perpajakan

17

Penyelundupan pajak mengandung arti sebagai usaha yang dilakukan oleh wajib pajak
apakah berhasil atau tidak untuk mengurangi atau sama sekali menghapus hutang pajak yang
berdasarkan ketentuan yang berlaku sebagai pelanggaran terhadap perundang-undangan
perpajakan, sedangkan
Penghindaran pajak merupakan usaha yang sama, yang tidak melanggar ketentuan
perundang-undangan perpajakan.
2. Menurut Ernest R mortenson
Penyelundupan pajak adalah usaha yang tidak dapat dibenarkan berkenaan dengan
kegiatan wajib pajak untuk lari atau menghindarkan diri dari pengenaan pajak, sedangkan
Penghindaran pajak berkenaan dengan pengaturan suatu peristiwa sedemikian rupa
untuk meminimkan atau menghilangkan beban pajak dengan memperhatikan ada atau
tidaknya akibat-akibat pajak yang ditimbulkan. Oleh karena itu penghindaran pajak tidak
merupakan pelanggaran atas perundang-undangan perpajakan atau secara etik tidak dianggap
salah dalam rangka usaha wajib pajak untuk mengurangi, menghindari, meminimkan atau
meringankan beban pajak dengan cara yang memungkinkan oleh perundang-undangan pajak
3. Menurut Robert H. Anderson
Penyelundupan pajak adalah penyelundupan pajak yang melanggar undang-undang
pajak, sedangkan
Penghindaran pajak adalah cara mengurangi pajak yang masih dalam batas ketentuan
perundang-undangan perpajakan dan dapat dibenarkan, terutama perencanaan pajak.
Selanjutnya dikemukakan bahwa suatu hal yang wajar apabila seseorang wajib pajak
membayar pajaknya tidak melebihi apa yang menjadi kewajibannya sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku dengan mengingat asumsi yang
dbuat pada waktu merencankan undang-undang pajak tersebut bahwa wajib pajak akan
melaporkan semua penghasilannya dengan benar dan mengklaim semua potongan-potongan
yang diperkenankan oleh undang-undang perpajakan, sehingga secara moral pun tianggap
tidak salah, apabila pengurangan beban pajak melalui penghindaran pajak tersebut dianggap
masih dalam batas ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
2.10 Peran Perpajakan Dalam Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan adalah proses evaluasi alternatif. Karena bentuk tindakan
alternatif melibatkan rugi dan laba, tujuan pengambil keputusan adalah untuk
menemukan salah satu alternatif yang menjanjikan keuntungan bersih yang lebih besar.
Strategi Perencanaan dan Manajemen Perpajakan

18

Kebanyakan bentuk tindakan memicu beberapa bentuk pendapatan atau pengeluaran


pajak. Pengambil keputusan harus bisa mengenali konsekuensi pajak potensial yang
berhubungan dengan setiap alternatif yang dipertimbangkan. Kesadaran pajak tidak
berarti mencari alternatif yang dapat meminimalkan pajak. Sebaliknya, tujuannya
adalah untuk memaksimalkan keuntungan sesudah pajak. Perbedaan ini penting.
Kesadaran pajak menuntut pengambil keputusan memikirkan biaya sesudah pajak dan
keuntungan sesudah pajak atau alternatif.

Strategi Perencanaan dan Manajemen Perpajakan

19

BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN
3.1

Kasus I
Misalnya perusahaan A dan B sama-sama mempertimbangkan untuk menaikkan gaji

para karyawannya yang berjumlah keseluruhannya Rp. 25.000.000,00. Bagi perusahaan A


dan B biaya langsung atau biaya sebelum pajak (pre-tax cost) adalah sama besarnya, yaitu
masing-masing Rp. 25.000.000,00 yang dapat dikurangkan dari penghasilannya, akan tetapi
biaya setelah pajaknya akan berbeda-beda tergantung kepada tarif marjinalnya.
Apabila diasumsikan tarif marjinal perusahaan A adalah 10%, sedangkan perusahaan B
menanggung beban pajak atas dasar tarif marjinal 30%, maka kenaikan beban pajak kedua
perusahaan tersebut tidak akan sama.
Pajak yang dapat dihemat perusahaan A hanyalah 10% x Rp. 25.000.000,00 =
Rp.2.500.000,00, sedangkan perusahaan B dapat menghemat sebesar 30% x Rp.
25.000.000,00 = Rp. 7.500.000,00
Dengan demikian berarti, bagi perusahaan A jumlah biaya setelah pajaknya (after-tax
cost) adalah Rp. (25.000.000,00 2.500.000,00) = Rp. 22.500.000,00 dan perusahaan B
berjumlah Rp (25.000.000,00 7.500.000,00) = Rp. 17.500.000,00 atau secara singkat dapat
terlihat pada perhitungan berikut ini :
Uraian

Perusahaan A

-Tarif Marginal

10%

-Biaya Sebelum pajak Akibat 25.000.000

Perusahaan B
30%
25.000.000

Kenaikan Gaji
-Pajak Yang Dapat Dihemat
- Biaya Setelah Pajak

2.500.000

7.500.000

22..500.000

17.500.000

Dalam pengambilan keputusan, penting untuk membedakan antara nilai pajak rata-rata
wajib pajak dan nilai pajak marginalnya. Nilai pajak rata-rata adalah rasio di antara total
pajak pembayar pajak dan pendapatan kena pajak, sedangkan nilai pajak marginal adalah
Strategi Perencanaan dan Manajemen Perpajakan

20

nilai pajak pada jumlah pendapatn terakhir atau marginal. Ketika masalah berhubungan
dengan pajak tambahan yang harus dibayar atau dihindari karena beberapa transaksi spesifik,
nilai pajak marginal adalah relevan, bukan nilai pajak rata-rata. Itulah sebabnya mengapa
contoh terdahulu didasarkan pada nilai pajak marginal ketimbang nilai pajak rata-rata.
Bisa dikatakan bahwa pemerintah mendanai biaya pengeluaran yang dapat dideduksi
untuk sejumlah nilai pajak marginal wajib pajak. Dengan kata lain, biaya pengeluaran yang
dapat dideduksi dikurangi oleh tingkat pajak marginal untuk menghasilkan biaya sesudah
pajak. Pada point tersebut mereka adalah pajak yang bisa dibayar, dan keuntungan atau
penerimaan dikurangi dengan nilai pajak marginal wajib pajak. Upaya bersih dari pajak dari
keuntungan atau biaya adalah dampak kotor item minus bagian yang diterima oleh dampak
pajak.
3.2

Kasus II
PT "X" didirikan tahun 1972, berdasarkan Akte notaris Paul Taniara

dan

perusahaan mendapat fasilitas Penanaman Modal Dalam Negeri.

Perusahaan ini bergerak dalam bidang manukfaktur yaitu memproduksi


sabun detergent. PT "X" berdomisih di Surabaya. Pada awal didirikan
modal awal penisahaan berjumlah I milyar yang terdiri dari 5000 lembar
saham dengan nominal Rp 200.000,00 per lembar sahan. Perusahaan
yang didirikan oleh keluarga Wongsodihardo ini merupakan badan usaha
berbentuk PT tertutup. Dari tahun 1972 hingga saat ini PT "X" telah
mengalami banyak sekali kendala namun dengan kerja keras dan
keuletan. perusahaan ini akhirnya mampu lepas dari kendala yang ada hal
itu juga dibuktikan dengan lolosnya perusahaan ini dari krisis moneter
yang melanda Indonesia pada tahun 1997. Hingga saat ini perusahaan
telah

memperkerjakan

karyawan

sebanyak

250

orang.

Proses

distribusinya adalah dilakukan oleh agen-agen penjualannya ke seluruh


Indonesia.

Untuk

memudahkan

proses

pendistribusian

perusahaan

menempatkan perwakilannya di beberapa kota yang strategis.


Metode Akuntansi Perpajakan yang Diterapkan perusahaan yaitu
Metode akuntansi yang digunakan perusahaan yang berhubungan dengan
perpajakan antara lain:
Strategi Perencanaan dan Manajemen Perpajakan

21

a. Untuk menghitung penyusutan perusahaan menggunakan metode


double declining b4licynce dan telah mengikuti peraturan perpajakan
sehingga tidak memerlukan adanya koreksi fiskal.
b. Untuk menghitung persediaan perusahaan menggunakan metode First
In First Out.
c. Untuk pembukuan, perusahaan menggunakan sistem accrual basis.

Strategi Perencanaan dan Manajemen Perpajakan

22

BAB IV
KESIMPULAN
4.1

Kesimpulan
Dalam hal pembayaran pajak, para wajib pajak harus cerdik dalam mengelola
kewajiban pajaknya. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu, wajib pajak dapat
mengatur waktu yang tepat sehingga pembayaran pajaknya dapat dilakukan secara
optimal. Optimalisasi dalam pembayaran pajak tersebut dapat dirangkum dengan cara
Perencanaan Pajak (Tax Planning) dan Manajemen Pajak (Tax Management).
Perencanaan pajak adalah langkah awal dalam manajemen pajak. Pada tahap ini
dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan, dengan maksud
dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya
penekanan perencanaan pajak adalah untuk meminimumkan kewajiban pajak. Berbeda
dengan penyelundupan pajak, perencanaan pajak dilakukan dengan cara legal, dengan
memanfaatkan fasilitas-fasilitas ataupun celah-celah yang diberikan oleh undangundang ataupun peraturan lainnya tanpa melanggar ketentuan-ketentuan yang berlaku.
Menurut Sophar Lumbantoruan ( Erly 2001 : 6) mendefinisikan bahwa manajemen
pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar tetapi
jumlah pajak dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas
yang diharapkan.
Optimalisasi pembayaran pajak melalui Perencanaan Pajak dan Manajemen Pajak yang
baik sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku akan berpengaruh pada perolehan
laba dan likuiditas yang diharapkan para wajib pajak. Oleh karena itu kita tak perlu
takut terkena sanksi apabila kita melakukan Perencanaan Pajak dan Manajemen Pajak
dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Strategi Perencanaan dan Manajemen Perpajakan

23

Gunadi, 2001, Restrukturisasi Perusahaan Dalam Berbagai Bentuk dan Pemajakannya,


Salemba Empat, Jakarta
Gunadi, 1999, Pajak dalam Aktivitas Bisnis, Abadi Tandur, Jakarta Indonesia
John Hutagaol, 2003, Kapita Selekta Akuntansi Pajak, Kharisma, Jakarta
John Hutagaol, 2007, Perpajakan Isu-Isu Kontemporer, Graha Ilmu, Jakarta
Mohammad zain, 2007, Manajemen Perpajakan, Salemba Empat, Jakarta
Blog Pajak Indonesia
www.pajak.go.id
http://www.docstoc.com/docs/downloaddoc.aspx/?doc_id=21572176&pt=16&ft=11
http://aviantara.multiply.com/journal/item/5

Strategi Perencanaan dan Manajemen Perpajakan

24

Вам также может понравиться