Вы находитесь на странице: 1из 48

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Forensik patologi adalah ilmu yang dikembangkan untuk mempelajari
kematian yang tidak wajar, mencurigakan atau kekerasan. Terdapat dua sistem
investigasi medikolegal di Amerika Serikat yaitu sistem pemeriksa medis dan
sistem koroner. Kedokteran forensik adalah penerapan atau pemanfaatan ilmu
kedokteran untuk kepentingan penegakan hukum dan pengadilan. Kedokteran
forensik mempelajari hal ikhwal manusia atau organ manusia yang berkaitan
dengan peristiwa kejahatan (William, 1997).
Stanford (2006) menyatakan bahawa antropologi forensik adalah
antropologi biologi kontemporer terapan. Antropologi forensik mengidentifikasi
sisa rangka untuk mengetahui sebab-sebab kematian. Ahli antropologi forensik
menggunakan osteologi dan paleopatologi baik dalam konteks historis maupun
kriminal. Sebagai contoh penyelidikan terhadap korban kejahatan perang dan
korban kejahatan lainnya. Jejak kaki di TKP bisa membantu ahli antropologi
forensik merekonstruksi sosok pelaku kejahatan (tinggi dan berat badannya)
misalnya pada kasus kriminal. Secara umum antropologi forensik melakukan
pemeriksaan pada sisa-sisa kerangka manusia untuk menentukan identitas tulang
tidak dikenal. Selain membantu dalam menemukan dan memulihkan sisa-sisa
kerangka manusia, antropolog forensik berkerja untuk menilai usia, jenis kelamin,
keturunan, perawakannya dan fitur unik.
Forensik biasanya selalu dikaitkan dengan tindak pidana (tindak melawan
hukum). Ilmu forensik diartikan sebagai penerapan dan pemanfaatan ilmu

pengetahuan tertentu untuk kepentingan penegakan hukum dan keadilan.


Observasi terhadap bukti fisik dan interpretasi dari hasil analisis (pengujian)
barang bukti merupakan alat utama dalam penyidikan suatu kasus kejahatan
(Stanford, 2006).
Ilmu kedokteran forensik boleh dikenal sebagai Legal Medicine dalam
istilah lain. Ilmu kedokteran forensik merupakan cabang spesialistik dari ilmu
kedokteran yang memberikan manfaat dan faedah terhadap ilmu kedokteran yang
salah satunya adalah menegakkan hukum dan keadilan (Budiyanto,1999). Seiring
berjalannya waktu dan perkembangan zaman, ilmu forensik berkembang menjadi
ilmu yang universal. Hal ini adalah kerana ilmu forensik ini meliputi berbagai
aspek ilmu pengetahuan dan identifikasi merupakan salah satu bidang yang
penting dalam ilmu kedokteran (Amir,2005).
Dokter harus melakukan identifikasi pada jenazah ketika memeriksa
jenazah walaupun jenazah tersebut dikenal. Hal ini adalah untuk kepentingan
visum et repertum (Hamdani,1992). Dokter harus mencatat identitas jenazah
tersebut , contohnya umur, jenis kelamin, suku bangsa, panjang dan berat badan,
warga negara, warna kulit, perawakan, keadaan otot, keadaan gizi, rambut, mata,
gigi, bekas-bekas luka, tahi lalat, tato (rajah) ,pakaian, perhiasan, barang-barang
kepunyaan jenazah, ada atau tidak kumis atau janggut (pada laki-laki), cacat tubuh
(bawaan atau didapat) dan lain-lain (William D.J , 2002).
Peranan identifikasi sangat penting dilakukan pada korban yang telah
meninggal dalam bidang kedokteran forensik. Hal ini adalah karena pemeriksaan
selanjutnya hanya dapat dilakukan setelah dilakukan identifikasi terhadap jenazah
untuk kepastian identitasnya. Mr. X adalah istilah yang biasa digunakan apabila

identifikasi pada jenazah sulit atau identitas pada jenazah sejak awal tidak dikenal
(Budiyanto,1999).
Tinggi badan adalah ukuran seseorang pada saat masih hidup, sedangkan
panjang badan adalah ukuran seseorang (jenazah) pada saat telah meninggal.
Salah satu hal penting untuk identifikasi adalah panjang badan.Mengukur panjang
jenazah ketika masih utuh bukanlah suatu proses yang sulit namun kesulitan akan
muncul apabila jenazah mengalami kerusakan yang amat hebat dan tidak utuh lagi
(Nandy,1996).
Pada saat jenazah yang tidak utuh

lagi (terpotong-potong), perkiraan

panjang jenazah dapat dilakukan dengan mengukur bagian tertentu tubuh jenazah
untuk memperkirakan tinggi badan seseorang pada saat masih hidup. Terdapat
beberapa pengukuran bagian tubuh yang dapat dilakukan untuk memperkirakan
tinggi badan secara umum yaitu dengan mengukur jarak kedua ujung jari kiri dan
kanan, puncak kepala hingga symphisis pubis, panjang salah satu ujung jari
tengah sampai olecranon sisi yang sama, panjang femur, panjang tulang tibia dan
juga panjang humerus (Amir, 2005).
Pengukuran tinggi badan merupakan suatu parameter antropologi forensik
yang dapat membantu menentukan profil biologis seseorang. Tinggi badan dapat
ditentukan melalui pengukuran berbagai tulang panjang dan salah satunya adalah
tulang tibia. Menurut penelitian Nico Saputra (2014) tinggi badan merupakan
salah satu ciri utama pada proses identifikasi selain usia, gender dan ras. Metode
pengukuran tinggi badan yang biasa dilakukan adalah dengan mengukur jarak dari
vertex hingga bagian ujung tumit dalam posisi berdiri dan pada keadaan tertentu
metode ini tidak memungkinkan seperti pada kondisi jenazah yang dimutilasi atau

pada orang hidup yang diamputasi atau menderita penyakit neuromuskular.


Metode lain untuk menentukan tinggi badan adalah dengan menggunakan panjang
tulang seperti humerus, ulna, radius, femur, tibia dan fibula dan dengan ini,
penulis memilih tulang tibia kerana tulang tibia merupakan salah satu tulang
panjang di tungkai dan lebih mempengaruhi tinggi badan seseorang.
Penulis memilih mahasiswa Kedokteran Universitas Andalas angkatan
2010 kerana mereka sudah berumur 21 tahun dan keatas. Berdasarkan uraian di
atas penulis ingin mengidentifikasi hubungan tulang tibia dengan tinggi badan
pada mahasiswa Kedokteran Universitas Andalas angkatan 2010.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, dirumuskan pertanyaan
penelitian sebagai berikut;
a. Bagaimanakah gambaran panjang tulang tibia mahasiswa Kedokteran
Unand angkatan 2010?
b. Bagaimanakah gambaran tinggi badan mahasiswa Kedokteran Unand
angkatan 2010 ?
c. Apakah terdapat hubungan antara panjang tulang tibia dengan tinggi badan
mahasiswa Kedokteran Unand angkatan 2010 ?
d. Apakah terdapat hubungan antara gender dengan tinggi badan mahasiswa
Kedokteran Unand angkatan 2010
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan panjang tulang tibia dengan tinggi badan mahasiswa
kedokteran unand 2010.
4

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Mengetahui distribusi panjang tulang tibia mahasiswa kedokteran unand
2010.
b. Mengetahui distribusi tinggi badan mahasiswa kedokteran unand 2010.
c. Mengetahui hubungan panjang tulang tibia dengan tinggi badan
mahasiswa kedokteran unand 2010.
d. Mengetahui distribusi frekuensi gender pada mahasiswa kedokteran unand
2010.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti
a. Sebagai bahan kajian tambahan bagi mahasiswa yang berminat untuk
mempelajari hubungan panjang tulang tibia dengan tinggi badan
mahasiswa.
b. Sebagai sarana pembelajaran untuk penelitian dalam bidang kesehatan.
1.4.2 Manfaat Bagi Institusi
a.Sebagai bahan bacaan tambahan untuk mahasiswa.
b. Memberikan kontribusi dalam bidang kedokteran khususnya ilmu
kedokteran forensik.
c.Untuk kegunaan identifikasi jenazah seperti pada kasus mutilasi.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Tulang
2.1.1 Pengertian Tulang
Tulang adalah jaringan kuat yang memberi bentuk kepada tubuh. Skelet
atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan melindungi organ
lunak terutama dalam tengkorak dan panggul. Tulang membentuk rangka
pelindung dan penunjang bagi tubuh dan tempat untuk melekatnya otot-otot yang
menggerakkan kerangka tubuh. Tulang juga merupakan tempat primer untuk
menyimpan dan mengatur kalsium dan fosfat. Tulang rangka orang dewasa terdiri
atas 206 tulang (Price dan Wilson,2006).
Tulang juga dapat diartikan sebagai dasar bentuk tubuh sebagai tempat
melekatnya otot-otot, pelindung organ tubuh yang lunak, penentuan tinggi,
pengganti sel-sel yang rusak, memberikan sistem sambungan untuk gerak
pengendali, dan untuk menyerap reaksi dari gaya serta beban kejut. Rangka
manusia terdiri dari tulang-tulang yang menyokong tubuh manusia yang terdiri
atas tulang tengkorak, tulang badan, dan tulang anggota gerak (Nurmianto, 2008).
Ganong (2001) mendefinisikan tulang sebagai jaringan ikat keras dengan
matriks protein kolagen yang telah diresapi oleh garam-garam mineral. Tulang
menyokong tubuh dan memegang peranan penting pada homeostatis mineral,
khususnya fosfat dan kalsium. Protein dalam serabut-serabut kolagen yang
membentuk matriks tulang adalah kompleks. Jumlah protein dan mineral harus
adekuat untuk mempertahankan struktur tulang yang normal. Natrium dan
sejumlah kecil magnesium dan karbonat juga terdapat dalam tulang. Tulang
adalah kerangka penyangga tubuh, pelindung organ tubuh dari benturan, dan
6

tempat terkaitnya otot sehingga memungkinkan otot melakukan pergerakan antara


sambungan tulang yang satu dengan yang lain. Dengan kata lain, tulang
merupakan penunjang utama aktivitas fisik.
Merujuk pada beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa tulang
adalah jaringan ikat keras dan kuat yang memberikan bentuk kepada tubuh,
melindungi organ dalam dan membantu otot untuk melakukan pergerakan dan
memiliki matriks protein kolagen (write the literature pls).
2.1.2 Pertumbuhan tulang
Tubuh manusia dewasa dibentuk sekitar 206 jumlah tulang dan pada
anak-anak jumlah tersebut lebih daripada 300 tulang. Proses pertumbuhan anakanak atau bayi menjadi dewasa menyebabkan terjadinya penyatuan beberapa
tulang sehingga ketika dewasa jumlahnya menjadi lebih sedikit. Osteogenesis atau
osifikasi terjadi pada dua lokasi yaitu intramembraneous, contohnya pada tulang
frontal dan parietal, dan endochondral pada tulang iga, vertebra, basis cranii,
tulang tangan dan kaki, di mana osifikasinya melalui fase kartilago. Pertumbuhan
tulang meluas dari lokasi penetrasi awal, yang menjadi foramen nutrisi. Membran
tipis bernama perichondrium mengelilingi kartilago pada tulang panjang (Indriati,
2004).
Proses pembentukan tulang disebut ossifikasi yaitu ossi adalah tulang
dan fikasi adalah pembuatan ataumdisebut sebagai osteogenesis (Tortora dan
Dericckson, 2011). Semua tulang berasal dari mesenkim tetapi dibentuk melalui
dua cara yang berbeda. Tulang berkembang melalui dua cara, baik dengan
mengganti mesenkim atau dengan mengganti tulang rawan. Namun susunan
histologis tulang selalu bersifat sama, walaupun tulang itu berasal dari selaput

atau dari tulang rawan (Moore dan Agur, 2002). Osifikasi membranosa adalah
osifikasi yang lebih sederhana antara dua cara pembentukan tulang. Tulang pipih
pada tulang tengkorak, sebagian tulang wajah, mandibula, dan bagian medial dari
klavikula dibentuk dengan cara ini. Bagian lembut yang membantu tengkorak
bayi dapat melewati jalan lahirnya yang kemudian mengeras dengan cara osifikasi
membranosa (Tortora dan Derrickson, 2011).

Gambar 2.1 Osifikasi Membranosa


Dikutip dari : Buku Principle of Anatomy and Physiology (Tortora dan
Derrickson, 2011).
Osifikasi endokondrol adalah bentuk tulang rawan yang terjadi pada
masa fetal dari mesenkim lalu diganti dengan tulang pada sebagian besar jenis
tulang (Moore dan Agur, 2002). Pusat pembentukan tulang yang ditemukan pada
corpus disebut diafisis, sedangkan pusat pada ujung-ujung tulang disebut epifisis.
Lempeng rawan pada masing-masing ujung, yang terletak di antara epifisis dan
diafisis pada tulang yang sedang tumbuh disebut lempeng epifisis. Metafisis
merupakan bagian diafisis yang berbatasan dengan lempeng epifisis (Snell, 2012).
Penutupan dari ujung-ujung tulang atau dikenal dengan epifise line rerata sampai
8

usia 21 tahun, hal tersebut karena pusat kalsifikasi pada epifise line akan berakhir
seiring dengan pertambahan usia, dan pada setiap tulang (Byers, 2008).

Gambar 2.2 Osifikasi Endokondral


Dikutip dari : Buku Principles of Anatomy and Physiology (Tortora dan
Derrickson, 2011).
Osteoblast di bawah perikhondrium pada tulang panjang fetus mulai
mendeposit tulang di sekitar bagian luar batang kartilago dan membran ini disebut
periosteum dan jaringan ikat berserabut yang mendeposit tulang selapis demi
selapis. Diameter tulang panjang meningkat dan osteoklas pada permukaan
endosteal mereabsorbsi tulang sedangkan osteoblast pada periosteum mendeposit
tulang. Proses pertumbuhan pada tulang melebar (diametrik) tulang ini disebut
pertumbuhan aposisional (Indriati, 2004).
Epifise adalah pusat kalsifikasi pada ujung-ujung tulang, metafisis adalah
bagian diafisis yang berbatasan dengan lempeng epifiseal, dan diafise adalah pusat
pertumbuhan tulang yang ditemukan pada batang tulang. Pertumbuhan manusia
9

dimulai sejak dalam kandungan sampai usia kira-kira 10 tahun anak pria dan
wanita tumbuh dengan kecepatan yang hampir sama. Pusat kalsifikasi pada ujungujung tulang atau lebih dikenal dengan Epifisis Line akan berakhir seiring
dengan pertambahan usia, dan pada setiap tulang, penutupan dari garis epifise
rata-rata sampai umur 21 tahun (Krogman, 1986).
Hal ini yang menjadi dasar peneliti menetapkan usia sampel penelitian
(subjek penelitian) di atas 21 tahun agar tidak terjadi bias yang besar pada
pengukuran oleh karena pertumbuhan tulang yang masih berlanjut apabila
dilakukan di bawah usia 21 tahun. Pria dewasa cenderung lebih tinggi berbanding
wanita dewasa dan mempunyai tungkai yang lebih panjang, tulangnya lebih besar
dan lebih berat serta massa otot yang lebih besar dan padat kalau dilihat secara
teori. Pria mempunyai lemak subkutan yang lebih sedikit sehingga membuat
bentuknya lebih angular. Wanita dewasa cenderung lebih pendek berbanding pria
dewasa dan mempunyai tulang yang lebih kecil dan lebih sedikit massa otot.
Wanita lebih banyak mempunyai lemak subkutan.Wanita mempunyai sudut siku
yang lebih luas dengan akibat deviasi lateral lengan bawah terhadap lengan atas
yang lebih besar (Snell, 2012).
Seluruh permukaan tulang kecuali permukaan yang mengadakan
persendian diliputi oleh lapisan jaringan fibrosa tebal yang dinamakan periosteum.
Periosteum banyak mengandung pembuluh darah dan sel-sel pada permukaannya
yang lebih dalam bersifat osteogenik. Periosteum berhubungan erat dengan
tulang-tulang pada tempat-tempat perlekatan otot, tendon, dan ligamentum pada
tulang (Snell, 1997).
Table 2.1: Gambaran derajat garis epifise(Epiphyseal line/union)
Dikutip ; Buku Forensik Pathology (Knight, 1996)
10

Jenis Tulang

Usia(Thn)

Jenis Tulang

Usia(Thn)

Head of femur

16-19

Acromion

17-19

Greater

19-19

Distal femur

17-20

trochanter
Lesser trochanter

16-19

Proximal tibia

17-19

Head of humerus

16-23

Proximal fibula

16-21

Distal humerus

13-16

Distal tibia

16-19

Medial

16-17

Distal fibula

16-19

epicondyle
Proximal radius

14-17

Metatarsals

15-17

Proximal ulna

14-17

Iliac crest

18-22

Distal radius

18-21

Primary

elements 14-16

pelvis
Distal ulna

18-21

Sternal clavicle

23-28

Metacarpals

14-17

Acromial clavicle

18-21

Pertumbuhan memanjang tulang panjang terjadi pada bidang epiphyseal


dan lokasi ini disebut bidang pertumbuhan yang terletak antara metaphysis (pusat
osifikasi primer) dan epiphysis (pusat osifikasi sekunder). Pertumbuhan
memanjang ini menjauhi bagian tengah tulang yakni menuju proksimal dan
menuju distal. Pertumbuhan memanjang tulang panjang berhenti ketika
metaphysis menyatu dengan epiphysis (Indriati, 2004).
Pada minggu kesebelas sebelum lahir, biasanya terdapat kurang lebih 800
pusat osifikasi. Pada waktu lahir terdapat 450 pusat osifikasi. Pusat osifikasi

11

primer muncul sebelum lahir dan pusat osifikasi sekunder muncul sesudah lahir.
Setelah dewasa, semua pusat osifikasi primer dan sekunder menyatu dan jumlah
tulang menjadi 206 elemen (Indriati,2004).
2.1.2.1 Faktor Pertumbuhan Tulang
Tinggi badan berbeda-beda antara individu yang satu dengan individu
yang lain. Supariasa (2002) menyatakan faktor pertumbuhan tulang dapat dibagi
atas dua yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang pertama adalah
faktor genetik dikaitkan dengan adanya kemiripan anak-anak dengan orang tuanya
dalam hal bentuk tubuh, proporsi tubuh dan kecepatan perkembangan. Kemiripan
ini mencerminkan pengaruh gen yang dikontribusi oleh orang tuanya kepada
keturunanannya secara biologis. Gen tidak secara langsung menyebabkan
pertumbuhan dan perkembangan, tetapi ekspresi gen yang diwariskan ke dalam
pola pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa sistem biologis yang berjalan dalam
suatu lingkungan yang tepat untuk tumbuh misalnya gen dapat mengatur produksi
dan pelepasan hormon seperti hormon pertumbuhan dari glandula endokrin dan
menstimulasi pertumbuhan sel dan perkembangan jaringan terhadap status
kematangannya (matur state) (Supariasa, 2002).
Selama masa anak-anak, hormon yang paling penting dalam pertumbuhan
adalah Insulinlike Growth Factors (IGFs), yang diproduksi oleh liver dan jaringan
tulang.

Insulinlike

Growth

Factors

menstimulasi

osteoblas,

mendorong

pembelahan sel pada piringan epifiseal dan periosteum, juga meningkatkan


sintesis protein yang dibutuhkan untuk memproduksi tulang baru. Hormon ini
diproduksi sebagai respon dari sekresi human Growth Hormone (hGH) pada lobus
anterior kelenjar pituitari. Hormon tiroid juga mendorong pertumbuhan tulang

12

dengan merangsang stimulasi osteoblas. Hormon insulin juga membantu


pertumbuhan tulang dengan cara meningkatkan sintesis protein tulang. Ketika
mencapai masa puber, sekresi hormon yang dikenal dengan seks hormon akan
mempengaruhi pertumbuhan tulang secara drastis, yaitu hormon testosteron dan
hormon estrogen. Kedua hormon tersebut berfungsi untuk meningkatkan aktivitas
osteoblas dan mensintesis matriks ekstraselular tulang. Pada usia dewasa seks
hormon

berkontribusi

dalam

remodelling

tulang

dengan memperlambat

penyerapan tulang lama dan mempercepat deposit tulang baru (Tortora dan
Derrickson, 2011).
Faktor internal yang kedua adalah gender. Pertumbuhan manusia dimulai
sejak dalam kandungan, sampai usia kira-kira 10 tahun anak pria dan wanita
tumbuh dengan kecepatan yang kira-kira sama. Sejak usia 12 tahun, anak pria
sering mengalami pertumbuhan lebih cepat dibandingkan wanita, sehingga
kebanyakan pria yang mencapai remaja lebih tinggi daripada wanita. Pria dewasa
cenderung lebih tinggi dibandingkan wanita dewasa dan juga mempunyai tungkai
yang lebih panjang, tulangnya yang lebih besar dan lebih berat serta massa otot
yang lebih besar dan padat. Pria mempunyai lemak subkutan yang lebih sedikit,
sehingga membuat bentuknya lebih angular sedangkan wanita dewasa cenderung
lebih pendek dibandingkan pria dewasa dan mempunyai tulang yang lebih kecil
dan lebih sedikit massa otot. Wanita lebih banyak mempunyai lemak subkutan.
Wanita mempunyai sudut siku yang lebih luas, dengan akibat deviasi lateral
lengan bawah terhadap lengan atas yang lebih besar (Snell, 2012) .
Salah satu faktor eksternal yaitu lingkungan. Lingkungan pra natal adalah
terjadi pada saat ibu sedang hamil, yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang

13

janin mulai dari masa konsepsi sampai lahir seperti gizi ibu pada saat hamil
menyebabkan bayi yang akan dilahirkan menjadi Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) dan lahir mati serta jarang menyebabkan cacat bawaan. Lingkungan post
natal mempengaruhi pertumbuhan bayi setelah lahir antara lain lingkungan
biologis, seperti ras atau suku bangsa, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan
kesehatan, kepekaan terhadap penyakit infeksi dan kronis, adanya gangguan
fungsi metabolisme dan hormon. Selain itu faktor fisik dan biologis, psikososial
dan faktor keluarga yang meliputi adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat
turut berpengaruh (Supariasa, 2002).
Faktor eksternal yang kedua adalah gizi. Gizi yang buruk pada anak-anak
dapat menyebabkan berkurangnya asupan nutrisi yang diperlukan oleh tubuh
untuk tumbuh, sedangkan gizi yang baik akan mencukupi kebutuhan tubuh dalam
rangka pertumbuhan (Supariasa, 2002). Beberapa zat gizi yang dibutuhkan dalam
pertumbuhan dan remodeling tulang adalah mineral dan vitamin. Sejumlah besar
kalsium dan fosfat dibutuhkan dalam proses pertumbuhan tulang, dan sejumlah
kecil magnesium, fluoride dan mangan. Vitamin A menstimulasi aktivitas
osteoblas. Vitamin C dibutuhkan untuk mensintesis kolagen, protein utama dari
tulang. Vitamin D membantu pertumbuhan tulang dengan cara meningkatkan
absorbsi kalsium dari makanan pada sistem gastrointestinal ke dalam darah.
Vitamin K dan B12 dibutuhkan untuk sintesis protein tulang (Tortora dan
Derrickson, 2011).
Faktor eksternal ketiga adalah obat-obatan. Beberapa jenis obat-obatan
dapat mempengaruhi hormon pertumbuhan seperti growth hormon atau hormon
tiroid. Penggunaan obat dengan dosis yang salah dapat menyebabkan

14

terganggunya hormon tersebut dan dapat mempercepat terhentinya pertumbuhan.


Pemakaian beberapa jenis obat juga dapat mengganggu metabolisme tulang. Jenis
obat tersebut adalah kortikosteroid, sitostatika (metotreksat), anti kejang, anti
koagulan (heparin, warfarin). Beberapa obat tertentu dapat meningkatkan resiko
osteoporosis seperti kortison. Obat tersebut meningkatkan kehilangan tulang dan
menurunkan laju pembentukan tulang, namun efek ini hanya terjadi jika obat
tersebut digunakan dalam dosis tinggi, atau diberikan selama 3 bulan atau lebih.
Penggunaan obat ini selama beberapa hari, atau beberapa minggu, biasanya tidak
meningkatkan resiko timbulnya osteoporosis. Pengobatan tiroid juga berperan
terhadap timbulnya osteoporosis (Supariasa, 2002).

15

2.1.3 Anatomi tulang


Anatomi adalah ilmu yang mempelajari struktur tubuh dan hubungan
bagian-bagiannya satu sama lain. Anatomi menunjukkan semua gambaran tubuh
manusia berdasarkan orang berdiri secara tegak lurus dengan ekstremitas (alat
gerak) atas di samping tubuh, telapak tangan dan wajah menghadap ke depan
(Snell,1997).

Gambar 2.3 Anatomi Tulang


Dikutip : www.adam.com
Rangka orang dewasa memiliki dua komponen struktur yang mendasar
yaitu tulang spongiosa dan kompakta atau kortikal. Tulang terdiri atas daerah yang
kompak pada bagian luar yang disebut korteks. Struktur kompakta atau kortikal
terdapat pada bagian tepi tulang panjang meliputi permukaan external. Pada
bagian internal tulang, struktur spongiosa seperti jala-jala berbentuk trabekula dan
di luarnya dilapisi oleh periosteum. Periosteum pada anak lebih tebal daripada

16

orang dewasa. Bagian tengah tulang panjang kosong atau disebut cavitas
medullaris untuk tempat sum-sum tulang (Indriati,2004).
Tulang secara garis besar dapat dibagikan atas tulang panjang, tulang
pendek, dan tulang pipih. Tulang panjang terdapat pada lengan dan tungkai seperti
humerus, ulna, radius, femur, tibia dan fibula. Tulang ini panjangnya lebih lebar
daripada lebar. Tulang ini mempunyai corpus berbentuk tubular, diafisis dan
biasanya dijumpai epifisis pada ujungnya. Corpus mempunyai cavitas medullaris
di bagian tengah yang berisi sumsum tulang. Bagian luar corpus terdiri atas tulang
komparta yang diliputi oleh selubung jaringan ikat yaitu periosteum. Bagianbagian tulang panjang yang panjang dan silindris disebut diaphysis sedangkan
ujung proksimal dan distalnya terdapat epiphysis dan metaphysis. Diaphysis
adalah batang tulang panjang, epiphysis adalah ujung akhir tulang panjang
sedangkan metaphysis adalah ujung tulang panjang yang melebar ke samping.
Bagian tulang external yang tidak berkartilago dilapisi oleh periosteum. Selama
masa pertumbuhan, diafisis dipisahkan dari epifisis oleh kartilago epifisis
(Indriati, 2004).
Periosteum adalah membran dengan vaskularisasi yang memberi nutrisi
kepada tulang. Bagian internal tulang dilapisi oleh endosteum atau membrane
selular. Periosteum dan endosteum adalah jaringan osteogenik yang berisi sel-sel
pembentuk tulang. Jumlah sel-sel pembentuk tulang ini akan bertambah pada
periosteum yang mengalami trauma. Pada periositis atau trauma pada periosteum
ditandai dengan pembentukan tulang baru di permukaan external tulang yang
tampak seperti jala atau trabekula (Indriati,2004).

17

Gambar 2.4: Komponen tulang panjang pada potongan saginal


Dikutip: Buku Identification in Mass Disaster (Parikh,1989)
Tulang pendek meliputi tulang belikat atau klavikula, metacarpal dan
metatarsal (jari tangan dan kaki) seperti contohnya os schapoideum, os lunatum
dan talus. Tulang ini terdiri atas tulang spongiosa yang dikelilingi oleh selaput
tipis tulang komparta. Tulang-tulang pendek diliputi periosteum dan facies
articularis diliputi oleh kartilago hialin. Tulang pipih terdapat pada tulang-tulang
atap tengkorak seperti frontal, parietal, occipital dan temporal. Selain itu yang
termasuk tulang pipih antara lain adalah tulang iga, tulang scapula dan tulang
pelvis. Tulang pipih ini bagian dalam dan luarnya terdiri atas lapisan tipis tulang

18

komparta disebut tabula yang dipisahkan oleh selaput tipis tulang spongiosa
disebut diploe (Indriati, 2004).
Tulang tidak teratur adalah tulang vertebra dan basis cranii. Tulang
ini tersusun oleh selapis tipis tulang komparta di bagian luar dan bagian dalamnya
dibentuk oleh tulang spongiosa. Seterusnya ada tulang sesamoid. Tulang sesamoid
merupakan tulang kecil yang ditemukan pada tendo-tendo tertentu, tempat
terdapat pergeseran tendo pada permukaan tulang. Sebagian tulang sesamoid
tertanam di dalam tendon dan permukaannya bebas ditutupi oleh kartilago. Tulang
sesamoid yang terbesar adalah patella, yang terdapat pada tendo musculus
quadriceps femoris. Selain itu, terdapat pada tendo musculus flexor pollicis brevis
dan musculus flexor hallucis brevis. Tulang sesamoid berfungsi sebagai
mengurangi friksi pada tendo dan merubah arah tarikan tendo (Snell, 2012).
Tulang banyak mengandung bahan kristalin anorganik terutama garamgaram kalsium yang membuat tulang keras dan kaku namun sepertiga daripada
bahan tersebut adalah fibrosa yang membuatnya kuat dan elastis (Price and
Wilson,2006). Fungsi utama tulang adalah untuk membentuk rangka badan,
melindungi dan mendukung tubuh dan organ-organ. Selain itu tulang juga penting
untuk melakukan pergerakan. Tulang merupakan tempat deposit kalsium, fosfor,
magnesium dan garam dan berfungsi sebagai jaringan hemopoetik untuk
memproduksi sel darah merah, sel darah putih dan trombosit (Caileit, 2005).
Setiap substruktur harus berfungsi dengan normal agar seluruh tubuh dapat
berfungsi secara normal. Enam substruktur utama yang terdapat dalam tubuh
manusia ialah tendon, ligament, fascia (pembungkus), kartilago, tulang sendi dan

19

otot. Tendon, ligament dan fascia dan otot sering disebut sebagai jaringan lunak.
Tulang sendi diperlukan untuk pergerakan antara segmen tubuh (Cailleit ,2005) .
2.1.4.Fisiologi Tulang
Tulang adalah penunjang bentuk tubuh dan peran dalam pergerakan. Sistem
terdiri atas tulang sendi, rangka, tendon, ligament bursa dan jaringan-jaringan
khusus yang menghubungkan struktur tersebut. Tulang adalah suatu jaringan
dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel yaitu osteoblast, osteosit dan osteoklas.
Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan
sebagai matriks tulang dan jaringan osteoid melalui suatu proses yang disebut
osifikasi. Osteoblas mensekresikan sejumlah besar fosfatase alkali ketika sedang
aktif menghasilkan jaringan osteoid dan hal ini memegang peranan penting dalam
mengendapkan kalsium dan fosfat ke dalam matriks tulang, sebagian fosfatase
alkali memasuki aliran darah. Demikian kadar fosfatase alkali dalam darah
menjadi indikator yang baik tentang tingkat pembentukan tulang setelah
mengalami patah tulang atau pada kasus metastatis kanker ke tulang (Price dan
Wilson, 2006).
Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan
untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat. Osteoklas adalah sel-sel
berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat diabsorbsi.
Osteoklas mengikis tulang tidak seperti osteoblast dan osteosit. Sel-sel ini
menghasilkan enzim-enzim proteolitik yang memecahkan matriks dan beberapa
asam yang melarutkan mineral tulang, sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke
dalam aliran darah.

20

Secara umum fungsi tulang menurut Price dan Wilson (2006) antara lain :
a. Sebagai kerangka tubuh
Tulang sebagai kerangka yang menyokong dan memberi bentuk tubuh.
b. Proteksi
Sistem muskuloskeletal melindungi organ-organ penting, misalnya otak
dilindungi oleh tulang-tulang tengkorak, jantung dan paru-paru terletak
pada rongga dada (cavum thorak) yang dibentuk oleh tulang-tulang kostae
(iga).
c. Ambulasi dan Mobilisasi
Tulang dan otot menggerakkan tubuh dan tulang memberikan suatu sistem
pengungkit yang digerakkan oleh otot-otot yang melekat pada tulang
tersebut.
d. Deposit Mineral
Sebagai reservoir kalsium, fosfor, natrium dan elemen-elemen lain. Tulang
mengandung 99% kalsium dan 90% fosfor tubuh.
e. Hemopoeisis
Berperan dalam bentuk sel darah pada red marrow untuk menghasilkan
sel-sel darah merah dan putih dan trombosit dalam sumsum merah tulang
tertentu.
2.1.5 Histologi dan Metabolisme Tulang
Histologi adalah studi jaringan pada tingkat mikroskopik. Tulang dapat
dibagi atas tulang matur dan immature berdasarkan histologisnya. Tulang immatur
juga dikenal dengan non lamellar bone, woven bone, fiber bone. Tulang ini
pertama kali terbentuk dari osfikasi endokondral pada perkembangan embrional

21

dan kemudian secara perlahan-lahan menjadi tulang yang matur dan pada umur
satu tahun tulang immatur tidak terlihat lagi. Tulang immatur mengandung
kolagen dengan substansi semen dan mineral yang lebih sedikit berbanding
dengan tulang matur. Tulang immatur lebih primitif dalam istilah evolusi
phylogenetiknya, berupa jaringan ikat yang kasar dan seperti jala kolagen,
polanya random dan tidak teratur orientasinya. Tulang immatur lebih banyak
memiliki osteocyte dan biasanya terdapat pada tulang yang menderita tumor dan
pada penyembuhan fraktur dan pada embrionik (Indriati, 2004) .
Tulang matur boleh disebut sebagai mature bone atau lamellar bone.
Tulang ini dapat dibagi menjadi tulang kortikal (cortical bone, dense bone,
comapacta bone) dan tulang trabekula (cancellous bone, trabecular bone,
spongiosa). Tulang matur dan immatur dapat dibedakan dari segi jumlah sel,
jaringan kolagen dan mukopolisakarida. Tulang matur ditandai dengan sistem
Harversian atau osteon yang memberikan kemudahan sirkulasi darah melalui
korteks yang tebal. Tulang komparta tidak bisa diberi nutrisi melalui diffusi
permukaan pembuluh-pembuluh darah, sehingga memerlukan sistem Harversian
(Indriati, 2004).
Tulang trabekular lebih porus dan menerima nutrisi daripada pembuluh
darah di sekitar ruang sumsum. Tulang dewasa kompakta dan trabekular secara
histologis adalah tulang lamella. Tulang matur kurang mengandung sel dan lebih
banyak substansi semen dan mineral berbanding tulang matur (Indriati, 2004).
Pemeriksaan makroskopik potongan melintang tulang kompakta
umumnya menujukkan 4 sampai 8 cincin konsentris yang dinamakan lamella
haversi. Pemeriksaan setiap lamella menunjukkan tumpukan parallel serabut

22

kolagen. Serabut kolagen pada lamela berikutnya berorientasi ke arah yang


berbeda. Perbedaan arah serabut-serabut kolagen ini menambah kekuatan struktur
tulang (Indriati,2004).
Setiap batang potongan melintang tulang kompakta lamellar disebut sistem
Haversi atau osteon berukuran 0,3 mm diameternya dan panjangnya 3-5 mm. Inti
sistem Haversi adalah kanal haversi di mana darah, limfe dan serabut saraf lewat.
Kanal-kanal kecil tambahan disebut kanal-kanal Volkmann membelah jaringan
tulang secara oblik pada sudut runcing di permukaan periosteal dan endosteal
untuk menghubungkan kanal-kanal Haversi, membentuk jaringan yang menyuplai
darah dan limfe ke sel-sel tulang panjang (Indriati, 2004).
Lubang-lubang kecil dalam setiap lamella disebut lacunae. Setiap lacunae
mempunyai sel-sel tulang disebut osteocyte. Nutrisi ditransport ke sel-sel ini
melalui kanalikuli. Osteoblast adalah sel-sel tulang yang berfungsi untuk
membentuk, sintesis dan deposit materi tulang dan biasanya terkonsentrasi di
bawah periosteum. Osteoblast membuat osteoid, matriks organik tak terkalsifikasi
yang

kaya

kolagen.

Kalsifikasi

tulang

terjadi

sebagai

kristal-kristal

hydroxyapatite, komponen anorganik tulang. Sel-sel yang terletak dalam lacunae


ketika osteoblast dikelilingi matriks tulang, bertanggungjawab memelihara tulang.
Osteoklas berperan sebagai mereabsorbsi tulang. Pembentukan kembali atau
remodeling tulang terjadi pada tingkat selular di mana osteoklas mereabsorbsi
jaringan tulang dan osteoblast membangun jaringan tulang (Indriati, 2004).
Sendi merupakan pertemuan antara dua tulang atau lebih. Sendi memberi
segmentasi pada rangka manusia dan memberikan variasi pergerakan antara
segmen-segmen serta variasi pertumbuhan. Fungsi anggota gerak sangat

23

tergantung dari permukaan sendi sehingga ada kelainan atau penyakit pada sendi
akan mengganggu pergerakan. Pada bagian persendian, tulang komparta ditutupi
oleh kartilago atau tulang rawan sepanjang hidup yang disebut sebagai tulang
subchondral. Tulang subchondral yang terletak di persendian biasanya lebih halus
dan mengkilap berbanding tulang komparta yang tidak terletak di bagian sendi,
contohnya pada bagian distal humerus atau siku (Indriati,2004).
Tulang vertebra biasanya mempunyai struktur yang porus dan dikenal
sebagai tulang trabecular dan cancellous. Daerah tulang trabecular pada rangka
yang sedang tumbuh mempunyai tempat-tempat sumsum merah, jaringan
pembuat darah atau hematopoietic yang memproduksi sel darah merah, putih dan
platelet. Sumsum kuning berperan sebagai penyimpan sel-sel lemak di kavitas
medullaris pada tulang panjang yang dikelilingi oleh tulang kompakta. Selama
pertumbuhan sumsum tulang merah digantikan secara progresif oleh sumsum
kuning pada sebagian besar tulang panjang (Indriati,2004).
2.1.6. Struktur Molekular Tulang
Tulang manusia terdiri atas kolagen, molekul protein besar yang
merupakan 90% elemen organik tulang. Molekul-molekul kolagen biasanya
membentuk serabut-serabut elastis pada tulang namun pada tulang dewasa,
kolagen mengeras. Hal ini adalah kerana terisi bahan anorganik hydroxyapatite.
Kristal-kristal mineral ini nanti akan membentuk calcium phosphate dan mengisi
matriks kolagen. Serabut-serabut protein dan mineral ini membuat tulang
mempunyai dua karakteristik yaitu melunak seperti karet apabila mineral
anorganiknya rusak atau mengeras (bila direndam dalam larutan asam) atau retak

24

dan hancur apabila kolagen atau organiknya rusak (bila direbus atau dipanaskan)
(Indriati,2004).
Struktur tulang berubah sangat lambat terutama setelah periode
pertumbuhan tulang berakhir. Komposisi tulang terdiri atas substansi organik dan
inorganik sebesar 35% dan 45% dan air sebanyak 20%. Substansi organik terdiri
atas sel-sel tulang, substansi organik intrasellular serta matriks kolagen dan
merupakan bagian terbesar dari matriks adalah 90% dan sisanya adalah asam
hialuronat dan kondroitin asam sulfur. Substansi inorganik terutamanya terdiri
atas kalisum dan fosfor dan selebihnya oleh magnesium, sodium, hidroksil,
karbonat dan fluoride. Enzim tulang adalah alkali fosfatase yang diproduksi oleh
osteoklas yang kemungkinan besar mempunyai peranan yang penting dalam
produksi organik matriks sebelum terjadi kalsifikasi (Almatsier, 2004).
2.1.7 Fungsi dan peranan kalsium untuk pembentukan tulang
Menurut Almatsier, 2004, kalsium dalam tulang mempunyai dua fungsi
yaitu sebagai tempat menyimpan kalsium dan merupakan bagian integral dari
struktur tulang. Pada awal perkembangan janin, proses pembentukan tulang sudah
bermula dengan membentuk matriks yang kuat, tetapi yang masih lunak dan
lentur adalah mesenkim tulang tubuh. Matriks terdiri atas serabut yang diperbuat
daripada kolagen yang diselubungi oleh bahan gelatin dan merupakan sepertiga
bagian daripada tulang.
Setelah lahir, matriks mulai menjadi kuat dan mengeras melalui proses
kalsifikasi yaitu dengan membentuk kristal mineral yang mengandung senyawa
kalsium. Kristal ini terdiri atas kalsium fosfat atau kombinasi kalsium fosfat dan
kalsium hidroksida dinamakan hidroksiapatit {(3Ca3(PO4)2.Ca(OH)2}. Batang

25

tulang merupakan bagian keras daripada matriks yang mengandung kalsium,


fosfat, magnesium, zink dan natrium bikarbonat selain hidroksiapatit (Almatsier,
2004) .
Selama kehidupan, tulang selalu mengalami perubahan baik dalam bentuk
ataupun kepadatan, sesuai dengan usia dan perbedaan usia. Menurut Krummel,
1996, faktor

yang mempengaruhi kalsifikasi atau penulangan adalah genetik

untuk menentukan massa tulang, hormons seks dan aktivitas fisik untuk
mempengaruhi metabolisme tulang.
2.1.8 Kepadatan tulang (Densitas tulang )
Kepadatan tulang mempunyai hubungan yang erat dengan kekuatan tulang
dan perubahan-perubahan tulang yang terjadi selama kehidupan. Kepadatan
meningkat selama periode pertumbuhan wanita dan tetap berlangsung walaupun
pertumbuhan

tulang telah berhenti. Kepadatan tulang tidak meningkat atau

menurun pada wanita yang berumur 35-40 tahun dengan menstruasi yang teratur.
Pertumbuhan tulang mencapai puncak pada usia 25-35 tahun untuk tulang-tulang
trabekular dan pada usia 35-40 tahun untuk tulang-tulang kortikal. Setelah
pematangan tulang selesai (Rahman AI, 1996).
Kepadatan tulang trabekular pada period menopause akan menurun yaitu
1-8% per tahun dan pada tulang paha terjadi penurunan tulang kortikal sebesar
0,5-5% per tahun. Seorang wanita selama kehidupannya akan mengalami
kehilangan 4050 % jumlah tulang secara keseluruhan dan pria hanya sebesar
2030 % (Riggs BL, 2002).
Kehilangan massa tulang pada wanita selain disebabkan oleh kenaikan
usia, ada jugak penurunan kadar estrogen dalam darah kerana penurunan fungsi

26

ovarium dan penurunan hormon progesteron juga turut berperan. Estrogen dikenal
untuk mengakselerasikan pengeroposan tulang dan meningkatkan suseptibilitas
untuk fraktur (Rahman AI, 1996).
2.2 Antropometri
Antropometri berasal dari kata anthropos yang berarti man (orang) dan
metron yang berarti measure (ukuran) dan merupakan pengukuran terhadap
manusia (mengukur manusia). John Sigismund Elsholtz, seorang ahli anatomi
warganegara Jerman, adalah orang pertama yang menggunakan istilah
antropometri pada tahun 1654 dan telah menciptakan alat ukur yang disebut
sebagai anthropometron (Glinka, 2008).

Gambar 2.5: Papan Osteometri


Dikutip :BukuForensic Pathology (Knight,1996)

27

Gambar 2.6 : Antropometer menurut Martin


Dikutip: BukuMetode Pengukuran Manusia (Glinka,2008)
Penelitian dalam bidang antropometri mulai berkembang dari
perhitungan sederhana menjadi lebih rumit, yaitu dengan menghitung indeks pada
abad 19. Indeks adalah cara perhitungan

yang diperkembangkan untuk

mendeskripsikan bentuk (shape) melalui keterkaitan antar titik pengukuran.


Perhitungan indeks, titik pengukuran dan cara pengukuran berkembang pesat yang
berdampak pada banyaknya variasi cara klasifikasi dan hal ini berdampak pada
tidak adanya standardisasi, terutama pada bidang osteometri (pengukuran tulangtulang). Para ahli tidak bisa membandingkan hasil penelitiannya karena standar
pengukuran, titik pengukuran serta indeks yang berbeda-beda (Glinka,2008).
Upaya standarisasi mulai dilakukan pada pertengahan abad 19 berdasarkan
studi Paul Broca yang mana upaya tersebut telah dilakukan sejak awal 1870-an,
dan kemudian disempurnakan melalui kongres ahli antropologi Jerman pada tahun
1882 di Frankurt yang kemudian dikenal sebagai Kesepakatan Frankfur, yaitu
menentukan garis dasar posisi kepala atau cranium ditetapkan sebagai garis
Frankfurt Horizontal Plane atau Dataran Frankfurt (Glinka, 2008).

28

Gambar 2.7: Dataran Frankfurt


Dikutip:Buku Metode Pengukuran Manusia (Glinka,2008)
Garis C adalah Dataran Frankfurt, merupakan bidang horizontal sejajar
dengan dasar atau lantai yang melalui titik paling bawah pada satu lekuk mata,
biasanya yang kiri dan titik paling atas pada dua lubang telinga luar (porion pada
tengkorak, tragion pada manusia hidup). Dataran ini merupakan patokan penilaian
dan pengukuran baik pengukuran tinggi badan maupun pengukuran sudut (Glinka,
2008).
Perkembangan berikutnya pada tahun 1914 dibuat oleh antropologi Jerman
yang lain yaitu Rudolf Martin menerbitkan buku yang berjudul Lehrbuch der
Anthropologie dan selanjutnya pada tahun 1981 bersama Knussmann, Rudolf
Martin memperbaharui buku tersebut. Mahasiswa lama telah menggunakan satuan
ukuran dengan lebar jari, lebar telapak tangan, hasta, depa, langkah kaki dan
sebagainya (Krogman,1989).

29

2.3 Antropologi
Sistem Medikolegal telah meminta bantuan kepada antropologis yang
bersifat fisik untuk keahlian mereka dalam rangka analisis lama sebelum
antropologi fisik bagian dari American Academy of Sciences Forensic (AAFS)
secara resmi didirikan pada tahun 1972. Antropologi berkonsentrasi pada biologi
manusia yaitu karakteristik di tingkat populasi, dengan perhatian khusus untuk
mengungkap keunikkan yang menetapkan satu individu dari yang lain.
Pengisolasian setiap manusia sebagai entitas yang unik adalah fokus dan inti dari
forensik antropologi ini (William, 1997).
Antropologi forensik berpusat pada penilaian dari setiap aspek dari sisasisa manusia yang skeletonized dalam konteks medikolegal untuk tujuan
membangun identitas dan jika mungkin penyebab kematian dan juga meliputi
analisa foto wajah, rekonstruksi, identifikasi dan perbandingan kedua yang hidup
dan mati. Antropologis forensik sering dipanggil untuk membantu hukum penegak
ketika dekomposisi, pemotongan, atau kecederaan menjadikannya mustahil untuk
mengenali seseorang atau menggunakan normal array teknik seperti sidik jari.
Spesialis forensik antropologi ini jugak berkonsultasi dengan pemerintah untuk
menyelidiki peninggalan bersejarah selain menyelidiki kasus pembunuhan,
peperangan dan bencana massa (Stanford, 2006).
2.3.1 Identifikasi :Derajat Kepastian
Antropolog forensik sering dipanggil sebagai saksi ahli untuk memberi
pendapat di pengadilan tentang identifikasi individu untuk membangun identitas.
Tingkat kepastian identifikasi tergantung pada keakuratan teknik dan adanya
terbantahkan faktor individualisasi (William, 1997).

30

2.3.1.1 Possible (Kemungkinan)


Sebuah match adalah possible jika tidak ada kecocokan utama yang akan
mengecualikan individu dari suatu pertimbangan. Namun harus ditekankan
bahawa sementara match ini mencegah pengecualian segera tidak berarti hal ini
adalah probabilitas. Suatu konfirmasi possible di pengadilan dapat dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut, ketat dan pengujian khusus lagi (William, 1997).
2.3.1.2 Indeterminate atau Inconclusive
Kebanyakan kasus biasanya berakhir pada kategori indeterminate
walaupun pada mulanya waktu screening bertahan. Hal ini adalah kerana sejumlah
besar beberapa karakteristik yang sangat mirip dan akhirnya dibahagi lagi menjadi
usia, gender, ras, kebangsaan. Sebagai contoh mata coklat, hidung mancung dan
lain-lain. Fitur populasi tertentu seperti alveolar prognatisme di kulit hitam,
berbentuk gigi seri sekop di Amerika Indian tidak definitive. Jika tidak ada
karakteristik istimewa atau faktor individualisasi dapat diisolasi dan dicocokkan
namun perbandingan dianggap indeterminate (William, 1997).
2.3.1.3 Identifikasi Positif
Identifikasi positif hanya dapat dinyatakan jika sama sekali tidak ada
kontraindikasi atau ragu. Kesimpulan ini hanya dapat dicapai berdasarkan
kehadiran faktor unik individualisasi (William, 1997).
2.4 Demografis karakteristik kerangka
Kebanyakan orang akan memiliki sedikit kesulitan yang memisahkan
kelompok normal, manusia yang termutilasi berdasarkan usia, seks, dan ras.
Krogman mengatakan semua assesmen skeletal dibahagi menjadi empat yaitu
usia, gender, ras dan bagian tubuh(stature). Forensik antropologist lebih mungkin

31

untuk berurusan dengan spesimen parsial, terfragmentasi untuk memungut


informasi sebanyak mungkin dari setiap tulang (Wiliam, 1997).

Gambar 2.8 Skeletal Manusia


Dikutip: Buku Introduction to Forensic Science (William,1997)
Tabel 2.2 Skeletal Manusia
No
1
2
3
4
5
6
7

No
11
12
13
14
15
16
17

8
9

Nama tulang
Tulang kaki
Tulang tangan
Patella
Tibia
Fibula
Femur
Lengan bawah(ulna
dan radius)
Humerus
Iliac epiphysis

10

Skull dan mandibula

20

32

18
19

Nama tulang
Klavikula
Sternum
Ribs
Coxa
Coccyx
Sacrum
Vertebra
lumbal
Scapula
Vertebra
thoracic
Vertebra
cervical

2.5 Tinggi Badan


Definisi
Tinggi badan adalah ukuran kumulatif atau komposit, yang terdiri atas tinggi
kepala dan leher, tinggi tubuh, dan panjang tungkai (Indriati, 2004). Tinggi badan
bersifat genetik, namun bisa juga dipengaruhi oleh lingkungan, seperti keadaan
gizi pada masa pertumbuhan (Glinka, 1987). Panjang tulang, kaki dan tangan
berbanding secara proporsional dengan tinggi badan kita (Indriati, 2004).
Menurut Barry L.Johnson, 1979, yang dikutip oleh Murtiantmo Wibowo
Adi, 2008, berpendapat bahawa tinggi badan merupakan ukuran posisi tubuh
berdiri (vertical) dengan menempel pada lantai, posisi kepala dan leher tegak,
dada dibusungkan, perut mendatar dan tarik nafas beberapa saat.
Menurut Wahyudi, 2011, yang dikutip Catur Baharuddin, 2007,
berpendapat bahawa tinggi badan diukur dalam posisi berdiri sikap sempurna
tanpa alas kaki. Tinggi badan merupakan parameter dari pertumbuhan dan
kesehatan manusia, seperti pada pengukuran body mass index yang digunakan
dalam menentukan status gizi. Tinggi badan juga merupakan salah satu ciri utama
yang digunakan untuk proses identifikasi pada berbagai kepentingan seperti pada
pendataan, penyelidikan kepolisian dan lainnya. Dalam antropologi forensik,
tinggi badan merupakan salah satu dari empat profil biologis utama selain usia,
jenis kelamin dan ras (Baines 2011). Cara pengukuran tinggi badan yang biasa
digunakan adalah mengukur dari puncak kepala(vertex) hingga bagian ujung
tumit pada posisi berdiri tegak atau disebut sebagai stature (Duquet dan Cartr,
2009).

33

Gambar 2.9 :Pengukuran Tinggi Badan


Dikutip: Buku Devision (Reinhard John, 2009)
2.5.1 Struktur Tinggi Tubuh Manusia
Struktur tubuh manusia tersusun atas berbagai macam organ sehingga
membentuk tubuh manusia seutuhnya dan kerangka adalah struktur keras
pembentuk tinggi badan.

34

Gambar 2.10: Anatomi kerangka tubuh manusia tampak depan dan


belakang.
Dikutip: Colour Atlas of Human Anatomy (Mcminn,1993)
Proses pertumbuhan terjadi sejak konsepsi dan berlangsung terusmenerus sampai umur dewasa, kemudian stabil dan pada usia relatif tua akan
kembali berkurang. Pada saat sesudah dilahirkan, umur dapat diperkirakan sesuai
golongan pertumbuhan dan perkembangan badan, antara lain bayi, balita, anakanak dan dewasa muda. Pada janin, bayi baru lahir dan anak-anak sampai masa
pubertas, umur dapat ditentukan berdasarkan tinggi atau panjang dan berat badan.
Terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan seperti keturunan, bangsa,
gizi dan lain-lain namun pada orang dewasa tua penentuan umur berdasarkan
tinggi badan dan berat badan tidak digunakan lagi (Chadha,1995).

35

Tinggi badan diukur pada saat berdiri secara tegak lurus dalam sikap
anatomi. Kepala berada dalam posisi sejajar dengan dataran Frankfurt. Tinggi
badan adalah hasil pengukuran maksimum panjang tulang-tulang secara parallel
yang membentuk poros tubuh (The Body Axix), yaitu diukur dari titik tertinggi di
kepala (cranium) yang disebut vertex, ke titik terendah dari tulang kalkaneus (the
calcanear tuberosity ) yang disebut heel.

Gambar 2.11: Gambar pengukuran tinggi badan dan pengukuran tinggi titik
anatomis
Dikutip: Buku Metode Pengukuran Manusia(Glinka,2008)
2.5.2 Hubungan Panjang Tulang Tibia Dengan Tinggi Badan
Tinggi badan bersifat genetik, namun boleh dipengaruhi oleh faktor
eksternal seperti lingkungan dan keadaan gizi semasa pertumbuhan (Glinka,1987).
Pada prinsipnya panjang tulang lengan dan tungkai berbanding proporsional
dengan tinggi badan (Indriati, 2004). Estimasi tinggi badan dapat dilakukan pada
tulang-tulang seperti humerus, radius, ulna, femur, tibia, fibula, phalange,
sternum, tinggi hidung, kalkaneus dan tapak kaki. Menurut Indriati, 2004, dalam

36

menentukan tinggi badan, lebih baik menggunakan tulang panjang kerana hasil
pengukuran pada tulang panjang merupakan hasil yang terbaik dalam antara
ukuran anggota lain. Selain tulang panjang, tulang lain juga telah diteliti,
walaupun secara umum telah diterima bahawa tulang panjang memberikan hasil
yang lebih akurat dibandingkan tulang lainnya (Duyar dan Pelin, 2003).
2.5.3 Hubungan Gender Dengan Tinggi Badan
Menurut Snell, 2012, pria dewasa cenderung lebih tinggi berbanding
wanita dewasa dan mempunyai tungkai yang lebih panjang, tulangnya lebih besar
dan lebih berat serta massa otot yang lebih besar dan padat kalau dilihat secara
teori. Pria mempunyai lemak subkutan yang lebih sedikit sehingga membuat
bentuknya lebih angular. Wanita dewasa cenderung lebih pendek berbanding pria
dewasa dan mempunyai tulang yang lebih kecil dan lebih sedikit massa otot.
Wanita lebih banyak mempunyai lemak subkutan.Wanita mempunyai sudut siku
yang lebih luas dengan akibat deviasi lateral lengan bawah terhadap lengan atas
yang lebih besar.
2.5.4 Hubungan Usia Dengan Tinggi Badan
Selama masa pertumbuhan, organ-organ tubuh manusia bertumbuh secara
simultan dan salah satunya adalah tulang. Setiap tulang bertambah panjang secara
bersamaan namun dengan kecepatan yang berbeda-beda sehingga terdapat
proporsi tertentu antar tulang (Indriati, 2004). Menurut Trotter dan Glesser, 1952
pada laki-laki tinggi badan tidak banyak berubah sejak 18 tahun dan setelah tinggi
badan maksimum ini tercapai, tinggi badan tidak banyak berubah seiring usia. Hal
ini menyebabkan penentuan tinggi badan maksimum tetap dapat digunakan pada
usia di atas 30 tahun untuk memperkirakan tinggi badan di atas usia 30 tahun.

37

Peningkatan usia mempengaruhi aspek kehidupan seperti terjadinya


perubahan-perubahan fizik, biologis, psikologis dan sosial sebagai akibat proses
penuaan atau munculnya penyakit degeneratif akibat proses penuaan tersebut.
Salah satu perubahan fizik yang terjadi seiring dengan pertambahan usia adalah
penurunan massa tulang yang dapat merubah struktur tulang. Namun proses
penuaan tidak mempengaruhi tulang panjang seperti di lengan dan tungkai kerana
kerana perubahan struktur tulang akan terjadi pada tulang-tulang vertebra, struktur
jaringan pengikat dan tulang invertebra yang akan merubah kurvatura tulang
punggung menjadi lebih melengkung (kiphosis torakalis) dan posisi akan
membungkuk.
2.6 Struktur Panjang Tulang Tibia
Tibia atau tulang kering merupakan kerangka yang utama dari tungkai
bawah dan terletak medial dari fibula atau tulang betis. Tibia juga adalah tulang
pipa dengan sebuah batang dan dua ujung. Ujung atas memperlihatkan adanya
kondil medial dan kondil lateral. Kondil-kondil ini merupakan bagian yang paling
atas dan paling pinggir dari tulang. Permukaan superiornya memperlihatkan dua
dataran permukaan persendian untuk femur dalam formasi sendi lutut (Andy,
1994).
Permukaan permukaan tersebut halus dan di atas permukaannya yang
datar terdapat tulang rawan semilunar (setengah bulan) yang membuat permukaan
persendian lebih dalam untuk penerimaan kondil femur. Kondil lateral
memperlihatkan posterior sebuah faset untuk persendian dengan kepala fibula
pada sendi tibio-fibuler superior. Kondil-kondil ini di sebelah belakang dipisahkan
oleh lekukan popliteum. Tuberkel dari tibia ada di sebelah depan tepat di bawah

38

kondil-kondil ini. Bagian depan memberi kaitan kepada tendon patella, yaitu
tendon dari insersi otot extensor kwadrisep. Bagian bawah dari tuberkel itu adalah
subkutaneus dan sewaktu berlutut menyangga berat badan (John Luckman, 1997).
Pada bagian batang, sisi anteriornya paling menjulang dan sepertiga
sebelah tengah terletak subkutan. Bagian ini membentuk krista tibia. Permukaan
medial adalah subkutaneus pada hampir seluruh panjangnya dan merupakan
daerah berguna dari mana dapat diambil serpihan tulang untuk transportasi
(bonegraft) (Bruner,2000).
Permukaaan posterior ditandai oleh garis soleal atau linea popliteal,
yaitu garis meninggi di atas tulang yang kuat dan yang berjalan ke bawah dan ke
medial. Bagian ujung bawah termasuk dalam formasi persendian mata kaki.
Tulangnya sedikit melebar dan ke bawah sebelah medial menjulang menjadi
maleolus medial atau maleolus tibiae. Sebelah depan tibia halus dan tendontendon menjulur di atasnya ke arah kaki. Permukaan lateral dari ujung bawah
bersendi dengan fibula pada persendian tibio-fibuler inferior. Tibia membuat sendi
dengan tiga tulang yaitu femur, fibula dan talus (Evelyn, 2009).

Gambar 2.12 : Anatomi Tulang Tibia


Dikutip dari : www.adam.com.

39

Tulang tibia merupakan tulang besar dan utama pada tungkai bawah.
Ia mempunyai kondilus besar tempat berartikulasi. Pada sisi depan tulang hanya
terbungkus kulit dan periosteum yang sangat nyeri jika terbentur. Pada pangkal
proksimal berartikulasi dengan tulang femur pada sendi lutut. Bagian distal
berbentuk agak pipih untuk berartikulasi dengan tulang tarsal. Pada tepi luar
terdapat perlekatan dengan tulang fibula. Pada ujung medial terdapat maleolus
medialis. Tulang fibula merupakan tulang panjang dan kecil dengan kepala
tumpul tulang fibula tidak berartikulasi dengan tulang femur (tidak ikut sendi
lutut) pada ujung distalnya terdapat maleolus lateralis (Donna, 1991).
Tulang tibia bersama-sama dengan otot-otot yang ada di sekitarnya
berfungsi menyangga seluruh tubuh dari paha ke atas, mengatur pergerakan untuk
menjaga keseimbangan tubuh pada saat berdiri. Tulang tibia juga merupakan
tempat deposit mineral ( kalsium, fosfor dan hematopoisis). Fungsi tulang adalah
sebagai menahan jaringan tubuh dan memberi bentuk kepada kerangka tubuh,
melindungi organ-organ tubuh (contoh, tengkorak melindungi otak),

untuk

pergerakan (otot melekat kepada tulang untuk berkontraksi dan bergerak), dan
merupakan gudang untuk menyimpan mineral seperti kalsium (Price, 1994).

40

Gambar 2.12 : Anatomy Tibia dan Fibula (Anterior)


Dikutip: Buku Atlas Of Human Anatomy Third Edition (Netter,2003)

Gambar 2.13 Anatomy Tibia dan Fibula (Posterior)


Dikutip: Buku Atlas Of Human Anatomy Third Edition (Netter,2003)

41

Kerangka Teoritis
DNA
Primer

Gigi
Sidik jari

Identifikasi
jenazah
Sekunder

Gender

Ras

Pakaian

Aksesori
Faktor
Internal

Berat badan

Gender
Usia
Gen
Ras

Tinggi badan

Faktor
Eksternal

Pengukuran
panjang tulang tibia

Lingkungan
Gizi
Obat-obatan
Mekanis
Endokrin
Penyakit
kronis
Sumber : William (1997), Snell (1997), Tortora dan Derrickson (2011)
Gambar 2.15 Kerangka Teoritis
BAB 3
42

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN


Berdasarkan beberapa teori tentang hubungan panjang tulang tibia dengan tinggi
badan maka disusun kerangka teori sebagai berikut;

Panjang tulang tibia

Tinggi badan

Faktor Internal

Faktor Eksternal

Gender
Usia
Gen

Lingkungan
Gizi
Obat-obatan
Mekanis
Endokrin
Penyakit kronis

_________

= tidak diteliti

Sumber : Supariasa (2002), Tortora dan Derrickson (2011), Snell (2012)


Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Hubungan Panjang Tulang Tibia dengan
Tinggi Badan
3.2 Hipotesis
Berdasarkan landasan teori yang diajukan maka hipotesisnya adalah :
a. ada hubungan panjang tulang tibia dengan tinggi badan

mahasiswa

pendidikan kedokteran angkatan 2010 FK Unand.


b. ada hubungan gender dengan tinggi badan mahasiswa pendidikan
kedokteran angkatan 2010 FK Unand.
43

BAB 4
METODE PENELITIAN

44

Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik dengan pendekatan cross


sectional dimana untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan
variabel

dependen

dengan

melakukan

pengukuran

pada

saat

tersebut.

(Sudigdo,2002).
4.1
Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa Fakultas kedokteran
Universitas Andalas angkatan 2010 yang berjumlah 268 mahasiswa.
4.2
Sampel Penelitian
Sampel untuk penelitian ini adalah semua populasi yang termasuk dalam kriteria
inklusi.
4.2.1.Kriteria Penerimaan (Inklusi)
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:
a. Responden berusia sama atau atas 21 tahun.
b. Tidak pernah mengalami patah tulang.
c. Tidak memiliki cacat fisik kelainan tulang bawaan sejak lahir.
d. Bersedia ikut dalam penelitian.
4.2.2 Kriteria Penolakan (Eksklusi)
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:
a.Responden tidak hadir saat penelitian berlangsung.

4.3 Variabel Penelitian


4.3.1

Klasifikasi Variabel

Sesuai dengan hipotesis dan jenis penelitian yang dilakukan maka variabel
penelitian ini adalah:
a.Variabel dependen : Tinggi badan
b.Variabel independen : Panjang tulang tibia
4.3.2 Definisi Operasional Variable
45

Definisi operasional merupakan uraian tentang batasan variabel yang dimaksud,


atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo,
2010).
a. Panjang tulang tibia
Definisi operasional : tulang besar dan utama pada tungkai bawah serta kerangka
utama dari tungkai bawah dan terletak medial dari fibula.
Alat ukur
: pita ukur
Cara ukur
:dengan mengukur tibial tuberosity hingga medial malleolus
Hasil ukur
: cm
Skala ukur
: rasio
b. Tinggi badan
Definisi operasional : Jarak maksimum dari vertex ke telapak kaki
Alat ukur
: pita ukur
Cara ukur
: tinggi badan diukur dalam posisi berdiri sikap sempurna
tanpa alas kaki dan diukur dari titik tertinggi di kepala (cranium) yang disebut
vertex, ke titik terendah dari tulang kalkaneus (the calcanear tuberosity ) yang
disebut heel.
Hasil ukur
: cm
Skala ukur
: rasio
c. Gender
Definisi operasional : Perbedaan status dan peran antara perempuan dan laki-laki
yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan nilai budaya yang berlaku dalam
periode waktu tertentu.
Alat ukur
: kuesioner
Cara ukur
: dengan mengisi kuesioner
Hasil ukur
: dibagi dalam dua kategori, yaitu laki-laki dan perempuan
Skala ukur
: nominal
Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, yakni dengan
mengajukan beberapa pertanyaan tertulis yang dilengkapi dengan petunjuk
pengisian kepada responden untuk dijawab dan panjang tulang tibia dan tinggi
badan diukur dengan pita pengukur.
4.4 Bahan dan sumber penelitian
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Sumber data penelitian, data primer diambil langsung dari kuisioner

46

yang telah diisi oleh mahasiswa angkatan 2010 di Fakultas Kedokteran


Universitas Andalas Padang dan Rumah Sakit M. DJamil, sedangkan data
sekunder adalah jumlah mahasiswa angkatan 2010. Data sekunder didapatkan dari
Bagian Akademik FK UNAND.

4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas dan
Rumah Sakit M. DJamil pada bulan April 2015 sampai Mei 2015.
4.7 Cara pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara meminta pesertujuan dari pihak
akademik untuk mendapatkan data mengenai jumlah mahasiswa angkatan 2010
dan menyebarkan kuisioner. Kuisioner diisi dan dicatat secara manual.
4.8 Cara pengolahan dan Analisis Data
Pengelolahan data dilakukan dengan sistem komputerisasi dengan tahap-tahap:
1. Editing, yaitu pada tahap ini di periksa semua rekam medis untuk memastikan
2.

data yang diambil sesuai dengan kriteria inklusi.


Coding, yaitu proses pemberian kode pada setiap data variabel yang telah

3.

terkumpul yang berguna untuk memudahkan pengolahan selanjutnya.


Entry, yaitu memasukkan data ke dalam program Statistical Program for

4.

Social Science (SPSS) secara single entry.


Cleaning, yaitu data yang telah dimasukkan,

diperiksa kembali untuk

memastikan bahwa data tersebut telah bersih dari kesalahan, baik kesalahan
dalam pengkodean ataupun kesalahan dalam membaca kode.
4.8 Analisis Data
Analisis data adalah metode yang digunakan untuk mengolah hasil penelitian
guna memperoleh kesimpulan. Analisis data yang dilakukan dengan dengan

47

menggunakan program komputer yaitu SPSS. Adapun analisis data yang


dilakukan adalah :

a.

Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi variabel

independen dan variabel dependen. Variabel independen adalah panjang tulang


tibia sedangkan variabel dependen adalah tinggi badan.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan
antara variabel independen (panjang tulang tibia) terhadap variabel dependen
(tinggi badan) dan menggunakan analisis dengan SPSS.

48

Вам также может понравиться

  • 2 PB
    2 PB
    Документ4 страницы
    2 PB
    Marrys Natalia
    Оценок пока нет
  • 2 PB
    2 PB
    Документ4 страницы
    2 PB
    Marrys Natalia
    Оценок пока нет
  • Referat Sindrom Metabolik
    Referat Sindrom Metabolik
    Документ18 страниц
    Referat Sindrom Metabolik
    Nur Rahmat Wibowo
    100% (3)
  • Pendahuluan Laporan Kasus Tinitus Et Cause Hiperlipidemia
    Pendahuluan Laporan Kasus Tinitus Et Cause Hiperlipidemia
    Документ2 страницы
    Pendahuluan Laporan Kasus Tinitus Et Cause Hiperlipidemia
    Siska Akia
    Оценок пока нет
  • Makalah Endokrin Hiperplasia Adrenal Kongenital
    Makalah Endokrin Hiperplasia Adrenal Kongenital
    Документ37 страниц
    Makalah Endokrin Hiperplasia Adrenal Kongenital
    Rochmatul Ummah
    0% (1)
  • Distosia Bahu - CSS
    Distosia Bahu - CSS
    Документ28 страниц
    Distosia Bahu - CSS
    Debbii Yulanda
    Оценок пока нет
  • Cover
    Cover
    Документ1 страница
    Cover
    agniajolanda
    Оценок пока нет
  • CSS ABNORMAL LABOR Mucecaca
    CSS ABNORMAL LABOR Mucecaca
    Документ29 страниц
    CSS ABNORMAL LABOR Mucecaca
    agniajolanda
    Оценок пока нет
  • Septorhinoplasty
    Septorhinoplasty
    Документ35 страниц
    Septorhinoplasty
    agniajolanda
    Оценок пока нет
  • Presentation1 Css
    Presentation1 Css
    Документ7 страниц
    Presentation1 Css
    agniajolanda
    Оценок пока нет
  • PELVIMETRI
    PELVIMETRI
    Документ7 страниц
    PELVIMETRI
    anonymous2608
    100% (1)
  • Kista Bartolini
    Kista Bartolini
    Документ30 страниц
    Kista Bartolini
    agniajolanda
    Оценок пока нет
  • Konjungtivitis
    Konjungtivitis
    Документ16 страниц
    Konjungtivitis
    andi firdha restuwati
    Оценок пока нет
  • Plasenta Retensi
    Plasenta Retensi
    Документ4 страницы
    Plasenta Retensi
    Triadi Arif Maulana
    Оценок пока нет
  • Translate European Annals of Otorhinolaryngology, Head and Neck Diseases-2.en - Id-1-Dikonversi
    Translate European Annals of Otorhinolaryngology, Head and Neck Diseases-2.en - Id-1-Dikonversi
    Документ3 страницы
    Translate European Annals of Otorhinolaryngology, Head and Neck Diseases-2.en - Id-1-Dikonversi
    agniajolanda
    Оценок пока нет
  • Transfusi Darah PDF
    Transfusi Darah PDF
    Документ30 страниц
    Transfusi Darah PDF
    JabbarTapiheru
    Оценок пока нет
  • CRS TB
    CRS TB
    Документ22 страницы
    CRS TB
    agniajolanda
    Оценок пока нет
  • KEP BERAT
    KEP BERAT
    Документ52 страницы
    KEP BERAT
    Putry Rainism
    Оценок пока нет
  • Ayo..Lebaran Di Sumbar (Share by Paul)
    Ayo..Lebaran Di Sumbar (Share by Paul)
    Документ98 страниц
    Ayo..Lebaran Di Sumbar (Share by Paul)
    Ulfauza Paul
    Оценок пока нет
  • Jurnal Kulit TB Cutis
    Jurnal Kulit TB Cutis
    Документ6 страниц
    Jurnal Kulit TB Cutis
    agniajolanda
    Оценок пока нет
  • Osteogenesis Imperfecta
    Osteogenesis Imperfecta
    Документ27 страниц
    Osteogenesis Imperfecta
    agniajolanda
    100% (1)
  • CRS Omsk
    CRS Omsk
    Документ55 страниц
    CRS Omsk
    FeliciaOctofinna
    Оценок пока нет
  • Untuk Ace
    Untuk Ace
    Документ2 страницы
    Untuk Ace
    agniajolanda
    Оценок пока нет
  • Osteogenesis Imperfecta
    Osteogenesis Imperfecta
    Документ27 страниц
    Osteogenesis Imperfecta
    agniajolanda
    100% (1)
  • Ketoasidosis Diabetikum (KAD)
    Ketoasidosis Diabetikum (KAD)
    Документ21 страница
    Ketoasidosis Diabetikum (KAD)
    david wyanto
    78% (9)
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Документ1 страница
    Kata Pengantar
    agniajolanda
    Оценок пока нет
  • Book 1
    Book 1
    Документ3 страницы
    Book 1
    agniajolanda
    Оценок пока нет
  • Aritan Jurnal
    Aritan Jurnal
    Документ1 страница
    Aritan Jurnal
    agniajolanda
    Оценок пока нет
  • Ketoasidosis Diabetikum
    Ketoasidosis Diabetikum
    Документ45 страниц
    Ketoasidosis Diabetikum
    Ingrid Maria K
    Оценок пока нет
  • DM Tipe 1
    DM Tipe 1
    Документ14 страниц
    DM Tipe 1
    Yenny Mayang Sari
    Оценок пока нет