Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
1. DEFINISI
Konsep gangguan jiwa dari PPDGJ II yang merujuk ke DSM-III adalah
sindrom atau pola perilaku, atau psikologi seseorang, yang secara klinik cukup
bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan
(distress) atau hendaya (impairment/disability) di dalam satu atau lebih fungsi
yang penting dari manusia (Maslim, 2002).
Gangguan jiwa adalah gangguan yang mengenai satu atau lebih fungsi
jiwa.Gangguan jiwa adalah gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya
emosi,
proses
berpikir,
perilaku,
dan
persepsi
(penangkapan
panca
mengenai
gangguan
jiwa,
ada
yang
percaya
bahwa
gangguan
jiwadisebabkan oleh gangguan roh jahat, ada yang menuduh bahwa itu akibat
guna-guna, karena kutukan atau hukuman atas dosanya. Kepercayaan yang
salah ini hanya akan merugikan penderita dan keluarganya karena pengidap
gangguan jiwa tidak mendapat pengobatan secara cepat dan tepat (Notosoedirjo,
2005).
Gangguan jiwa menurut Depkes RI (2000) adalah suatu perubahan pada
fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang
menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan
peran
sosial.
Penyebab gangguan
jiwa itu
bermacam-macam
ada
yang
bersumber dari berhubungan dengan orang lain yang tidak memuaskan seperti
diperlakukan tidak adil, diperlakukan semena-mena, cinta tidak terbalas,
kehilangan seseorang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, dan lain-lain. Selain itu
ada juga gangguan jiwa yang disebabkan faktor organik, kelainan saraf dan
gangguan pada otak (Djamaludin, 2001). Jiwa atau mental yang sehat tidak
hanya berarti bebas dari gangguan. Seseorang bisa dikatakan jiwanya sehat jika
ia bisa dan mampu untuk menikmati hidup, punya keseimbangan antara aktivitas
kehidupannya, mampu menangani masalah secara sehat, serta berperilaku
normal dan wajar, sesuai dengan tempat atau budaya dimana dia berada. Orang
yang jiwanya sehat juga mampu mengekpresikan emosinya secara baik dan
mampu beradaptasi dengan lingkungannya, sesuai dengan kebutuhan.
2. PSIKOPATOLOGI
a. Skizofrenia Sebagi Bentuk Gangguan Jiwa
Skizofrenia merupakan bahasan yang menarik perhatian pada konferensi
tahunan The American Psychiatric Association/APA di Miami, Florida, Amerika
Serikat, Mei 1995 lalu. Sebab di AS angka pasien skizofrenia cukup tinggi
(lifetime prevalance rates) mencapai 1/100 penduduk. Sebagai perbandungan,
di Indonesia bila pada PJPT I angkanya adalah 1/1000 penduduk maka
proyeksinya pada PJPT II, 3/1000 penduduk, bahkan bisa lebih besar lagi.
Berdasarkan data di AS:
a) Setiap tahun terdapat 300.000 pasien skizofrenia mengalami episode akut;
b) Prevalensi skizofrenia lebih tinggi dari penyakit Alzheimer, multipel skelosis,
pasien diabtes yang memakai insulin, dan penyakit otot (muscular
dystrophy);
c) 20%-50% pasien skizofrenia melakukan percobaan bunuh diri, dan 10% di
antaranya berhasil (mati bunuh diri);
d) Angka kematian pasien skizofrenia 8 kali lebih tinggi dari angka kematian
penduduk pada umumnya.
Psikopatologi meliputi:
1. Gangguan kepribadian
Kepribadian ialah ekspresi keluar dari pengetahuan dan perasaan
yang dialami secara subyektif oleh seseorang. Kepribadian menuju ke
kematangan badaniah, emosional, sosial dan intelektual. Perkembangan ini
dipengaruhi oleh faktor-faktor badaniah (keturunan, keadaan susunan saraf
dan hormonal), emosional (mekanisme penyesuaian diri), sosial (hubungan
antar-manusia),
adat-istiadat,
kebudayaan
dan
kepercayaan,
serta
Kepribadian paranoid
Kepribadian paranoid adalah suatu gangguan kepribadian dengan
sifat curiga yang menonjol. Orang seperti ini mungkin agresif dan setiap
orang lain yang dilihat sebagai seorang agresor terhadapnya. Dirinya
harus mempertahankan dirinya, ia bersikap sebagai pemberontak dan
angkuh untuk menahan harga diri. Seringkali dirinya mengancam orang
lain sebagai akibat proyeksi rasa bermusuhannya sendiri. Dalam
kepribadian
paranoid
kita
menemukan
secara
berlebihan
Kepribadian skizoid
Sifat-sifat kepribadian ini adalah pemalu, suka menyendiri, perasa,
pendiam, menghindari hubugan jangka panjang dengan orang lain.
Individu ini menunjukan respons yang terbatas terhadap isyarat atau
rangsangan sosial.
Ciri utama cara menyesuaikan dan membela dirnya ialah menarik
diri, mengasingkan diri, dan sering aneh (eksentrik). Terdapat juga cara
pemikiran
otostik,
melamun
berlebihan
dan
ketidakmampuan
Kepribadian antisosial
Individu dengan kepribadian ini tidak mempunyai loyalitas terhadap
kelompoknya ataupun norma-norma sosial. Pada umumnya individu
dengan kepribadian ini egosentrik, tidak bertanggung jawab, impulsif,
tidak mampu mengubah diri, baik karena pengalaman maupun karena
Kepribadian ambang
Pasien dengan gangguan kepribadian ini berada dalam perbatasan
antara neurosis dan psikosis dan ditandai oleh afek, mood, perilaku,
hubungan objek, dan citra diri yang tidak stabil. Gangguan ini
dinamakan skizofrenia ambulatorik, kepribadian seolah-olah (as-if
personality).
Pasien dengan gangguan kepribadian ambang hampir selalu
dalam keadaan krisis. Pasien dapat bersikap argumentatif pada suatu
waktu dan terdepresi pada waktu selanjutnya. Perilaku pda pasien ini
tidak dapat diperkirakan. Pasien dengan kepribadian ini juga sering
mencerminkan sifat menyakitkan dengan seringnya merusak diri
sendiri, mengekspresikan kemarahan pada teman dekat mereka jika
mengalami frustasi. Namun pasien seperti ini tidak dapt mentoleransi
keadaan sendirian dan mereka lebih senang untuk mencari teman
secara mati-matian dibandingkan duduk sendirian.
f.
Kepribadian histrionik
Kepribadian histerik biasanya sombong, egosentrik, tidak stabil
emosinya, menarik perhatian dengan afek yang labil, memiliki gaya
bicara
yang
impresionistik
dan
tidak
memiliki
perincian,
lekas
dapat
menyatakan
perasaan
secara
tepat
dan
sering
Kepribadian narsistik
Orang dengan gangguan kepribadian narsistik ditandai oleh
meningkatnya rasa kepentingan diri dan perasaan kebesaran yang
unik. Mereka menganggap dirinya sebagai orang yang khusus dan
mengharapkan terapi yang khusus pula. Mereka menanggapi kritik
secara buruk dan mungkin menjadi marah jika ada yang berani
mengkritik mereka, atau mereka tampak acuh tak acuh terhadap kritik.
Kepribadian menghindar
Orang dnegan gangguan kepribadian menghindar menunjukkan
kepekaan
yang
ekstrem
terhadap
penolakan,
yang
dpaat
malu;
mereka
memerlukan
jaminan
yang
kuat
dan
Kepribadian dependen
Orang dengan gangguan kepribadian dependen menepmpatkan
kbutuhan mereka sendiri di bawah kebutuhan orang lain, meminta
orang lain untuk mengambil tanggung jawabuntuk masalah besar
dalam kehidupan mereka, tidak memiliki keprcayaan dari, dan
mungkin memngalami rasa tidak nyaman yang kuat jika sedang
sendirian. Pasien dengan gangguan kepribadian ini lebih menghindari
posisi tanggung jawab dan menjadi cemas jika diminta untuk
memegang peran kepemimpinan.
j.
Kepribadian obsesif-kompulsif
Gangguan kepribadian ini ditandai oleh penyempitan emosional,
ketertiban, kekerasan hati, sikap keras kepala, dan kebimbangan.
Orang dengan kepribadian obsesif-kompulsif merasa asyik dengan
peraturan, serius, dan seringkali tidak memiliki rasa humor. Mereka
memaksakan aturan supaya diikuti secara kaku dan tidak mampu
mentoleransi apa yang dirasakannya sebagai pelanggaran. Pasien
biasanya enggan membuangbenda-benda yang usang atau tidak
berguna
walaupun
tidak
memiliki
nilai
sentimental,
enggan
Kepribadian pasif-agresif
Kepribadian ini terdapat dua sub, diantaranya: pasif-dependent dan
pasif-agresif. Orang yang pasif-dependent senantiasa berpikir, bertindak
dan merassa bahwa kebutuhannya akan ketergantungan itu akan
dipenuhi secara menakjubkan. Orang yang pasif-agresif merasa bahwa
kebutuhannya
akan
ketergantungan
tidak
pernah
dipenuhi.
Ia
sama.
3.Gangguan Persepsi
Persepsi adalah hasil interaksi antara rangsang sensorik yang tertuju
pada individu itu dengan faktor-faktor pengaruh yang mengatur atau
mengolah rangsang itu secara intra-psikik. Faktor-faktor pengaruh ini dapat
bersifat biologik, sosial, dan psikologik.
a. Ilusi
Ilusi adalah mispersepsi atau misinterpretasi terhadap stimuli
eksternal yang nyata. Misalkan seorang penderita dengan perasaan yang
bersalah, dapat menginterpretasikan suara bergerisiknya daun-daun
sebagai suara yang mendekatinya. Ilusi sering terdapat pada:
a.
b.
c.
a.
b.
c.
Visual
Akustik
Olfaktorik
d.
e.
Gustatorik
Taktil
b. Halusinasi
Halusinasi adalah persepsi panca indra tanpa rangsang pada reseptor
panca indra. Jadi halusinasi adalah persepsi tanpa obyek
Jenis jenis halusinasi yaitu :
1.
Halusinasi hipnagogik
Persepsi sensoris palsu yang terjadi saat akan tertidur;
biasanya
2.
3.
dianggap nonpatologis
Halusinasi auditorik
Persepsi bunyi palsu, biasanya suara tetapi bisa juga bunyi-bunyi
lain, seperti musik.
4.
Halusinasi visual
Persepsi palsu tentang penglihatan yang berupa citra yang
berbentuk (misalnya, orang) dan citra yang tidak berbentuk (misalnya,
5.
6.
7.
kilatan cahaya)
Halusinasi olfaktoris
Persepsi membau yang palsu
Halusinasi gustatorik (kecap) .
Persepsi tentang rasa kecap yang palsu, seperti
permukaan,
9.
manik
mendengar
atau
ketidakmampuan;
pada
mania,
halusinasi
tidak
12.
13.
14.
dengan
obat-obat
berbagai
pikiran
dah
paham,
dengan
jalan
membayangkan,
Bentuk pikiran
Isi pikiran
Isi pikir memperlihatkan variasi yang cukup luas dalam keadaan
normal. Dalam keadaan terentu dapat pula suatu pola sentral dalam
pikiran manusia karena kompleksnya pikiran tersebut dianggap sangat
penting bagi dirinya, sehingga nampaknya egosentrik terlihat jelas.
Apabila sifat egosentrik ini melampaui batas normal maka timbulah
gangguan isi pikiran.
Gangguan isi pikiran diantaranya :
1.
2.
Waham (delusi)
Waham adalah suatu keyakinan atau pikiran yang salah karena
bertentangan dengan kenyataan (dunia realitas). Waham mempunyai 5
sifat tertentu (syarat):
a.
b.
c.
d.
e.
a.
(sebagai
contoh,
orang
luar
angkasa
telah
otak pasien)
Waham tersistematisasi
Keyakinan yang palsu yang digabungkan oleh suatu tema atau
peristiwa tunggal (contohnya pasien diamta-matai oleh mafia atau
agen rahasia)
c.
Waham nihilistik
Perasaan palsu bahwa dirinya, orang lain, dan duania berakhir
atau tidak ada
d.
Waham kemiskinan
Keyakinan palsu bahwa pasien kehilangan atau akan terampas
semua harta
e.
benda miliknya
Waham somatik
Keyakinan palsu menyangkut fungsi tubuhnya (contohnya,
keyakinan bahwa otak pasien telah mencair)
f.
Waham persekutorik
Keyakinan palsu bahwa pasien sedang diganggu, ditipu atau
disiksa
g.
Waham kebesaran
Gambaran kepentingan, kekuatan, atau identitas seseorang
yang berlebihan
h.
Waham referensi
Keyakinan palsu bahwa perilaku orang lain ditujuan kepada
dirinya, merasa bahwa orang lain sedang membicarakan dirinya
(contohnya, percaya bahwa orang di televisi sedang berbicara atau
membicarakan dirinya)
i.
j.
Waham pengendalian
Keyakinan palsu bahwa kemauan, pikiran, atau perasaan
pasien dikendalikan oleh tenaga dari luar
k.
Penarikan pikiran
Penanaman pikiran
Keyakinan palsu bahwa pikiran pasien telah ditanamkan oleh
tenaga lain
m.
Siar pikiran
Keyakinan palsu bahwa pikiran pasien dapat didengar oleh orang
lain
n.
Waham ketidaksetiaan
Keyakinan palsu yang didapatkan dari kecemburuan patologis
bahwa kekasih pasien tidak jujur
o.
Erotomania
Keyakinan palsu bahwa seseorang sangat mencintainya
p.
Pseudologia phantastica
Suatu jenis kebohongan dimana seseorang tampaknya percaya
terhadap
Obsesi
Isi pikiran yang bersifat terpaku, terus menerus mengganggu
penderitanya, terus menerus berulang kembali yang mendesak ke taraf
kedaran individu, dan timbulnya tidak dapat dielakkan penderita sendiri.
Contoh :
Saya harus pergi ke kuburan orang tua.
4.
Fobia
Fobia adalah suatu keadaan ketakutan atau kegelisahan yang
bersifat irrasional, yang diakui ketidak benarannya oleh penderita tetapi
tetap menguasai jalan pikirannya. Contohnya fobia sederhana: rasa
takut yang jelas terhadap suatu objek (laba-laba, ular), akrofobia (rasa
takut terhadap tempat tinggi, algofobia (takut terhadap rasa nyeri),
klaustrofobia (takut terhadap tempat tertutup), xenofobia (rasa takut
terhadap orang asing).
c.
Kelancaran dan aktifitas pikiran tentu saja tidak dapat kita pelajari
kecuali dengan menilai dari perkataan yang keluar dalam pembicaraan
seseorang.
Berbagai gangguan progresi pikir diantaranya:
1.
Flight of ideas
Verbalisasi atau permainan kata-kata yang cepat dan terus
menerus dari satu
untuk mengikutinya
2.
Neologisme
Kata
baru
yang
diciptakan
oleh
pasien,
dengan
Verbigerasi
Pengulangan kata-kata atau frasa-frasa spesifik yang tidak
mempunyai arti
4.
Sirkumstansialitas
Bicara yang tidak langsung dan lambat dalam mencapai tujuan
ditandai dengan pemasukan perincian dan tanda-tanda kutip yang
berlebihan
5.
Inkoherensi
Pembicaraan yang tidak logis, pikiran yang, bisanya, tidak dapat
dimengerti
6.
Asosiasi bunyi
Asosiasi kata-kata yang mirip bunyinya tetapi berbeda artinya;
kata-kata tidak
permainan kata
7.
Blocking
Terputusnya aliran berpikir secara tiba-tiba sebelum pikiran atau
gagasan terselesaikan
8.
Kondensasi
Penggabungan berbagai konsep menjadi satu konsep
9.
gangguan
afek
dengan
gejala
utamanya
merupakan
kemampuan
individu
untuk
mengadakan
hubungan dengan lingkungannya serta dengan dirinya sendiri (melalui pancainderanya) dan mengadakan pembatasan terhadap lingkungannya serta
terhadap dirinya sendiri (melalui perhatian). Bila kesadaran seseorang baik,
maka akan didapatkan orientasi yang baik mengenai orang, waktu, tempat,
dan situasi. Selain itu, seseorang dengan kesadaran baik (normal) dapat
mencerna informasi berupa pertanyaan dan dapat melakukan pertimbangan.
Pada tiap kesadaran dapat dinilai pula luasnya kesadaran dan
terangnya kesadaran. Dalam Psikiatri keadaan kesadaran penderita sangat
penting untuk diagnosis dan prognosis dari suatu gangguan jiwa. Gejala
sikotik dengan kesadaran normal mempunyai arti yang berbeda jauh
dibandingkan dengan gejala-gejala sikotik dengan kesadaran terganggu.
Secara klinis gangguan kesadaran diantaranya :
a. Disorientasi , yaitu gangguan kesadaran berkaitan dengan orang waktu
tempat dan situasi.
b. Kesadaran berkabut , yaitu gangguan dengan kesadaran yang tidak
lengkap, individu tidak mampu berfikir jernih dan berespon secara
memadai terhadap situasi disekitarnya. Gejala ini sering terdapat pada
penderita-penderita penyakit infeksi dan keadaan-keadaan lain yang
mengganggu oksigenasi dan metabolisme serebral.
c. Stupor, yaitu keadaan dimana penderita akinetik (tidak bergerak dan diam
seperti patung) dan mutistik tetapi kesadaran relatif masih ada. Masih ada
gerakan mata dan respirasi tetapi gerakan mata pada umumnya nampak
tanpa tujuan. Sesudah keadaan stupor, sering ada kesanggupan untuk
mengingat kejadian-kejadian meskipun dapat terjadi juga amnesia total.
Stupor perlu dibedakan dengan rasa mengantuk, kehilangan kesadaran
seperti pada koma dan paralise saraf motorik.
d. Delirium, yaitu merupakan suatu simtom komplek yang disebut sindrome
otak akut. Sindrome ini biasanya berkembang dan berjalan akut, ditandai
dengan kesadaran menurun atau berkabut, bingung, gelisah, disorientasi,
ilusi, dan halusinasi serta cemas dan takut. Kejadian ini biasanya
berhubungan dengan infeksi disertai panas, keadaan toksik, gangguan
metabolisme (uremia, pellagra, dan anemia pernisiosa), dekompensasi
kordis, dan trauma kapitis.
e. Koma, yaitu derajat kesadaran paling berat. Individu dalam keadaan
koma tidak dapat bereaksi terhadap rangsangan dari luar. Meskipun
sekuat apapun rangsangan yang diberikan.
f. Dream like state, yaitu gangguan kualitas kesadaran yang terjadi pada
serangan epilepsi psikomotor. Individu dalam keadaan ini tidak menyadari
orang
(personal),
yaitu
kemampuan
individu
untuk
a.
b.
c.
Kemampuan
mengingat
menjadi
berlebih-lebihan,
dan
maupun
sikogenik.
Amnesia
organik
disebabkan
karena
encephalopati,
9.Gangguan intelegensia
pellagra,
korsa
anemia
koffs
psikosis,
perniciosa
dan
Faktor genetik;
Virus;
Auto antibody;
Malnutrisi.
Sejauh manakah peran genetik pada skizofrenia? Dari penelitian
dengan depresi, karena kurang makan dan tidur daya tahan badaniah seorang
berkurang sehingga mengalami keradangan tenggorokan atau seorang dengan
mania mendapat kecelakaan.
Sebaliknya seorang dengan penyakit badaniah umpamanya keradangan
yang melemahkan, maka daya tahan psikologiknya pun menurun sehingga ia
mungkin mengalami depresi. Sudah lama diketahui juga, bahwa penyakit pada
otak sering mengakibatkan gangguan jiwa. Contoh lain ialah seorang anak
yang
mengalami
gangguan
otak
(karena
kelahiran,
keradangan
dan
b) Faktor Konstitusi
Konstitusi pada umumnya menunjukkan kepada keadaan biologik
seluruhnya, termasuk baik yang diturunkan maupun yang didapati kemudian;
umpamanya bentuk badan (perawakan), sex, temperamen, fungsi endoktrin
daurat syaraf jenis darah.
Jelas bahwa hal-hal ini mempengaruhi perilaku individu secara baik
ataupun tidak baik, umpamanya bentuk badan yang atletik atau yang kurus,
tinggi badan yang terlalu tinggi ataupun terlalu pendek, paras muka yang
cantrik ataupun jelek, sex wanita atau pria, fungsi hormonal yang seimbang
atau yang berlebihan salah satu hormon, urat syaraf yang cepat reaksinya atau
yang lambat sekali, dan seterusnya. Semua ini turut mempengaruhi hidup
seseorang.
c) Cacat Kongenital
Cacat kongenital atau sejak lahir dapat mempengaruhi perkembangan
jiwa anak, terlebih yang berat, seperti retardasi mental yang brat. Akan tetapi
pada umumnya pengaruh cacat ini pada timbulnya gangguan jiwa terutama
tergantung pada individu itu, bagaimana ia menilai dan menyesuaikan diri
terhadap keadaan hidupnya yang cacat atau berubah itu.
Orang tua dapat mempersukar penyesuaian ini dengan perlindungan
yang berlebihan (proteksi berlebihan). Penolakan atau tuntutan yang sudah di
luar kemampuan anak.
Singkatnya : kromosoma dan genes yang defektif serta banyak faktor
lingkungan sebelum, sewaktu dan sesudah lahir dapat mengakibatkan
gangguan badaniah. Cacat badaniah biasanya dapat dilihat dengan jelas,tetapi
gangguan sistim biokimiawi lebih halus dan sukar ditentukan. Gangguan
badaniah dapat mengganggu fungsi biologik atau psikologik secara langsung
atau dapat mempengaruhi daya tahan terahdap stres.
d) Perkembangan Psikologik yang salah
Ketidak matangan atau fixasi, yaitu inidvidual gagal berkembang lebih lanjut
ke fase berikutnya;
Tempat-tempat lemah yang ditinggalkan oleh pengalaman yang traumatik
sehat.
e) Deprivasi dini
Deprivasi maternal atau kehilangan asuhan ibu di rumah sendiri, terpisah
dengan ibu atau di asrama, dapat menimbulkan perkembangan yang
abnormal.
Deprivasi rangsangan umum dari lingkungan, bila sangat berat, ternyata
berhubungan edngan retardasi mental. Kekurangan protein dalam makanan,
terutama dalam jangka waktu lama sebelum anak breumur 4 tahun, dapat
mengakibatkan retardasi mental.
Eprivasi atau frustrasi dini dapat menimbulkan tempat-tempat yang
lemah pada jiwa, dapat mengakibatkan perkembangan yang salah ataupun
perkembangan yang berhenti.
Untuk perkembangan psikologik rupanya ada masa-masa gawat. Dalam
masa ini rangsangan dan pengalaman belajar yang berhubungan dengannya
serta
pemuasan
berbagai
kebutuhan
sangat
perlu
bagi
urut-urutan
dan
rumah
tangganya
yang
berantakan,
tuntutan
yang
bertentangan.
umum. Kebebasan yang lebih besar membawa tanggung jawab yang lebih
besar pula.
Perubahan-perubahan ini mengakibatkan bawha ia harus mengubah
konsep tentang diri sendiri. Tidak jarang terjadi krisis identitas (Erikson, 1950).
Ia hasu memantapkan dirinya sebagai seorang individu yang berkepribadian
lepas dari keluarganya, ia harus menyelesaikan masalah pendidikan,
pernikahan dan kehidupan dalam masyarakat. Bila ia tidak dibekali dengan
pegangan hidup yang kuat, maka ia akan mengalami difusi identitas, yaitu ia
bingung tentang apakah sbenarnya ia ini dan buat apakah sebebarnya hidup
ini. Sindroma ini disebut juga anomi, remaja itu merasa terombang ambing,
terapung-apung dalam hidup ini tanpa tujuan tertentu. Banyak remaja
sebenarnya tidak membernontak, akan tetapi hanya sekedar sedang mencari
arti dirinya sendiri serta pegangan hidup yang berarti bagi mereka. Hal badai
dan stres bagi kaum remaja ini sebagian besar berakar pada struktur sosial
suatu masyarakat. Ada masyarakat yang membantu para remaja ini dengan
adat-istiadatnya sehingga masa remaja dilalui tanpa gangguan emosional yang
berarti. Kebanyakan kebutuhan kita hanya dapat diperoleh melalui hubungan
dengan orang-orang lain. Jadi cara kita berhubungan dengan orang lain sangat
mempengaruhi kepuasan hidup kita. Kegagalan untuk mengadakan hubungan
antar manusia yang baik mungkin berasal dari dan mengakibatkan juga
kekurang partisipasi dalam kelompok dan kekurangan identifikasi dengan
kelompok dan konformitas (persesuaian) yang berlebihan dengan normanorma kelompok (seperti dalam gang atau perkumpulan-perkumpulan rahasia
para remaja).
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa kemampuan utama dalam
hidup dan dalam menyesuaikan diri memerlukan penerapan tentang
beberapa masalah utama dalam hidup, seperti pernikahan, ke-orangtua-an,
pekerjaan dan hari tua. Di samping kemampuan umum ini dalam bidang
badaniah, emosional, sosial dan intelektual, kita memerlukan persiapan bagi
masalah. Masalah khas yang mungkin sekali akan dihadapi dalam berbagai
masa hidup kita.
h) Faktor sosiologik dalam perkembangan yang salah
Alfin Toffler mengemukakan bahwa yang paling berbahaya di zaman
modern, di negara-negara dengan super-industrialisasi, ialah kecepatan
asuh yang diwariskan sesuai dengan pengalaman yang dimiliki oleh anggota
keluarga klien yang mengalami gangguan jiwa.
j) Neurobiological
Menurut Konsep Neurobiological gangguan jiwa sangat berkaitan dengan
keadaan struktur otak sebagai berikut :
Abnormalities in the structure of the brain or in its activity in specific
locations can cause or contribute to psychiatric disorders. For example, a
communication problem in one small part of the brain can cause widespread
dysfunction. It is also known that the following network of nuclei that control
cognitive, behavioral, and emotional functioning ae particularly implicated in
psychiatric disorders :
The cerebral cortex, which is critical in decision making and higher-order
terutama pada susunan dan struktur syaraf pusat, biasanya klien mengalami
pembesaran ventrikel ke III sebelah kirinya. Ciri lainnya terutama adalah pada
klien yang mengalami Schizofrenia memiliki lobus frontalis yang lebih kecil dari
rata-rata orang yang normal (Andreasen, 1991).
Menurut Candel, Pada klien yang mengalami gangguan jiwa dengan
gejala takut serta paranoid (curiga) memiliki lesi pada daerah Amigdala
sedangkan pada klien Schizofrenia yang memiliki lesi pada area Wernicks dan
area Brocha biasanya disertai dengan Aphasia serta disorganisasi dalam
proses berbicara (Word salad).
Adanya Hiperaktivitas Dopamin pada klien dengan gangguan jiwa
seringkali menimbulkan gejala-gejala Schizofrenia. Menurut hasil penelitian,
neurotransmitter tertentu seperti Norepinephrine pada klien gangguan jiwa
memegang peranan dalam proses learning, Memory reiforcement, Siklus tidur
dan bangun, kecemasan, pengaturan aliran darah dan metabolisme.
serotonin.
Problems in the dopamine receptor systems several research strategies
support the role of dopamine in schizophrenia. For instance, drugs that
increase levels of dopamine in the brain can produce psychosis. Drugs that
reduce dopamine function have antipsychotic effects as well. This is seen in
the antipsychotic drugs that reduce the number of postsynaptic receptors
that interact with dopamine.
Birth Events. Many attempts have been made to study the influences of
yang terganggu
Keadaan iklim yang mempengaruhi Exhaustion dan Toxema
Penyakit kronis misalnya; shifilis, AIDS
Trauma kepala dan vertebra
Kontaminasi zat toksik
Shock emosional yang hebat : ketakutan, kematian tiba-tiba orang yang
dicintai.
n) Penyalah gunaan obat-obatan :
Koping yang maladaptif yang digunakan individu untuk menghadapi
strsessor
melalui
obat-obatan
yang
memiliki
sipat
adiksi
(efek
yang
(environmental).
meliputi
Tidak
seperti
Biologis,
pada
psikologis,
penyakit
sosial,
lingkungan
jasmaniah,
sebabsebab
gangguan jiwa adalah kompleks. Pada seseorang dapat terjadi penyebab satu
atau beberapa faktor dan biasanya jarang berdiri sendiri. Mengetahui sebabsebab gangguan jiwa penting untuk mencegah dan mengobatinya.
Umumnya sebab-sebab gangguan jiwa dibedakan atas :
Sebab-sebab jasmaniah/biologik
Sebab-sebab kejiwaan/ psikologik
Sebab-sebab yang berdasarkan kebudayaan.
Untuk mengetahui mana penyebab yang asli dan mana yang bukan perlu
diketahui dua istilah : sebab yang memberikan predisposisi adalah faktor yang
menyebabkan seseorang menjadi rentan/ peka terhadap suatu gangguan jiwa
(genetik, fisik atau latar belakang keluarga/ sosial. Sebab yang menimbulkan
langsung atau pencetus adalah faktor traumatis langsung menyebabkan
gangguan jiwa (kehilangan harta pekerjaan/ kematian, cendera berat,
perceraian dan lain-lain.
p) Sebab Biologik
Keturunan
Peran yang pasti sebagai penyebab belum jelas, mungkin terbatas dalam
mengakibatkan kepekaan untuk mengalami gangguan jiwa tapi hal tersebut
areas of the brain and that they ae subject to change by specific external
cues.
q) Sebab Psikologik
Bermacam pengalaman frustasi, kegagalan dan keberhasilan yang
dialami akan mewarnai sikap, kebiasaan dan sifatnya dikemudian hari. Hidup
seorang manusia dapat dibagi atas 7 masa dan pada keadaan tertentu dapat
mendukung terjadinya gangguan jiwa.
3. TANDA GEJALA
a. Alam perasaan (affect) tumpul dan mendatar. Gambaran alam perasaan ini
dapat terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukkan ekspresi.
b. Menarik diri atau mengasingkan diri (withdrawn). Tidak mau bergaul atau
kontak dengan orang lain, suka melamun (day dreaming).
c. Delusi atau Waham yaitu keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk akal)
meskipun telah dibuktikan secara obyektif bahwa keyakinannya itu tidak
rasional,
namun
penderita
tetap
meyakini
kebenarannya.
Sering
4. MACAM-MACAM
Gangguan jiwa artinya bahwa yang menonjol ialah gejala-gejala yang
psikologik dari unsur psikis (Maramis, 1994). Macam-macam gangguan jiwa
(Rusdi
Maslim,
1998)
antara
lain Gangguan
suasana
jiwa
perasaan, gangguan
neurotik, gangguan
fisik, Gangguan
masa
dewasa, retardasi
demikian
pengetahuan
kita
tentang
sebab-musabab
dan
gangguan
kepribadian
(psikopatia) dan gejala-gejala nerosa berbentuk hampir sama pada orangorang dengan intelegensi tinggi ataupun rendah. Jadi boleh dikatakan bahwa
gangguan kepribadian, nerosa dan gangguan intelegensi sebagaian besar
tidak tergantung pada satu dan lain atau tidak berkorelasi. Klasifikasi gangguan
kepribadian : kepribadian paranoid, kepribadian afektif atau siklotemik,
kepribadian skizoid, kepribadian axplosif, kepribadian anankastik atau obsesifkonpulsif, kepribadian histerik, kepribadian astenik, kepribadian anti sosial,
Kepribadian pasif agresif, kepribadian inadequate (Maslim,1998).
e) Gangguan Mental Organik
Merupakan gangguan
jiwa yang
psikotik
atau
non-psikotik
yang
perubahan
kepribadian.
Faktor
lingkungan
juga
dapat
lingkungan itu dapat diubah, maka dengan demikian gangguan perilaku itu
dapat dipengaruhi atau dicegah.
5. KLASIFIKASI
Klasifikasi yang paling populer digunakan orang adalah klasifikasi gangguan
yang dikemukakan oleh American Psychiatric association (APA) pada tahun 1952
yang akhirnya pada tahun 1992 telah berhasil melahirkan Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorder IV (DSM-IV), setelah mengalami tiga kali
revisi sejak tahun 1979. Di Indonesia, pemerintah telah berhasil melahirkan
klasifikasi gangguan kejiwaan yang memuat gangguan kejiwaan yang disebut
PPDGJ atau Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa, yang saat ini
telah secara resmi digunakan adalah PPDGJ.
Dalam DSM IV terdapat lima aksis gangguan. Dari lima aksis gangguan
tersebut, terdapat dua aksis yang penting bagi kalangan psikologi sebagai berikut:
Aksis I: Gangguan Klinis
Gangguan klinis merupakan pola perilaku abnormal (gangguan mental) yang
meenyebabkan hendaya fungsi dan perasaan tertekan pada individu. Kondisi lain
yang mungkin menjadi fokus perhatian: masalah lain yang menjadi fokus
diagnosis atau pandangan tapi bukan gangguan mental, seperti problem
akademik, pekerjaan atau sosial, faktor psikologi yang mempengaruhi kondisi
medis. Berikut ini merupakan ringkasan dari PPDGJ III yang dikutip dari Buku
Saku Diagnosis Gangguan Jiwa yang diedit Dr.Rusdi Maslim:
a. F00-F09: Gangguan Mental Organik, termasuk Gangguan Mental Simtomatik
Gangguan Mental Organik adalah gangguan mental yang berkaitan
dengan
penyakit/gangguan
sistemik
terhadap
atau
otak
otak.
Gangguan
merupakan
akibat
mental
sekunder
atau
penyembuhan
atau
penanganan
gangguan
mental
individu. Meliputi kondisi klinis yang diduga menjadi penyebab atau bukan
penyebab gangguan yang dialami individu.
Aksis IV: Masalah Psikososial dan Lingkungan
Masalah dengan keluarga, lingkungan sosial,
perumahan,
ekonomi,
akses
pelayanan
pendidikan,
kesehatan,
hukum,
pekerjaan,
psikososial.
perilaku
yang
terganggu
menjadi
perilaku
yang
mampu
agar mampu
kembali
DAFTAR PUSTAKA
John Santrock, Psychology The Sciences of Mind and behavior, University of
dallas, Brown Publiser , 1999
American Psychiatric Association: The Diagnostic And Statistical Manual of
Mental
Maslim R. 2001. Diagnosis gangguan jiwa, rujukan ringkas PPDGJ-III. PT Nuh
Jaya : Jakarta
Hunsberg
and
Abderson
(1989).
Psychiatric
Mental
Health
Nursing,
MAKALAH
KONSEP GANGGUAN JIWA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Semester Pendek Mata Kuliah Mental Health Nursing
Disusun Oleh:
Suryat Muhsan
115070207111016