Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
EDO NOFRIADI
RINGKASAN
EDO NOFRIADI. Keragaman Nilai Lignin Terlarut Asam (Acid Soluble
Lignin) Dalam Kayu Reaksi Pinus merkusii Jungh et de Vriese dan Gnetum
gnemon Linn. Di Bawah Bimbingan WASRIN SYAFII dan DEDED SARIP
NAWAWI.
Kayu reaksi memiliki sifat kimia yang berbeda dibandingkan dengan kayu
normal. Dalam hal kandungan lignin, kayu tekan jenis kayu daun jarum memiliki
kadar lignin yang lebih tinggi dibandingkan kayu normal sedangkan pada kayu
tarik jenis kayu daun lebar berlaku hal sebaliknya. Kayu reaksi adalah salah satu
contoh kayu yang representatif untuk melihat keragaman kadar lignin dalam satu
batang yang sama. Salah satu sifat kimia lignin yang terkait dengan reaktifitasnya
adalah lignin terlarut asam (Acid Soluble Lignin). Namun penelitian dan data
mengenai lignin terlarut asam untuk jenis kayu Indonesia masih sangat kurang.
Metode klason digunakan dalam penentuan lignin dimana prosedur ini
memisahkan lignin sebagai material yang tidak larut dengan depolimerisasi
selulosa dan hemiselulosa dalam asam sulfat 72% yang diikuti dengan hidrolisis
polisakarida pada asam sulfat 3% yang dipanaskan. Bagian yang terlarut menjadi
filtrat disebut lignin terlarut asam (acid soluble lignin) yang ditentukan dengan
menggunakan alat spectrophotometer pada panjang gelombang 205 nm dan
absorban 110 lg-1 cm-1. Dalam penelitian ini diuji keragaman nilai lignin terlarut
asam dalam kayu reaksi Pinus merkusii dan Gnetum gnemon.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar lignin pada kayu reaksi P.
merkusii semakin meningkat dari bagian kayu oposit ke arah bagian kayu tekan.
Kecenderungan yang sama juga terdapat pada kayu reaksi G. gnemon.
Kecenderungan sebaliknya terjadi untuk kadar lignin terlarut asam. Nilai lignin
terlarut asam menurun dari bagian kayu oposit ke arah bagian kayu tekan.
Peningaktan kandungan lignin pada kayu tekan P. merkusii sejalan dengan
peningkatan kandungan p-hidroksiphenil. Kandungan p-hidroksiphenil berkorelasi
dengan pembentukan lignin terlarut asam. Semakin tinggi kandungan phidroksiphenil menghasilkan lignin terlarut asam yang semakin rendah. Pada kayu
G. gnemon, kandungan lignin terlarut asam berkorelasi positif dengan proporsi
siringil/guaiasil dimana semakin tinggi proporsi siringil/guaiasil maka lignin
terlarut asam yang dihasilkan juga semakin tinggi.
Kata kunci: kayu reaksi, lignin klason, lignin terlarut asam, siringil/guaiasil, phidroksiphenil
Edo Nofriadi
NRP E24104043
EDO NOFRIADI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi
Nama Mahasiswa
: Edo Nofriadi
NRP
: E24104043
Menyetujui:
Dosen Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Mengetahui:
Dekan Fakultas Kehutanan IPB,
Tanggal Lulus:
ii
RIWAYAT HIDUP
Terlarut Asam (Acid Soluble Lignin) Dalam Kayu Reaksi Pinus merkusii
Jungh et de Vriese dan Gnetum gnemon Linn di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir.
Wasrin Syafii, M.Agr dan Ir. Deded Sarip Nawawi, M.Sc.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan
menyusunnya menjadi sebuah karya ilmiah dengan judul Keragaman Nilai
Lignin Terlarut Asam (Acid Soluble Lignin) Dalam Kayu Reaksi Pinus merkusii
Jungh et de Vriese dan Gnetum gnemon Linn. Karya ilmiah ini sebagai salah satu
syarat mendapatkan gelar Sarjana Kehutanan dari Departemen Hasil Hutan,
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Lignin merupakan salah satu dari komponen makromolekul penyusun
kayu selain selulosa dan hemiselulosa. Komponen lignin ini terdiri atas sistem
aromatik yang tersusun atas unit-unit fenilpropana. Salah satu sifat lignin yang
terkait dengan reaktifitas lignin adalah lignin terlarut asam. Penelitian ini
memberikan informasi mengenai kandungan lignin terlarut asam dalam kayu
reaksi Pinus merkusii dan Gnetum gnemon. Keragaman kandungan lignin, lignin
terlarut asam dari posisi berbeda pada batang pohon yang sama, komposisi cincin
aromatik penyusun lignin dan hubungan antara lignin terlarut asam dengan cincin
aromatik penyusun lignin menjadi bahasan dalam karya ilmiah ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kelancaran penulisan karya ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa
tulisan ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun
sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan tulisan ini. Semoga bermanfaat.
Penulis
iv
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Wasrin Syafii, M.Agr dan Bapak Ir. Deded Sarip Nawawi,
M.Sc atas bimbingan dan nasehat serta kesabaran selama membimbing
penulis.
2. Bapak Ir. Nana Mulyana Arifjaya, M.Si dan Bapak Dr. Ir. Agus Priyono
Kartono, M.Si atas kesediaan waktu menguji penulis serta nasehat dan
masukan kepada penulis.
3. Ibunda tercinta yang telah memberikan perhatian, kasih sayang dan cinta serta
pengorbanan tenaga dan materi untuk penulis I love you Mom.
4. Ayah yang telah memberikan pelajaran bahwa hidup tidak berjalan seperti apa
yang kita inginkan.
5. Saudara-saudaraku Hendra Guswandi, Hirawati dan Muhammad Reza yang
terus memberi semangat dan cinta pada penulis.
6. Tante, Om, Nenekku dan keluarga besar lainnya, Are, Alex, Soppi, Rezi, Resti
dan Rival, semoga penulis dapat menjadi apa yang telah diharapkan.
7. Ahmad Zhillan Zhulila Alaf Lubis, makhluk kecil yang mungil sebagai
anugerah dan inspirasi baru dalam kehidupan penulis.
8. Seluruh dosen dan staf pegawai Fahutan khususnya Departemen Hasil Hutan
yang telah memberikan ilmu yang begitu banyaknya kepada penulis.
9. Teman-teman satu bimbingan (Ali dan Shandi) dan satu bagian Kimia Hasil
Hutan (Puy, Bang Hotman, Rendra, AdiOk, Patria, Kiting, Ting-ting, Ipeh,
Gokma dan Zee), terima kasih atas cerita yang telah terukir dan semua
kenangan suka dan duka yang telah kita ciptakan bersama.
10. Teman-teman THH 41 Mona, Nining, Maya, Gendis, Ady, Ajo, Risqy
(Ahong), Siska, Andre, Weni, Meita dan yang lainnya yang tidak dapat
disebutkan satu persatu, atas kebersamaan dan persahabatan selama menggali
ilmu.
11. Fi-co, J-co, Si-co atas persahabatan dan pengalaman menakjubkan yang telah
kita lewati dan terukir sendiri sebagai cerita kita.
12. Semua pihak yang telah membantu kelancaran selama penelitian dan
penulisan karya ilmiah ini.
DAFTAR ISI
halaman
DAFTAR ISI............................................................................................................ v
DAFTAR TABEL................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.2 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................... 2
1.3 Manfaat ......................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 3
2.1 Komponen Kimia Kayu ................................................................................ 3
2.2 Lignin ............................................................................................................ 4
2.3 Lignin Terlarut Asam .................................................................................... 8
2.4 Kayu Reaksi (Reaction Wood) .................................................................... 10
2.5 Karakteristik Kayu ...................................................................................... 12
2.5.1 Pinus ( Pinus merkusii Jungh et de Vriese) .......................................... 12
2.5.2 Melinjo (Gnetum gnemon Linn) ........................................................... 13
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................ 14
3.1 Waktu dan Tempat ...................................................................................... 14
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................ 14
3.3 Tahapan Analisis Lignin Terlarut Asam ..................................................... 14
3.3.1 Persiapan Contoh Uji ............................................................................ 14
3.3.2 Ekstraksi Ethanol Benzene ( 1:2 v/v) ................................................... 15
3.3.3 Penentuan Kadar Lignin Klason (Lignin Tidak Larut Asam) .............. 15
3.3.4 Penentuan Kadar Lignin Terlarut Asam ............................................... 16
3.4 Diagram Alir Penelitian .............................................................................. 17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 18
4.1 Lignin Klason dan Lignin Terlarut Asam ................................................... 18
4.2 Hubungan Lignin Klason, Lignin Terlarut Asam dan Total Lignin ........... 21
4.3 Hubungan Kadar Lignin dan Jenis Cincin Aromatik Penyusun Lignin...... 24
vi
ii
vii
DAFTAR TABEL
No.
halaman
viii
DAFTAR GAMBAR
No.
halaman
ix
DAFTAR LAMPIRAN
No.
halaman
BAB I
PENDAHULUAN
didasarkan pada prosedur lignin Klason. Proporsi lignin terlarut asam umumnya
rendah pada softwood. Proporsi lignin terlarut asam pada hardwood yang tinggi
terdapat pada jenis yang memiliki lignin klason kecil dan kandungan metoksil
yang tinggi. Secara tidak langsung, terlihat bahwa kandungan metoksil berkorelasi
positif dengan kandungan lignin terlarut asam (Obst 1982, Obst dan Ralph 1983,
dalam Akiyama et al. 2005).
Hubungan ini belum bisa digeneralisasi karena keragaman kadar lignin
tidak hanya terdapat diantara jenis kayu yang berbeda tetapi ditemui juga pada
jenis yang sama bahkan dalam satu batang yang sama. Kayu reaksi adalah salah
satu contoh kayu yang sangat representatif untuk melihat keragaman lignin dalam
satu batang yang sama. Hal ini didasarkan pada hasil penelitian Akiyama et al.
(2003) yang menemukan bahwa kadar dan sifat kimia lignin berbeda pada posisi
jaringan kayu reaksi tarik yang berbeda dan sejalan dengan besarnya tekanan
selama pertumbuhan pohon. Semakin besar tekanan pertumbuhan semakin besar
pula pembentukan kayu reaksi tarik yang diikuti oleh semakin rendahnya kadar
lignin.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keragaman kandungan
lignin klason dan acid soluble lignin pada batang yang sama tetapi pada posisi
yang berbeda yang memiliki kandungan lignin yang berbeda, khususnya pada
kayu reaksi.
1.3 Manfaat
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
sifat kimia kayu berupa lignin klason dan lignin terlarut asam dari bagian reaksi
kayu Pinus merkusii Jungh et de Vriese dan Gnetum gnemon Linn. Informasi ini
dapat berkontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan mengenai sifat kimia
kayu dan sebagai dasar dalam pemanfaatan kayu berbasis komponen kimianya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3. Asam alifatik; asam lemak jenuh dan tak jenuh tinggi terdapat dalam kayu
terutama dalam bentuk esternya dengan gliserol (lemak dan minyak) atau
dengan alkohol tinggi (lilin).
4. Alkohol; kebanyakan alkohol alifatik dalam kayu terdapat sebagai
komponen ester, sedangkan sterol aromatik, termasuk dalam steroid,
terutama terdapat sebagai glikosida.
5. Senyawa anorganik; komponen mineral kayu dari daerah iklim sedang
terutama adalah unsur-unsur kalium, kalsium dan magnesium. Unsurunsur lain dalam kayu tropika, misalnya silikon, dapat merupakan
komponen anorganik utama.
6. Komponen lain; monosakrida dan disakarida terdapat dalam kayu hanya
dalam jumlah yang sedikit tetapi mereka terdapat dalam persentase yang
tinggi dalam kambium dan dalam kulit bagian dalam. Jumlah sedikit
amina dan etena juga terdapat dalam kayu.
Kayu
Bahan organik
ekstraktif
Bahan anorganik
abu
Senyawa makromolekul
polisakarida
selulosa
lignin
poliosa
Lignin adalah suatu polimer yang kompleks dengan berat molekul tinggi,
tersusun atas unit-unit fenilpropan. Meskipun tersusun atas karbon, hidrogen dan
oksigen, lignin bukanlah suatu karbohidrat dan bahkan tidak ada hubungan
dengan golongan senyawa tersebut, akan tetapi lignin pada dasarnya adalah suatu
fenol. Lignin sangat stabil dan sukar dipisahkan dan mempunyai bentuk yang
bermacam-macam, karenanya susunan lignin yang pasti di dalam kayu tetap tidak
menentu (Haygreen dan Bowyer 1996).
Banyak studi dengan karbon (14C) radioaktif menegaskan bahwa phidroksisinamil alkohol; p-koumaril alkohol (I), koniferil alkohol (II) dan sinapil
alkohol (III) merupakan senyawa induk (precursor) primer dan merupakan unit
pembentuk semua lignin (Gambar 2).
CH2OH
CH
CH
CH2OH
CH
CH
CH2OH
CH
CH
OCH3 H3CO
OCH3
OH
OH
OH
(I)
(II)
(III)
fenilpropana. Dalam kayu daun jarum kandungan lignin lebih banyak bila
dibandingkan dengan kayu daun lebar dan juga terdapat beberapa perbedaan
dalam strukturnya. Dari segi morfologi, lignin merupakan senyawa amorf yang
terdapat dalam lamela tengah majemuk maupun dalam dinding sekunder. Selama
perkembangan sel, lignin dimasukan sebagai komponen terakhir di dalam dinding
sel, menembus diantara fibril-fibril sehingga memperkuat dinding sel (Fengel dan
Wegener 1995).
Sjostrom (1995) menyebutkan bahwa konsentrasi lignin adalah tinggi
dalam lamela tengah dan rendah dalam dinding sekunder, tetapi karena
ketebalannya paling tidak 70% lignin dalam kayu daun jarum terdapat dalam
dinding sekunder.
Lignin dapat dibagi ke dalam beberapa kelompok menurut unsur
strukturalnya (Sjostrom 1995, Achmadi 1990), yaitu:
1. Lignin guaiasil : terdapat pada kayu daun jarum (26-32%), dengan prazat
koniferil alkohol dan p-coumaryl alkohol.
2. Lignin guaiasil-siringil : merupakan ciri kayu daun lebar (20-28%, pada
kayu tropis > 30%), dengan prazat koniferil alkohol : sinapil alkohol
dengan nisbah 4:1 sampai 1:2.
Proporsi senyawa induk (precursors) pada lignin bervariasi tergantung
pada jenis tumbuhannya. Lignin pada softwood yang normal biasanya merujuk
pada guaiacyl lignin karena elemen strukturalnya secara prinsip diturunkan dari
trans-coniferil alkohol (lebih dari 90%), dan sisanya mengandung senyawa utama
trans-p-coumaryl alkohol. Sebaliknya, lignin pada hardwood umumnya disebut
lignin guaiacyl-syringyl dengan penyusun utamanya adalah unit-unit transconiferyl alkohol dan trans-sinapyl alkohol dengan rasio yang beragam (sekitar
50% trans-coniferyl alkohol dan 50% trans-sinapyl alkohol). Struktur bangun
lignin adalah ikatan bersama dari rantai/ikatan eter (C-O-C) dan ikatan karbonkarbon (C-C). Ikatan antar unit tersebut (lebih dari dua per tiga adalah tipe ether)
pada lignin hardwood dan softwood membentuk struktur -O-4 (Gullichsen dan
Paulapuro, 2004). Untuk struktur lignin pada Graminae , Nimz et al. (1981)
Lignin klason. Isolasi dengan cara klason menggunakan asam sulfat dengan
konsentrasi pada hidrolisis tahap pertama adalah antara 68% dan 78%
(kebanyakan 72%), kemudian dilanjutkan dengan tahap pengenceran dan
untuk menyempurnakan hidrolisis polisakarida digunakan asam dengan
konsentrasi rendah (Fengel dan Wegener 1995).
2.
Lignin Bjorkman. Lignin ini juga disebut lignin kayu yang digiling (Milled
Wood Lignin). Struktur sel kayu dirusak dan bagian lignin dapat diperoleh
dengan cara mengekstraksi dengan campuran dioksan-air (Sjostrom 1995).
3.
4.
Lignin Teknis, dimana lignin dirubah menjadi turunannya yang larut, antara
lain:
Lignosulfonat. Kayu direaksikan pada suhu tinggi dengan larutan yang
mengandung belerang dioksida dan ion hidrogen sulfit.
Lignin kraft dan lignin alkali. Hasil reaksi pada suhu 170oC dengan NaOH
atau campuran NaOH dan Na2S.
Lignin etanol (lignin organosolv). Lignin yang diperoleh dari pemanasan
kayu dengan ethanol pada suhu pengolahan pulp (Achmadi 1990).
Secara kuantitatif, lignin dapat dihidrolisis dan diekstraksi dari kayu atau
diubah menjadi turunan yang mudah larut. Sjostrom (1995) menyatakan bahwa
lignin kayu dapat ditentukan secara gravimetri dengan metode klason. Kayu daun
jarum normal mengandung 2632% lignin, sedangkan kandungan lignin kayu
tekan adalah 3540%.
maka
hasil
analisis
mencapai
100%.
Selain
dengan
cara
spektrofotometri, lignin yang terlarut asam bisa juga ditentukan dengan cara
penentuan sisa lignin total menggunakan metode asetil bromida (Fengel dan
Wegener 1995).
10
0 (Kayu Tekan)
Softwood
180
0 (Kayu Oposit)
Hardwood
11
Kayu tekan pada batang ditandai dengan adanya cincin pertumbuhan yang
eksentrik dimana muncul proporsi kandungan yang abnormal. Ketika kayu tekan
dipotong, maka pada bagian yang dipotong melintang akan terlihat bahwa pada
bagian cepat tumbuh akan berwarna lebih merah dibanding bagian normal,
terutama pada kayu pinus (Panshin dan de Zeeuw 1970).
Kayu tekan terbentuk pada kayu softwood dimana terdapat distribusi yang
tidak merata dari auxin yang mengatur pertumbuhan di sekitar lingkar kayu. Oleh
karena itu, jika bagian kayu softwood tumbuh tidak vertikal, maka kayu tekan
akan berkembang pada bagian bawah, karena bagian tersebut tertekan dan pada
bagian itu juga terdapat peningkatan jumlah auxin (Desch 1996). Jika
dibandingkan dengan kayu normal, kayu tekan mempunyai kandungan lignin
yang lebih tinggi dan kandungan selulosa yang rendah, serta membutuhkan
konsumsi bahan kimia yang tinggi selama proses pulping dan hasil akhir pulp
yang rendah (Yeh et al. 2005).
Sontag (1904) dalam Timell (1986), memberikan nilai tingkat lignin pada
kayu tekan dengan menggunakan Phloroglucinol-hydrochloric acid sebagai bahan
pewarna untuk mendeteksi lignin. Kayu tekan mengandung lignin lebih besar
20% dibandingkan kayu normal. Panshin dan de Zeeuw (1970) menyebutkan nilai
kandungan lignin berdasarkan berat kering meningkat sekitar 9%, tetapi
persentase selulosa pada kayu tekan menurun 10% dari kayu normal dan
kandungan galaktosa pada kayu tekan meningkat 7,8% dari kayu normal.
Kayu tarik adalah kayu reaksi pada spesies kayu daun lebar. Kayu ini
terbentuk pada sisi atas atau sisi tarikan batang yang miring (Haygreen dan
Bowyer 1982), tetapi ada beberapa jenis pohon yang bagian kayu tarik tertarik di
bagian bawah. Bagian ini membentuk cabang atau batang yang eksentrik (Panshin
dan de Zeeuw 1970). Fengel dan Wegener (1995) menyebutkan bahwa kayu tarik
lebih tinggi dari pada kayu normal dalam hal kandungan selulosa dan abu, tetapi
rendah pada kandungan lignin dan fraksi hemiselulosa.
12
Nilai (%)
54.9
24.3
14.0
1.1
0.2
Kelarutan
Alkohol-benzene
Air dingin
Air panas
NaOH 1%
Nilai (%)
6.3
0.4
3.2
11.1
Lignin (%)
CW
NW
36.3
26.6
34.4
24.2
39.7
29.1
37.6
28.1
39.4
29.0
37.9
27.4
35.2
28.3
13
Selulosa
41,36
41,42
43,47
41,76
42,00
Lignin
23,40
23,60
22,45
24,20
23,41
Keterangan: 0: Bagian kayu opposite; 180: Bagian kayu reaksi (Sumber : Nugraheni 2008).
14
BAB III
METODE PENELITIAN
contoh uji
300
60
240
120
180
180
15
A
100%
B
16
A
Vfinal
110 Vinitial
ASL =
CV
100%
1000xBKT
Vfinal
Vinitial
ASL
BKT
17
Ekstraksi dengan
etanol/benzene (1:2); 8 jam
Padatan
Filtrat
Lignin Klason
Volume larutan
dijadikan 1000 ml
18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
19
Tabel 4 Kandungan lignin kayu reaksi P. merkusii dan G. gnemon pada arah
melingkar batang
Jenis Kayu
Pinus merkusii
Gnetum gnemon
Posisi
Sampel
0o
60o
120o
180o
240o
300o
0o
60o
120o
180o
240o
300o
Klason
25.47
25.60
29.75
32.44
27.01
25.59
20.64
21.36
21.42
21.75
21.43
20.31
Lignin (%)
ASL
1.68
1.58
1.43
1.32
1.63
1.77
2.52
2.23
1.93
1.92
1.92
2.30
Total
27.15
27.17
31.18
33.76
28.64
27.35
23.15
23.59
23.35
23.67
23.35
22.61
kandungan lignin klason paling tinggi yaitu 32,44 % atau lebih tinggi dibanding
bagian kayu oposit dengan kadar lignin klason 25,47 %. Hasil yang didapat ini
sejalan dengan hasil penelitian yang telah disampaikan oleh Hagglund dan
Ljnggren dalam Timell (1986) yang menyebutkan bahwa lignin kayu tekan dapat
lebih tinggi hingga 36% dibandingkan pada kayu normal.
20
Gambar 6. Kandungan lignin klason dan lignin terlarut asam kayu reaksi
P. merkusii pada arah melingkar batang (0o: bagian kayu
opposite; 180o: bagian kayu tekan)
Kandungan lignin terlarut asam (Acid soluble lignin) dari P. merkusii
memperlihatkan kecenderungan yang berlawanan dengan kecenderungan yang
terjadi pada kandungan lignin klason. Dengan meningkatnya kandungan lignin
klason, lignin terlarut asam semakin menurun. Hal ini kemungkinan karena
adanya keterkaitan antara reaksi pembentukan lignin terlarut asam dengan jenis
dan komposisi struktur kimia penyusun lignin. Dalam kayu P. merkusii yang
merupakan jenis softwood, pembentukan lignin terlarut asam dapat dipengaruhi
oleh komposisi guaiasil dan p-hidroksiphenil yang menyusun lignin kayu daun
jarum.
Seperti halnya pada kayu P. merkusii, kayu reaksi yang terbentuk pada
jenis G. gnemon juga merupakan kayu tekan karena bagian kayu reaksi terbentuk
di bagian bawah batang yang miring yang merupakan ciri dari pembentukan kayu
reaksi dari jenis gimnospermae. Namun melihat pada ciri anatominya jenis ini
tidak seperti halnya pada jenis softwood umumnya, dimana jenis ini mempunyai
pori pada jaringan kayunya yang merupakan salah satu ciri dari jenis hardwood
(angiospermae).
Pada kayu reaksi G. gnemon nilai kandungan lignin klason menunjukan
kecenderungan yang sama dengan jenis P. merkusii. Nilai lignin klason meningkat
sejalan dengan semakin besarnya pembentukan kayu tekan, sedangkan nilai lignin
terlarut asam berlaku sebaliknya (Gambar 7). Kecenderungan nilai lignin terlarut
21
asam diduga berkaitan dengan komposisi struktur kimia lignin kayu G. gnemon.
Berbeda dengan jenis softwood lainnya struktur kimia lignin G. gnemon terdiri
dari siringil dan guaiasil yang merupakan ciri dari hardwood.
Gambar 7. Kandungan lignin klason dan lignin terlarut asam kayu reaksi
G. gnemon pada arah melingkar batang (0o: bagian kayu
opposite; 180o: bagian kayu tekan)
Kayu reaksi terbentuk sebagai akibat dari adanya pengaruh mekanis dari
luar atau tekanan selama pertumbuhan pohon. Seperti telah diketahui, kayu daun
jarum mempunyai susunan jaringan yang homogen yang terutama disusun oleh
trakeida. Trakeida pada kayu daun jarum mempunyai peran ganda yakni sebagai
penyalur zat makanan dan juga berfungsi sebagai kekuatan mekanis dari pohon.
Pengaruh-pengaruh mekanis dari luar yang dialami pohon memaksa pohon
memberikan reaksi dengan membentuk lignin lebih banyak dari normal sehingga
pada kayu yang mengalami tekanan akan memiliki kandungan lignin yang lebih
besar.
4.2 Hubungan Lignin Klason, Lignin Terlarut Asam dan Total Lignin
Hasil penelitian menunjukan bahwa perubahan kandungan lignin akibat
pembentukan kayu tekan berkorelasi dengan tinggi rendahnya pembentukan kayu
reaksi yang merupakan respon terhadap perbedaan tekanan yang diterima pohon
selama pertumbuhan. Pada kayu tekan P. merkusii nilai lignin klason meningkat
ke arah bagian kayu yang semakin dekat dengan bagian kayu tekan dan kemudian
22
kembali menurun dengan semakin jauhnya posisi sampel dari bagian tekan. Nilai
lignin terlarut asam terjadi sebaliknya dimana nilainya semakin menurun dengan
semakin dekatnya posisi sampel dengan bagian tekan (Tabel 5).
Tabel 5 Perbandingan nilai lignin klason dan lignin terlarut asam terhadap
total lignin kayu pada kayu P. merkusii dan G. gnemon
Jenis Kayu
Pinus
merkusii
Gnetum
Gnemon
Posisi Sampel
Klason/Total (%)
ASL/Total (%)
0o
60o
120o
180o
240o
300o
0o
60o
120o
180o
240o
300o
0.9382
0.9420
0.9541
0.9609
0.9433
0.9354
0.8913
0.9055
0.9173
0.9189
0.9177
0.8981
0.0618
0.0580
0.0459
0.0391
0.0567
0.0646
0.1087
0.0945
0.0827
0.0811
0.0823
0.1019
Nilai lignin klason dari kayu tekan P. merkusii sekitar 96% dan nilai lignin
terlarut asam sekitar 4% dari total lignin. Semakin tinggi nilai lignin klason atau
kadar lignin, semakin rendah nilai lignin terlarut asam (Gambar 8). Hal ini diduga
dipengaruhi oleh jenis dan komposisi dari komponen penyusun molekul lignin
yaitu kandungan unit guaiasil dan p-hidroksiphenil. Sebagaimana telah diketahui
bahwa jenis kayu daun jarum disusun oleh lignin dari unit guaiasil dan phidroksiphenil (Fengel dan Wegener 1985, Sjostrom 1995), sehingga karakteristik
kimia molekul lignin kayu daun jarum sangat ditentukan oleh proporsi dan
reaktifitas kedua jenis unit penyusun lignin tersebut. Berdasarkan hal tersebut
mengindikasikan bahwa lignin pada bagian kayu tekan selain secara kuatitatif
lebih tinggi juga lebih mudah berkondensasi selama proses penentuan lignin
klason, yang berakibat tingginya fraksi lignin yang tidak larut asam (lignin
klason) dan rendahnya pembentukan fraksi lignin yang terlarut asam.
23
Gambar 8. Hubungan lignin klason dan lignin terlarut asam kayu reaksi
P.merkusii
Pada kayu reaksi G. gnemon rata-rata proporsi nilai lignin klason adalah
sekitar 92% dan nilai lignin terlarut asam sekitar 8% dari total lignin (Tabel 5).
Kadar lignin yang semakin tinggi diikuti oleh semakin rendahnya nilai lignin
terlarut asam (Gambar 9). Sifat kimia lignin pada kayu G. gnemon ini dipengaruhi
oleh struktur kimianya yang terutama disusun oleh unit siringil dan guaiasil.
Proporsi siringil dan guaiasil diduga mempengaruhi nilai lignin terlarut asam yang
dihasilkan setelah terjadinya proses hidrolisis pada saat penentuan lignin klason.
Gambar 9. Hubungan lignin klason dan lignin terlarut asam kayu reaksi G.
gnemon
Pengaruh dari struktur kimia lignin terhadap kandungan lignin terlarut
asam dan lignin klason tidak terlepas dari reaktifitas struktur kimia lignin tersebut.
24
25
Klason Lignin
(%)
25.47
25.60
29.75
32.44
27.01
25.59
ASL
(%)
1.6791
1.5763
1.4295
1.3215
1.6248
1.7674
G (mmol/gram
kayu)1
0.5257
0.4801
0.4977
0.5142
0.5539
0.5222
1
: Guaiasil;
H (mmol/gram
kayu)2
0.0095
0.0109
0.0658
0.0843
0.0569
0.0262
26
kekerasan yang lebih tinggi. Hal tersebut terjadi sebagai akibat dari kandungan
yang lebih tinggi dan molekul lignin yang lebih rapat (condensed) karena
tingginya kandungan p-hidroksiphenil. Secara struktur kimianya, p-hidroksiphenil
memiliki potensi ikatan yang lebih banyak (posisi C-3 dan C-5 pada cincin
aromatik) dibanding guaiasil atau siringil.
27
hidroksiphenil dalam lignin kayu daun jarum. Seperti sudah dibahas, bahwa
terdapat kecenderungan lignin terlarut asam semakin menurun sejalan dengan
pembentukan kayu reaksi tekan yang semakin besar. Hal tersebut disertai dengan
semakin meningkatnya kandungan unit p-hidroksiphenil penyusun lignin.
Kandungan lignin terlarut asam kayu tekan P. merkusii menunjukan hubungan
yang erat dengan proporsi p-hidroksiphenil dimana nilai p-hidroksiphenil yang
semakin tinggi menyebabkan lignin terlarut asam yang semakin rendah (Gambar
11).
Matsushita et al. (2004) menyebutkan bahwa selama perlakuan dengan
asam sulfat, struktur lignin akan berubah. Perubahan ini dapat terjadi karena
adanya reaksi kondensasi sebagai akibat dari tingkat reaktifitas yang dimiliki oleh
cincin aromatik penyusun lignin. Unit p-hidroksiphenil memiliki tapak reaktif
pada posisi C3 dan C5 dari cincin aromatik yang akan membentuk ikatan karbonkarbon pada proses kondensasi selama perlakuan dengan asam sulfat. Dengan
semakin
tingginya
proporsi
p-hidroksiphenil
akan
meningkatkan
reaksi
kondensasi sehingga lignin menjadi padat dan tingkat kelarutannya dalam asam
menjadi rendah yang berdampak pada kandungan lignin terlarut asam yang
rendah.
28
aromatik penyusun lignin jenis kayu ini seperti halnya kayu hardwood yaitu
siringil dan guaiasil (Tabel 7). Untuk jenis lignin guaiasil-siringil komposisi
monomer penyusun lignin biasanya dinyatakan sebagai rasio siringil terhadap
guaiasil (rasio S/G atau S/V). Hal ini karena kedua jenis unit penyusun lignin
tersebut masing-masing memiliki proporsi yang besar terhadap penyusunan
molekul lignin. Berdasarkan tabel tersebut, menunjukkan bahwa rasio
siringil/guaiasil (rasio S/G) semakin meningkat sejalan dengan semakin
meningkatnya lignin terlarut asam (Gambar 12).
Tabel 7 Kandungan siringil/guaiasil pada G. gnemon
Posisi Sampel
0o
60o
120o
180o
240o
300o
Klason Lignin
(%)
25.56
25.77
26.62
27.06
26.93
25.96
ASL (%)
2.5158
2.2290
1.9296
1.9194
1.9225
2.3044
Rasio S/G
(mmol/gram kayu)
1.23
1.21
0.98
0.85
0.96
1.11
Keterangan: 0o: opposite; 180o: kayu tekan; S: siringil; G: Guaiasil (Sumber: Syafii dan
Nawawi, 2008)
Hal ini menunjukkan bahwa nilai lignin terlarut asam tidak dipengaruhi
oleh kandungan klason lignin secara kuantitatif tetapi lebih ditentukan oleh
komposisi kimia penyusun lignin. Nilai lignin terlarut asam yang lebih tinggi
dihasilkan dari lignin yang memiliki proporsi siringil/guaiasil yang lebih tinggi.
Hal ini mengindikasikan bahwa selama proses hidrolisis dan reaksi kondensasi
dalam asam, adanya unit siringil lignin berkontribusi terhadap pembentukan lignin
terlarut asam.
Yasuda et al. (2001), menyatakan bahwa siringil mempunyai reaktifitas
yang tinggi selama terjadinya hidrolisis dalam asam sulfat 72%. Pada proses
hidrolisis dengan asam sulfat 72%, siringil yang mempunyai sifat kelarutan yang
tinggi dalam asam sulfat 72% pecah dalam perlakuan Klason dan pada saat yang
bersamaan komponen yang pecah tadi mengalami reaksi kondensasi intermolekul,
reaksi kondensasi dengan karbohidrat, degradasi, dan reaksi-reaksi lainnya.
Selanjutnya, produk yang terdapat dalam lignin terlarut asam terutama adalah
29
lignin siringil yang berikatan dengan hemiselulosa (xilan), disamping produkproduk degradasi berbobot molekul rendah. Oleh karena itu nilai lignin terlarut
asam tinggi pada lignin dengan kandungan unit siringil yang tinggi.
30
tekan namun secara sifat kimia dan dimensi serat kayu, jenis ini seperti kayu tarik
yang merupakan ciri dari kayu hardwood kelompok angiospermae.
Hubungan antara kadar lignin dan cincin aromatik menunjukan bahwa
kayu membentuk kayu reaksi sebagai respon terhadap pengaruh dari lingkungan
terhadap pohon selama pertumbuhan. Pada pembentukan kayu reaksi tekan tidak
hanya nilai kandungan lignin yang meningkat tetapi juga terdapat perubahan
proporsi cincin aromatik penyusun
31
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Kadar lignin pada kayu reaksi P. merkusii menunjukan nilai yang
meningkat dari bagian kayu oposit ke arah bagian kayu tekan.
Kecenderungan yang sama juga terdapat pada kayu reaksi G. gnemon.
Kecenderungan sebaliknya terjadi untuk kadar lignin terlarut asam dimana
nilai lignin terlarut asam menurun dari bagian kayu oposit ke arah bagian
kayu tekan.
2. Kandungan lignin pada kayu tekan P. merkusii berkorelasi positif dengan
kandungan p-hidroksiphenil dalam lignin. Sejalan dengan peningkatan
kadar lignin, proporsi p-hidroksiphenil meningkat dari bagian kayu oposit
ke arah bagian kayu tekan Pinus, yang mengindikasikan bahwa ketika
pohon mengalami tekanan mekanis dari luar tidak hanya direspon dengan
peningkatan kadar lignin tetapi juga proporsi unit p-hidroksiphenil.
3. Pada kayu G. gnemon, kandungan lignin terlarut asam berkorelasi positif
dengan proporsi siringil/guaiasil dimana semakin tinggi proporsi
siringil/guaiasil maka lignin terlarut asam yang dihasilkan juga semakin
tinggi.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian mengenai kandungan lignin terlarut asam dari
jenis kayu Indonesia lainnya sehingga didapat suatu data yang
komprehensif sebagai dasar bagi pemanfaatan kayu yang sesuai dengan
sifat dasarnya, khususnya pemanfaatan kayu berbasis komponen kimianya.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai peranan lignin terlarut
asam terhadap kegiatan yang berhubungan dengan pengolahan kimia kayu
seperti pada proses pulping.
32
DAFTAR PUSTAKA
33
34
LAMPIRAN
35
Lampiran 1. Lignin Klason dan lignin terlarut asam (Acid Soluble Lignin) pada
kayu P. merkusii
Posisi
Sampel
0
60
120
180
240
300
ulangan
ASL (%)
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
25.80
25.15
25.92
25.27
30.72
28.78
32.74
32.14
27.28
26.75
25.52
25.65
1.67
1.69
1.55
1.61
1.42
1.44
1.30
1.34
1.62
1.63
1.74
1.80
Rata-rata
Lignin Klason
ASL
(%)
(%)
25.47
1.68
25.6
1.58
29.75
1.43
32.44
1.32
27.01
1.62
25.59
1.77
36
Lampiran 2. Lignin Klason dan lignin terlarut asam (Acid Soluble Lignin) pada
kayu G. gnemon
Posisi
Sampel
0
60
120
180
240
300
ulangan
ASL (%)
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
19.54
21.73
20.02
22.71
20.10
22.73
19.98
23.53
20.14
22.72
19.54
21.07
2.84
2.19
2.33
2.13
2.02
1.84
2.01
1.83
2.00
1.84
2.35
2.26
Rata-rata
Lignin Klason
ASL
(%)
(%)
20.64
2.52
21.36
2.23
21.42
1.93
21.75
1.92
21.43
1.92
20.31
2.30