Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Forensik patologi adalah ilmu yang dikembangkan untuk mempelajari
kematian yang tidak wajar, mencurigakan atau kekerasan. Terdapat dua sistem
investigasi medikolegal di Amerika Serikat yaitu sistem pemeriksa medis dan
sistem koroner. Kedokteran forensik adalah penerapan atau pemanfaatan ilmu
kedokteran untuk kepentingan penegakan hukum dan pengadilan. Kedokteran
forensik mempelajari hal ikhwal manusia atau organ manusia yang berkaitan
dengan peristiwa kejahatan (William, 1997).
Stanford (2006) menyatakan bahawa antropologi forensik adalah
antropologi biologi kontemporer terapan. Antropologi forensik mengidentifikasi
sisa rangka untuk mengetahui sebab-sebab kematian. Ahli antropologi forensik
menggunakan osteologi dan paleopatologi baik dalam konteks historis maupun
kriminal. Sebagai contoh penyelidikan terhadap korban kejahatan perang dan
korban kejahatan lainnya. Jejak kaki di TKP bisa membantu ahli antropologi
forensik merekonstruksi sosok pelaku kejahatan (tinggi dan berat badannya)
misalnya pada kasus kriminal. Secara umum antropologi forensik melakukan
pemeriksaan pada sisa-sisa kerangka manusia untuk menentukan identitas tulang
tidak dikenal. Selain membantu dalam menemukan dan memulihkan sisa-sisa
kerangka manusia, antropolog forensik berkerja untuk menilai usia, jenis kelamin,
keturunan, perawakannya dan fitur unik.
Forensik biasanya selalu dikaitkan dengan tindak pidana (tindak melawan
hukum). Ilmu forensik diartikan sebagai penerapan dan pemanfaatan ilmu
identifikasi pada jenazah sulit atau identitas pada jenazah sejak awal tidak dikenal
(Budiyanto,1999).
Tinggi badan adalah ukuran seseorang pada saat masih hidup, sedangkan
panjang badan adalah ukuran seseorang (jenazah) pada saat telah meninggal.
Salah satu hal penting untuk identifikasi adalah panjang badan.Mengukur panjang
jenazah ketika masih utuh bukanlah suatu proses yang sulit namun kesulitan akan
muncul apabila jenazah mengalami kerusakan yang amat hebat dan tidak utuh lagi
(Nandy,1996).
Pada saat jenazah yang tidak utuh
panjang jenazah dapat dilakukan dengan mengukur bagian tertentu tubuh jenazah
untuk memperkirakan tinggi badan seseorang pada saat masih hidup. Terdapat
beberapa pengukuran bagian tubuh yang dapat dilakukan untuk memperkirakan
tinggi badan secara umum yaitu dengan mengukur jarak kedua ujung jari kiri dan
kanan, puncak kepala hingga symphisis pubis, panjang salah satu ujung jari
tengah sampai olecranon sisi yang sama, panjang femur, panjang tulang tibia dan
juga panjang humerus (Amir, 2005).
Pengukuran tinggi badan merupakan suatu parameter antropologi forensik
yang dapat membantu menentukan profil biologis seseorang. Tinggi badan dapat
ditentukan melalui pengukuran berbagai tulang panjang dan salah satunya adalah
tulang tibia. Menurut penelitian Nico Saputra (2014) tinggi badan merupakan
salah satu ciri utama pada proses identifikasi selain usia, gender dan ras. Metode
pengukuran tinggi badan yang biasa dilakukan adalah dengan mengukur jarak dari
vertex hingga bagian ujung tumit dalam posisi berdiri dan pada keadaan tertentu
metode ini tidak memungkinkan seperti pada kondisi jenazah yang dimutilasi atau
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Tulang
2.1.1 Pengertian Tulang
Tulang adalah jaringan kuat yang memberi bentuk kepada tubuh. Skelet
atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan melindungi organ
lunak terutama dalam tengkorak dan panggul. Tulang membentuk rangka
pelindung dan penunjang bagi tubuh dan tempat untuk melekatnya otot-otot yang
menggerakkan kerangka tubuh. Tulang juga merupakan tempat primer untuk
menyimpan dan mengatur kalsium dan fosfat. Tulang rangka orang dewasa terdiri
atas 206 tulang (Price dan Wilson,2006).
Tulang juga dapat diartikan sebagai dasar bentuk tubuh sebagai tempat
melekatnya otot-otot, pelindung organ tubuh yang lunak, penentuan tinggi,
pengganti sel-sel yang rusak, memberikan sistem sambungan untuk gerak
pengendali, dan untuk menyerap reaksi dari gaya serta beban kejut. Rangka
manusia terdiri dari tulang-tulang yang menyokong tubuh manusia yang terdiri
atas tulang tengkorak, tulang badan, dan tulang anggota gerak (Nurmianto, 2008).
Ganong (2001) mendefinisikan tulang sebagai jaringan ikat keras dengan
matriks protein kolagen yang telah diresapi oleh garam-garam mineral. Tulang
menyokong tubuh dan memegang peranan penting pada homeostatis mineral,
khususnya fosfat dan kalsium. Protein dalam serabut-serabut kolagen yang
membentuk matriks tulang adalah kompleks. Jumlah protein dan mineral harus
adekuat untuk mempertahankan struktur tulang yang normal. Natrium dan
sejumlah kecil magnesium dan karbonat juga terdapat dalam tulang. Tulang
adalah kerangka penyangga tubuh, pelindung organ tubuh dari benturan, dan
6
atau dari tulang rawan (Moore dan Agur, 2002). Osifikasi membranosa adalah
osifikasi yang lebih sederhana antara dua cara pembentukan tulang. Tulang pipih
pada tulang tengkorak, sebagian tulang wajah, mandibula, dan bagian medial dari
klavikula dibentuk dengan cara ini. Bagian lembut yang membantu tengkorak
bayi dapat melewati jalan lahirnya yang kemudian mengeras dengan cara osifikasi
membranosa (Tortora dan Derrickson, 2011).
usia 21 tahun, hal tersebut karena pusat kalsifikasi pada epifise line akan berakhir
seiring dengan pertambahan usia, dan pada setiap tulang (Byers, 2008).
dimulai sejak dalam kandungan sampai usia kira-kira 10 tahun anak pria dan
wanita tumbuh dengan kecepatan yang hampir sama. Pusat kalsifikasi pada ujungujung tulang atau lebih dikenal dengan Epifisis Line akan berakhir seiring
dengan pertambahan usia, dan pada setiap tulang, penutupan dari garis epifise
rata-rata sampai umur 21 tahun (Krogman, 1986).
Hal ini yang menjadi dasar peneliti menetapkan usia sampel penelitian
(subjek penelitian) di atas 21 tahun agar tidak terjadi bias yang besar pada
pengukuran oleh karena pertumbuhan tulang yang masih berlanjut apabila
dilakukan di bawah usia 21 tahun. Pria dewasa cenderung lebih tinggi berbanding
wanita dewasa dan mempunyai tungkai yang lebih panjang, tulangnya lebih besar
dan lebih berat serta massa otot yang lebih besar dan padat kalau dilihat secara
teori. Pria mempunyai lemak subkutan yang lebih sedikit sehingga membuat
bentuknya lebih angular. Wanita dewasa cenderung lebih pendek berbanding pria
dewasa dan mempunyai tulang yang lebih kecil dan lebih sedikit massa otot.
Wanita lebih banyak mempunyai lemak subkutan.Wanita mempunyai sudut siku
yang lebih luas dengan akibat deviasi lateral lengan bawah terhadap lengan atas
yang lebih besar (Snell, 2012).
Seluruh permukaan tulang kecuali permukaan yang mengadakan
persendian diliputi oleh lapisan jaringan fibrosa tebal yang dinamakan periosteum.
Periosteum banyak mengandung pembuluh darah dan sel-sel pada permukaannya
yang lebih dalam bersifat osteogenik. Periosteum berhubungan erat dengan
tulang-tulang pada tempat-tempat perlekatan otot, tendon, dan ligamentum pada
tulang (Snell, 1997).
Table 2.1: Gambaran derajat garis epifise(Epiphyseal line/union)
Dikutip ; Buku Forensik Pathology (Knight, 1996)
10
Jenis Tulang
Usia(Thn)
Jenis Tulang
Usia(Thn)
Head of femur
16-19
Acromion
17-19
Greater
19-19
Distal femur
17-20
trochanter
Lesser trochanter
16-19
Proximal tibia
17-19
Head of humerus
16-23
Proximal fibula
16-21
Distal humerus
13-16
Distal tibia
16-19
Medial
16-17
Distal fibula
16-19
epicondyle
Proximal radius
14-17
Metatarsals
15-17
Proximal ulna
14-17
Iliac crest
18-22
Distal radius
18-21
Primary
elements 14-16
pelvis
Distal ulna
18-21
Sternal clavicle
23-28
Metacarpals
14-17
Acromial clavicle
18-21
11
primer muncul sebelum lahir dan pusat osifikasi sekunder muncul sesudah lahir.
Setelah dewasa, semua pusat osifikasi primer dan sekunder menyatu dan jumlah
tulang menjadi 206 elemen (Indriati,2004).
2.1.2.1 Faktor Pertumbuhan Tulang
Tinggi badan berbeda-beda antara individu yang satu dengan individu
yang lain. Supariasa (2002) menyatakan faktor pertumbuhan tulang dapat dibagi
atas dua yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang pertama adalah
faktor genetik dikaitkan dengan adanya kemiripan anak-anak dengan orang tuanya
dalam hal bentuk tubuh, proporsi tubuh dan kecepatan perkembangan. Kemiripan
ini mencerminkan pengaruh gen yang dikontribusi oleh orang tuanya kepada
keturunanannya secara biologis. Gen tidak secara langsung menyebabkan
pertumbuhan dan perkembangan, tetapi ekspresi gen yang diwariskan ke dalam
pola pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa sistem biologis yang berjalan dalam
suatu lingkungan yang tepat untuk tumbuh misalnya gen dapat mengatur produksi
dan pelepasan hormon seperti hormon pertumbuhan dari glandula endokrin dan
menstimulasi pertumbuhan sel dan perkembangan jaringan terhadap status
kematangannya (matur state) (Supariasa, 2002).
Selama masa anak-anak, hormon yang paling penting dalam pertumbuhan
adalah Insulinlike Growth Factors (IGFs), yang diproduksi oleh liver dan jaringan
tulang.
Insulinlike
Growth
Factors
menstimulasi
osteoblas,
mendorong
12
berkontribusi
dalam
remodelling
tulang
dengan memperlambat
penyerapan tulang lama dan mempercepat deposit tulang baru (Tortora dan
Derrickson, 2011).
Faktor internal yang kedua adalah gender. Pertumbuhan manusia dimulai
sejak dalam kandungan, sampai usia kira-kira 10 tahun anak pria dan wanita
tumbuh dengan kecepatan yang kira-kira sama. Sejak usia 12 tahun, anak pria
sering mengalami pertumbuhan lebih cepat dibandingkan wanita, sehingga
kebanyakan pria yang mencapai remaja lebih tinggi daripada wanita. Pria dewasa
cenderung lebih tinggi dibandingkan wanita dewasa dan juga mempunyai tungkai
yang lebih panjang, tulangnya yang lebih besar dan lebih berat serta massa otot
yang lebih besar dan padat. Pria mempunyai lemak subkutan yang lebih sedikit,
sehingga membuat bentuknya lebih angular sedangkan wanita dewasa cenderung
lebih pendek dibandingkan pria dewasa dan mempunyai tulang yang lebih kecil
dan lebih sedikit massa otot. Wanita lebih banyak mempunyai lemak subkutan.
Wanita mempunyai sudut siku yang lebih luas, dengan akibat deviasi lateral
lengan bawah terhadap lengan atas yang lebih besar (Snell, 2012) .
Salah satu faktor eksternal yaitu lingkungan. Lingkungan pra natal adalah
terjadi pada saat ibu sedang hamil, yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang
13
janin mulai dari masa konsepsi sampai lahir seperti gizi ibu pada saat hamil
menyebabkan bayi yang akan dilahirkan menjadi Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) dan lahir mati serta jarang menyebabkan cacat bawaan. Lingkungan post
natal mempengaruhi pertumbuhan bayi setelah lahir antara lain lingkungan
biologis, seperti ras atau suku bangsa, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan
kesehatan, kepekaan terhadap penyakit infeksi dan kronis, adanya gangguan
fungsi metabolisme dan hormon. Selain itu faktor fisik dan biologis, psikososial
dan faktor keluarga yang meliputi adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat
turut berpengaruh (Supariasa, 2002).
Faktor eksternal yang kedua adalah gizi. Gizi yang buruk pada anak-anak
dapat menyebabkan berkurangnya asupan nutrisi yang diperlukan oleh tubuh
untuk tumbuh, sedangkan gizi yang baik akan mencukupi kebutuhan tubuh dalam
rangka pertumbuhan (Supariasa, 2002). Beberapa zat gizi yang dibutuhkan dalam
pertumbuhan dan remodeling tulang adalah mineral dan vitamin. Sejumlah besar
kalsium dan fosfat dibutuhkan dalam proses pertumbuhan tulang, dan sejumlah
kecil magnesium, fluoride dan mangan. Vitamin A menstimulasi aktivitas
osteoblas. Vitamin C dibutuhkan untuk mensintesis kolagen, protein utama dari
tulang. Vitamin D membantu pertumbuhan tulang dengan cara meningkatkan
absorbsi kalsium dari makanan pada sistem gastrointestinal ke dalam darah.
Vitamin K dan B12 dibutuhkan untuk sintesis protein tulang (Tortora dan
Derrickson, 2011).
Faktor eksternal ketiga adalah obat-obatan. Beberapa jenis obat-obatan
dapat mempengaruhi hormon pertumbuhan seperti growth hormon atau hormon
tiroid. Penggunaan obat dengan dosis yang salah dapat menyebabkan
14
15
16
orang dewasa. Bagian tengah tulang panjang kosong atau disebut cavitas
medullaris untuk tempat sum-sum tulang (Indriati,2004).
Tulang secara garis besar dapat dibagikan atas tulang panjang, tulang
pendek, dan tulang pipih. Tulang panjang terdapat pada lengan dan tungkai seperti
humerus, ulna, radius, femur, tibia dan fibula. Tulang ini panjangnya lebih lebar
daripada lebar. Tulang ini mempunyai corpus berbentuk tubular, diafisis dan
biasanya dijumpai epifisis pada ujungnya. Corpus mempunyai cavitas medullaris
di bagian tengah yang berisi sumsum tulang. Bagian luar corpus terdiri atas tulang
komparta yang diliputi oleh selubung jaringan ikat yaitu periosteum. Bagianbagian tulang panjang yang panjang dan silindris disebut diaphysis sedangkan
ujung proksimal dan distalnya terdapat epiphysis dan metaphysis. Diaphysis
adalah batang tulang panjang, epiphysis adalah ujung akhir tulang panjang
sedangkan metaphysis adalah ujung tulang panjang yang melebar ke samping.
Bagian tulang external yang tidak berkartilago dilapisi oleh periosteum. Selama
masa pertumbuhan, diafisis dipisahkan dari epifisis oleh kartilago epifisis
(Indriati, 2004).
Periosteum adalah membran dengan vaskularisasi yang memberi nutrisi
kepada tulang. Bagian internal tulang dilapisi oleh endosteum atau membrane
selular. Periosteum dan endosteum adalah jaringan osteogenik yang berisi sel-sel
pembentuk tulang. Jumlah sel-sel pembentuk tulang ini akan bertambah pada
periosteum yang mengalami trauma. Pada periositis atau trauma pada periosteum
ditandai dengan pembentukan tulang baru di permukaan external tulang yang
tampak seperti jala atau trabekula (Indriati,2004).
17
18
komparta disebut tabula yang dipisahkan oleh selaput tipis tulang spongiosa
disebut diploe (Indriati, 2004).
Tulang tidak teratur adalah tulang vertebra dan basis cranii. Tulang
ini tersusun oleh selapis tipis tulang komparta di bagian luar dan bagian dalamnya
dibentuk oleh tulang spongiosa. Seterusnya ada tulang sesamoid. Tulang sesamoid
merupakan tulang kecil yang ditemukan pada tendo-tendo tertentu, tempat
terdapat pergeseran tendo pada permukaan tulang. Sebagian tulang sesamoid
tertanam di dalam tendon dan permukaannya bebas ditutupi oleh kartilago. Tulang
sesamoid yang terbesar adalah patella, yang terdapat pada tendo musculus
quadriceps femoris. Selain itu, terdapat pada tendo musculus flexor pollicis brevis
dan musculus flexor hallucis brevis. Tulang sesamoid berfungsi sebagai
mengurangi friksi pada tendo dan merubah arah tarikan tendo (Snell, 2012).
Tulang banyak mengandung bahan kristalin anorganik terutama garamgaram kalsium yang membuat tulang keras dan kaku namun sepertiga daripada
bahan tersebut adalah fibrosa yang membuatnya kuat dan elastis (Price and
Wilson,2006). Fungsi utama tulang adalah untuk membentuk rangka badan,
melindungi dan mendukung tubuh dan organ-organ. Selain itu tulang juga penting
untuk melakukan pergerakan. Tulang merupakan tempat deposit kalsium, fosfor,
magnesium dan garam dan berfungsi sebagai jaringan hemopoetik untuk
memproduksi sel darah merah, sel darah putih dan trombosit (Caileit, 2005).
Setiap substruktur harus berfungsi dengan normal agar seluruh tubuh dapat
berfungsi secara normal. Enam substruktur utama yang terdapat dalam tubuh
manusia ialah tendon, ligament, fascia (pembungkus), kartilago, tulang sendi dan
19
otot. Tendon, ligament dan fascia dan otot sering disebut sebagai jaringan lunak.
Tulang sendi diperlukan untuk pergerakan antara segmen tubuh (Cailleit ,2005) .
2.1.4.Fisiologi Tulang
Tulang adalah penunjang bentuk tubuh dan peran dalam pergerakan. Sistem
terdiri atas tulang sendi, rangka, tendon, ligament bursa dan jaringan-jaringan
khusus yang menghubungkan struktur tersebut. Tulang adalah suatu jaringan
dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel yaitu osteoblast, osteosit dan osteoklas.
Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan
sebagai matriks tulang dan jaringan osteoid melalui suatu proses yang disebut
osifikasi. Osteoblas mensekresikan sejumlah besar fosfatase alkali ketika sedang
aktif menghasilkan jaringan osteoid dan hal ini memegang peranan penting dalam
mengendapkan kalsium dan fosfat ke dalam matriks tulang, sebagian fosfatase
alkali memasuki aliran darah. Demikian kadar fosfatase alkali dalam darah
menjadi indikator yang baik tentang tingkat pembentukan tulang setelah
mengalami patah tulang atau pada kasus metastatis kanker ke tulang (Price dan
Wilson, 2006).
Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan
untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat. Osteoklas adalah sel-sel
berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat diabsorbsi.
Osteoklas mengikis tulang tidak seperti osteoblast dan osteosit. Sel-sel ini
menghasilkan enzim-enzim proteolitik yang memecahkan matriks dan beberapa
asam yang melarutkan mineral tulang, sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke
dalam aliran darah.
20
Secara umum fungsi tulang menurut Price dan Wilson (2006) antara lain :
a. Sebagai kerangka tubuh
Tulang sebagai kerangka yang menyokong dan memberi bentuk tubuh.
b. Proteksi
Sistem muskuloskeletal melindungi organ-organ penting, misalnya otak
dilindungi oleh tulang-tulang tengkorak, jantung dan paru-paru terletak
pada rongga dada (cavum thorak) yang dibentuk oleh tulang-tulang kostae
(iga).
c. Ambulasi dan Mobilisasi
Tulang dan otot menggerakkan tubuh dan tulang memberikan suatu sistem
pengungkit yang digerakkan oleh otot-otot yang melekat pada tulang
tersebut.
d. Deposit Mineral
Sebagai reservoir kalsium, fosfor, natrium dan elemen-elemen lain. Tulang
mengandung 99% kalsium dan 90% fosfor tubuh.
e. Hemopoeisis
Berperan dalam bentuk sel darah pada red marrow untuk menghasilkan
sel-sel darah merah dan putih dan trombosit dalam sumsum merah tulang
tertentu.
2.1.5 Histologi dan Metabolisme Tulang
Histologi adalah studi jaringan pada tingkat mikroskopik. Tulang dapat
dibagi atas tulang matur dan immature berdasarkan histologisnya. Tulang immatur
juga dikenal dengan non lamellar bone, woven bone, fiber bone. Tulang ini
pertama kali terbentuk dari osfikasi endokondral pada perkembangan embrional
21
dan kemudian secara perlahan-lahan menjadi tulang yang matur dan pada umur
satu tahun tulang immatur tidak terlihat lagi. Tulang immatur mengandung
kolagen dengan substansi semen dan mineral yang lebih sedikit berbanding
dengan tulang matur. Tulang immatur lebih primitif dalam istilah evolusi
phylogenetiknya, berupa jaringan ikat yang kasar dan seperti jala kolagen,
polanya random dan tidak teratur orientasinya. Tulang immatur lebih banyak
memiliki osteocyte dan biasanya terdapat pada tulang yang menderita tumor dan
pada penyembuhan fraktur dan pada embrionik (Indriati, 2004) .
Tulang matur boleh disebut sebagai mature bone atau lamellar bone.
Tulang ini dapat dibagi menjadi tulang kortikal (cortical bone, dense bone,
comapacta bone) dan tulang trabekula (cancellous bone, trabecular bone,
spongiosa). Tulang matur dan immatur dapat dibedakan dari segi jumlah sel,
jaringan kolagen dan mukopolisakarida. Tulang matur ditandai dengan sistem
Harversian atau osteon yang memberikan kemudahan sirkulasi darah melalui
korteks yang tebal. Tulang komparta tidak bisa diberi nutrisi melalui diffusi
permukaan pembuluh-pembuluh darah, sehingga memerlukan sistem Harversian
(Indriati, 2004).
Tulang trabekular lebih porus dan menerima nutrisi daripada pembuluh
darah di sekitar ruang sumsum. Tulang dewasa kompakta dan trabekular secara
histologis adalah tulang lamella. Tulang matur kurang mengandung sel dan lebih
banyak substansi semen dan mineral berbanding tulang matur (Indriati, 2004).
Pemeriksaan makroskopik potongan melintang tulang kompakta
umumnya menujukkan 4 sampai 8 cincin konsentris yang dinamakan lamella
haversi. Pemeriksaan setiap lamella menunjukkan tumpukan parallel serabut
22
kaya
kolagen.
Kalsifikasi
tulang
terjadi
sebagai
kristal-kristal
23
tergantung dari permukaan sendi sehingga ada kelainan atau penyakit pada sendi
akan mengganggu pergerakan. Pada bagian persendian, tulang komparta ditutupi
oleh kartilago atau tulang rawan sepanjang hidup yang disebut sebagai tulang
subchondral. Tulang subchondral yang terletak di persendian biasanya lebih halus
dan mengkilap berbanding tulang komparta yang tidak terletak di bagian sendi,
contohnya pada bagian distal humerus atau siku (Indriati,2004).
Tulang vertebra biasanya mempunyai struktur yang porus dan dikenal
sebagai tulang trabecular dan cancellous. Daerah tulang trabecular pada rangka
yang sedang tumbuh mempunyai tempat-tempat sumsum merah, jaringan
pembuat darah atau hematopoietic yang memproduksi sel darah merah, putih dan
platelet. Sumsum kuning berperan sebagai penyimpan sel-sel lemak di kavitas
medullaris pada tulang panjang yang dikelilingi oleh tulang kompakta. Selama
pertumbuhan sumsum tulang merah digantikan secara progresif oleh sumsum
kuning pada sebagian besar tulang panjang (Indriati,2004).
2.1.6. Struktur Molekular Tulang
Tulang manusia terdiri atas kolagen, molekul protein besar yang
merupakan 90% elemen organik tulang. Molekul-molekul kolagen biasanya
membentuk serabut-serabut elastis pada tulang namun pada tulang dewasa,
kolagen mengeras. Hal ini adalah kerana terisi bahan anorganik hydroxyapatite.
Kristal-kristal mineral ini nanti akan membentuk calcium phosphate dan mengisi
matriks kolagen. Serabut-serabut protein dan mineral ini membuat tulang
mempunyai dua karakteristik yaitu melunak seperti karet apabila mineral
anorganiknya rusak atau mengeras (bila direndam dalam larutan asam) atau retak
24
dan hancur apabila kolagen atau organiknya rusak (bila direbus atau dipanaskan)
(Indriati,2004).
Struktur tulang berubah sangat lambat terutama setelah periode
pertumbuhan tulang berakhir. Komposisi tulang terdiri atas substansi organik dan
inorganik sebesar 35% dan 45% dan air sebanyak 20%. Substansi organik terdiri
atas sel-sel tulang, substansi organik intrasellular serta matriks kolagen dan
merupakan bagian terbesar dari matriks adalah 90% dan sisanya adalah asam
hialuronat dan kondroitin asam sulfur. Substansi inorganik terutamanya terdiri
atas kalisum dan fosfor dan selebihnya oleh magnesium, sodium, hidroksil,
karbonat dan fluoride. Enzim tulang adalah alkali fosfatase yang diproduksi oleh
osteoklas yang kemungkinan besar mempunyai peranan yang penting dalam
produksi organik matriks sebelum terjadi kalsifikasi (Almatsier, 2004).
2.1.7 Fungsi dan peranan kalsium untuk pembentukan tulang
Menurut Almatsier, 2004, kalsium dalam tulang mempunyai dua fungsi
yaitu sebagai tempat menyimpan kalsium dan merupakan bagian integral dari
struktur tulang. Pada awal perkembangan janin, proses pembentukan tulang sudah
bermula dengan membentuk matriks yang kuat, tetapi yang masih lunak dan
lentur adalah mesenkim tulang tubuh. Matriks terdiri atas serabut yang diperbuat
daripada kolagen yang diselubungi oleh bahan gelatin dan merupakan sepertiga
bagian daripada tulang.
Setelah lahir, matriks mulai menjadi kuat dan mengeras melalui proses
kalsifikasi yaitu dengan membentuk kristal mineral yang mengandung senyawa
kalsium. Kristal ini terdiri atas kalsium fosfat atau kombinasi kalsium fosfat dan
kalsium hidroksida dinamakan hidroksiapatit {(3Ca3(PO4)2.Ca(OH)2}. Batang
25
untuk menentukan massa tulang, hormons seks dan aktivitas fisik untuk
mempengaruhi metabolisme tulang.
2.1.8 Kepadatan tulang (Densitas tulang )
Kepadatan tulang mempunyai hubungan yang erat dengan kekuatan tulang
dan perubahan-perubahan tulang yang terjadi selama kehidupan. Kepadatan
meningkat selama periode pertumbuhan wanita dan tetap berlangsung walaupun
pertumbuhan
menurun pada wanita yang berumur 35-40 tahun dengan menstruasi yang teratur.
Pertumbuhan tulang mencapai puncak pada usia 25-35 tahun untuk tulang-tulang
trabekular dan pada usia 35-40 tahun untuk tulang-tulang kortikal. Setelah
pematangan tulang selesai (Rahman AI, 1996).
Kepadatan tulang trabekular pada period menopause akan menurun yaitu
1-8% per tahun dan pada tulang paha terjadi penurunan tulang kortikal sebesar
0,5-5% per tahun. Seorang wanita selama kehidupannya akan mengalami
kehilangan 4050 % jumlah tulang secara keseluruhan dan pria hanya sebesar
2030 % (Riggs BL, 2002).
Kehilangan massa tulang pada wanita selain disebabkan oleh kenaikan
usia, ada jugak penurunan kadar estrogen dalam darah kerana penurunan fungsi
26
ovarium dan penurunan hormon progesteron juga turut berperan. Estrogen dikenal
untuk mengakselerasikan pengeroposan tulang dan meningkatkan suseptibilitas
untuk fraktur (Rahman AI, 1996).
2.2 Antropometri
Antropometri berasal dari kata anthropos yang berarti man (orang) dan
metron yang berarti measure (ukuran) dan merupakan pengukuran terhadap
manusia (mengukur manusia). John Sigismund Elsholtz, seorang ahli anatomi
warganegara Jerman, adalah orang pertama yang menggunakan istilah
antropometri pada tahun 1654 dan telah menciptakan alat ukur yang disebut
sebagai anthropometron (Glinka, 2008).
27
28
29
2.3 Antropologi
Sistem Medikolegal telah meminta bantuan kepada antropologis yang
bersifat fisik untuk keahlian mereka dalam rangka analisis lama sebelum
antropologi fisik bagian dari American Academy of Sciences Forensic (AAFS)
secara resmi didirikan pada tahun 1972. Antropologi berkonsentrasi pada biologi
manusia yaitu karakteristik di tingkat populasi, dengan perhatian khusus untuk
mengungkap keunikkan yang menetapkan satu individu dari yang lain.
Pengisolasian setiap manusia sebagai entitas yang unik adalah fokus dan inti dari
forensik antropologi ini (William, 1997).
Antropologi forensik berpusat pada penilaian dari setiap aspek dari sisasisa manusia yang skeletonized dalam konteks medikolegal untuk tujuan
membangun identitas dan jika mungkin penyebab kematian dan juga meliputi
analisa foto wajah, rekonstruksi, identifikasi dan perbandingan kedua yang hidup
dan mati. Antropologis forensik sering dipanggil untuk membantu hukum penegak
ketika dekomposisi, pemotongan, atau kecederaan menjadikannya mustahil untuk
mengenali seseorang atau menggunakan normal array teknik seperti sidik jari.
Spesialis forensik antropologi ini jugak berkonsultasi dengan pemerintah untuk
menyelidiki peninggalan bersejarah selain menyelidiki kasus pembunuhan,
peperangan dan bencana massa (Stanford, 2006).
2.3.1 Identifikasi :Derajat Kepastian
Antropolog forensik sering dipanggil sebagai saksi ahli untuk memberi
pendapat di pengadilan tentang identifikasi individu untuk membangun identitas.
Tingkat kepastian identifikasi tergantung pada keakuratan teknik dan adanya
terbantahkan faktor individualisasi (William, 1997).
30
31
No
11
12
13
14
15
16
17
8
9
Nama tulang
Tulang kaki
Tulang tangan
Patella
Tibia
Fibula
Femur
Lengan bawah(ulna
dan radius)
Humerus
Iliac epiphysis
10
20
32
18
19
Nama tulang
Klavikula
Sternum
Ribs
Coxa
Coccyx
Sacrum
Vertebra
lumbal
Scapula
Vertebra
thoracic
Vertebra
cervical
33
34
35
Tinggi badan diukur pada saat berdiri secara tegak lurus dalam sikap
anatomi. Kepala berada dalam posisi sejajar dengan dataran Frankfurt. Tinggi
badan adalah hasil pengukuran maksimum panjang tulang-tulang secara parallel
yang membentuk poros tubuh (The Body Axix), yaitu diukur dari titik tertinggi di
kepala (cranium) yang disebut vertex, ke titik terendah dari tulang kalkaneus (the
calcanear tuberosity ) yang disebut heel.
Gambar 2.11: Gambar pengukuran tinggi badan dan pengukuran tinggi titik
anatomis
Dikutip: Buku Metode Pengukuran Manusia(Glinka,2008)
2.5.2 Hubungan Panjang Tulang Tibia Dengan Tinggi Badan
Tinggi badan bersifat genetik, namun boleh dipengaruhi oleh faktor
eksternal seperti lingkungan dan keadaan gizi semasa pertumbuhan (Glinka,1987).
Pada prinsipnya panjang tulang lengan dan tungkai berbanding proporsional
dengan tinggi badan (Indriati, 2004). Estimasi tinggi badan dapat dilakukan pada
tulang-tulang seperti humerus, radius, ulna, femur, tibia, fibula, phalange,
sternum, tinggi hidung, kalkaneus dan tapak kaki. Menurut Indriati, 2004, dalam
36
menentukan tinggi badan, lebih baik menggunakan tulang panjang kerana hasil
pengukuran pada tulang panjang merupakan hasil yang terbaik dalam antara
ukuran anggota lain. Selain tulang panjang, tulang lain juga telah diteliti,
walaupun secara umum telah diterima bahawa tulang panjang memberikan hasil
yang lebih akurat dibandingkan tulang lainnya (Duyar dan Pelin, 2003).
2.5.3 Hubungan Gender Dengan Tinggi Badan
Menurut Snell, 2012, pria dewasa cenderung lebih tinggi berbanding
wanita dewasa dan mempunyai tungkai yang lebih panjang, tulangnya lebih besar
dan lebih berat serta massa otot yang lebih besar dan padat kalau dilihat secara
teori. Pria mempunyai lemak subkutan yang lebih sedikit sehingga membuat
bentuknya lebih angular. Wanita dewasa cenderung lebih pendek berbanding pria
dewasa dan mempunyai tulang yang lebih kecil dan lebih sedikit massa otot.
Wanita lebih banyak mempunyai lemak subkutan.Wanita mempunyai sudut siku
yang lebih luas dengan akibat deviasi lateral lengan bawah terhadap lengan atas
yang lebih besar.
2.5.4 Hubungan Usia Dengan Tinggi Badan
Selama masa pertumbuhan, organ-organ tubuh manusia bertumbuh secara
simultan dan salah satunya adalah tulang. Setiap tulang bertambah panjang secara
bersamaan namun dengan kecepatan yang berbeda-beda sehingga terdapat
proporsi tertentu antar tulang (Indriati, 2004). Menurut Trotter dan Glesser, 1952
pada laki-laki tinggi badan tidak banyak berubah sejak 18 tahun dan setelah tinggi
badan maksimum ini tercapai, tinggi badan tidak banyak berubah seiring usia. Hal
ini menyebabkan penentuan tinggi badan maksimum tetap dapat digunakan pada
usia di atas 30 tahun untuk memperkirakan tinggi badan di atas usia 30 tahun.
37
38
kondil-kondil ini. Bagian depan memberi kaitan kepada tendon patella, yaitu
tendon dari insersi otot extensor kwadrisep. Bagian bawah dari tuberkel itu adalah
subkutaneus dan sewaktu berlutut menyangga berat badan (John Luckman, 1997).
Pada bagian batang, sisi anteriornya paling menjulang dan sepertiga
sebelah tengah terletak subkutan. Bagian ini membentuk krista tibia. Permukaan
medial adalah subkutaneus pada hampir seluruh panjangnya dan merupakan
daerah berguna dari mana dapat diambil serpihan tulang untuk transportasi
(bonegraft) (Bruner,2000).
Permukaaan posterior ditandai oleh garis soleal atau linea popliteal,
yaitu garis meninggi di atas tulang yang kuat dan yang berjalan ke bawah dan ke
medial. Bagian ujung bawah termasuk dalam formasi persendian mata kaki.
Tulangnya sedikit melebar dan ke bawah sebelah medial menjulang menjadi
maleolus medial atau maleolus tibiae. Sebelah depan tibia halus dan tendontendon menjulur di atasnya ke arah kaki. Permukaan lateral dari ujung bawah
bersendi dengan fibula pada persendian tibio-fibuler inferior. Tibia membuat sendi
dengan tiga tulang yaitu femur, fibula dan talus (Evelyn, 2009).
39
Tulang tibia merupakan tulang besar dan utama pada tungkai bawah.
Ia mempunyai kondilus besar tempat berartikulasi. Pada sisi depan tulang hanya
terbungkus kulit dan periosteum yang sangat nyeri jika terbentur. Pada pangkal
proksimal berartikulasi dengan tulang femur pada sendi lutut. Bagian distal
berbentuk agak pipih untuk berartikulasi dengan tulang tarsal. Pada tepi luar
terdapat perlekatan dengan tulang fibula. Pada ujung medial terdapat maleolus
medialis. Tulang fibula merupakan tulang panjang dan kecil dengan kepala
tumpul tulang fibula tidak berartikulasi dengan tulang femur (tidak ikut sendi
lutut) pada ujung distalnya terdapat maleolus lateralis (Donna, 1991).
Tulang tibia bersama-sama dengan otot-otot yang ada di sekitarnya
berfungsi menyangga seluruh tubuh dari paha ke atas, mengatur pergerakan untuk
menjaga keseimbangan tubuh pada saat berdiri. Tulang tibia juga merupakan
tempat deposit mineral ( kalsium, fosfor dan hematopoisis). Fungsi tulang adalah
sebagai menahan jaringan tubuh dan memberi bentuk kepada kerangka tubuh,
melindungi organ-organ tubuh (contoh, tengkorak melindungi otak),
untuk
pergerakan (otot melekat kepada tulang untuk berkontraksi dan bergerak), dan
merupakan gudang untuk menyimpan mineral seperti kalsium (Price, 1994).
40
41
Kerangka Teoritis
DNA
Primer
Gigi
Sidik jari
Identifikasi
jenazah
Sekunder
Gender
Ras
Pakaian
Aksesori
Faktor
Internal
Berat badan
Gender
Usia
Gen
Ras
Tinggi badan
Faktor
Eksternal
Pengukuran
panjang tulang tibia
Lingkungan
Gizi
Obat-obatan
Mekanis
Endokrin
Penyakit
kronis
Sumber : William (1997), Snell (1997), Tortora dan Derrickson (2011)
Gambar 2.15 Kerangka Teoritis
BAB 3
42
Tinggi badan
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Gender
Usia
Gen
Lingkungan
Gizi
Obat-obatan
Mekanis
Endokrin
Penyakit kronis
_________
= tidak diteliti
mahasiswa
BAB 4
METODE PENELITIAN
44
dependen
dengan
melakukan
pengukuran
pada
saat
tersebut.
(Sudigdo,2002).
4.1
Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa Fakultas kedokteran
Universitas Andalas angkatan 2010 yang berjumlah 268 mahasiswa.
4.2
Sampel Penelitian
Sampel untuk penelitian ini adalah semua populasi yang termasuk dalam kriteria
inklusi.
4.2.1.Kriteria Penerimaan (Inklusi)
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:
a. Responden berusia sama atau atas 21 tahun.
b. Tidak pernah mengalami patah tulang.
c. Tidak memiliki cacat fisik kelainan tulang bawaan sejak lahir.
d. Bersedia ikut dalam penelitian.
4.2.2 Kriteria Penolakan (Eksklusi)
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:
a.Responden tidak hadir saat penelitian berlangsung.
Klasifikasi Variabel
Sesuai dengan hipotesis dan jenis penelitian yang dilakukan maka variabel
penelitian ini adalah:
a.Variabel dependen : Tinggi badan
b.Variabel independen : Panjang tulang tibia
4.3.2 Definisi Operasional Variable
45
46
3.
4.
memastikan bahwa data tersebut telah bersih dari kesalahan, baik kesalahan
dalam pengkodean ataupun kesalahan dalam membaca kode.
4.8 Analisis Data
Analisis data adalah metode yang digunakan untuk mengolah hasil penelitian
guna memperoleh kesimpulan. Analisis data yang dilakukan dengan dengan
47
a.
Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi variabel
48