Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Pengelolaan
memerlukan
penderita
perhatian
hipertiroidisme
khusus,
oleh
dalam
karena
baik
kehamilan
keadaan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
tiroksin bebas (FT4) dan indeks tiroksin total (FTI) normal. Untuk
menjamin kestabilan kadar hormon bebas, mekanisme umpan balik
merangsang
pelepasan
TSH
yang
bekerja
untuk
meningkatkan
2.2
Epidemiologi
Prevalensi hipertiroid di Amerika Serikat diperkirakan sebesar 1%.
Penyebab tersering adalah penyakit Grave, yang 5-10 kali lebih sering
dialami wanita dengan puncaknya pada usia reproduktif. Prevalensi
hipertiroid dalam kehamilan 0,1-0,4%, 85% dalam bentuk penyakit Grave.
Sama halnya seperti penyakit autoimun lain, tingkat aktivitas penyakit
Grave dapat berfluktuasi saat trimester pertama dan membaik perlahan
2.3 Etiologi
Hipertiroid dalam kehamilan dapat berupa penyakit Graves,
hiperemesis gravidarum, tirotoksikosis gestasional sementara, dan
kehamilan mola. Di antara keempat penyebab hipertiroid dalam
kehamilan, penyakit graves paling sering terjadi, sekitar 1 dari 500
kehamilan.(Inoue, Miho, et al. 2009)
Penyakit graves merupakan kelainan autoimun kompleks dengan
tanda tirotoksikosis, oftalmopati (lid lag, lid retraction, dan eksoftalmus),
dan
dermopati
(miksedema
pretibial).
Hal
ini
dimediasi
oleh
hipertiroksinemia
dan
kemungkinan
penyebab
lainnya.
2.5 Diagnosis
Diagnosis klinis hipertiroid pada wanita hamil biasanya sulit
ditegakkan. Hal ini dikarenakan wanita dengan hipertiroid memiliki
beberapa tanda-tanda sistem hiperdinamik seperti peningkatan curah
jantung dengan bising sistolik dan takikardi, kulit hangat, dan intoleransi
terhadap panas. Tanda hipertiroid seperti berat badan turun, dapat menjadi
tidak jelas oleh kenaikan berat badan karena kehamilan. Mengingat
kebanyakan kasus disebabkan oleh penyakit Grave, dicari tanda-tanda
oftalmopati Grave (tatapan melotot, kelopak tertinggal saat menutup mata,
eksoftalmos) dan bengkak tungkai bawah (pretibial myxedema). Adanya
onkilosis atau pemisahan kuku distal dari nailbed, dapat juga membantu
dalam menegakkan diagnosis klinis hipertiroid. (Garry, Dimitry. 2013)
Peningkatan kadar T3 serum dapat meningkatkan densitas reseptor
-adrenergik sel miokardium sehingga curah jantung meningkat walaupun
saat istirahatdan terjadi aritmia (fibrilasi atrium). Denyut nadi saat istirahat
biasanya di atas 100 kali per menit dan jika denyut nadi tetap atau tidak
menjadi
lambat
selama
melakukan
manuver
Valsava,
diagnosis
rd
10
Gejala
Tanda
Laboratorium
Intoleran pada
T4, FT4
panas
Curah jantung
TSH
Berat badan
Tekanan nadi
(+) anti-tiroid
Palpitasi
Bising sistolik
Berkeringat
Oftalmopati-
Graves
Keterangan
Remisi selama
kehamilan
Postpartum
flare
antibody
dermopati
Hiperemesis
Gravidarum
Mual / muntah
Keadaan eutiroid
yang berlebihan
Dehidrasi
Berat badan
Sembuh dalam
atau sedikit
18 minggu
Tidak jelas
tanpa terapi
peningkatan T4
kecuali hCG >
50.000 IU/L
TSH minimal
hCG
Ketonuria,
elektrolit tidak
seimbang,
kelainan hati dan
ginjal
Kehamilan
Mual / muntah
Toksemia
T4, FT4
Evakuasi
Mola
Perdarahan
Tidak ada
TSH (ditekan)
Hipertiroid
trimester
perkembangan
bhCG
pertama
bayi
menghilang
sejalan dengan
normalnya
bhCG
11
2.6 Penatalaksanaan
Hipertiroid yang ringan (peningkatan kadar hormon tiroid dengan
gejala minimal) sebaiknya diawasi sesering mungkin tanpa terapi
sepanjang ibu dan bayi dalam keadaan baik. Pada hipertiroid yang berat,
membutuhkan terapi, obat anti-tiroid adalah pilihan terapi, dengan PTU
sebagai pilihan pertama. Tujuan dari terapi adalah menjaga kadar T4 dan
T3 bebas dari ibu dalam batas normal-tinggi dengan dosis terendah terapi
anti-tiroid. Target batas kadar hormon bebas ini akan mengurangi resiko
terjadinya hipotiroid pada bayi. Hipotiroid pada ibu sebaiknya dihindari.
Pemberian terapi sebaiknya dipantau sesering mungkin selama kehamilan
dengan
hubungan
terapi
metimazol
dengan
aplasia
kutis,
stimulating
antibodi
juga
melalui
plasenta
dan
dapat
12
13
Pada pasien yang tidak adekuat diterapi dengan pengobatan antitiroid seperti pada pasien yang alergi terhadap obat-obat, pembedahan
merupakan alternative yang dapat diterima. Pembedahan pengangkatan
kelenjar tiroid sangat jarangdisarankan pada wanita hamil mengingat
resiko pembedahan dan anestesi terhadap ibu dan bayi. Jika tiroidektomi
subtotal direncanakan, pembedahan sering ditunda setelah kehamilan
trimester pertama atau selama trimester kedua. Alasan dari penundaan ini
adalah untuk mengurangi resiko abortus spontan dan juga dapat
memunculkan resiko tambahan lainnya. (Inoue, Miho, et al. 2009,
Williams Obstetrics 23rd. 2010)
Pembedahan dapat dipikirkan pada pasien hipertiroid apabila
ditemukan satu dari kriteria berikut ini (Girling, Joanna. 2008):
a. Dosis obat anti tiroid yang dibutuhkan tinggi (PTU > 300 mg, MMI >
20 mg)
b. Hipertiroid secara klinis tidak dapat dikontrol
c. Hipotiroid fetus terjadi pada dosis obat anti tiroid yang dibutuhkan
untuk mengandalikan hipertiroid pada ibu
d. Pasien yang alergi terhadap obat anti tiroid
e. Pasien yang menolak mengkonsumsi obat anti tiroid
f. Jika dicurigai ganas
Terapi radioiodin menjadi kontraindikasi dalam pengobatan
hipertiroid selama kehamilan sejak diketahui bahwa zat tersebut dapat
melewati plasenta dan ditangkap oleh kelenjar tiroid fetus. Hal ini dapat
menyebabkan kehancuran kelenjar dan akhirnya berakibat pada hipotiroid
yang menetap. (Gurvinder. 2010, Williams Obstetrics 23rd. 2010)
14
(Sumber
2.7
Komplikasi
Hipertiroid yang tidak terkontrol, terutama pada pertengahan masa
hamil, dapat memicu beberapa komplikasi. Komplikasi maternal di
antaranya keguguran, infeksi, preeklamsia, persalinan preterm, gagal
jantung kongesti, badai tiroid, dan lepasnya plasenta. Komplikasi fetus dan
neonatus di antaranya prematur, kecil untuk masa kehamilan, kematian
janin dalam rahim, dan goiter pada fetus atau neonatus dan atau
tirotoksikosis. Pengobatan yang belebihan juga dapat menyebabkan
hipotiroid iatrogenik pada fetus. (Williams Obstetrics 23rd. 2010)
Jika wanita dengan penyakit graves atau yang pernah diobati untuk
penyakit graves sebelumnya, antibodi tiroid-stimulating yang dihasilkan
ibu dapat melewati plasenta sehingga masuk ke dalam aliran darah fetus
dan merangsang tiroid fetus. Jika ibu dengan penyakit graves sedang
diobati dengan obat anti tiroid, hipertiroid pada bayi kurang bermakna
karena obat-obatan tersebut juga dapat melintasi plasenta. Namun, jika
ibunya diobati dengan pembedahan atau radioaktif iodin, kedua metode
15
16
17
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PENDERITA
Nama
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 26 tahun
Agama
: Islam
Alamat
: 08.97.74
Tgl. MRS
Tgl. KRS
: 28-09-2015
R. menarche : 12 tahun
R. menstruasi : tidak teratur/5hari/dismenorea (+)
R. Marital: 1x. Usia 23 tahun
R. Obstetri: I. Hamil ini
Riwayat ANC : teratur/PKM dan RS/USG (+)
Riwayat KB: -
PEMERIKSAAN FISIK
KU : Cukup
Kesadaran: CM
VS : TD : 160/110
RR : 20 x/menit
N : 100 x/menit
: 36,8 oC
Status generalis:
Kulit :
Dalam batas normal
Kepala:
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Leher:
Dalam batas normal
Thoraks:
Cor:
I: ictus cordis tidak tampak
P: ictus cordis teraba normal di ICS V MCL Sinistra
P: batas jantung ICS IV Parasternal dekstra sampai ICS V MCL sinistra
A: S1S2 tunggal
19
Pulmo:
I: Simetris, tidak ada retraksi, tidak ada ketertinggalan gerak
P: Fremitus raba normal
P: Sonor
A: Vesikuler +/+, Ronkhi -/- Wheezing -/Abdomen:
I : Cembung
A: bising usus (+) normal
P: redup
P: soepel
Ekstremitas:
Akral hangat
Oedem
Status Obstetri :
Perkusi: redup
HIS : 1x 10 x 15
ASSESMENT
G1P0000 uk. 34-35 minggu + KPD + PEB + Hipertiroid terkontrol J/T/H
20
PLANNING
Planning diagnostik :
DL
UL
Kadar T3, T4, TSH
Planning monitoring :
Observasi CHPB
Observasi TTV
Planning terapi :
Consul jantung
Planning obstetri :
MgSO4 sesuai protap
Pro terminasi SC
12,5 gr/dl
Leukosit
11,2
HCT
36,1
Trombosit
167
KIMIA KLINIK
GDA
85
Faal Ginjal
BUN
16,4
SK
0,77
Faal Hati
SGOT
24
SGPT
18
21
Makroskopis
Warna
Kuning
Kejernihan
Agak keruh
BJ
1.010
Bau
Khas
PH
6.5
Kimiawi
Reduksi
(-)
Albumin
+2
Urobilin
(-)
Bilirubin
(-)
Mikroskopis
Leukosit urine
5-7
Eritrosit urine
10-20
Sel epitel
2-4
Silinder
(-)
Kristal
(-)
Lain-lain
Kadar Tiroid
TSH
T3 total
T4 bebas
22
14,3
Leukosit
17,5
Hitung Jenis
1/-/-/81/12/6
LED
34/55
HCT
41,6
Trombosit
247
KIMIA KLINIK
GDA
67
Faal Ginjal
BUN
13
SK
0.9
Urea
27
Asam Urat
7.8
Faal Hati
SGOT
40
SGPT
22
Albumin
2.5
23
UL
Makroskopis
Warna
Merah keruh
pH
6.0
BJ
1.020
Kimiawi
Protein
+3
Glukosa
Normal
Urobilin
Normal
Bilirubin
(-)
Nitrit
(-)
Keton
(-)
Telah dilakukan SCTPE oleh dr. Endang Sp.OG pada hari Jumat, tanggal 21-082015 pukul 10.50 WIB. Didapatkan bayi berjenis kelamin perempuan lahir
langsung menangis, AS 7-8, ketuban jernih. BB = 1820 gram, PB = 42 cm.
Cacat (-), anus (+). Genitalia (+), caput suksadenum (-), cephal hematom (-)
Instruksi Post Op :
Observasi sampai pasien stabil
Inf. RL : D5 = 2 : 1
Balance cairan/6 jam
Inj. Ceftaazidime 3x1 gram
Inj. Alin F 3x1 amp
Inj. Antrain 3x1 amp
24
Status Generalis :
k/l : a/i/c/d = -/-/-/Tho : S1/S2 tunggal/ Ves +/+, rh -/-, wh-/-
Status obstetri :
Perkusi: timpani
25
Status Generalis :
k/l : a/i/c/d = -/-/-/Tho : S1/S2 tunggal/ Ves +/+, rh -/-, wh-/-
Status obstetri :
Perkusi: timpani
26
Status Generalis :
k/l : a/i/c/d = -/-/-/Tho : S1/S2 tunggal/ Ves +/+, rh -/-, wh-/-
Status obstetri :
Perkusi: timpani
27
Status Generalis :
k/l : a/i/c/d = -/-/-/Tho : S1/S2 tunggal/ Ves +/+, rh -/-, wh-/-
Status obstetri :
Perkusi: timpani
28
BAB IV
KESIMPULAN
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham, F. Gary, Leveno, Kenneth J., Bloom, Steven L., Hauth, John
C., Rouse, Dwight J. & Spong, Catherine Y. eds. (2010) Williams
Obstetrics. 23rd. United States : The McGraw Hill Companies, Inc.
2. Garry, Dimitry. (2013) Penyakit Tiroid pada Kehamilan. CDK-206/ vol.
40 no. 7, th.
3. Girling, Joanna. (2008) Thyroid Disease in Pregnancy. The Obstetrician &
Gynaecologist, 10, pp. 237-243.
4. Inoue, Miho, Arata, Naoko, Koren, Gideon & Ito, Shinya. (2009)
Hyperthyroidism during Pregnancy. Canadian Family Physician, Vol 55
July, pp. 701-703.
5. Marx, Helen, Amin, Pina & Lazarus, John H. (2008) Hyperthyroidism and
Pregnancy. British Medical Journal, Vol 336 March, pp. 663-667.
6. Prawirohardjo, S. 2011. Kehamilan dan Gangguan Endokrin dalam ilmu
kandungan Edisi Ketiga. Jakarta Pusat: Yayasan Bina Pustaka hl; 201-208
30