Вы находитесь на странице: 1из 45

KONSEP GANGGUAN JIWA

1. DEFINISI
Konsep gangguan jiwa dari PPDGJ II yang merujuk ke DSM-III adalah
sindrom atau pola perilaku, atau psikologi seseorang, yang secara klinik cukup
bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan
(distress) atau hendaya (impairment/disability) di dalam satu atau lebih fungsi
yang penting dari manusia (Maslim, 2002).
Gangguan jiwa adalah gangguan yang mengenai satu atau lebih fungsi
jiwa.Gangguan jiwa adalah gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya
emosi,

proses

berpikir,

perilaku,

dan

persepsi

(penangkapan

panca

indera).Gangguan jiwa ini menimbulkan stress dan penderitaan bagi penderita


(dan keluarganya) (Stuart & Sundeen, 1998).
Menurut American Psychiatric Association (2009), gangguan mental
adalah gejala atau pola dari tingkah laku psikologi yang tampak secara klinis yang
terjadi pada seseorang dari berhubungan dengan keadaan distress (gejala yang
menyakitkan) atau ketidakmampuan (gangguan pada satu area atau lebih dari
fungsi-fungsi penting) yang meningkatkan risiko terhadap kematian, nyeri,
ketidakmampuan atau 8 9 kehilangan kebebasan yang penting dan tidak jarang
respon tersebut dapat diterima pada kondisi tertentu.
Gangguan jiwa dapat mengenai setiap orang, tanpa mengenal umur, ras,
agama, maupun status sosial-ekonomi.Gangguan jiwa bukan disebabkan oleh
kelemahan pribadi.Di masyarakat banyak beredar kepercayaan atau mitos yang
salah

mengenai

gangguan

jiwa,

ada

yang

percaya

bahwa

gangguan

jiwadisebabkan oleh gangguan roh jahat, ada yang menuduh bahwa itu akibat
guna-guna, karena kutukan atau hukuman atas dosanya. Kepercayaan yang
salah ini hanya akan merugikan penderita dan keluarganya karena pengidap
gangguan jiwa tidak mendapat pengobatan secara cepat dan tepat (Notosoedirjo,
2005).
Gangguan jiwa menurut Depkes RI (2000) adalah suatu perubahan pada
fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang
menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan
peran

sosial.

Penyebab gangguan

jiwa itu

bermacam-macam

ada

yang

bersumber dari berhubungan dengan orang lain yang tidak memuaskan seperti
diperlakukan tidak adil, diperlakukan semena-mena, cinta tidak terbalas,

kehilangan seseorang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, dan lain-lain. Selain itu
ada juga gangguan jiwa yang disebabkan faktor organik, kelainan saraf dan
gangguan pada otak (Djamaludin, 2001). Jiwa atau mental yang sehat tidak
hanya berarti bebas dari gangguan. Seseorang bisa dikatakan jiwanya sehat jika
ia bisa dan mampu untuk menikmati hidup, punya keseimbangan antara aktivitas
kehidupannya, mampu menangani masalah secara sehat, serta berperilaku
normal dan wajar, sesuai dengan tempat atau budaya dimana dia berada. Orang
yang jiwanya sehat juga mampu mengekpresikan emosinya secara baik dan
mampu beradaptasi dengan lingkungannya, sesuai dengan kebutuhan.
2. PSIKOPATOLOGI
a. Skizofrenia Sebagi Bentuk Gangguan Jiwa
Skizofrenia merupakan bahasan yang menarik perhatian pada konferensi
tahunan The American Psychiatric Association/APA di Miami, Florida, Amerika
Serikat, Mei 1995 lalu. Sebab di AS angka pasien skizofrenia cukup tinggi
(lifetime prevalance rates) mencapai 1/100 penduduk. Sebagai perbandungan,
di Indonesia bila pada PJPT I angkanya adalah 1/1000 penduduk maka
proyeksinya pada PJPT II, 3/1000 penduduk, bahkan bisa lebih besar lagi.
Berdasarkan data di AS:
a) Setiap tahun terdapat 300.000 pasien skizofrenia mengalami episode akut;
b) Prevalensi skizofrenia lebih tinggi dari penyakit Alzheimer, multipel skelosis,
pasien diabtes yang memakai insulin, dan penyakit otot (muscular
dystrophy);
c) 20%-50% pasien skizofrenia melakukan percobaan bunuh diri, dan 10% di
antaranya berhasil (mati bunuh diri);
d) Angka kematian pasien skizofrenia 8 kali lebih tinggi dari angka kematian
penduduk pada umumnya.
Psikopatologi meliputi:
1. Gangguan kepribadian
Kepribadian ialah ekspresi keluar dari pengetahuan dan perasaan
yang dialami secara subyektif oleh seseorang. Kepribadian menuju ke
kematangan badaniah, emosional, sosial dan intelektual. Perkembangan ini
dipengaruhi oleh faktor-faktor badaniah (keturunan, keadaan susunan saraf
dan hormonal), emosional (mekanisme penyesuaian diri), sosial (hubungan
antar-manusia),

adat-istiadat,

kebudayaan

dan

kepercayaan,

serta

intelektual (taraf intelegensi). Watak adalah kepribadian yang dipengaruhi


oleh motivasi yang menggerakkan kemauan sehingga orang tersebut

bertindak. Pembagian atau klasifikasi dari gangguan jiwa kepribadian tidak


memuaskan, sama dengan klasifikasi dengan orang-orang yang normal.
Berdasarkan Pedoman Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwa ke-3
(PPDGJ-III) sebagai berikut:
a.

Kepribadian paranoid
Kepribadian paranoid adalah suatu gangguan kepribadian dengan
sifat curiga yang menonjol. Orang seperti ini mungkin agresif dan setiap
orang lain yang dilihat sebagai seorang agresor terhadapnya. Dirinya
harus mempertahankan dirinya, ia bersikap sebagai pemberontak dan
angkuh untuk menahan harga diri. Seringkali dirinya mengancam orang
lain sebagai akibat proyeksi rasa bermusuhannya sendiri. Dalam
kepribadian

paranoid

kita

menemukan

secara

berlebihan

kecenderungan yang sudah umum seperti, yaitu suka melemparkan


tanggung jawab kepada orang lain.
b.

Kepribadian skizoid
Sifat-sifat kepribadian ini adalah pemalu, suka menyendiri, perasa,
pendiam, menghindari hubugan jangka panjang dengan orang lain.
Individu ini menunjukan respons yang terbatas terhadap isyarat atau
rangsangan sosial.
Ciri utama cara menyesuaikan dan membela dirnya ialah menarik
diri, mengasingkan diri, dan sering aneh (eksentrik). Terdapat juga cara
pemikiran

otostik,

melamun

berlebihan

dan

ketidakmampuan

menyatakan rasa permusuhan.


c. Kepribadian skizotipal
Orang dengan gangguan kepribadian skizotipal biasanya lebih
sering berpikir ke arah magis, memiliki gagasan aneh, gagasan
menyangkut diri sendiri, waham, dan derealisasi.
d.

Kepribadian antisosial
Individu dengan kepribadian ini tidak mempunyai loyalitas terhadap
kelompoknya ataupun norma-norma sosial. Pada umumnya individu
dengan kepribadian ini egosentrik, tidak bertanggung jawab, impulsif,
tidak mampu mengubah diri, baik karena pengalaman maupun karena

hukuman. Kepribadian ini sudah ditunjukan ketika masa anak-anak


sebelum umur 12-15 tahun. Kepribadian antisosial jauh lebih banyak
pada kaum pria, yaitu sekitar 5-10 pria dibandingkan satu wanita dan
saat ini belum diketahui apa sebabnya.
e.

Kepribadian ambang
Pasien dengan gangguan kepribadian ini berada dalam perbatasan
antara neurosis dan psikosis dan ditandai oleh afek, mood, perilaku,
hubungan objek, dan citra diri yang tidak stabil. Gangguan ini
dinamakan skizofrenia ambulatorik, kepribadian seolah-olah (as-if
personality).
Pasien dengan gangguan kepribadian ambang hampir selalu
dalam keadaan krisis. Pasien dapat bersikap argumentatif pada suatu
waktu dan terdepresi pada waktu selanjutnya. Perilaku pda pasien ini
tidak dapat diperkirakan. Pasien dengan kepribadian ini juga sering
mencerminkan sifat menyakitkan dengan seringnya merusak diri
sendiri, mengekspresikan kemarahan pada teman dekat mereka jika
mengalami frustasi. Namun pasien seperti ini tidak dapt mentoleransi
keadaan sendirian dan mereka lebih senang untuk mencari teman
secara mati-matian dibandingkan duduk sendirian.

f.

Kepribadian histrionik
Kepribadian histerik biasanya sombong, egosentrik, tidak stabil
emosinya, menarik perhatian dengan afek yang labil, memiliki gaya
bicara

yang

impresionistik

dan

tidak

memiliki

perincian,

lekas

tersinggung, tetapi memiliki emosi yang dangkal. Pada kepribadian ini


tidak

dapat

menyatakan

perasaan

secara

tepat

dan

sering

menggunakan gerakan tubuh dalam komunikasi. Kepribadian histerik


lebih sering pada kaum wanita.
g.

Kepribadian narsistik
Orang dengan gangguan kepribadian narsistik ditandai oleh
meningkatnya rasa kepentingan diri dan perasaan kebesaran yang
unik. Mereka menganggap dirinya sebagai orang yang khusus dan
mengharapkan terapi yang khusus pula. Mereka menanggapi kritik
secara buruk dan mungkin menjadi marah jika ada yang berani
mengkritik mereka, atau mereka tampak acuh tak acuh terhadap kritik.

Pasien dengan gangguan ini seringkali tidak mampu menunjukkan


empati, dan hanya berpura-pura simpati hanya untuk mencapai
kepentingan mereka sendiri. pasien memiliki harga diri yang rapuh
dan rentan terhadap depresi.
h.

Kepribadian menghindar
Orang dnegan gangguan kepribadian menghindar menunjukkan
kepekaan

yang

ekstrem

terhadap

penolakan,

yang

dpaat

menyebabkan penarikan diri dari kehidupan sosial. Mereka tidak


asosial dan menunjukkan keinginan yang kuat untuk berteman namun
mereka

malu;

mereka

memerlukan

jaminan

yang

kuat

dan

penerimaan tanpa kritik yang tidak lazim, mengindari aktivitas


pekerjaan yang memerlukan kontak intrapersonal yang bermakna,
tidak mau terlibat dengan orang lain kecuali mereka yakin akan
disukai, memandang diri sendiri janggal secara sosial, lebih rendah
dari orang lain, dan enggan untuk mengambil risiko pribadi atau
melakukan aktivitas baru.
i.

Kepribadian dependen
Orang dengan gangguan kepribadian dependen menepmpatkan
kbutuhan mereka sendiri di bawah kebutuhan orang lain, meminta
orang lain untuk mengambil tanggung jawabuntuk masalah besar
dalam kehidupan mereka, tidak memiliki keprcayaan dari, dan
mungkin memngalami rasa tidak nyaman yang kuat jika sedang
sendirian. Pasien dengan gangguan kepribadian ini lebih menghindari
posisi tanggung jawab dan menjadi cemas jika diminta untuk
memegang peran kepemimpinan.

j.

Kepribadian obsesif-kompulsif
Gangguan kepribadian ini ditandai oleh penyempitan emosional,
ketertiban, kekerasan hati, sikap keras kepala, dan kebimbangan.
Orang dengan kepribadian obsesif-kompulsif merasa asyik dengan
peraturan, serius, dan seringkali tidak memiliki rasa humor. Mereka
memaksakan aturan supaya diikuti secara kaku dan tidak mampu
mentoleransi apa yang dirasakannya sebagai pelanggaran. Pasien
biasanya enggan membuangbenda-benda yang usang atau tidak
berguna

walaupun

tidak

memiliki

nilai

sentimental,

enggan

mendelegasikan tugas atau bekerja sama dengan orang lain kecuali


mereka tunduk dengan tepat caranya mengerjakan tugas, terlalu
berhati-hati, teliti, dan tidak fleksibel tentang maslaah moralitas, etika,
atau nilai-nilai (tidak disebabkan oleh identifikasi kultural atau religius)
Gangguan Kepribadian yang Tidak Ditentukan
Kategori ini dalam DSM-IV dicadangkan untuk gangguan yang
tidak memenuhi ke dalam satu gangguan kepribadian yang telah dijelaskan
sebelumnya.
k.

Kepribadian pasif-agresif
Kepribadian ini terdapat dua sub, diantaranya: pasif-dependent dan
pasif-agresif. Orang yang pasif-dependent senantiasa berpikir, bertindak
dan merassa bahwa kebutuhannya akan ketergantungan itu akan
dipenuhi secara menakjubkan. Orang yang pasif-agresif merasa bahwa
kebutuhannya

akan

ketergantungan

tidak

pernah

dipenuhi.

Ia

menunjukan penangguhan (penundaan) dan sikap keras, agar diterima


dan diberi dengan murah hati apa yang diharapkannya dengan sangat.
Kepribadian ini ditandai oleh sikap pasif dan agresif. Agresivitas ini dapat
dinyatakan secara pasif dengan cara mengambat, bermuka asam,
malas dan keras kepala. Perilakunya merupakan cerminan dari ras
permusuhan yang tidak pernah dinyatakan secara terang-terangan.
l. Kepribadian depresif
Orang dengan gangguan depresif ditandari oleh sifat yang masuk
ke dalam spektrum depresif. Mereka adalah pesimistik, anhedonia,
terikat pada kewajiban, dan meragukan diri sendiri
m. Kepribadian sadomasokistik
Sadisme adlah keinginan untuk menyebabkan rasa sakit pada
orang lain baik secara penyiksaan seksual atau fisik atau penyiksaan
psikologis pada umumnya. Masokisme adalah pencapaian pemuasan
seksual dengan menyiksa diri sendiri.
n.Kepribadian sadistik
Orang dengan gangguan kepribadian ini menunjukkan pola
kekejaman yang pervasif, merendahkan, dan perilaku agresif, yang
dimulai sejak masa kanak-kanak awal, dan diarahkan kepada orang lain.

2. Gangguan aspek motorik atau tingkah laku motorik


Sikap dan tingkah laku penderita tidak dapat lepas dari keseluruhan
ekpresi penderita. Sikap adalah sesuatu yang statis sedangkan tingkah laku
adalah corak gerak-gerik terutama kaki dan tangan. Sikap yang diperlihatkan
penderita diantaranya :
a. Indifferent adalah sikap yang tidak menuju ke suatu kecenderungan
(tendensi) tertentu, jadi banyak bersifat netral.
b. Apatik adalah sikap acuh tak acuh, sikap merasa bodoh dan tidak
menghiraukan apapun yang terjadi disekelilingnya.
c. Kooperatif adalah sikap ingin bersahabat, ingin turuti petunjuk atau
perintah, dan ingin bekerja sama dengan semua orang.
d. Negativisme adalah sikap menolak petunjuk atau perintah yang diberikan
tanpa alasan yang obyektif.
e. Dependen adalah sikap ingin menggantungkan diri secara berlebihan
pada pemeriksa atau individu yang memegang kekuasaan.
f. Infantil adalah sikap kekanak-kanakan.
g. Rigid adalah sikap kaku dan tidak fleksibel kadang-kadang sudah dekat
dengan sikap negativistik.
h. Curiga adalah sikap yang tidak percaya seolah-olah meragukan maksud
baik dari pemeriksa atau orang lain. Baik ucapan maupun gerakannya.
i. Berubah-ubah adalah sikap yang tidak stabil selalu berganti-ganti sikap.
Hal ini sering menunjukan kegelisahan yang bersangkutan.
j. Tegang adalah sikap yang tidak tenang dan kadang-kadang dekat
dengan sikap yang gelisah.
k. Pasif adalah sikap tanpa inisiatif dan keinginan bertindak.
l. Katalepsi adalah sikap yang bertahan dalam satu kedudukan saja untuk
jangka waktu yang lama, seringkali aneh tak masuk akal dan tak ada
tujuannya. Disebut juga fleksibilitas cerea.
m. Aktif adalah sikap penuh inisiatif dan keinginan bertindak.
n. Bermusuhan adalah sikap seperti ingin menyerang atau marah saja.
Sedangkan tingkah laku diantaranya adalah :
a. Hiperaktif adalah sangat besar dorongan bergeraknya, disebut juga over
active.
b. Hipoaktif adalah dorongan bergerak yang amat kurang, walaupun tidak
menghilang sama sekali.
c. Stupor adalah segala pergerakan berhenti, penderita tinggal diam seperti
patung.

d. Gelisah adalah gerakan yang menyatakan adanya ketegangan jiwa yang


memuncak. Penderita tidak dapat duduk diam dan harus berdiri danm
berjalan kesana kemari.
e. Berkoordinasi adalah gerakan yang harmonik sesuai dengan fleksibel
secara luwes.
f. Tak berkoordinasi adalah gerakan yang tidak harmonis kaku dan kadangkadang kacau.
g. Stereotipi adalah gerakan yang bertahan dalam satu atau dua macam tipe
gerakan yang terus menerus diulang untuk waktu yang lama tanpa tujuan
yang jelas.
h. Manineren adalah gerakan yang bermacam-macam, tetapi semuanya
aneh dan karena keanehannya itu seringkali menarik perhatian
disekelilingnya.
i. Agresif adalah nafsu yang selalu beraksi dengan cara kekuatan. Nafsu
dapat terlihat dari roman muka dan sikapnya.
j. Perservasi adalah pembicaraan yang selalu mengulangi kalimat-kalimat
yang sama.
k. Verbigenasi adalah pembicaraan yang selalu mengulangi kata-kata yang

sama.
3.Gangguan Persepsi
Persepsi adalah hasil interaksi antara rangsang sensorik yang tertuju
pada individu itu dengan faktor-faktor pengaruh yang mengatur atau
mengolah rangsang itu secara intra-psikik. Faktor-faktor pengaruh ini dapat
bersifat biologik, sosial, dan psikologik.
a. Ilusi
Ilusi adalah mispersepsi atau misinterpretasi terhadap stimuli
eksternal yang nyata. Misalkan seorang penderita dengan perasaan yang
bersalah, dapat menginterpretasikan suara bergerisiknya daun-daun
sebagai suara yang mendekatinya. Ilusi sering terdapat pada:
a.
b.
c.

Keadaan afektif yang luar biasa


Keinginan yang luar biasa
Dorongan dan impuls-impuls yang mendesak
Ada 5 jenis ilusi:

a.
b.
c.

Visual
Akustik
Olfaktorik

d.
e.

Gustatorik
Taktil
b. Halusinasi
Halusinasi adalah persepsi panca indra tanpa rangsang pada reseptor
panca indra. Jadi halusinasi adalah persepsi tanpa obyek
Jenis jenis halusinasi yaitu :

1.

Halusinasi hipnagogik
Persepsi sensoris palsu yang terjadi saat akan tertidur;

biasanya

2.

dianggap sebagai fenomena yang nonpatologis


Halusinasi hipnopompik
Persepsi palsu yang terjadi saat terbangun dari tidur, biasanya

3.

dianggap nonpatologis
Halusinasi auditorik
Persepsi bunyi palsu, biasanya suara tetapi bisa juga bunyi-bunyi
lain, seperti musik.

4.

Halusinasi visual
Persepsi palsu tentang penglihatan yang berupa citra yang
berbentuk (misalnya, orang) dan citra yang tidak berbentuk (misalnya,

5.
6.

7.

kilatan cahaya)
Halusinasi olfaktoris
Persepsi membau yang palsu
Halusinasi gustatorik (kecap) .
Persepsi tentang rasa kecap yang palsu, seperti

rasa kecap yang

tidak menyenangkan akibat dari kejang


Halusinasi raba (taktil; haptic)
Persepsi palsu tentang perabaan atau sensai

permukaan,

seperti tungkai yang teramputasi (phantom limb), sensasi adanya


8.

gerakan pada atau di bawah kulit (kesemutan)


Halusinasi somatik
Sensasi palsu tentang sesuatu hal yang terjadi di dalam atau
terhadap tubuh, paling sering berasal dari viseral (dikenal juga dengan

9.

nama halusinasi kinestetik)


Halusinasi liliput
Persepsi yang palsu dimana benda-benda tampak lebih kecil
ukurannya (dikenal juga dengan mikropsia)
10. Halusinasi yang sejalan dengan mood (mood-congruent hallucination).

Halusinasi dimana isi halusinasi adalah konsisten dengan


mood yang tertekan atau manik (sebagai contoh, pasien yang
mengalamidepresi mendengar suara yang mengatakan bahwa pasien
adalah orang yang jahat; seorang pasien

manik

mendengar

suara yang mengatakan bahwa pasien memiliki harga diri, kekuatan,


dan pengetahuan yang tinggi)
11. Halusinasi yang tidak sejalan dengan mood (moodincongruent
hallucination).
Halusinasi dimana isinya tidak konsisten dengan mood yang
tertekan atau manik (sebagai contoh, pada depresi, halusinasi tidak
melibatkan tema-tema seperti rasa bersalah, penghukuman yang layak
diterima,

atau

ketidakmampuan;

pada

mania,

halusinasi

tidak

mengalami tema-tema seperti kekuasaan yang tinggi atau harga diri)


Halusinosis
Halusinasi, yang paling sering adalah halusinasi auditorik, yang

12.

berhubungan dengan penyalahgunaan alkohol kronis dan terjadi


dalam sensorium yang jernih, berbeda dengan delirium tremens, yaitu
halusinasi yang terjadi dalam konteks sensorium yang berkabut
Sinestesia
Sensasi atau halusinasi yang disebabkan oleh sensasi lain

13.

(sebagai contoh, suatu sensasi auditoris yang disertai oleh suatu


sensai visual; suatu bunyi yang dialami sebagai dilihat, atau suatu
penglihatan dialami sebagai didengar)
Trailing phenomenon
Kelainan persepsi yang berhubungan

14.

dengan

obat-obat

halusinogen dimana benda yang bergerak dilihat sebagai sederetan


citra yang terpisah dan tidak kontinu
4. Gangguan pikiran
Proses berpikir ialah suatu proses intrapsikik yang meliputi pengolahan
dari

berbagai

pikiran

dah

paham,

dengan

jalan

membayangkan,

menghayalkan, memahami, membandingkan, dan menarik kesimpulan


sehingga terjelma pikiran dan paham baru (3).
Dalam memperhatikan proses berpikir seseorang, kita perhatikan:
a.

Bentuk pikiran

Rangsang berpikir berasal dari berbagai sumber termasuk dari


alam tak sadar dan alam perasaan tetapi dikoreksi oleh akal sehat, logika,
dan realitas. Pikiran tersebut dinamakan rasional (realitas).
Pada keadaan melamun (day dreaming), berpikir diarahkan tidak
hanya oleh pertimbangan realistik tetapi sebagian besar oleh keinginan
egosentrik dan kebutuhan nafsu. Pada gangguan jiwa terutama
skizofrenia, berpikir dapat diarahkan oleh faktor-faktor di luar kesadaran
(bawah sadar) dan menjadi suatu bentuk autistik (dereistik). Berpikir
autistik bersifat kompleks dengan dorongan dan motivasi afektif dan
konatif lainnya, mendapat kebebasan dan berjalan tanpa menghiraukan
kesadaran dan realitas. Akibatnya, hubungan paham atau pikiran tidak
logis lagi.
b.

Isi pikiran
Isi pikir memperlihatkan variasi yang cukup luas dalam keadaan
normal. Dalam keadaan terentu dapat pula suatu pola sentral dalam
pikiran manusia karena kompleksnya pikiran tersebut dianggap sangat
penting bagi dirinya, sehingga nampaknya egosentrik terlihat jelas.
Apabila sifat egosentrik ini melampaui batas normal maka timbulah
gangguan isi pikiran.
Gangguan isi pikiran diantaranya :

1.

Over valued ideas


Perhatian seluruhnya ditujukan kearah suatu topkc atau masalah
dengan menekankan segala perasaannya terhadap soal-soal tersebut.

2.

Waham (delusi)
Waham adalah suatu keyakinan atau pikiran yang salah karena
bertentangan dengan kenyataan (dunia realitas). Waham mempunyai 5
sifat tertentu (syarat):
a.
b.
c.
d.
e.

Buah pikiran ini selalu mengenai diri sendiri (egosentris)


Selalu bertentangan dengan realitas.
Selalu bertentangan dengan logika.
Penderita percaya 100% kepada kebenaran pikirannya.
Tidak dapat dirubah oleh orang lain, sekalipun dengan jalan yang
logis dan rasional.

Jenis jenis waham :

a.

Waham kacau (bizarre delusion)


Keyakinan palsu yang aneh, mustahil, dan sama sekali tidak
masuk akal

(sebagai

contoh,

menanamkan elktroda ke dalam


b.

orang

luar

angkasa

telah

otak pasien)

Waham tersistematisasi
Keyakinan yang palsu yang digabungkan oleh suatu tema atau
peristiwa tunggal (contohnya pasien diamta-matai oleh mafia atau
agen rahasia)

c.

Waham nihilistik
Perasaan palsu bahwa dirinya, orang lain, dan duania berakhir
atau tidak ada

d.

Waham kemiskinan
Keyakinan palsu bahwa pasien kehilangan atau akan terampas
semua harta

e.

benda miliknya

Waham somatik
Keyakinan palsu menyangkut fungsi tubuhnya (contohnya,
keyakinan bahwa otak pasien telah mencair)

f.

Waham persekutorik
Keyakinan palsu bahwa pasien sedang diganggu, ditipu atau
disiksa

g.

Waham kebesaran
Gambaran kepentingan, kekuatan, atau identitas seseorang
yang berlebihan

h.

Waham referensi
Keyakinan palsu bahwa perilaku orang lain ditujuan kepada
dirinya, merasa bahwa orang lain sedang membicarakan dirinya
(contohnya, percaya bahwa orang di televisi sedang berbicara atau
membicarakan dirinya)

i.

Waham menyalahkan dirinya sendiri


Keyakinan palsu tentang penyesalan yang dlaam dan bersalah

j.

Waham pengendalian
Keyakinan palsu bahwa kemauan, pikiran, atau perasaan
pasien dikendalikan oleh tenaga dari luar

k.

Penarikan pikiran

Keyakinan palsu bahwa pikiran pasien telah dihilangkan dari


ingatannya
l.

Penanaman pikiran
Keyakinan palsu bahwa pikiran pasien telah ditanamkan oleh
tenaga lain

m.

Siar pikiran
Keyakinan palsu bahwa pikiran pasien dapat didengar oleh orang
lain

n.

Waham ketidaksetiaan
Keyakinan palsu yang didapatkan dari kecemburuan patologis
bahwa kekasih pasien tidak jujur

o.

Erotomania
Keyakinan palsu bahwa seseorang sangat mencintainya

p.

Pseudologia phantastica
Suatu jenis kebohongan dimana seseorang tampaknya percaya
terhadap

kenyataan fantasinya dan bertindak atas kenyataan

biasanya disertai dengan berpura-pura sakit yang berulang


3.

Obsesi
Isi pikiran yang bersifat terpaku, terus menerus mengganggu
penderitanya, terus menerus berulang kembali yang mendesak ke taraf
kedaran individu, dan timbulnya tidak dapat dielakkan penderita sendiri.
Contoh :
Saya harus pergi ke kuburan orang tua.

4.

Fobia
Fobia adalah suatu keadaan ketakutan atau kegelisahan yang
bersifat irrasional, yang diakui ketidak benarannya oleh penderita tetapi
tetap menguasai jalan pikirannya. Contohnya fobia sederhana: rasa
takut yang jelas terhadap suatu objek (laba-laba, ular), akrofobia (rasa
takut terhadap tempat tinggi, algofobia (takut terhadap rasa nyeri),
klaustrofobia (takut terhadap tempat tertutup), xenofobia (rasa takut
terhadap orang asing).

c.

Gangguan pada arus pikiran

Kelancaran dan aktifitas pikiran tentu saja tidak dapat kita pelajari
kecuali dengan menilai dari perkataan yang keluar dalam pembicaraan
seseorang.
Berbagai gangguan progresi pikir diantaranya:
1.

Flight of ideas
Verbalisasi atau permainan kata-kata yang cepat dan terus
menerus dari satu

ide ke ide lain; ide-ide cenderung dihubungkan,

dan dalam bentuk yang

kurang parah pendengar mungkin mampu

untuk mengikutinya
2.

Neologisme
Kata

baru

yang

diciptakan

oleh

pasien,

dengan

mengombinasikan suku kata dari kata lain, untuk alasan keanehan


psikologis.
3.

Verbigerasi
Pengulangan kata-kata atau frasa-frasa spesifik yang tidak
mempunyai arti

4.

Sirkumstansialitas
Bicara yang tidak langsung dan lambat dalam mencapai tujuan
ditandai dengan pemasukan perincian dan tanda-tanda kutip yang
berlebihan

5.

Inkoherensi
Pembicaraan yang tidak logis, pikiran yang, bisanya, tidak dapat
dimengerti

6.

Asosiasi bunyi
Asosiasi kata-kata yang mirip bunyinya tetapi berbeda artinya;
kata-kata tidak

memiliki hubungan yang logis, termasuk sajak dan

permainan kata
7.

Blocking
Terputusnya aliran berpikir secara tiba-tiba sebelum pikiran atau
gagasan terselesaikan

8.

Kondensasi
Penggabungan berbagai konsep menjadi satu konsep

9.

Keluar dari jalur (derailment)

Penyimpangan yang mendadak dalam urutan pikiran tanpa


penghambatan
10. Word salad
Campuran kata adan frasa yang membingungkan
5. Gangguan afek
Gangguan afek berarti adanya suatu corak perasaan yang sifatnya
agak menetap (konstan) dan biasanya berlangsung untuk waktu yang lama.
Keadaan afek ini seolah-olah menguasai seluruh bidang perasaan individu
tersebut walaupun masih dapat dipacu untuk beraksi secara lain pula.
Dalam keadaan normal,keadaan afektif ini tidak memperlihatkan kelainankelainan yang mencolok. Macam-macam gangguan dari afektif diantaranya :
a. Hyperthymia disebut juga afek yang meninggi dalam artian individu
memperlihatkan suatu afektif yang gembira luar biasa.
b. Hypothymia disebut juga dengan afektif yang merendah ini berarti bahwa
penderita memperlihatkan hambatan di segala bidang aktifitasnya.
c. Poikilothymia disebut juga keadaan afektif yang berubah-ubah dan jarang
ditemui.
d. Parathymia adalah keadaan afektifnya yang tidak sesuai dengan
lingkungan yang sebenarnya.
e. Tension adalah selalu ada perasaan tertekan
f. Anxiety adalah perasaaan takut terus menerus terhadap bahaya yag
seolah-olah terus mengancam yag sebenarnya tidak nyata tetapi hanya
dalam perasaan penderita saja.
g. Panik adalah suatu cemas yang luar biasa dan menimbulkan disorganisasi dari fungsi ego.
h. Ambivalensi adalah dua perasaan yang bertentangan yang berada pada
suatu saat pada individu.
i. Depersonalisasi adalah

gangguan

afek

dengan

gejala

utamanya

perasaan berada diluar realitas dan kehilangan keyakinan akan identitas


diri sendiri.
6.Gangguan kesadaran
Kesadaran

merupakan

kemampuan

individu

untuk

mengadakan

hubungan dengan lingkungannya serta dengan dirinya sendiri (melalui pancainderanya) dan mengadakan pembatasan terhadap lingkungannya serta
terhadap dirinya sendiri (melalui perhatian). Bila kesadaran seseorang baik,
maka akan didapatkan orientasi yang baik mengenai orang, waktu, tempat,

dan situasi. Selain itu, seseorang dengan kesadaran baik (normal) dapat
mencerna informasi berupa pertanyaan dan dapat melakukan pertimbangan.
Pada tiap kesadaran dapat dinilai pula luasnya kesadaran dan
terangnya kesadaran. Dalam Psikiatri keadaan kesadaran penderita sangat
penting untuk diagnosis dan prognosis dari suatu gangguan jiwa. Gejala
sikotik dengan kesadaran normal mempunyai arti yang berbeda jauh
dibandingkan dengan gejala-gejala sikotik dengan kesadaran terganggu.
Secara klinis gangguan kesadaran diantaranya :
a. Disorientasi , yaitu gangguan kesadaran berkaitan dengan orang waktu
tempat dan situasi.
b. Kesadaran berkabut , yaitu gangguan dengan kesadaran yang tidak
lengkap, individu tidak mampu berfikir jernih dan berespon secara
memadai terhadap situasi disekitarnya. Gejala ini sering terdapat pada
penderita-penderita penyakit infeksi dan keadaan-keadaan lain yang
mengganggu oksigenasi dan metabolisme serebral.
c. Stupor, yaitu keadaan dimana penderita akinetik (tidak bergerak dan diam
seperti patung) dan mutistik tetapi kesadaran relatif masih ada. Masih ada
gerakan mata dan respirasi tetapi gerakan mata pada umumnya nampak
tanpa tujuan. Sesudah keadaan stupor, sering ada kesanggupan untuk
mengingat kejadian-kejadian meskipun dapat terjadi juga amnesia total.
Stupor perlu dibedakan dengan rasa mengantuk, kehilangan kesadaran
seperti pada koma dan paralise saraf motorik.
d. Delirium, yaitu merupakan suatu simtom komplek yang disebut sindrome
otak akut. Sindrome ini biasanya berkembang dan berjalan akut, ditandai
dengan kesadaran menurun atau berkabut, bingung, gelisah, disorientasi,
ilusi, dan halusinasi serta cemas dan takut. Kejadian ini biasanya
berhubungan dengan infeksi disertai panas, keadaan toksik, gangguan
metabolisme (uremia, pellagra, dan anemia pernisiosa), dekompensasi
kordis, dan trauma kapitis.
e. Koma, yaitu derajat kesadaran paling berat. Individu dalam keadaan
koma tidak dapat bereaksi terhadap rangsangan dari luar. Meskipun
sekuat apapun rangsangan yang diberikan.
f. Dream like state, yaitu gangguan kualitas kesadaran yang terjadi pada
serangan epilepsi psikomotor. Individu dalam keadaan ini tidak menyadari

apa yang dilakukannya meskipun tampak seperti melakukan aktifitas


normal.
g. Twillight state, yaitu kesadaran menurun tetapi orientasi terhadap
sekitarnya masih baik dan tidak ada bicara yang kacau kontak dengan
sekitarnya masih ada, kadang-kadang dalam keadaan marah luar biasa
dan dalam keadaan marah ini dapat dilakukan penganiayaan dan
pembunuhan. Penderita sering bernafsu untuk mengembara, jika
kesadaran ini lebih menurun lagiakan timbul disorientasi dan bicara
kacau.
7.Gangguan orientasi
Orientasi adalah suatu proses seseorang dapat menangkap atau
mengerti keadaan disektarnya, dan ia dapat melokalisir dirinya dalam
hubungan dengan sekitarnya tersebut. Jika seseorang tahu posisinya dalam
hubungan dengan waktu, sadar akan keadaan pribadinya, sadar situasi
lingkungannya dan mengerti hubungannya mengapa orang lain berada disitu
maka orang tersebut berorientasi baik.
Gangguan orientasi dapat timbul pada tiap gangguan mental dimana
didapatkan gangguan persepsi dan perhatian. Gangguan orientasi banyak
didapatkan pada keadaan-keadaan sindroma otak organik akut tetapi jarang
didapatkan pada keadaan afek yang luar biasa, dan konflik-konflik yang akut.
Bermacam-macam orientasi yaitu;
a. Orientasi

orang

(personal),

yaitu

kemampuan

individu

untuk

mengemukakakan identitas diri sendiri dan orang lain disekitarnya.


b. Orientasi waktu (temporal), yaitu kemampuan untuk mengetahui tentang
hubungan masa, waktu, hari, tanggal, bulan, musim, dan tahun sekarang.
c. Orientasi tempat (spasial), yaitu kemampuan untuk mengetahui tentang
batasan ruang, atau lokasi yang ditempati dan hubungannya dengan
ruang lain atau lokasi lain.
d. Orientasi situasi, yaitu kemampuan individu untuk menafsirkan apakah
sebaiknya seseorang atau beberapa orang berada di suatu tempat atau di
situasi tertentu dan masing-masing kepentingan atau tugasnya seseorang
berada di situ.
8.Gangguan memori atau ingatan
Memori adalah daya kemampuan individu untuk memproduksi hal
tertentu yang telah terjadi dimasa lampau, jadi dalam memori atau daya ingat
terdapat tiga prose ;

a.
b.
c.

Penerimaan dan pencatatan dari kesan mental


Penyimpangan dari kesan yang telah didapat
Penggalian kembali dari kesan tersebut.
Jika daya ingatan individu terganggu maka beberapa hal yang harus
dipertimbangkan ;
a) Apakah terdapat suatu kemungkinan yang diakibatkan oleh sebab
organobiologik sehingga terjadi kerusakan pada substansia otak yang
sifatnya permanen misalnya pada demensia.
b) Apakah terdapat suatu kemunduran yang berarti kehilangan daya ingatan
yang penyebabnya lebih kompleks yang biasanya oleh kombinasi sebab
organobiologik dan psikososial. Kehilangan daya ingatan disini sifatnya
sementara misalnya pada amnesia.
c) Apakah terdapat suatu kemunduran daya ingatan (lupa) terhadap salah
satu atau beberapa peristiwa sajak. Hal ini pada umumnya karena
pengaruh emosi atau pengaruh psikologik yang kuat, yang diduga terjadi
di alam tak sadar. Seringkali didahului peristiwa yang menakutkan atau
memalukan.
Macam-macam gangguan memori (daya ingat) :
a) Hipermensia, yaitu peringatan yang berlebih-lebihan dan abnormal.
Hipermensia kadang-kadang terlihat pada keadaan manik, paranoid dan
katatonik.

Kemampuan

mengingat

menjadi

berlebih-lebihan,

dan

kebanyakan terbatas pada periode-periode khusus atau kejadian-kejadian


khusus yang dihubungkan dengan reasi emosional yang sangat kuat.
b) Amnesia, yaitu ketidakmampuan untuk mengingat sebagian atau seluruh
pengalaman masa lalu. Amnesia dapat disebabkan oleh gangguan
organik

maupun

sikogenik.

Amnesia

organik

disebabkan

karena

gangguan pada proses pencatatan dan penyimpanan. Sedangkan


amnesia psikogenik disebabkan karena pada proses mengingat kembali
(recall). Jenis-jenis amnesia ;
1. Amnesia anterograd ; yaitu kehilangan ingatan dari peristiwa-peristiwa
yang terjadi sesudah kejadian yang menumbulkan amnesia tersebut,
sampai dengan periode waktu tertentu.
2. Amnesia retrograd ; yaitu kehilangan ingatan dari peristiwa-peristiwa
yang terjadi sebelum kejadian yang menimbulkan amnesia tersebut
dari periode waktu tertentu.

c) Paramnesia disebut juga peringatan salah, yaitu keadaan dimana


penderita benar-benar mengetahui apa yang dialami sekarang telah
dialaminya pula pada waktu dahulu tetapi hal itu tidak benar. Jenis-jenis
paramnesia yaitu ;
1. Konfabulasi ; yaitu, cerita tentang soal-soal dan kejadian yang
sebenarnya sama sekali tidak terjadi. Ada dua jenis konfabulasi yaitu
konfabulasi spontan dan konfabulasi untuk menutupi kebodohankebodohan.
2. De javu ; yaitu adanya perasaan bahwa yang dilihat sekarang ini
pernah dilihat dan dikenal sebelumnya. Padahal sebelumnya belum
pernah melihat atau mengenalnya.
3. Jamais fu ; yaitu adanya perasaan yang salah atau palsu bahwa
penderita tidak mengenal situasi atau personal yang sebenarnya hal
ini pernah dialami atau dikenalnya pada waktu yang lampau. Sering
didapatkan pada skizofrenia, psikoneurosa, kerusakan pada lobus
temporalis, dan epilepsi
4. Demensia ; yaitu gangguan atau degenerasi dari neuron-neuron pada
koteks serebri yang berlangsung lama yang berakibat hilangnya
efisiensi intelektual yang bersifat permanen dan irrevesibel. Etiologi
dari demensia yaitu ;
a) Perubahan atrofi otak dengan akibat senelis
b) Gangguan vaskuler otak termasuk demensia vasculer dan
hipertensi ensefalopati.
c) Gangguan radang otak terutama lues dan ensefalitis epidemika.
d) Penyakit degenerasi otak misalnya Alzaimers diseasea, pickss
diseasea , dan hurtingtons chorea
e) Penyakit-penyakit defisiensi misanya;
wernickes

encephalopati,

defesiensi vitamin B-12.


f) Neoplasma
g) Trauma (fisik)

9.Gangguan intelegensia

pellagra,

korsa
anemia

koffs

psikosis,

perniciosa

dan

Intelegensia sering disebut sebagai taraf kecerdasan individu suatu


faktor yang penting

dalam intelegensia ialah kemampuan individu untuk

mengambil manfaat dari suatu masalah dan pengalaman terdahulu untuk


menghadapi masalah dikemudian hari. Proses mengambil manfaat dari
pengalaman ini, biasanya merupakan salah satu aspek penting dari proses
belajar manusia. Oleh karena itu maka taraf intelegensia merupakan suatu
indikasi dari kemampuan belajar manusia baik pada pengalaman praktik
maupun dari hasil pendidikan di sekolah.
Persoalan intelegensia merupakan masalah yang sangat komplek dan
masih belum diakui secara universal kepentingan serta kedudukannya pada
pemeriksaan psikiatri, yang penting ialah dugaan intelegensia individu yaitu
apakah bertaraf superior normal atau subnormal.
b. Faktor Penyebab Skizofrenia
Hingga sekarang belum ditemukan penyebab (etilogi) yang pasti
mengapa seseorang menderita skizofrenia, padahal orang lain tidak. Ternyata
dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan tidak ditemukan faktor tunggal.
Penyebab skizofrenia menurut penelitian mutakhir antara lain :
a)
b)
c)
d)

Faktor genetik;
Virus;
Auto antibody;
Malnutrisi.
Sejauh manakah peran genetik pada skizofrenia? Dari penelitian

diperoleh gambaran sebagai berikut :


1. Studi terhadap keluarga menyebutkan pada orang tua 5,6%, saudara
kandung 10,1%; anak-anak 12,8%; dan penduduk secara keseluruhan 0,9%.
2. Studi terhadap orang kembar (twin) menyebutkan pada kembar identik
59,20%; sedangkan kembar fraternal 15,2%.
Penelitian lain menyebutkan bahwa gangguan pada perkembangan otak
janin juga mempunyai peran bagi timbulnya skizofrenia kelak dikemudian hari.
Gangguan ini muncul, misalnya, karena kekurangan gizi, infeksi, trauma, toksin
dan kelainan hormonal. Penelitian mutakhir menyebutkan bahwa meskipuna
ada gen yang abnormal, skizofrenia tidak akan muncul kecuali disertai faktorfaktor lainnya yang disebut epigenetik faktor. Kesimpulannya adalah bahwa
skizofrenia muncul bila terjadi interaksi antara abnormal gen dengan :

1. Virus atau infeksi lain selama kehamilan yang dapat menganggu


perkembangan otak janin;
2. Menurunnya autoimun yang mungkin disebabkan infeksi selama kehamilan;
3. Komplikasi kandungan; dan
4. Kekurangan gizi yang cukup berat, terutama pada trimester kehamilan.
Selanjutnya dikemukakan bahwa orang yang sudah mempunyai faktor
epigenetik tersebut, bila mengalami stresor psikososial dalam kehidupannya,
maka risikonya lebih besar untuk menderita skizofrenia dari pada orang yang
tidak ada faktor epigenetik sebelumnya.
c. Penyebab Umum Gangguan Jiwa
Manusia bereaksi secara keseluruhan, secara holistik, atau dapat
dikatakan juga, secara somato-psiko-sosial. Dalam mencari penyebab
gangguan jiwa, maka ketiga unsur ini harus diperhatikan. Gangguan jiwa
artinya bahwa yang menonjol ialah gejala-gejala yang patologik dari unsur
psike. Hal ini tidak berarti bahwa unsur yang lain tidak terganggu. Sekali lagi,
yang sakit dan menderita ialah manusia seutuhnya dan bukan hanya
badannya, jiwanya atau lingkungannya.
Hal-hal yang dapat mempengaruhi perilaku manusia ialah keturunan dan
konstitusi, umur dan sex, keadaan badaniah, keadaan psikologik, keluarga,
adat-istiadat, kebudayaan dan kepercayaan, pekerjaan, pernikahan dan
kehamilan, kehilangan dan kematian orang yang dicintai, agresi, rasa
permusuhan, hubungan antar amanusia, dan sebagainya. Tabel di bawah ini
Taksiran kasar jumlah penderita beberapa jenis gangguan jiwa yang ada dalam
satu tahun di Indonesia dengan penduduk 130 juta orang.
Psikosa fungsional
520.000
Sindroma otak organik akut
65.000
Sindroma otak organik menahun
130.000
Retradasi mental
2.600.000
Nerosa
6.500.000
Psikosomatik
6.500.000
Gangguan kepribadian
1.300.000
Ketergantungan obat
1.000 17.616.000
Biarpun gejala umum atau gejala yang menonjol itu terdapat pada unsur
kejiwaan, tetapi penyebab utamanya mungkin di badan (somatogenik),
dilingkungan sosial (sosiogenik) ataupun dipsike (psikogenik). Biasanya tidak
terdapat penyebab tunggal, akan tetapi beberapa penyebab sekaligus dari
berbagai unsur itu yang saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi
bersamaan, lalu timbullah gangguan badan ataupun jiwa. Umpamanya seorang

dengan depresi, karena kurang makan dan tidur daya tahan badaniah seorang
berkurang sehingga mengalami keradangan tenggorokan atau seorang dengan
mania mendapat kecelakaan.
Sebaliknya seorang dengan penyakit badaniah umpamanya keradangan
yang melemahkan, maka daya tahan psikologiknya pun menurun sehingga ia
mungkin mengalami depresi. Sudah lama diketahui juga, bahwa penyakit pada
otak sering mengakibatkan gangguan jiwa. Contoh lain ialah seorang anak
yang

mengalami

gangguan

otak

(karena

kelahiran,

keradangan

dan

sebagainya) kemudian menadi hiperkinetik dan sukar diasuh. Ia mempengaruhi


lingkungannya, terutama orang tua dan anggota lain serumah. Mereka ini
bereaksi terhadapnya dan mereka saling mempengaruhi.
Sumber penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh faktor-faktor pada
ketiga unsur itu yang terus menerus saling mempengaruhi, yaitu :
1) Faktor-faktor somatik (somatogenik)
1.1. Neroanatomi
1.2. Nerofisiologi
1.3. nerokimia
1.4. tingkat kematangan dan perkembangan organik
1.5. faktor-faktor pre dan peri natal
2) Faktor-faktor psikologik ( psikogenik) :
2.1. Interaksi ibu anak : normal (rasa percaya dan rasa aman) atau
abnormal berdasarkan kekurangan, distorsi dan keadaan yang terputus
(perasaan tak percaya dan kebimbangan) 2.2. Peranan ayah
2.3. Persaingan antara saudara kandung
2.4. inteligensi
2.5. hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan dan masyarakat
2.6. kehilangan yang mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu atau
rasa salah
2.7. Konsep dini : pengertian identitas diri sendiri lawan peranan yang tidak
menentu
2.8. Keterampilan, bakat dan kreativitas
2.9. Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya
2.10. Tingkat perkembangan emosi
3) Faktor-faktor sosio-budaya (sosiogenik)
3.1. Kestabilan keluarga
3.2. Pola mengasuh anak
3.3. Tingkat ekonomi
3.4. Perumahan : perkotaan lawan pedesaan
3.5. Masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka dan fasilitas
kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan yang tidak memadai
3.6. Pengaruh rasial dan keagamaan
3.7. Nilai-nilai
a) Faktor keturunan

Pada mongoloisme atau sindroma Down (suatu macam retardasi mental


dengan mata sipit, muka datar, telinga kecil, jari-jari pendek dan lain-lain)
terdapat trisoma (yaitu tiga buah, bukan dua) pada pasangan Kromosoma No.
21.
Sindroma Turner (dengan ciri-ciri khas : tubuh pendek, leher melebar,
infantilisme sexual) ternyata berhubungan dengan jumlah kromosima sex yang
abnormal. Gangguan yang berhubungan dengan kromosoma sex dikatakan
terikat pada sex (sex linked), artinya bahwa efek genetik itu hanya terdapat
pada kromosoma sex. Kaum wanita ternyata lebih kurang peka terhadap
gangguan yang terikat pada sex, karena mereka mempunyai dua kromosoma
X : bila satu tidak baik, maka yang lain biasanya akan melakukan
pekerjaannya. Akan tetapi seorang pria hanya mempunyai satu kromosoma X
dan satu kromosoma Y, dan bila salah satu tidak baik, maka terganggulah ia.
Masih dipermasalahkan, betulkan pria dengan XYY lebih cenderung melakukan
perbuatan kriminal yang kejam ?
Tabel Penelitian saudara kembar dan saudara kandung yang salah
satunya menderita skizofrenia Hubungan dengan pasien skizofrenia.

b) Faktor Konstitusi
Konstitusi pada umumnya menunjukkan kepada keadaan biologik
seluruhnya, termasuk baik yang diturunkan maupun yang didapati kemudian;
umpamanya bentuk badan (perawakan), sex, temperamen, fungsi endoktrin
daurat syaraf jenis darah.
Jelas bahwa hal-hal ini mempengaruhi perilaku individu secara baik
ataupun tidak baik, umpamanya bentuk badan yang atletik atau yang kurus,
tinggi badan yang terlalu tinggi ataupun terlalu pendek, paras muka yang
cantrik ataupun jelek, sex wanita atau pria, fungsi hormonal yang seimbang
atau yang berlebihan salah satu hormon, urat syaraf yang cepat reaksinya atau
yang lambat sekali, dan seterusnya. Semua ini turut mempengaruhi hidup
seseorang.

c) Cacat Kongenital
Cacat kongenital atau sejak lahir dapat mempengaruhi perkembangan
jiwa anak, terlebih yang berat, seperti retardasi mental yang brat. Akan tetapi
pada umumnya pengaruh cacat ini pada timbulnya gangguan jiwa terutama
tergantung pada individu itu, bagaimana ia menilai dan menyesuaikan diri
terhadap keadaan hidupnya yang cacat atau berubah itu.
Orang tua dapat mempersukar penyesuaian ini dengan perlindungan
yang berlebihan (proteksi berlebihan). Penolakan atau tuntutan yang sudah di
luar kemampuan anak.
Singkatnya : kromosoma dan genes yang defektif serta banyak faktor
lingkungan sebelum, sewaktu dan sesudah lahir dapat mengakibatkan
gangguan badaniah. Cacat badaniah biasanya dapat dilihat dengan jelas,tetapi
gangguan sistim biokimiawi lebih halus dan sukar ditentukan. Gangguan
badaniah dapat mengganggu fungsi biologik atau psikologik secara langsung
atau dapat mempengaruhi daya tahan terahdap stres.
d) Perkembangan Psikologik yang salah

Ketidak matangan atau fixasi, yaitu inidvidual gagal berkembang lebih lanjut

ke fase berikutnya;
Tempat-tempat lemah yang ditinggalkan oleh pengalaman yang traumatik

sebagai kepekaan terhadap jenis stres tertentu, atau


disorsi, yaitu bila inidvidu mengembangkan sikap atau pola reaksi yang tidak
sesuai atau gagal mencapai integrasi kepribadian yang normal. Kita akan
membicarakan beberapa faktor dalam perkembangan psikologik yang tidak

sehat.
e) Deprivasi dini
Deprivasi maternal atau kehilangan asuhan ibu di rumah sendiri, terpisah
dengan ibu atau di asrama, dapat menimbulkan perkembangan yang
abnormal.
Deprivasi rangsangan umum dari lingkungan, bila sangat berat, ternyata
berhubungan edngan retardasi mental. Kekurangan protein dalam makanan,
terutama dalam jangka waktu lama sebelum anak breumur 4 tahun, dapat
mengakibatkan retardasi mental.
Eprivasi atau frustrasi dini dapat menimbulkan tempat-tempat yang
lemah pada jiwa, dapat mengakibatkan perkembangan yang salah ataupun
perkembangan yang berhenti.
Untuk perkembangan psikologik rupanya ada masa-masa gawat. Dalam
masa ini rangsangan dan pengalaman belajar yang berhubungan dengannya
serta

pemuasan

berbagai

kebutuhan

sangat

perlu

bagi

urut-urutan

perkembangan intelektual, emosional dan sosial yang normal.


f) Pola keluarga yang petagonik
Dalam masa kanak-kanak keluarga memegang peranan yang penting
dalam pembentukan kepriadian. Hubungan orangtua-anak yang salah atau
interaksi yang patogenik dalam keluarga sering merupakan sumber gangguan
penyesuaian diri.
Kadang-kadang orangtua berbuat terlalu banyak untuk anak dan tidak
memberi kesempatan anak itu berkembang sendiri. Ada kalanya orangtua
berbuat terlalu sedikit dan tidak merangsang anak itu atau tidak memberi
bimbingan dan anjuran yang dibutuhkannya. Kadang-kadang mereka malahan
mengajarkan anak itu pola-pola yang tidak sesuai.
Akan tetapi pengaruh cara asuhan anak tergantung pada keadaan sosial
secara keseluruhan dimana hal itu dilakukan. Dan juga, anak-anak bereaksi
secara berlainan terhadap cara yang sama dan tidak semua akibat adalah
tetapi kerusakan dini sering diperbaiki sebagian oleh pengalaman di kemudian

hari. Akan tetapi beberapa jenis hubungan orangtua-anak sering terdapat


dalam latar belakang anak-anak yang terganggu, umpamanya penolakan,
perlindungan berlebihan, manja berlebihan, tuntutan perfeksionistik, standard
moral yang kaku dan tidak realistik, disiplin yang salah, persaingan antar
saudara yang tidak sehat, contoh orangtua yang salah, ketidak-sesuaikan
perkawinan

dan

rumah

tangganya

yang

berantakan,

tuntutan

yang

bertentangan.

Perlu diingat bahwa hubungan orangtua-anak selalu merupakan suatu interaksi


(saling mempengaruhi), bukanlah hanya pengaruh satu arah dari orangtua ke
anak.
g) Masa remaja
Masa remaja dikenal sebagai masa gawat dalam perkembangan
kepribadian, sebagai masa badai dan stres. Dalam masa ini inidvidu dihadpai
dengan pertumbuhan yang cepat, perubahanperubahan badaniah dan
pematangan sexual. Pada waktu yang sama status sosialnya juga mengalami
perubahan, bila dahulu ia sangat tergantung kepada orangtuanya atau orang
lain, sekarang ia harus belajar berdiri sendiri dan bertanggung jawab yang
membawa dengan sendirinya masalah pernikahan, pekerjaan dan status sosial

umum. Kebebasan yang lebih besar membawa tanggung jawab yang lebih
besar pula.
Perubahan-perubahan ini mengakibatkan bawha ia harus mengubah
konsep tentang diri sendiri. Tidak jarang terjadi krisis identitas (Erikson, 1950).
Ia hasu memantapkan dirinya sebagai seorang individu yang berkepribadian
lepas dari keluarganya, ia harus menyelesaikan masalah pendidikan,
pernikahan dan kehidupan dalam masyarakat. Bila ia tidak dibekali dengan
pegangan hidup yang kuat, maka ia akan mengalami difusi identitas, yaitu ia
bingung tentang apakah sbenarnya ia ini dan buat apakah sebebarnya hidup
ini. Sindroma ini disebut juga anomi, remaja itu merasa terombang ambing,
terapung-apung dalam hidup ini tanpa tujuan tertentu. Banyak remaja
sebenarnya tidak membernontak, akan tetapi hanya sekedar sedang mencari
arti dirinya sendiri serta pegangan hidup yang berarti bagi mereka. Hal badai
dan stres bagi kaum remaja ini sebagian besar berakar pada struktur sosial
suatu masyarakat. Ada masyarakat yang membantu para remaja ini dengan
adat-istiadatnya sehingga masa remaja dilalui tanpa gangguan emosional yang
berarti. Kebanyakan kebutuhan kita hanya dapat diperoleh melalui hubungan
dengan orang-orang lain. Jadi cara kita berhubungan dengan orang lain sangat
mempengaruhi kepuasan hidup kita. Kegagalan untuk mengadakan hubungan
antar manusia yang baik mungkin berasal dari dan mengakibatkan juga
kekurang partisipasi dalam kelompok dan kekurangan identifikasi dengan
kelompok dan konformitas (persesuaian) yang berlebihan dengan normanorma kelompok (seperti dalam gang atau perkumpulan-perkumpulan rahasia
para remaja).
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa kemampuan utama dalam
hidup dan dalam menyesuaikan diri memerlukan penerapan tentang
beberapa masalah utama dalam hidup, seperti pernikahan, ke-orangtua-an,
pekerjaan dan hari tua. Di samping kemampuan umum ini dalam bidang
badaniah, emosional, sosial dan intelektual, kita memerlukan persiapan bagi
masalah. Masalah khas yang mungkin sekali akan dihadapi dalam berbagai
masa hidup kita.
h) Faktor sosiologik dalam perkembangan yang salah
Alfin Toffler mengemukakan bahwa yang paling berbahaya di zaman
modern, di negara-negara dengan super-industrialisasi, ialah kecepatan

perubahan dan pergantian yang makin cepat dalam hal ke-sementara-an


(transience), ke-baru-an (novelty) dan ke-aneka-ragaman (diversity).
Dengan demikian individu menerima rangsangan yang berlebihan sehingga
kemungkinan terjadinya kekacuan mental lebih besar. Karena hal ini lebih
besar kemungkiannya dalam masa depan, maka dinamakannya shok masa
depan (future shock).
Telah diketahui bahwa seseorang yang mendadak berada di tengahtengah kebudayaan asing dapat mengalami gangguan jiwa karena pengaruh
kebudayaan ini yang serba baru dan asing baginya. Hal ini dinamakan shock
kebudayaan (culture shock).
Seperti seorang inidvidu, suatu masyarakat secara keseluruhan dapat
juga berkembang ke arah yang tidak baik. Hal ini dapat dipengaruhi oleh
lingkungan fisik (umpamanya daerah yang dahulu subur berubah menjadi
tandus) ataupun oleh keadaan sosial masyarakat itu sendiri (umpanya negara
dengan pimpinan diktatorial, diskriminasi rasial.religius yang hebat, ketidakadilan sosial, dan sebagainya). Hal-hal ini merendahkan daya tahan frustasi
seluruh masyarakat (kelompok) dan menciptakan suasana sosial yang tidak
baik sehingga para anggotanya secara perorangan dapat menjurus ke
gangguan mental. Faktor-faktor sosiokultural membentuk, baik macam sikap
individu dan jenis reaksi yang dikembangkannya, maupun jenis stres yang
dihadapinya.
i) Genetika :
Menurut Cloninger, 1989 gangguan jiwa; terutama gangguan persepsi
sensori dan gangguan psikotik lainnya erat sekali penyebabnya dengan faktor
genetik termasuk di dalamnya saudara kembar, atau anak hasil adopsi.
Individu yang memiliki anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
memiliki kecenderungan lebih tinggi dibanding dengan orang yang tidak
memiliki faktor herediter.
Individu yang memiliki hubungan sebagai ayah, ibu, saudara atau anak
dari klien yang mengalami gangguan jiwa memiliki kecenderungan 10 %,
sedangkan keponakan atau cucu kejadiannya 2-4 %. Individu yang memiliki
hubungan sebagai kembar identik dengan klien yang mengalami gangguan
jiwa memiliki kecenderungan 46-48 %, sedangkan kembar dizygot memiliki
kecenderungan 14-17 %. Faktor genetik tersebut sangat ditunjang dengan pola

asuh yang diwariskan sesuai dengan pengalaman yang dimiliki oleh anggota
keluarga klien yang mengalami gangguan jiwa.
j) Neurobiological
Menurut Konsep Neurobiological gangguan jiwa sangat berkaitan dengan
keadaan struktur otak sebagai berikut :
Abnormalities in the structure of the brain or in its activity in specific
locations can cause or contribute to psychiatric disorders. For example, a
communication problem in one small part of the brain can cause widespread
dysfunction. It is also known that the following network of nuclei that control
cognitive, behavioral, and emotional functioning ae particularly implicated in
psychiatric disorders :
The cerebral cortex, which is critical in decision making and higher-order

thinking, such as abstract reasoning.


The limbic system, which is involved in regulating emotional behavior,

memory, and learning.


The basal ganglia, some of which coordinate movement
The hypothalamus, which regulates hormones through out the body and

behaviors such as eating, drinking, and sex.


The locus ceruleus, which manufactures neurons, which regulate sleep and

are involved with behavior and mood.


The substantia nigra, dopamine-producing cells involved in the control of
complex movement, thinking, and emotional responses.
Klien yang mengalami gangguan jiwa memiliki ciri-ciri biologis yang khas

terutama pada susunan dan struktur syaraf pusat, biasanya klien mengalami
pembesaran ventrikel ke III sebelah kirinya. Ciri lainnya terutama adalah pada
klien yang mengalami Schizofrenia memiliki lobus frontalis yang lebih kecil dari
rata-rata orang yang normal (Andreasen, 1991).
Menurut Candel, Pada klien yang mengalami gangguan jiwa dengan
gejala takut serta paranoid (curiga) memiliki lesi pada daerah Amigdala
sedangkan pada klien Schizofrenia yang memiliki lesi pada area Wernicks dan
area Brocha biasanya disertai dengan Aphasia serta disorganisasi dalam
proses berbicara (Word salad).
Adanya Hiperaktivitas Dopamin pada klien dengan gangguan jiwa
seringkali menimbulkan gejala-gejala Schizofrenia. Menurut hasil penelitian,
neurotransmitter tertentu seperti Norepinephrine pada klien gangguan jiwa
memegang peranan dalam proses learning, Memory reiforcement, Siklus tidur
dan bangun, kecemasan, pengaturan aliran darah dan metabolisme.

Neurotransmitter lain berfungsi sebagai penghambat aktivasi dopamin pada


proses pergerakan yaitu GABA (Gamma Amino Butiric Acid).
Menurut Singgih gangguan mental dan emosi juga bisa disebabkan oleh
perkembangan jaringan otak yang tidak cocok (Aplasia). Kadang-kadang
seseorang dilahirkan dengan perkembangan cortex cerebry yang kurang
sekali, atau disebut sebagai otak yang rudimenter (Rudimentary Brain). Contoh
gangguan tersebut terlihat pada Microcephaly yang ditandai oleh kecilnya
tempurung otak.
Adanya trauma pada waktu kelahiran, tumor, Infeksi otak seperti
Enchepahlitis Letargica, gangguan kelenjar endokrin seperti thyroid, keracunan
CO (carbon Monoxide)serta perubahanperubahan karena degenerasi yang
mempengaruhi sistem persyarafan pusat.
k) Biokimiawi tubuh
Biochemistry. Several brain chemicals have been implicated in schizophrenia,
but research to date points most strongly the following :
AN excess of the neurotransmitter dopamine.
An imbalance between dopamine and other neurotransmitters, particularly

serotonin.
Problems in the dopamine receptor systems several research strategies
support the role of dopamine in schizophrenia. For instance, drugs that
increase levels of dopamine in the brain can produce psychosis. Drugs that
reduce dopamine function have antipsychotic effects as well. This is seen in
the antipsychotic drugs that reduce the number of postsynaptic receptors
that interact with dopamine.
Birth Events. Many attempts have been made to study the influences of

maternal nutrition, infection, placental insufficiency, anoxia, hemorrhage, and


trauma before at birth as possible causes of schizophrenia.
l) Neurobehavioral
Kerusakan pada bagian-bagian otak tertentu ternyata memegang peranan
pada timbulnya gejalagejala gangguan jiwa, misalnya:
Kerusakan pada lobus frontalis: menyebabkan kesulitan dalam proses
pemecahan masalah dan perilaku yang mengarah pada tujuan, berfikir

abstrak, perhatian dengan manifestasi gangguan psikomotorik.


Kerusakan pada Basal Gangglia dapat menyebabkan distonia dan tremor
Gangguan pada lobus temporal limbic akan meningkatkan kewaspadaan,

distractibility, gangguan memori (Short time).


m) Stress :

Stress psikososial dan stress perkembangan yang terjadi secara terus


menerus dengan koping yang tidak efektif akan mendukung timbulnya gejala
psikotik dengan manifestasi; kemiskinan, kebodohan, pengangguran, isolasi
sosial, dan perasaan kehilangan.
Menurut Singgih (1989:184), beberapa penyebab gangguan mental dapat
ditimbulkan sebagai berikut :
Prasangka orang tua yang menetap, penolakan atau shock yang dialami

pada masa anak.


Ketidaksanggupan memuasakan keinginan dasar dalam pengertian

kelakuan yang dapat diterima umum.


Kelelahan yang luar biasa, kecemasan, anxietas, kejemuan
Masa-masa perubahan fisiologis yang hebat : Pubertas dan menopause
Tekanan-tekanan yang timbul karena keadaan ekonomi, politik dan sosial

yang terganggu
Keadaan iklim yang mempengaruhi Exhaustion dan Toxema
Penyakit kronis misalnya; shifilis, AIDS
Trauma kepala dan vertebra
Kontaminasi zat toksik
Shock emosional yang hebat : ketakutan, kematian tiba-tiba orang yang

dicintai.
n) Penyalah gunaan obat-obatan :
Koping yang maladaptif yang digunakan individu untuk menghadapi
strsessor

melalui

obat-obatan

yang

memiliki

sipat

adiksi

(efek

ketergantungan) seperti Cocaine, amphetamine menyebabkan gangguan


persefsi, gangguan proses berfikir, gangguan motorik dsb.
o) Psikodinamik :
Menurut Sigmund Freud adanya gangguan tugas pekembangan pada
masa anak terutama dalam hal berhubungan dengan orang lain sering
menyebabkan frustasi, konflik, dan perasaan takut, respon orang tua yang
maladaptif pada anak akan meningkatkan stress, sedangkan frustasi dan rasa
tidak percaya yang berlangsung terus-menerus dapat menyebabkan regresi
dan withdral.
Disamping hal tersebut di atas banyak faktor yang mendukung timbulnya
gangguan jiwa yang merupakan perpaduan dari beberapa aspek yang saling
mendukung

yang

(environmental).

meliputi

Tidak

seperti

Biologis,
pada

psikologis,
penyakit

sosial,

lingkungan

jasmaniah,

sebabsebab

gangguan jiwa adalah kompleks. Pada seseorang dapat terjadi penyebab satu

atau beberapa faktor dan biasanya jarang berdiri sendiri. Mengetahui sebabsebab gangguan jiwa penting untuk mencegah dan mengobatinya.
Umumnya sebab-sebab gangguan jiwa dibedakan atas :
Sebab-sebab jasmaniah/biologik
Sebab-sebab kejiwaan/ psikologik
Sebab-sebab yang berdasarkan kebudayaan.
Untuk mengetahui mana penyebab yang asli dan mana yang bukan perlu
diketahui dua istilah : sebab yang memberikan predisposisi adalah faktor yang
menyebabkan seseorang menjadi rentan/ peka terhadap suatu gangguan jiwa
(genetik, fisik atau latar belakang keluarga/ sosial. Sebab yang menimbulkan
langsung atau pencetus adalah faktor traumatis langsung menyebabkan
gangguan jiwa (kehilangan harta pekerjaan/ kematian, cendera berat,
perceraian dan lain-lain.

p) Sebab Biologik
Keturunan
Peran yang pasti sebagai penyebab belum jelas, mungkin terbatas dalam
mengakibatkan kepekaan untuk mengalami gangguan jiwa tapi hal tersebut

sangat ditunjang dengan faktor lingkungan kejiwaan yang tidak sehat.


Jasmaniah
beberapa penyelidik berpendapat bentuk tubuh seorang berhubungan
dengan gangguan jiwa tertentu, Misalnya yang bertubuh gemuk / endoform
cenderung menderita psikosa manik defresif, sedang yang kurus/ ectoform

cenderung menjadi skizofrenia.


Teperamen
Orang yang terlalu peka/ sensitif biasanya mempunyai masalah kejiwaan

dan ketegangan yang memiliki kecenderungan mengalami gangguan jiwa.


Penyakit dan cedera tubuh
Penyakit-penyakit tertentu misalnya penyakit jantung, kanker dan
sebagainya, mungkin menyebabkan merasa murung dan sedih. Demikian

pula cedera/cacat tubuh tertentu dapat menyebabkan rasa rendah diri.


Irama sirkardian tubuh
Circadian Rhythms : The recognition that human activities and behaviors
such as sleeping, eating, body temperature, menses, and mood are cyclical
and tend to be correlated with certain external environmental stimuli is not
new. Recently, biological research has hypothesized that these body
rhythms are governed by internal circadian pacemakers located in specific

areas of the brain and that they ae subject to change by specific external
cues.
q) Sebab Psikologik
Bermacam pengalaman frustasi, kegagalan dan keberhasilan yang
dialami akan mewarnai sikap, kebiasaan dan sifatnya dikemudian hari. Hidup
seorang manusia dapat dibagi atas 7 masa dan pada keadaan tertentu dapat
mendukung terjadinya gangguan jiwa.

3. TANDA GEJALA
a. Alam perasaan (affect) tumpul dan mendatar. Gambaran alam perasaan ini
dapat terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukkan ekspresi.
b. Menarik diri atau mengasingkan diri (withdrawn). Tidak mau bergaul atau
kontak dengan orang lain, suka melamun (day dreaming).
c. Delusi atau Waham yaitu keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk akal)
meskipun telah dibuktikan secara obyektif bahwa keyakinannya itu tidak
rasional,

namun

penderita

tetap

meyakini

kebenarannya.

Sering

berpikir/melamun yang tidak biasa (delusi).


d. Halusinasi yaitu pengalaman panca indra tanpa ada rangsangan misalnya
penderita mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan di telinganya padahal
tidak ada sumber dari suara/bisikan itu.
e. Merasa depresi, sedih atau stress tingkat tinggi secara terus-menerus.
f. Kesulitan untuk melakukan pekerjaan atau tugas sehari-hari walaupun
pekerjaan tersebut telah dijalani selama bertahun-tahun.
g. Paranoid (cemas/takut) pada hal-hal biasa yang bagi orang normal tidak perlu
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.

ditakuti atau dicemaskan.


Suka menggunakan obat hanya demi kesenangan.
Memiliki pemikiran untuk mengakhiri hidup atau bunuh diri.
Terjadi perubahan diri yang cukup berarti.
Memiliki emosi atau perasaan yang mudah berubah-ubah.
Terjadi perubahan pola makan yang tidak seperti biasanya.
Pola tidur terjadi perubahan tidak seperti biasa.
Kekacauan alam pikir yaitu yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya,

misalnya bicaranya kacau sehingga tidak dapat diikuti jalan pikirannya.


o. Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan
semangat dan gembira berlebihan.
p. Kontak emosional amat miskin, sukar diajak bicara, pendiam.
q. Sulit dalam berpikir abstrak.
r. Tidak ada atau kehilangan kehendak (avalition), tidak ada inisiatif, tidak ada
upaya/usaha, tidak ada spontanitas, monoton, serta tidak ingin apa-apa dan
serba malas dan selalu terlihat sedih.

4. MACAM-MACAM
Gangguan jiwa artinya bahwa yang menonjol ialah gejala-gejala yang
psikologik dari unsur psikis (Maramis, 1994). Macam-macam gangguan jiwa
(Rusdi

Maslim,

1998)

antara

lain Gangguan

organik dan simtomatik, skizofrenia,gangguan


waham, gangguan

suasana

jiwa

skizotipal dan gangguan

perasaan, gangguan

neurotik, gangguan

somatoform, sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan


faktor

fisik, Gangguan

kepribadian dan perilaku

masa

dewasa, retardasi

mental, gangguan perkembangan psikologis, gangguan perilaku dan emosional


dengan onset masa kanak dan remaja. Berikut penjelasannya :
a) Skizofrenia
Merupakan bentuk psikosa fungsional paling berat, dan menimbulkan
disorganisasi personalitas yang terbesar. Skizofrenia juga merupakan suatu
bentuk psikosa yang sering dijumpai dimana-mana sejak dahulu kala.
Meskipun

demikian

pengetahuan

kita

tentang

sebab-musabab

dan

patogenisanya sangat kurang (Maramis, 1994).Dalam kasus berat, klien tidak


mempunyai kontak dengan realitas, sehingga pemikiran dan perilakunya
abnormal. Perjalanan penyakit ini secara bertahap akan menuju kearah
kronisitas, tetapi sekali-kali bisa timbul serangan. Jarang bisa terjadi pemulihan
sempurna dengan spontan dan jika tidak diobati biasanya berakhir dengan
personalitas yang rusak cacat (Ingram et al.,1995).
b) Depresi
Merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan
dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk
perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi,
kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri (Kaplan,
1998). Depresi juga dapat diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan
kejiwaan pada alam perasaan yang ditandai dengan kemurungan, keleluasaan,
ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna, putus asa dan lain
sebagainya (Hawari, 1997). Depresi adalah suatu perasaan sedih dan yang
berhubungan dengan penderitaan. Dapat berupa serangan yang ditujukan
pada diri sendiri atau perasaan marah yang mendalam (Nugroho, 2000).
Depresi adalah gangguan patologis terhadap mood mempunyai karakteristik
berupa bermacam-macam perasaan, sikap dan kepercayaan bahwa seseorang

hidup menyendiri, pesimis, putus asa, ketidakberdayaan, harga diri rendah,


bersalah, harapan yang negatif dan takut pada bahaya yang akan datang.
Depresi menyerupai kesedihan yang merupakan perasaan normal yang
muncul sebagai akibat dari situasi tertentu misalnya kematian orang yang
dicintai. Sebagai ganti rasa ketidaktahuan akan kehilangan seseorang akan
menolak kehilangan dan menunjukkan kesedihan dengan tanda depresi
(Rawlins et al., 1993). Individu yang menderita suasana perasaan (mood) yang
depresi biasanya akan kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya
energi yang menuju keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktifitas (Depkes,
1993). Depresi dianggap normal terhadap banyak stress kehidupan dan
abnormal hanya jika ia tidak sebanding dengan peristiwa penyebabnya dan
terus berlangsung sampai titik dimana sebagian besar orang mulai pulih
(Atkinson, 2000).
c) Kecemasan
Sebagai pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang pernah dialami
oleh setiap orang dalam rangka memacu individu untuk mengatasi masalah
yang dihadapi sebaik-baiknya, Maslim (1991). Suatu keadaan seseorang
merasa khawatir dan takut sebagai bentuk reaksi dari ancaman yang tidak
spesifik (Rawlins 1993). Penyebab maupun sumbernya biasa tidak diketahui
atau tidak dikenali. Intensitas kecemasan dibedakan dari kecemasan tingkat
ringan sampai tingkat berat. Menurut Sundeen (1995) mengidentifikasi rentang
respon kecemasan ke dalam empat tingkatan yang meliputi, kecemasan
ringan, sedang, berat dan kecemasan panik.
d) Gangguan Kepribadian
Klinik menunjukkan bahwa gejala-gejala

gangguan

kepribadian

(psikopatia) dan gejala-gejala nerosa berbentuk hampir sama pada orangorang dengan intelegensi tinggi ataupun rendah. Jadi boleh dikatakan bahwa
gangguan kepribadian, nerosa dan gangguan intelegensi sebagaian besar
tidak tergantung pada satu dan lain atau tidak berkorelasi. Klasifikasi gangguan
kepribadian : kepribadian paranoid, kepribadian afektif atau siklotemik,
kepribadian skizoid, kepribadian axplosif, kepribadian anankastik atau obsesifkonpulsif, kepribadian histerik, kepribadian astenik, kepribadian anti sosial,
Kepribadian pasif agresif, kepribadian inadequate (Maslim,1998).
e) Gangguan Mental Organik

Merupakan gangguan

jiwa yang

psikotik

atau

non-psikotik

yang

disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan otak (Maramis, 1994). Gangguan


fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang
terutama mengenai otak atau yang terutama di luar otak. Bila bagian otak yang
terganggu itu luas, maka gangguan dasar mengenai fungsi mental sama saja,
tidak tergantung pada penyakit yang menyebabkannya bila hanya bagian otak
dengan fungsi tertentu saja yang terganggu, maka lokasi inilah yang
menentukan gejala dan sindroma, bukan penyakit yang menyebabkannya.
Pembagian menjadi psikotik dan tidak psikotik lebih menunjukkan kepada berat
gangguan otak pada suatu penyakit tertentu dari pada pembagian akut dan
menahun.
f) Gangguan Psikosomatik
Merupakan komponen psikologik yang diikuti gangguan fungsi badaniah
(Maramis, 1994). Sering terjadi perkembangan neurotik yang memperlihatkan
sebagian besar atau semata-mata karena gangguan fungsi alat-alat tubuh
yang dikuasai oleh susunan saraf vegetatif. Gangguan psikosomatik dapat
disamakan dengan apa yang dinamakan dahulu neurosa organ. Karena
biasanya hanya fungsi faaliah yang terganggu, maka sering disebut juga
gangguan psikofisiologik.
g) Retardasi Mental
Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa yang terhenti
atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya rendahnya daya
keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat
kecerdasan secara menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa,
motorik dan sosial (Maslim,1998).
h) Gangguan Perilaku Masa Anak dan Remaja
Anak dengan gangguan perilaku menunjukkan perilaku yang tidak sesuai
dengan permintaan, kebiasaan atau norma-norma masyarakat (Maramis,
1994). Anak dengan gangguan perilaku dapat menimbulkan kesukaran dalam
asuhan dan pendidikan. Gangguan perilaku mungkin berasal dari anak atau
mungkin dari lingkungannya, akan tetapi akhirnya kedua faktor ini saling
mempengaruhi. Diketahui bahwa ciri dan bentuk anggota tubuh serta sifat
kepribadian yang umum dapat diturunkan dari orang tua kepada anaknya.
Pada gangguan otak seperti trauma kepala, ensepalitis, neoplasma dapat
mengakibatkan

perubahan

kepribadian.

Faktor

lingkungan

juga

dapat

mempengaruhi perilaku anak, dan sering lebih menentukan oleh karena

lingkungan itu dapat diubah, maka dengan demikian gangguan perilaku itu
dapat dipengaruhi atau dicegah.
5. KLASIFIKASI
Klasifikasi yang paling populer digunakan orang adalah klasifikasi gangguan
yang dikemukakan oleh American Psychiatric association (APA) pada tahun 1952
yang akhirnya pada tahun 1992 telah berhasil melahirkan Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorder IV (DSM-IV), setelah mengalami tiga kali
revisi sejak tahun 1979. Di Indonesia, pemerintah telah berhasil melahirkan
klasifikasi gangguan kejiwaan yang memuat gangguan kejiwaan yang disebut
PPDGJ atau Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa, yang saat ini
telah secara resmi digunakan adalah PPDGJ.
Dalam DSM IV terdapat lima aksis gangguan. Dari lima aksis gangguan
tersebut, terdapat dua aksis yang penting bagi kalangan psikologi sebagai berikut:
Aksis I: Gangguan Klinis
Gangguan klinis merupakan pola perilaku abnormal (gangguan mental) yang
meenyebabkan hendaya fungsi dan perasaan tertekan pada individu. Kondisi lain
yang mungkin menjadi fokus perhatian: masalah lain yang menjadi fokus
diagnosis atau pandangan tapi bukan gangguan mental, seperti problem
akademik, pekerjaan atau sosial, faktor psikologi yang mempengaruhi kondisi
medis. Berikut ini merupakan ringkasan dari PPDGJ III yang dikutip dari Buku
Saku Diagnosis Gangguan Jiwa yang diedit Dr.Rusdi Maslim:
a. F00-F09: Gangguan Mental Organik, termasuk Gangguan Mental Simtomatik
Gangguan Mental Organik adalah gangguan mental yang berkaitan
dengan

penyakit/gangguan

simtomatik adalah pengaruh

sistemik
terhadap

atau
otak

otak.

Gangguan

merupakan

akibat

mental
sekunder

penyakit/gangguuan sistemik di luar otak.


Gambaran utama:
Gangguan fungsi kongnitif
Gangguan sensorium kesadaran, perhatian
Sindrom dengan manifestasi yang menonjol dalam bidang persepsi
(halusinasi), isi pikir (waham), mood dan emosi.
b. F10-F19: Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Alkohol dan Zat
Psikoaktiflainnya.
c. F20-F29: Skizofrenia, Gangguan Skizotipal dan Gangguan Waham
Skizofrenia ditandai dengan penyimpangan fundamental dan karakteristik
dari pikiran dan persepsi, serta oleh efek yang tidak wajar atau tumpul.

Kesadaran jernih dan kemampuan intelektual tetap, walaupun kemunduran


kognitif dapat berkembang kemudian.
d. F30-F39: Gangguan Suasana Perasaan (Mood)
Kelainan fundamental perubahan suasana perasaan (mood) atau afek,
biasanya kearah depresi (dengan atau tanpa anxietas), atau kearah elasi
(suasana perasaan yang meningkat). Perubahan afek biasanya disertai
perubahan keseluruhan tingkat aktivitas dan kebanyakan gejala lain adalah
sekunder terhadap perubahan itu.
e. F40-F49: Gangguan Neurotik, Gangguan Somatoform dan Gangguan Terkait
Stres
f. F50-F59: Sindrom Perilaku yang Berhubungan dengan Gangguan Fisiologis
dan Faktor Fisik.
Aksis II: Gangguan Kepribadian
Gangguan kepribadian mencakup pola perilaku maladaptif yang sangat kaku
dan biasanya merusak hubungan antar pribadi dan adaptasi sosial. Gangguan
kepribadian, seperti gangguan kepribadian paranoid, gangguan kepribadian
skizoid, gangguan kepribadian skizotipal, gangguan kepribadian antisosial, dll.
a. F60 Gangguan Kepribadian dan Perilaku Masa dewasa
Kondisi klinis bermakna dan pola perilaku cenderung menetap, dan merupakan
ekspresi pola hidup yang khas dari seseorang dan cara berhubungan dengan
diri sendiri maupun orang lain. Beberapa kondisi dan pola perilaku tersebut
berkembang sejak dini dari masa pertumbuhan dan perkembangan dirinya
sebagai hasil interaksi faktor-faktor konstitusi dan pengalaman hidup,
sedangkan lainnya didapat pada masa kehidupan selanjutnya.
b. F70 Retardasi Mental
Keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama
ditandai oleh terjadinya hendaya ketrampilan selama masa perkembangan,
sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh. Dapat
terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa atau gangguan fisik lain sehingga
perilaku adaptif selalu ada.
c. F80 Gangguan Perkembangan Psikologis
Gambaran umum:
Onset bervariasi selama masa bayi atau kanak-kanak
Adanya hendaya atau keterlambatan perkembangan fungsi-fungsi yang

berhubungan erat dengan kematangan biologis susunan saraf pusat


Berlangsung terus-menerus tanpa remisi dan kekambuhan yang khas bagi
banyak gangguan jiwa

Pada sebagian besar kasus, fungsi yang dipengaruhi termasuk bahasa,


keterampilan visuo-spasial, koordinasi motorik. Yang khas adalah hendayanya
berkurang secara progresif dengan bertambahnya usia.
d. F9 Gangguan Perilaku dan Emosional dengan Onset Biasanya Pada Masa
Kanak dan Remaja
Aksis III: Kondisi Medik Umum
Kondisi medis umum dan kondisi medis yang mugkin penting bagi
pemahaman

atau

penyembuhan

atau

penanganan

gangguan

mental

individu. Meliputi kondisi klinis yang diduga menjadi penyebab atau bukan
penyebab gangguan yang dialami individu.
Aksis IV: Masalah Psikososial dan Lingkungan
Masalah dengan keluarga, lingkungan sosial,
perumahan,

ekonomi,

akses

pelayanan

pendidikan,

kesehatan,

hukum,

pekerjaan,
psikososial.

Masalah psikososial dan lingkungan. Mencakup peristiwa hidup yang negatif


maupun positif,dan kondisi lingkungan dan sosial yang tidak menguntungkan, dll.
Aksis V: Penilaian Fungsi secara Global (Global Assesment of Functioning =
GAF Scale)
Assessment fungsi secara global mencakup assessment menyeluruh
tentang fungsi psikologis sosial dan pekerjaan klien. Digunakan juga untuk
mengindikasikan taraf keberfungsian tertinggi yang mungkin dicapai selama
beberapa bulan pada tahun sebelumnya.
100-91
: gejala tidak ada, berfungsi maksimal, tidak ada masalah yang tidak
tertanggulangi
90-81
: gejala minimal, fungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalh harian
biasa
80-71
70-61

: gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial


: beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi,

secara umum baik


60-51
: gejala dan disabilitas sedang
50-41
: gejala dan disabilitas berat
40-31
: beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi,
disabilitas berat dalam beberapa fungsi
30-21
: disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai, tidak mampu
berfungsi dalam hampir semua bidang
20-11
: bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas sangat berat dalam
komunikasi danmengurus diri
10-01
: persisten dan lebih serius
1
: informasi tidak adekuat
6. TERAPI GANGGUAN JIWA
a. Psikofarmakologi

Penanganan penderita gangguan jiwa dengan cara ini adalah dengan


memberikan terapi obat-obatan yang akan ditujukan pada gangguan fungsi
neuro-transmitter sehingga gejala-gejala klinis tadi dapat dihilangkan. Terapi
obat diberikan dalam jangka waktu relatif lama, berbulan bahkan bertahun.
b. Psikoterapi
Terapi kejiwaan yang harus diberikan apabila penderita telah diberikan
terapi psikofarmaka dan telah mencapai tahapan di mana kemampuan menilai
realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik. Psikoterapi ini
bermacam-macam bentuknya antara lain psikoterapi suportif dimaksudkan
untuk memberikan dorongan, semangat dan motivasi agar penderita tidak
merasa putus asa dan semangat juangnya.
Psikoterapi Re-eduktif dimaksudkan untuk memberikan pendidikan ulang
yang maksudnya memperbaiki kesalahan pendidikan di waktu lalu, psikoterapi
rekonstruktif dimaksudkan untuk memperbaiki kembali kepribadian yang telah
mengalami keretakan menjadi kepribadian utuh seperti semula sebelum sakit,
psikologi kognitif, dimaksudkan untuk memulihkan kembali fungsi kognitif (daya
pikir dan daya ingat) rasional sehingga penderita mampu membedakan nilainilai moral etika. Psikoterapi perilaku dimaksudkan untuk memulihkan
gangguan

perilaku

yang

terganggu

menjadi

perilaku

yang

mampu

menyesuaikan diri, psikoterapi keluarga dimaksudkan untuk memulihkan


penderita dan keluarganya (Maramis, 1990)
c. Terapi Psikososial
Dengan terapi ini dimaksudkan penderita

agar mampu

kembali

beradaptasi dengan lingkungan sosialnya dan mampu merawat diri, mampu


mandiri tidak tergantung pada orang lain sehingga tidak menjadi beban
keluarga. Penderita selama menjalani terapi psikososial ini hendaknya masih
tetap mengkonsumsi obat psikofarmaka( Hawari, 2007).
d. Terapi Psikoreligius
Terapi keagamaan ini berupa kegiatan ritual keagamaan seperti
sembahyang, berdoa, mamanjatkan puji-pujian kepada Tuhan, ceramah
keagamaan, kajian kitab suci. Menurut Ramachandran dalam Yosep( 2007),
telah mengatakan serangkaian penenelitian terhadap pasien pasca epilepsi
sebagian besar mengungkapkan pengalaman spiritualnya sehingga semua
yang dirasa menjadi sirna dan menemukan kebenaran tertinggi yang tidak
dialami pikiran biasa merasa berdekatan dengan cahaya illahi.
e. Rehabilitasi

Program rehabilitasi penting dilakukan sebagi persiapan penempatan


kembali kekeluarga dan masyarakat. Program ini biasanya dilakukan di
lembaga (institusi) rehabilitasi misalnya di suatu rumah sakit jiwa. Dalam
program rehabilitasi dilakukan berbagai kegiatan antara lain; dengan terapi
kelompok yang bertujuan membebaskan penderita dari stress dan dapat
membantu agar dapat mengerti jelas sebab dari kesukaran dan membantu
terbentuknya mekanisme pembelaan yang lebih baik dan dapt diterima oleh
keluarga dan masyarakat, menjalankan ibadah keagamaan bersama, kegiatan
kesenian, terapi fisik berupa olah raga, keterampilan, berbagai macam kursus,
bercocok tanam, rekreasi (Maramis, 1990). Pada umumnya program
rehabilitasi ini berlangsung antara 3-6 bulan. Secara berkala dilakukan evaluasi
paling sedikit dua kali yaitu evaluasi sebelum penderita mengikuti program
rehabilitasi dan evaluasi pada saat si penderita akan dikembalikan ke keluarga
dan ke masyarakat (Hawari, 2007). Selain itu peran keluarga juga penting,
keluarga adalah orang-orang yang sangat dekat dengan pasien dan dianggap
paling banyak tahu kondisi pasien serta dianggap paling banyak memberi
pengaruh pada pasien. Sehingga keluarga sangat penting artinya dalam
perawatan dan penyembuhan pasien. (Yosep, 2007).

DAFTAR PUSTAKA
John Santrock, Psychology The Sciences of Mind and behavior, University of
dallas, Brown Publiser , 1999
American Psychiatric Association: The Diagnostic And Statistical Manual of
Mental
Maslim R. 2001. Diagnosis gangguan jiwa, rujukan ringkas PPDGJ-III. PT Nuh
Jaya : Jakarta
Hunsberg

and

Abderson

(1989).

Psychiatric

Mental

Health

Nursing,

Philadelphia : W.B. Saunders Company.


Clinton and Nelson, Mental Health Nursing Practice, Prentice hall Australia, Pty
Ltd. 1996
Kaunang, Ireine dkk. 2015. Hubungan Pengetahuan Keluarga Dengan
Kepatuhan Minum Obat Pasien Skizofrenia Di Poliklinik Rumah Sakit
Prof. V.L. Ratumbuysang Manado. UNSRAT, Manado.

Permatasari, Linda dkk. Gambaran Dukungan Sosial yang Diberikan Keluarga


Dalam Perawatan Penderita Skizofrenia di Instalasi Rawat Jalan
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. Bandung, Jawa Barat.
Stuart Sundeen, Pocket Guide to Psychiatric Nursing, Mosby year 1995
Stuart Sundeen, Psychiatric Nursing, Mosby year, 1995
Antai otong (1994) Psychiatric Nursing : Biological and Behavioral Concepts.
Philadelpia: W B Saunders Company
Lefley (1996). Family Caregiving in Mental Illness. London : SAGE Publication
Maccoby, E, 1980, Social Development, Psychological Growth and the Parent
Child Relationship, Harcourt Jovanovich, Newyork
Stuart GW Sundeen, 1995, Principle and practice of Psychiatric Nursing,
Mosby Year Book, St. Louis
Hurlock, 1999, Psikologi Perkembangan, Erlangga, Jakarta
Departemen Kesehatan. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Pedoman
penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa di Indonesia III. Jakarta:
Departemen Kesehatan; 1993.
Maslim R. 2001. Diagnosis gangguan jiwa, rujukan ringkas PPDGJ-III. Jakarta:
PT Nuh Jaya.
Prof. Dr. Wiramihardja, Sutardjo A. 2004. Pengantar Psikologi. Bandung: PT
Refika Aditama
Budi Ana Keliat, Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa,
Buku Kedokteran, 1992
Antai Otong Deborah (1995). Psychiatric Nursing. Philadelphia : W.B. Company
Gestrude K. Mc. Farland (1991). Psychiatric Mental Health Nursing.
Philadelphia : J. B. Lippincot Company W.E., Maramis, Ilmu
Kedokteran Jiwa, Airlangga Press, Surabaya, 1990

MAKALAH
KONSEP GANGGUAN JIWA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Semester Pendek Mata Kuliah Mental Health Nursing

Disusun Oleh:
Suryat Muhsan

115070207111016

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

Вам также может понравиться