Вы находитесь на странице: 1из 29

DIFTERI

BATASAN

.Infeksi akut
. Mudah menular
. Serang saluran napas atas
. Pseudomembran
. Gejala akibat eksotoksin

MASA INKUBASI
. 2 - 5 hari

Perbenihan : agar Tellurite


. Bentuk gravis
. Bentuk mitis
. Bentuk intermedius

Corynebacterium Diphtheriae

Pseudomembran

Toksin

Sifat:
-Sukar diangkat
- Mudah berdarah
- Putih kelabu
- Cepat menjalar
Terdiri:
-Jaringan nekrotis
- Sel radang
- Eritrosit
- Fibrin
- Mikro-organisme
2

Toksin

Eksotoksin

-Sangat ganas
- Dapat racuni jaringan dlm
bbrp jam
- Afinitas tinggi jantung &
SS perifer
Jantung
(miokarditis)

Hati
(fokal nekrosis)

SS Perifer ( parese
o.bola mata dan
pernapasan)

Ginjal (Nefritis Intertialis)


3

Imunitas
-Tes Moloney
- Tes Schick

Ketahui ada anti


bodi terhdp difteri

Tes Moloney
0,1 cc toksoid difteri 1:100 / s.c

Eritema terlihat 18 - 24 jam


Tes (+)

Imunitas (+)

Tes Schick

MLD : Juml toksin


min. yg dapat membunuh seekor marmut

0,1 cc toksin 1/50 MLD / i.c.


Tes (+)
- Eritem + indurasi
(diameter 10 mm)
- Timbul < 48 jam
(max hr ke4 - 7)
- Hilang beberapa minggu
hiperpigmentasi
Tes (-)
Reaksi (-)
False (+)
- Eritem hlg
72 jam

Antibodi (-)
rentan

Antibodi (+)
-> kebal

Allergi protein basil


protein antitoksin 5

Tes Schick
Umur
0-3 bln
6 bln
1 thn

-->
-->
-->

15 %
50 %
90 %

(+)

EPIDEMIOLOGI
-

Diseluruh dunia
Terutama beriklim sedang
Berpenduduk padat
Sumber penular :
-> Masa inkubasi
-> Carrier
-> Sedang sakit

PATOGENESIS
Basil

Sal. napas

Basil
5-7 hr
Basil

Toksin

Jar. Nekrotis

Mukosa

Jantung
SS perifer
SSP
Ginjal
Hati
Supra renalis

Pseudomembran
7

Klasifikasi
(Beach, dkk, 1950)
Infeksi
ringan

Infeksi
sedang

Infeksi
berat

Infeksi
ringan

Pseudomembran:
- mukosa nasalis anterior
- & / faucial

Infeksi
sedang

Pseudomembran meluas
smp dinding post faring,
palatum molle & edema
laring ringan

Infeksi
berat

Pseudomembran sumbat
sal. napas atas (laring)/
bull neck & komplikasi /
telah sakit 48 jam 8

Lokalisasi Pseudomembran

Difteri
hidung

Difteri tonsil
& faring

Difteri kulit

Difteri laring
& trakhea

Difteri vagina

Gejala klinik bergantung :


- Lokalisasi & luas pseudomembran
- Banyaknya toksin yg diserap
- Imunitas penderita
- Kecepatan dapat pengobatan

Gajala klinik (garis besar)


* Gejala umum
- Suhu tubuh meningkat (tidak tinggi)
- Lesu & anoreksia
- Nyeri kepala
* Gejala akibat eksotoksin
- Bergantung dari jaringan yang terkena.
* Gejala lokal akibat pseudomembran

Gejala lokal
Difteri hidung
- Rhinorhea -> serosanguineus
- Ekskoriasis sekitar bibir atas & nares
- Mukosa hidung pseudomembran (+)
D/ difteri hidung sering terlewat & sumber penular yg penting
10

Gejala lokal
Difteri tonsil-faring (faucial)
Dini :
-Rdg tenggorok ringan
- Rasa nyeri menelan
- Pseudomembran (-)

Freq: 75%
difteri

Lanjut :
- Pseudomembran (+) 1-2 hr jalar
ke naso-faring-laring
- Bullneck (+) kel. Limfe serfikal
bengkak & edema jar. Lunak &
tanda radang (+)
Dasarnya m. Sternocleidomastoideus,
sebag. Angulus mandibularis & medial
clavicula tdk tampak

Bullneck (+) prognosa buruk komplikasi miokarditis, srg usia > 6 thn.
11

Gejala lokal
Difteri laring & trakhea
-Laring hiperemis & sembab
- Pseudomembran (+) tutup jln
napas ->
. Napas berbunyi
. Suara serak / parau
. Batuk-batuk
. Stridor inspirasi
. Lanjut sesak napas & sianosis

Freq : 25% dari kasus difteri


75% kasus akibat penjalaran difteri
tonsil-faring dan 25% primer

12

Stadium obstruksi laring


Std

Retraksi

Dyspneu

Suprasternal

II

I di +
Supraclavicular,
Intercostal

III

II di +
Epigastrium

++

IV

III di +
Kesadaran

+++

Sia- Gelisah
nosis
-

Sikap

Konservatif

Trakeostomi
elektif

++

Trakeostomi
emergensi

++

???

13

Gejala lokal

Difteri kulit

Pada kulit terlihat :


- Ulseratif
- Berbatas tegas
- Dasartertutup
pseudomembran
Gejala lokal
Difteri konjungtifa
Konjungtifa palpebrae terlihat :
- Hiperemis
Edema
Pseudomembran (+)
Gejala lokal

Difteri aural

- Gejala seperti otitis eksterna


14

LABORATORIUM
Umumnya kurang bernilai untuk
diagnosis lebih bernilai untuk melihat
adanya komplikasi
Darah :
- Lekosit normal / sedikit
- Anemia hemolisa
Hipoglikemia & glikosuria
hepatic toxicity
- Ureum & creatinin acute
tubular necrosis

15

DIAGNOSIS
Diagnosis pasti C diphtheriae (+)
Pemeriksaan sediaan langsung bentuk
difteroid

Brenneman & Mc Quarrie (1956)

Bahwa setiap bercak putih keabuan di


luar tonsil dapat dianggap sebagai
difteri
Herdarsche

Bahwa setiap membran yang menutupi


seluruh permukaan tonsil atau dinding
posterior faring dapat dianggap sebagai
difteri
16

Nelson
Biakan dan sediaan langsung yang negatip
belum dapat menyingkirkan difteri

Prinsip
Bila dijumpai membran putih keabuan di
daerah tonsil atau faring atau mukosa
hidung yang cepat menjalar, walaupun
sediaan langsung dan biakan negatip harus
diperlakukan sebagai kasus difteri

17

DIAGNOSIS BANDING
1. Difteri hidung
- Dini commond cold
- Lanjut :
* Corpus alienum
* Sinusitis
* Adenoiditis
* Sifilis kongenital
2. Difteri tonsil faring
- Faringitis streptokokus /
tonsilitis folikularis /
lakunaris
- Angina Plaut Vincent
Mononucleus infectiosa
Oral moniliasis
Tonsilitis herpetica
Blood dyscrasia
Faucial membranosa post
tonsilektomi

18

DIAGNOSIS BANDING (2)


3. Difteri laring
- Spasmodic croup (laringitis
akut)
Epiglotitis akut
Laringo-trakeo-bronkitis
- Peritonsiler abses
Aspirasi corpus alienum
- Angioedema
Laringeal papiloma

19

KOMPLIKASI
Akibat pseudomembran sumbatan
jalan napas
Akibat eksotoksin
* Komplikasi otot jantung
miokarditis
Mikokarditis
Sering pada minggu ke- 2-3, ditandai
dengan :
- Bunyi jantung pertama melemah
- Bising jantung (+)
- Aritmia, takikardia
- Gagal jantung renjatan
kelainan EKG :
# Sinus takikardia
# Gelombang T terbalik
# ST segmen depresi/elevasi
(gangguan miokard)
# Perubahan tinggi QRST
20
kompleks

# Gangguan induksi
- First degree AV block PR interval
memanjang (> 0,20) terjadi hambatan impuls dari atrium ke ven-trikel
- Second degree AV block 4 P : 3 QRS
(Hambatan di AV Junction secara
periodik atau menetap)
- Complete AV block kegagalan konduksi
AV node ( atrium dan ventrikel
masing-masing berdenyut sendiri )
# Aritmia
- Ekstrasistole
- Atrial fibrilasi

21

Prognosis
Gangguan EKG
* Perubahan ST segmen prognosa
baik
* Gangguan konduksi 1st dan 2nd
degree block buruk,
complete AV block fatal
Angka kematian akibat miokarditis 20
70 % (50%).

b. Komplikasi neurologik
- Paralise palatum molle
Paralise m. okuler
Paralise N. Phrenicus
Periferal non sensory neuritis
Gangguan pusat vasomotor
Paralise anggota gerak
22

TATALAKSANA
1. Khusus
2. Supportif
3. Komplikasi
1. Pengobatan khusus
* Antibiotika
* Antitoksin
* Kortikosteroid
Antibiotika
- Penicillin dosis 50.000 U / kg bb
/ hr/i.m (max. 600.000 U)
Ampicilin dosis 50-100 mg / kg bb
/ hr / i.v, im, os
Eritromisin 30 50 mg / kg bb /
hari / 3-4 dosis
Diberi 7 10 hari atau sampai hasil biakan
3 x berturut-turut negatip
23

Antitoksin
ADS - Berasal dari serum kuda
Dapat terjadi reaksi alergik
- Diberi sedini mungkin
sebelum diberikan harus dilakukan tes sensitisasi
Dosis tunggal (scegah sensitisasi)
Dosis sesuai dengan derajat sakit
Hanya menetralisir eksotoksin
yang bebas
Tes sensitisasi
Tes kulit
0,1 cc larutan antitoksin difteri 1 : 1000
Suntik i.c. tunggu 20 Tes (+)
eritem (+) & indurasi > 10 mm
Tes konjungtifa : teteskan pada konjungtifa tunggu 20 . Tes (+) konjungtifa
hiperemis dan lakrimalis
24

Bila tes sensitisasi (+) ADS harus


tetap diberikan. Lakukan tindakan
desensitisasi dengan cara Besredka

Besredka
Dilakukan suntikan secara seri dengan
selang 20
0,1 cc larutan ADS 1 : 20, s.c.
* 0,1 cc larutan ADS 1 : 10 , s.c.
* 0,1 cc larutan ADS, s.c.
* a,3 cc larutan ADS, i.m.
* 0,5 larutan ADS, i.m.
* Sisanya diberi i.v.
Bila selama dilakukan Besredka terjadi
reaksi anafilaktik larutan adrenalin 1 ;
10000, 0,2 0,3 cc / i.v.

25

Dosis : Tergantung dari :

- Lokalisasi membran
Luasnya membran
Derajat toksemia
Lamanya sakit

Menurut Nelson
* Difteri hidung & faring ringan :
40.000 U
* Difteri faring-tonsil sedang berat : 80.000 U
* Difteri faring tonsil berat &
laring : 120.000 U
* Gambaran klinik campuran :
120.000 U
* Kasus lanjut ( > 48 jam ) :
120.000 U
Diberikan dalam 200 cc NaCl 0,9 %/drip
dengan kecepatan 5-10 cc / kg bb / jam
Pemberian i.v ekskresi ADS dalam saliva
lebih cepat
26

Kortikosteroid
Diberi pada difteri berat
* Prednison : 2 mg /kg bb / hr / os
/ 3 dosis
* Dexamethason : 0,5 mg /kg bb /
hr / i.m., i.v. / 3 dosis
* Kortison : 10 mg / kg bb / hr /
i.m/ 3 dosis
2. Pengobatan suportif
*
*
*
*
*

Tirah baring total


Pemantauan berkala
teratur tanda vital
Bersihkan jalan napas
Atur dietetik dan cairan
Per-oral : makanan lunak, mudah
dicerna dengan kalori & protein
yang cukup
Tidak dapat peroral cairan
parentral
27

3. Pengbatan komplikasi
* Obstruksi jalan napas trakeostomi
* Miokarditis lihat kuliah
miokarditis
* Nefritis lihat kuliah ginjal

PENCEGAHAN
Imunisasi aktif dengan Triple toksoid
(DPT) : 0,5 cc
Imunisasi dasar : usia 3,4 dan 5 bulan,
imunisasi ulangan (booster) I : 1 thn dari
imunisasi dasar, booster II : 3 tahun dari
booster I

28

KONTAK
Lakukan :
* Sediaan langsung dan biakan
dari apus hidung & tenggorok
* Antibiotika : eritromisin selama
7 10 hari
* Toksoid primer atau ulangan
* ADS 10.000 U bila belum dilakukan imunisasi aktif

29

Вам также может понравиться